B DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAPASAN“TUBERCULOSIS PARU” DI RUANG
PERAWATAN DI PUSKESMAS TOSIBA
Oleh :
NASRUDDIN
N I M : 14401 2017 00051 1
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. BDENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAPASAN“TUBERCULOSIS PARU” DIRUANG
PERAWATAN DIPUSKESMAS TOSIBA
Oleh :
NASRUDDIN
N I M : 14404 2017 000511
i
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Nama : NASRUDDIN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar – benar
hasil karya saya sendiri,bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang
lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan,maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
NASRUDDIN
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS
PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri Ulaweng, Kec. Wolo, Kab. Kolaka Tahun 1998
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Wolo Tahun 2001
3. Sekolah Perawat Kesehatan Pemda Kolaka Tahun 2004
4. Poltekkes Kemenkes Kendari Tahun 2017 – 2018
iv
MOTTO
Saudaraku tersayang,
Kubanggakan
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan
hidayahNya,sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “ Asuhan Keperawatan pada Tn.B dengan gangguan pernafasan dengan
Tuberkulosis paru diruang perawatan Puskesmas Tosiba“ sebagai syarat
menyelesaikan program studi Diploma III Keperawatan Poltekkes Kendari.
Penulis menyadari dalam menyusun karya tulis ilmiah ini tanpa bantuan dari
pihak pembimbing dan juga pihak – pihak yang memberi dorongan berupa materil
dan spiritual,maka tidak akan terlaksana. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang setulus – tulusnya kepada :
vi
11. Semua teman – teman khususnya Program Studi Keperawatan yang telah
memberikan bantuan dan motivasi kepada Penulis dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini hingga selesai.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
viii
9. Pemeriksaan Diagnostik ...................................................... 21
10. Penatalaksanaan ................................................................... 22
B. Konsep Proses Keperawatan ......................................................26
1. Pengkajian ........................................................................... 26
2. Diagnosa keperawatan ......................................................... 30
3. Intervensi keperawatan ........................................................ 31
4. Implementasi keperawatan .................................................. 40
5. Evaluasi keperawatan .......................................................... 41
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
global” (the global emergency)Tuberkulosis (TBC) pada tahun 1993 dari WHO,
merupakan penyakit interaksi yang dapat menyerang berbagai organ atau jaringan
dewasa lebih tinggi pada laki-laki. Morbiditas Tuberkulosis Paru lebih tinggi di
1994, penderita yang dilaporkan adalah 9,4/100. 000 (lebih dari 24.000 kasus),
(Kunoli, 2012:20).
dunia 50% nya berasal dari Negara-Negara Afrika dan Asia serta Amerika
(Brasil). Hampir semua Negara ASEAN masuk dalam kategori 22 Negara tersebut
kecuali Singapura dan Malaysia, dari seluruh kasus di dunia. India menyumbang
1
Penyakit Tuberkulosis sudah ada sejak zaman Mesir kuno yang di
buktikan dengan penemuan pada mumi. Pada Tahun 1882, ilmuan Robert Koch
ini. Kuman ini berbentuk batang (Basil) yang di kenal dengan nama
jumpai di India, yaitu sebanyak 1,5 juta orang, yang berada pada urutan kedua
adalah China yang mencapai 2 juta orang, sementara Indonesia menduduki urutan
di Indonesia, setiap tahunya terjadi kurang lebih ratusan ribu kasus baru dengan
menurut hasil penelitian Kusnindar tahun 1990, jumlah kematian yang disebabkan
tuberkulosis paru yang tinggi ini paling banyak terjadi pada kelompok masyarakat
dengan sosial ekonomi yang lemah. Meningkatnya kasus penyakit ini dari tahun
ke tahun, dipengaruhi oleh faktor ketahanan tubuh pada manusia yang lemah. Hal
ini bisa berbentuk status gizi, kebersihan diri individu, dan kepadatan tempat
2
Berdasarkan data dari Medical Record Puskesmas Tosiba Kecamatan
dengan jumlah penderita tahun 2016 adalah 60 jiwa tahun 2017 adalah 40 jiwa.
penelitian dalam bentuk studi kasus dengan judul: “Asuhan Keperawatan Pada
B. Rumusan Masalah
Pada Klien Tn. B di Ruang Rawat Inap Puskesmas Tosiba Kecamatan Samaturu
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
a. Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem pernapasanTuberkulosis
Paru.
pernapasanTuberkulosis Paru.
pernapasanTuberkulosis Paru.
D. Manfaat Penulisan
pernapasan.
3. Bagi penulis
4
Sebagai pengalaman baru dan bahan evaluasi bagaimana penerapan
E. Metode Penulisan
1. Studi kepustakaan
2. Interview
seperti : klien, keluarga, dan tim kesehatan lainnya untuk memperoleh data
yang diperlukan
3. Observasi
4. Pemeriksaan Fisik
5
Pemeriksaan fisik secara umum yaitu : Pengkajian secara menyeluruh tentang
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
organ tubuh lainya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui
inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut.
infeksi yang menyerang parenkim paru dan disebabkan oleh. Penyakit ini
dapat juga menyebar ke bagian tubuh lainnya seperti meningen, ginjal, tulang,
2. Etiologi
7
berasal dari sapi. Mycobacterium lain biasanya menimbulkan gejala klinis
tipe Bovin. Basil tipe Bovil berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
Tuberculosis usus. Basil tipe Human bisa berada di bercak ludah (droplet)
dan diudara yang berasal dari penderita TBC, dan orang yang terkena
8
Saluran pernapasan bagian atas terdiri dari organ-organ
sebagai berikut:
b) Sinus Paranasalis
nama tulang dimana organ itu berada. Organ ini terdiri atas sinus
c) Faring (Tekak)
laring (larynx-pharyngeal).
9
d) Laring (Tenggorokan)
respiratorius terminal.
a) Trakea
10
lingkaran tak lengkap, berupa cincin-cincin tulang rawan yang
dengan trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama. Bronkus
kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada kiri, sedikit lebih
dan bawah. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi
(kantong udara).
11
rawan, tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat
c) Alveolus
d) Paru-paru
dibagi menjadi tiga lobus yaitu lobus superior, lobus medius, dan
lobus inferior. Sedangkan paru kiri dibagi menjadi dua lobus yaitu
alveoli.
12
Rongga toraks berfungsi melindungi paru-paru, jantung
dan pembuluh darah besar. Bagian rongga toraks terdiri atas 12 iga
costa. Pada bagian atas toraks di daerah leher, terdapat dua otot
sternocleidomastoideus.
(spinal cord) di servikal ke-3 (C3). Oleh karena itu, jika terjadi
gangguan ventilasi.
13
melapisi rongga toraks dan pleura viseral yang menutupi setiap
alveolus, akibat kerja mekanik dari otot-otot. Stadium kedua terdiri dari
14
c. Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah respimi atau
paru-paru.
kata lain, ventilasi dan perfusi dari unit pulmonary yang sudah
sesuai dengan orang normal pada posisi tegak dan keadaan istirahat,
paru-paru.
4. Patofisiologi
infeksi terjadi melalui udara (air bone), yaitu melalui inhalasi droplet yang
15
mengandung kuman-kuman hasil tuberculosis yang terinfeksi. (Ardiansyah,
2012. 305)
diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena
gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di rongga hidung dan tidak
bagian bawah lobus atas atau di bagian atas lobus (lobus bawah) basil
tampak pada tempat tersebut dan mafagosit bakteri tatapi tidak membunuh
oleh limfosit. Reaksi ini biasanya berlangsung selama 10-20 hari. Nekrosis
bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relative padat seperti keju,
lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis
kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan
Kompleks Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang
16
sehat yang kebetulan menjalani pemeriksa kardiogram rutin. Respon lain
yang terjadi pada daerah nekrosis pada pencairan dimana bahan cair lepas ke
dalam bronkus dan menimbulkan kevitas. (Wijaya dan Yessie, 2013. 139)
bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau
dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan
mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang
akan mencapai aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yng kadang-
tuberkulosis miller. Ini terjadi bila focus nekrotik merusak pembuluh darah
dalam sistem vaskuler ke organ-organ tubuh. (Wijaya dan Yessie, 2013. 139)
17
5. Patway keperawatan
M. tuberkulosa M. Bovis
- Bersihan
Menempel pada
jalan nafas
bronchiole atau alveolus - Gangguan
pertukaran
gas
Proliferasi sel epitel disekeliling basil
- Pola nafas
dan membentuk dinding antara basil tidak efektif
dan organ yang terinfeksi
18
Sumber: Wijaya dan Yessie, 2013: 140
6. Manifestasi klinis
memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita
1) Batuk: gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang
3) Sesak nafas: gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah
luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
19
4) Nyeri dada: nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang
terkena
sore dan malam hari mirip demam influensa, hilang timbul dan makin
pendek
akan tetapi penampilan akut dengan batu, panas, sesak nafas walaupun
hemoptisis
7. Klasifikasi
20
merupakan salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.
sebagai berikut:
kali
2) Gejala klinis tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelinan paru
8. Komplikasi
21
a. Komplikasi dini
1) Pleuralitis
2) Efusi pleura
3) Empiema
4) Laryngitis
5) TB usus
b. Komplikasi lanjut
2) Kor pulmonal
3) Amiloidosis
4) Karsinoma paru
9. Pemeriksaan diagnostik
22
kali terjadi dibeberapa area dan ini adalah observasi yang dapat muncul
b. Pemeriksaan CT-scan
d. Pemeriksaan laboratorium
23
peningkatan LED biasanya disebabkan peningkatan immunoglobulin,
10. Penatalaksanaan
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri
dari panduan obat utama dan tambahan. (Nurarif& Kusuma, 2015. 213)
dari:
mg
24
b) Tiga obat dalam antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu
dosis tetap, penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama
a) Kanamisin
b) Kuinolon
klavulanat
25
Pengobatan fase lanjutan, bila diperlukan dapat diberikan selama 7
pada fase intensif selama 3 bulan (bila ada hasil uji resistensi dapat
26
Pengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji resistensi, dengan minimal
OAT STOP
aktif. Obat ini diberikan selama 18-24 bulan dan dengan dosis 10-
Menurut Yura (1983) dalam buku Setiadi (2012. 1), proses keperawatan
27
menentukan masalah klien dengan membuat perencanaan untuk
1. Pengkajian
b. Riwayat kesehatan
1) Kesehatan sekarang
b) Nyeri dada
c) Batuk
d) Sputum
2) Kesehatan dahulu: jenis gangguan yang baru saja dialami, cedera dan
pembedahan.
d. Pola aktivitas/istirahat
1) Gejala:
28
b) Napas pendek karena kerja
2) Tanda:
1) Gejala:
d) Populasi budaya/etnik
2) Tanda:
f. Makanan/cairan
1) Gejala:
c) Penurunan BB
2) Tanda:
29
b) Kehilangan otot/hilang lemak subkutan
g. Nyeri/kenyamanan
1) Gejala:
2) Tanda:
h. Pernapasan
1) Gejala:
b) Napas pendek
2) Tanda:
darah.
d) Deviasi trakeas.
i. Keamanan
1) Gejala:
30
Adanya kondisi penekanan imun seperti AIDS, kanker.
2) Tanda:
j. Pemeriksaan penunjang
1) Rontgen dada
3) Kultur sputum
2. Diagnosa keperawatan
2012. 33).
TBCParu adalah:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan sekret kental,
31
b. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan menurunnya
337)
3. Intervensi
32
a. Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan sekret
Kriteria hasil:
1) Batuk berkurang/hilang
2) Sekret berkurang
3) Atur posisi tidur semi atau high fowler. Bantu klien untuk berlatih
ekspektorasi mukus.
33
4) Berikan minum kurang lebih 2.500 ml/hari, anjurkan untuk diberikan
konduksi.
5) Kolaborasi :
mukolitik.
mengencerkan sekret.
Streptomycin (S).
34
Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam, setelah diberikan intervensi, pola
Kriteria hasil:
Intervensi:
pada sisi yang sakit dan bantu pasien untuk latihan nafas dalam dan
batuk efektif
35
atelektasis dan meningkatkan gerakan secret ke jalan nafas besar
Rasional: bunyi napas dapat menurun, bahkan tidak ada, pada area
kolaps yng m,eliputi satu lobus, sigmen paru, atau seluruh area paru
(unilateral).
65)
Kriteria hasil:
36
Intervensi:
1) Kaji status nutrisi klien meliputi turgor kulit, berat badan, integritas
penatalaksanaan respiratori.
3) Anjurkan makanan sedikit tapi sering dengan diet tinggi kalori tinggi
protein (TKTP).
4) Kolaborasi:
dan albumin.
37
Rasional: Meningkatkan komposisi tubuh akan kebutuhan vitamin
Kriteria hasil:
bersin, batuk).
seperti masker.
38
4) Anjurkan untuk tidak menghentikan terapi.
6) Kolaborasi :
Streptomycin (S).
teratasi.
Kriteria hasil:
santai
Intervensi:
39
1) Bantu dalam mengidentifikasi sumber coping yang ada
terapeutik.
mengurangi kecemasan.
337)
40
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, pasien
waktu lama.
41
4) Takankan pentingnya mempertahankan asupan nutrisi yang
Rasional: diet TKTP (tinggi kalori dan tinggi protein) dan cairan yang
4. Implementasi
b. Mencegah komplikasi
5. Evaluasi
42
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada
43
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan disajikan mengenai asuhan keperawatan pada Tn. Bumur 74
tahun dengan jenis kelamin laki-laki. Asuhan keperawatan ini dimulai sejak tanggal
A. Pengkajian.
Pasien bernama Tn.B berjenis kelamin laki – laki dengan umur 74 tahun, berstatus
Tosiba yang bertanggung jawab adalah Ny.M yang merupakan istri dari Tn.B
Riwayat kesehatan klien, Klien masuk rumah sakit dengan keluhan batuk-
batuk, disertai sesak napas dan nyeri dada saat batuk. Pada saat pengkajian, klien
mengeluh sesak napas dan nyeri dada saat batuk. Klien mengatakan batuk-batuk
dan jika batuk klien kesulitan untuk bernapas dan aktivitasnya terganggu. Klien
mengeluh tidak bisa tidur dari kemarin karena sesak napas dan batuk-batuk dan
klien mengatakan susah makan (hanya makan bubur) dengan frekuensi makan 3
Klien mengatakan pernah mengalami penyakit Asma sekitar 5 tahun yang lalu.
Klien sudah masuk Puskesmas sangat sering sampai 7 kali. Klien tidak memiliki
44
riwayat alergi. Klien mengatakan tidak ada keluarganya yang menderita penyakit
klien tampak lusuh.TB: 168 cm, BB: 53 kg, Tanda-tanda vital:didapatkan hasil
o
suhu 36,5 C.
tidak terdapat luka atau benjolan pada hidung, tidak terdapat polip, tidak tampak
sekretpada lubang hidung, klien batuk berlendir, sesak, dada tampak simetris kiri
dan kanan, tampak bantuan otot-otot bantu pernapasan, tidak ada kelainan bentuk
dada dan tulang belakang. Hasil palpasi : Pergerakan dada teraba sama kiri dan
kanan, tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan. Hasil Perkusi : Suara perkusi
sonor pada area paru, redup pada area jantung dan pekak pada area hati. Hasil
auskultasi :Terdengar suara napas tambahan: ronchi pada paru kiri (ICS III).
Eyes: 4, dan Motorik: 6), tidak terdapat sakit kepala, reaksi pupil mengecil saat
tekanan darah 120/60 mmHg, nadi 80 kali/menit, tidak ada peningkatan tekanan
vena jugularis.
Pemeriksaan Sistem pencernaan mukosa bibir tampak pucat, bibir agak kering,
45
Pemeriksaan Sistem perkemihan frekuensi berkemih 5-6 kali/hari, tidak terdapat
Pemeriksaan Sistem pengindraan pada saat dikaji, sklera tampak putih, mata
simetris kiri dan kanan, terdapat gangguan penglihatan (rabun), penciuman baik,
klien mampu membedakan bau, keadaan telinga bersih, tidak ada benjolan dan
nyeri tekan pada daerah telinga, pendengaran baik, perabaan baik, dapat
o
terdapat luka dan benjolan, akral teraba dingin, suhu tubuh 36,5 C, turgor kulit
fraktur atau dislokasi pada tulang, kekuatan otot extremitas atas dan bawah
genitalia. Pemeriksaan Sistem imun tidak ada alergi, tidak ada penyakit atau obat-
biasanya makan nasi 2-3 kali sehari serta tidak ada makanan pantangan. Pada saat
dikaji, klien mengatakan susah makan (hanya makan bubur) dengan frekuensi
makan 2-3 kali sehari (hanya makan 5 sendok setiap waktu makan).Klien
mengatakan sebelum sakit, selain air minum klien biasa minum air putih. Jumlah
minum dalam seharinya 1 Aqua (setara dengan 1200 ml) dan tidak ada minuman
46
pantangan. Pada saat sakit, klien hanya minum air dengan jumlah yang tidak
menentu.
Pola Eliminasi klien mengatakan sebelum sakit, klien biasanya buang air
kecil di kamar mandi tanpa bantuan. tetapi pada saat sakit ia terpaksa harus dibantu
oleh keluarganya. Frekuensi buang air kecil sebelum sakit adalah 4-5 kali sehari
sedangkan pada saat sakit 4-5 kali sehari. Tidak ada nyeri pada saat berkemih.Klien
mengatakan sebelum sakit, klien biasanya buang air di kamar mandi tanpa bantuan
tetapi pada saat sakit ia terpaksa harus dibantu oleh keluarganya. Frekuensi buang air
besar sebelum sakit adalah 3 hari sekali sehari sedangkan pada saat sakit brelum
pernah. Tidak ada kesulitan saat buang air besar dengan konsistensi tinja lunak.
Pola Istirahat/tidur klien mengatakan sebelum sakit biasanya tidur siang selama satu
jam (13.00-14.00) dan tidur malam selama 9 jam (22.00-05.00). Sedangkan pada saat
dikaji, Klien mengatakan sulit tidur, tidur tidak nyenyak serta sering terbangun dan
Pola kebersihan / Personal hygiene klien mengatakan sebelum sakit biasanya mandi 2
kali sehari, cuci rambut setiap hari, tidak pernah gunting kuku, dan selalu gosok gigi
sebelum makan, sebelum tidur dan setelah makan. Sedangkan sejak masuk rumah
sakit, klien mengatakan tidak pernah mandi, tidak pernah keramas, jarang gosok gigi
Pola Aktivitas klien mengatakan sebelum sakit, klien biasanya menjaga cucu
di rumah sedangkan pada saat sakit hanya berbaring di tempat tidur karena merasa
lemas.
47
B. Pemeriksaan Penunjang.
PMERIKSAAN HASIL
WBC 3
16,5 x 10 /µL
RBG 6
5.24 x 10 /µL
HCT 44,1 %
MCV 84,2 fL
MCH 26,0 Pg
PLT 3
523 x 10 /µL
BTA Positif ( + )
Tabel 3.1
PMERIKSAAN HASIL
WBC 3
11,8 x 10 /µL
RBG 6
4.96 x 10 /µL
HCT 41,8 %
MCV 84,3 fL
MCH 26,0 Pg
PLT 3
429x 10 /µL
48
.Tabel 3.2
Hasil Pemeriksaan rontgen toraks PA (tanggal 02 Mei 2018)Kesan: KP duplex
aktif.
C. Terapi
Terapi medis Ceftriaxone 2 gr/IV/24 jam, Dexametason 1 ampl/IV/12 jam,
Ranitidin 1 ampl/IV/12 jam, Combiven I + pulmicort II nebu, Ambroxol 3 x
sehari/oral, IVFD RL (Intra Vena Flood Drips Ringer Laktat) pada tangan kanan: 20
tetes/menit.
D. Klasifikasi Data
Tabel 3.3. Klasifikasi data pada Tn. B dengan TuberkulosisParu
Analisa Data
1 2 3 4
51
E. Diagnosa Keperawatan
sesak, terdengar suara napas tambahan: ronchi pada paru kiri (ICS III),
3 3
WBC: 16.5 x 10 /µL, WBC: 11.8 x 10 /µL
dengan:
a. DS: Klien mengeluh tidak bisa tidur dari kemarin karena sesak napas dan
batuk-batuk
anemis, HGB: 13,6 g/dL, HGB: 12,9 g/dL, pernapasan: 32 kali/ menit,
DS: Klien mengatakan susah makan (hanya makan bubur) dengan frekuensi
makan)
52
b. DO: Klien tampak lemah, TB: 168 cm, BB 53 kg, BBI: 61,2 kg, bibir agak
kering, terdapat rasa mual saat makan, lidah tampak kotor, WBC: 16.5 x
3 3
10 /µL, WBC: 11.8 x 10 /µL
a. DS: Klien mengatakan tidak pernah mandi, tidak pernah keramas, jarang
b. DO:Gigi tampak kotor, kuku panjang dan kotor serta klien tampak lusuh.
53
F. Intervensi Keperawatan
54
3
x 10 /µL agen mukolitik sesuai indikasi. dinding saluran udara (bronkus), dan
mengencerkan sekret.
2 Gangguan pola tidur Setelah 1. Kaji pola, waktu dan faktor 1. Untuk mengidentifikasi masalah dan
berhubungan dengan dilakukan penyebab kesulitan tidur. membantu pilihan intervensi.
proses penyakit yang intervensi 2. Berikan posisi yang nyaman 2. Posisi yang nyaman akan membuat
ditandai dengan: selama 1 x 24 bagi klien. klien menjadi lebih tenang.
a. DS: Klien mengeluh jam, gangguan 3. Ciptakan lingkungan yang3. Lingkungan sangat mendukung
tidak bisa tidur dari pola tidur tenang misalnya dengan kenyamanan klien.
kemarin karena sesak teratasi. membatasi pengunjung.
napas dan batuk-batuk Kriteria hasil : 4. Anjurkan klien untuk4. Spiritual akan membantu
b. DO: Klien tampak 1) TD dalam melakukan aktivitas menenangkan jiwa klien.
lemah, TD: 120/60 batas sederhana sebelum tidur
mmHg, konjungtiva normal. misalnya membaca kitab
tampak anemis, HGB: 2) Konjungtiva suci, mengaji, atau sholat
13,6 g/dL, HGB: 12,9 tidak anemis (berdoa).
g/dL, pernapasan: 32 3) Tidak ada
kali/ menit, klien kelemahan
tampak batuk 4) Tidur
berlendir. menjadi
adekuat.
3 Perubahan nutrisi kurang Setelah 1. Kaji kebutuhan intake klien 1. Memberikan gambaran jumlah
dari kebutuhan tubuh dilakukan intake, jenis makanan dan minuman
berhubungan dengan tindakan yang dibutuhkan
intake tidak adekuat, keperawatan 2. Timbang BB tiap hari 2. Peningkatan BB sebagai indikator
peningkatan metabolisme selama 1 x 24 perbaikan status gizi klien
di dalam tubuh yang jam, kebutuhan 3. Berikan porsi makan sedikit 3. Memberikan toleransi nutrisi yang
ditandai dengan: nutrisi tapi sering. adekuat
1 2 3 4 5
DS: terpenuhi. 4. Anjurkan makan makanan 7. Makanan dalam kondisi hangat akan
55
- Klien mengatakan Kriteria hasil: dalam kondisi hangat. mengurangi mual.
susah makan (hanya a. Porsi makan 5. Lakukan perawatan oral 8. Perawatan oral hygiene akan
makan bubur) dengan dihabiskan. hygiene. meningkatkan nafsu makan klien
frekuensi makan 3 kali b. BB 6. Kolaborasi pemberian diit 9. Untuk menentukan nutrisi yang tepat
sehari (hanya makan 4 meningkat. dengan ahli gizi. bagi klien,
sendok setiap waktu Keadaan klien
makan) membaik.
DO:
- Klien tampak lemah,
TB: 168 cm, BB 53 kg,
BBI: 61,2 kg, bibir agak
kering, terdapat rasa
mual saat makan, lidah
tampak kotor, WBC:
3
16.5 x 10 /µL, WBC:
3
11.8 x 10 /µL
4 Defisit perawatan diri Setelah 1. Kaji kemampuan klien dalam 1. Mengidentifikasi intervensi yang
berhubungan dengan dilakukan melakukan perawatan diri. akan dilaksanakan.
penurunan kemampuan tindakan 2. Jelaskan kepada klien dan 2. Meningkatkan pemahaman klien
dalam merawat diri yang keperawatan keluarga tentang pentingnya dan keluarga.
ditandai dengan: selama 1 x 24 perawatan diri.
c. DS: Klien jam, perawatan 3. Lakukan perawatan diri klien 3. Memenuhi perawatan diri klien.
mengatakan tidak diri terpenuhi. (mandi, gunting kuku,
pernah mandi, tidak Kriteria hasil: keramas dan oral hygiene). 4. Keterlibatan keluarga akan
pernah keramas, 1) Gigi tampak 4. Libatkan keluarga dalam menjadikan keluarga mandiri dalam
jarang gosok gigi dan bersih. melakukan perawatan diri merawat klien
1 2 3 4 5
tidak pernah gunting 2) Kuku klien.
kuku. tampak
56
d. DO: Gigi tampak bersih dan
kotor, kuku panjang pendek.
dan kotor serta klien 3) Badan bersih
tampak lusuh. dan wangi.
57
ketiga kalinya lalu batuk secara spontan.
11:20 5. Memberikan oksigen tambahan sebanyak 2 liter dengan
menggunakan kanula nasal.
11:25 6. Memberikan pengobatan sesuai indikasi, dimana klien
diberikan codein 1 tablet dan ambroxol 1 tablet.
2 Kamis 05 15:00 1. Mengkaji pola tidur klien dengan menanyakan jam Kamis 05 Juli 2018 pukul 15:30
Juli 2018 tidur, jam bangun tidur serta kesulitan tidur atau S : Klien mengatakan sulit tidur dan
seringnya terbangun di malam hari. sering terbangun karena batuk.
15:05 2. Memberikan posisi terlentang dan setengah duduk (semi O: Klien tampak lemah, TD 120/60
fowler) dengan cara memberikan sanggahan bantal pada mmHg, konjungtiva tampak
kepala sampai pundak. anemis, nilai HGB: 13,6 g/dL.
15:10 3. Menciptakan lingkungan yang tenang dengan cara A: gangguan pola tidur teratasi.
membatasi jumlah pengunjung dan penjaga yang P: intervensi 1,2 dan 3 dilanjutkan.
diperbolehkan hanya 1 orang.
15:15 4. Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas
sederhana sebelum tidur misalnya membaca kitab suci,
mengaji, atau sholat (berdoa).
3. Kamis 15:20 1. Menimbang berat badan klien dengan menggunakan Kamis 05 Juli 2018 pukul 15:30
05 Juli timbangan berat badan (neraca). S: Merasa enak saat makan.
2018 15:25 2. Mengkaji makanan yang disukai dan tidak disukai oleh O : Makanan dihabiskan setengah
klien dengan cara menanyakan hal-hal tersebut pada porsi, BB: 53 kg.
klien dan memberikan pilihan makanan yang baik A : Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh tidak teratasi
1 2 3 4 5
dikonsumsi oleh klien. P : Intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan
15:30 3. Memberikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering.
Dengan cara memberikan makanan secara kontinyu
dalam porsi yang bisa diterima klien.
58
15:35 4. Menganjurkan makan makanan dalam kondisi hangat.
15:40 5. Memberikan diit nutrisi sesuai indikasi yaitu makanan
tinggi kalori dan tinggi protein seperti ikan, daging, telur
dan lain sebagainya.
4. Kamis 05 16:30 1. Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan Kamis 05 Juli 2018 pukul 17.45
Juli 2018 perawatan diri dan hasilnya klien tidak mampu S : Klien mengatakan segar setelah
melakukan perawatan diri karena tangannya diinfus, dimandikan (waslap) dan gosok
namun keluarga mengatakan akan selalu membantu gigi.
memandikan klien. O : Klien tampak segar, bersih dan
16:35 2. Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang harum.
pentingnya perawatan diri. A: Defisit perawatan diri teratasi.
16:40 3. Memandikan klien dengan menggunakan tisu basah P: Intervensi dipertahankan.
secara hati-hati dan selalu memantau pernapasannya.
16:45 4. Melakukan perawatan kuku (potong kuku dan
bersihkan) dengan cara merendam tangan di air hangat
kemudian kuku dipotong dan dibersihkan.
16:50 5. Membantu klien dalam menggosok gigi dengan
menggunakan sikat dan pasta gigi.
16:55 6. Melibatkan keluarga dalam melakukan perawatan diri
klien.
59
H. Catatan Perkembangan
60
diberikan
1 2 3 4
codein 1 tablet dan ambroxol 1 tablet.
II Jumat Jumat 06 Juli 2018 Pukul 09:30
06 Juli 2018 S:
Klien mengatakan sulit tidur dan sering terbangun karena batuk.
O: Klien tampak lemah, TD 120/60 mmHg, konjungtiva tampak
anemis, nilai HGB: 10,9 g/dL.
A: Gangguan pola tidur tidak teratasi.
P: Intervensi 1,2 dan 3 dilanjutkan.
1. Mengkaji pola tidur klien dengan menanyakan jam tidur, jam
bangun tidur serta kesulitan tidur atau seringnya terbangun di
malam hari.
2. Memberikan posisi terlentang dan setengah duduk (semi
fowler) dengan cara memberikan sanggahan bantal pada
kepala sampai pundak.
3. Menciptakan lingkungan yang tenang dengan cara
membatasi jumlah pengunjung dan penjaga yang
diperbolehkan hanya 1 orang.
61
P : Lanjutkan intervensi 1,3,4 dan 5.
1. Menimbang berat badan klien dengan menggunakan
timbangan
1 2 3 4
2. berat badan (neraca).
3 Memberikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
dengan cara memberikan makanan secara kontinyu dalam
porsi yang bisa diterima klien.
4. Menganjurkan makan makanan dalam kondisi hangat.
5. Memberikan diit nutrisi sesuai indikasi yaitu makanan tinggi
kalori dan tinggi protein seperti ikan, daging, telur dan lain
sebagainya
62
gelas untuk mengencerkan sputum yang menumpuk di jalan
napasnya.
5 Mengobservasi keadaan oksigen tambahan yang diberikan
kepada klien. (jam
1 2 3 4
6. Memberikan pengobatan sesuai indikasi, dimana klien diberikan
codein 1 tablet dan ambroxol 1 tablet.
II Sabtu Sabtu 07 Juli 2018 Pukul 11:00
07 Juli 2018 S:
Klien mengatakan masih sulit tidur dan sering terbangun karena
batuk.
O:
Klien tampak lemah, TD 120/60 mmHg, konjungtiva tampak
anemis, nilai HGB: 10,9 g/dL.
A: Gangguan pola tidur tidak teratasi.
P: Intervensi 1,2 dan 3 dilanjutkan.
1. Mengkaji pola tidur klien dengan menanyakan jam tidur, jam
bangun tidur serta kesulitan tidur atau seringnya terbangun di
malam hari.
2. Memberikan posisi terlentang dan setengah duduk (semi
fowler) dengan cara memberikan sanggahan bantal pada
kepala sampai pundak.
3. Menciptakan lingkungan yang tenang dengan cara
membatasi jumlah pengunjung dan penjaga yang
diperbolehkan hanya 1 orang.
63
enak saat makan.
O : Makanan yang disediakan dihabiskan, BB: 53 kg.
A : Gangguan Pemenuhan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Tidak teratasi
1 2 3 4
P : Lanjutkan intervensi 1,3,4 dan 5.
1. Menimbang berat badan klien dengan menggunakan
timbangan berat badan (neraca).
3 Memberikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
dengan cara memberikanmakanan secara kontinyu dalam
porsi yang bisa diterima klien
4 Menganjurkan makan makanan dalam kondisi hangat
5 Memberikan diit nutrisi sesuai indikasi yaitu makanan tinggi
kalori dan tinggi protein seperti ikan, daging, telur dan lain
sebagainya
I Minggu Minggu 08 Juli 2018 pukul 08:30
08 Juli 2018 S:
Klien mengatakan masih batuk berlendir tetapi sudah tidak ada
darah.
O:
Klien batuk berlendir, terdengar suara napas tambahan: ronchi
pada paru kiri (ICS III) berkurang, RR: 24 kali/menit.
A : Bersihan Jalan nafas Tidak Efektif tidak teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 3 dan6.
1. Mengkaji suara napas dengan melakukan auskultasi
menggunakan stetoskop dan didengarkan pada area dada dan
punggung, menghitung frekuensi pernapasan dengan melihat
jumlah inspirasi dan ekspirasi, serta mengobservasi
64
penggunaan otot napas tambahan dengan cara inspeksi
3 Memberikan klien minum air hangat sebanyak setengah
gelas untuk mengencerkan sputum yang menumpuk di jalan
napasnya.
7. Memberikan pengobatan sesuai indikasi, dimana klien
diberikan codein 1 tabletdan ambroxol 1 tablet.
1 2 3 4
II Minggu Minggu 08 Juli 2018 Pukul 11:00
08 Juli 2018 S:
Klien mengatakan tidur sudah lebih baik dan batuk berkurang.
O:
Klien tampak lemah, TD 120/80 mmHg, konjungtiva tampak
anemis
A: Gangguan Pola Tidur teratasi.
P: Intervensi dipertahankan
III Minggu Minggu 08 Juli 2018 pukul 07:45
08 Juli 2018 S:
Klien mengatakan nafsu makannya meningkat dan sudah merasa
enak saat makan.
O:
Makanan yang disediakan dihabiskan, BB: 54 kg.
A : Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Tidak
Teratasi.
P : Lanjutkan intervensi 1,3,4 dan 5.
1. Menimbang berat badan klien dengan menggunakan
timbangan berat badan (neraca).
3 Memberikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
dengan cara memberikan makanan secara kontinyu dalam
65
porsi yang bisa diterima klien
4 Menganjurkan makan makanan dalam kondisi hangat
5 Memberikan diit nutrisi sesuai indikasi yaitu makanan tinggi
kalori dan tinggi protein seperti ikan, daging, telur dan lain
sebagainya.
I Senin Senin 09 Juli 2018 pukul 08:00
09 Juli 2018 S:
Klien mengatakan batuknya sudah jarang dirasakan.
1 2 3 4
O:
Terdengar suara napas tambahan: ronchi pada paru kiri (ICS III)
berkurang, RR: 24 kali/menit.
A : Bersihan Jalan nafas teratasi
P : Intervensi Dipertahankan
II Senin Senin 09 Juli 2018 pukul 08 :05
09 Juli 2018 S:
Klien mengatakan nafsu makannya meningkat dan sudah merasa
enak saat makan.
O:
Makanan yang disediakan dihabiskan, BB: 55 kg.
A : Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Tidak
Teratasi.
P : Lanjutkan intervensi 1,3,4 dan 5.
1. Menimbang berat badan klien dengan menggunakan
timbangan berat badan (neraca).
3 Memberikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
dengan cara memberikan makanan secara kontinyu dalam
porsi yang bisa diterima klien
66
4 Menganjurkan makan makanan dalam kondisi hangat
5 Memberikan diit nutrisi sesuai indikasi yaitu makanan tinggi
kalori dan tinggi protein seperti ikan, daging, telur dan lain
sebagainya
67
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Niluh Gede Yasmin dan Christantie Effendy. (2004). Keperawatan Medical
Bedah Klien Dengan Gangguan System Pernafasan. Jakarta: EGC
Kunoli, Firdaus J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: Trans Info
Media
Muttaqin, Arif. (2012) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
System Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
Naga, Sholeh S. (2014). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta:
DIVA press
Nurarif Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2013) Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid I.
Yogyakarta: Mediactio.
Setiadi. (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan: Teori dan
Praktik.Yogyakarta. Grahara Ilmu
Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. (2013). KMB I Keperawatan Medikal
Bedah: Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika
54
55
56
57
58
59