Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

ANGGARAN PERUSAHAAN

ANGGANRAN PIUTANG DAN ASET TETAP

Oleh

Kelompok 10

Muhammad Jendy 1710536042

Rahma Tri Lestari 1710536048

Suci Mawaddah 1710536066

PROGRAM STUDI INTAKE AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

2018
PIUTANG (RECEIVABLES)
A. Pengertian Piutang

 Menurut Zaki Baridwan. pengertian piutang sebagai akibat dari usaha


normal perusahaan tersebut piutang dagang atau dengan kata lain bahwa
piutang dagang menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-
barang dan jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan.
 Menurut Kieso dan Weygant mendefinisikan pengertian piutang sebagai
berikut : Receivables are claims held against customers and others for
money, goods, or service.
 Menurut S.Hadibroto piutang merupakan klaim terhadap pihak lain,
apakah klaim tersebut berupa uang, barang atau jasa, untuk maksud
akuntansi istilah dipergunakan dalam arti yang lebih sempit yaitu
merupakan klaim yang diharapkan akan diselesaikan dengan uang.

Berdasarkan definisi di atas dapat diketahui bahwa piutang (receivable) adalah


tagihan kepada pihak lain (debitur) atau pelanggan sebagai akibat dari penjualan
barang-barang atau jasa-jasa yang dilakukan secara kredit atau memberikan
pinjaman kepada karyawan, memberi uang muka pada anak perusahaan, atau
penjualan aset tetap. Atau secara singkat, piutang merupakan tuntutan perusahaan
kepada pihak lain, dimana pihak yang dituntut wajib memenuhi kewajibannya
sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama.

Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar
secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja yaitu kas – persediaan –
piutang – kas. Dalam keadaan normal dan dimana penjualan pada umumnya
dilakukan dengan kredit, piutang mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi
dari pada persediaan, karena perputaran dari piutang ke kas membutuhkan satu
langkah, yang penting kebijaksanaan kredit yang efektif dan prosedur – prosedur
penagihan untuk menjamin penagihan untuk menjamin penagihan piuang yang
tepat pada waktunya dan menguurangi kerugian akibat piutang tak tertagih.

B. Klasifikasi Piutang

 Klasifikasi piutang dalam laporan keuangan :


Pada umumnya piutang diklasifikasikan sebagai piutang lancar (current
receivable) yaitu piutang yang waktu jatuh temponya satu tahun atau kurang,
dalam satu siklus operasi normal (normal operating cycle) perusahaan. Tetapi
apabila jatuh temponya lebih dari satu tahun, maka diklasifikasikan sebagai aset
lancar menjadi tidak tepat, untuk itu disebut piutang tidak lancar (noncurrent
receivable).
 Klasifikasi piutang dalam Laporan Posisi Keuangan :
a. Piutang dagang (trade receivable)
Piutang dagang (trade receivable) adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan
untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis
normal. Piutang dagang biasanya yang paling signifikan yang dimiliki perusahaan,
bisa diklasifikasikan menjadi dua yakni :
- Piutang usaha (account receivable) adalah janji lisan dari pelanggan untuk
membayar sejumlah uang atas barang atau jasa yang dijual secara kredit.
- Wesel tagih (notes receivable) adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah
uang tertentu pada tanggal tertentu di masa depan.
b. Piutang nondagang (nontrade receivable)
Piutang nondagang berasal dari berbagai transaksi dan dapat berupa janji tertulis
untuk membayar atau mengirimkan sesuatu , antara lain :
a) Uang muka kepada karyawan dan staf (Advances to officers and employees)
b) Uang muka kepada anak perusahaan (Advances to subsidiaries)
c) Deposito untuk menutup kemungkinan kerugian dan kerusakan (Deposits to
cover potential damages or losses)
d) Deposito sebagai jaminan penyediaan jasa atau pembayaran (Deposits as a
guarantee of performanca or payment)
e) Piutang dividen dan bunga (Dividends and interest receivable)
f) Klaim terhadap :
a. Perusahaan asuransi untuk kerugian yang dipertanggungkan;
b. Terdakwa dalam satu perkara hukum;
c. Badan-badan pemerintah untuk pengembalian pajak;
d. Perusahaan pengangkut untuk barang yang rusak atau hilang;
e. Kreditor untuk barang yang dikembalikan, rusak, atau hilang;
f. Pelanggan untuk barang-barang yang dapat dikembalikan (krat, container, dan
sebagainya.

 Klasifikasi piutang pada umumnya antara lain:


1. Piutang Usaha (Accounts Receivable)
Piutang Usaha (Accounts Receivable) adalah jumlah yang akan ditagih dari
pelanggan sebagai akibat transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit.
Piutang usaha memiliki saldo normal disebelah debet sesuai dengan saldo normal
untuk aset. Piutang usaha biasanya diperkirakan akan ditagih dalam jangka waktu
relatif pendek, biasanya dalam waktu 30 sampai 60 hari yang merupakan piutang
terbuka.

2. Piutang Wesel/Wesel Tagih (Notes Receivable)


Piutang wesel (notes receivable) adalah janji tertulis bersyarat dari satu
pihak ke pihak lain untuk membayar sejumlah uang tertentu di masa yang akan
datang atau tagihan perusahaan kepada pembuat wesel atau pihak yang telah
berhutang kepada perusahaan, baik melalui pembelian barang dan jasa secara
kredit maupun melalui peminjaman sejumlah uang. Pihak yang berhutang berjanji
kepada perusahaan untuk membayar sejumlah uang tertentu dalam kurun waktu
tertentu sesuai yang tertera dalam surat perjanjian yang ditulis secara formal
dalam sebuah wesel atau promes (promissory note). Jangka waktu minimal 60
hari.

3. Piutang Lain-lain (Other Receivable)


Piutang lain-lain adalah piutang yang tidak termasuk kedalam piutang usaha
maupun wesel tagih. Misalnya : pinjaman kepada karyawan maupun pinjaman
kepada pihak lain yang tidak berkaitan dengan usaha.
Perbedaan jenis-jenis piutang secara umum :
Piutang Piutang Wesel Piutang lain-lain
Dagang/Usaha
Jangka waktu Jangka waktu bermacam- Jangka waktu lebih dari
kurang dari 1 macam tetapi pada umumnya satu tahun atau termasuk
tahun 2/10, n/30 paling sedikit 60 hari dalam piutang jangka
panjang.
Dimasukkan Bagian yang jatuh temponya Pada umumnya termasuk
dalam aset lancar dalam waktu 1 tahun dalam piutang jangka
diperlakukan sebagai aset panjang
lancar, sedangkan yang lebih
dari satu tahun piutang jangka
panjang
Berkaitan dengan Mensyaratkan adanya jaminan Tidak berkaitan dengan
operasi utama sehingga jika saat jatuh tempo operasi sehari-hari dan
perusahaan tidak dapat melunasi maka biasanya dilaporkan di
sehingga harus jaminan tersebut dapat dijual Laporan Posisi Keuangan
dapat ditagih sebagai kelompok aset
tidak lancar.

C. Pengakuan dan Pengukuran Piutang Dagang/Usaha (Recognition)


Piutang dagang/usaha akan diakui berdasarkan accrual basis dimana
pengakuan piutang mendahului realisasi atau pembayaran. Jadi piutang diakui
tanpa dikaitkan kapan pembayaran kas akan diterima (accrual basis). Dalam
sebagian besar transaksi piutang, jumlah yang harus diakui adalah harga
pertukaran diantara kedua belah pihak. Harga pertukaran (the exchange price)
adalah jumlah yang terutang dari debitur (seorang pelanggan atau peminjam) dan
umumnya dibuktikan dengan beberapa dokumen, misalnya faktur (invoice).
Pengakuan piutang dagang/usaha yang berasal dari penjualan barang
dipengaruhi oleh syarat pengiriman (terms of shipping). Jika syarat pengirimannya
adalah f.o.b (free on board) shipping point, piutang dagang diakui ketika hak
kepemilikan berpindah kepada pembeli di tempat pegiriman, yaitu ketika penjual
menyerahkan barang kepada perusahaan pengangkutan. Jika syarat pengirimannya
adalah f.o.b destination, piutang dagang diakui ketika hak kepemilikan berpindah
ke tangan pembeli di tempat tujuan, yaitu ketika pembeli menerima barang dari
perusahaan pengangkutan. “Shipping Point” dan “Destination” sering
ditunjukkan dengan lokasi tertentu, misalnya f.o.b Jakarta dan f.o.b Pekanbaru.
Dua faktor yang bisa memperumit pengukuran harga pertukaran adalah
diskon penjualan (diskon dagang dan diskon tunai) dan lamanya waktu antara
tanggal penjualan dan tanggal jatuh tempo.

DISKON PENJUALAN
Ada dua cara mencatat diskon penjualan, yaitu :
1. Diskon dagang (trade discount)
Harga barang biasanya dapat dikenakan diskon dagang. Diskon dagang
semacam itu digunakan untuk menghindari perubahan yang sering terjadi dalam
katalog, untuk mengutip harga yang berbeda bagi pembelian dalam kuantitas
berbeda, atau untuk menyembunyikan harga faktur yang sebenarnya dari pesaing.
Contoh : Sebuah toko kelontong menjual bahan pokok seharga Rp 250.000
dengan memberikan diskon 25 %. Maka piutang yang dicatat oleh penjual sebesar
Rp 250.000 – (Rp 250.000X25%) = Rp 187.500

2. Diskon tunai atau diskon penjualan (sales discount)


Diskon tunai diberikan sebagai perangsang agar pembeli melakukan
pembayaran secepatnya. Diskon semacam ini dinyatakan dalam bentuk istilah
“termin” seperti 2/10, n/30 yang berarti apabila dibayarkan dalam waktu 10 hari
dari transaksi, maka akan mendapatkan diskon sebesar 2%, dan jumlah kotor jatuh
tempo adalah 30 hari. Atau 2/10 E.O.M. net 30, E.O.M. yang berarti diskon 2%
jika dibayarkan dalam 10 hari dari akhir bulan, dengan pembayaran penuh
dilakukan pada hari ke-30 bulan berikutnya.
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mencatat penjualan dan diskon
penjualan antara lain :
a. Metode Kotor (Gross Method)
Diskon penjualan hanya diakui dalam akun apabila pembayaran diterima dalam
periode diskon. Diskon penjualan akan ditunjukkan dalam laporan laba rugi
sebagai pengurang atas penjualan untuk mendapatkan penjualan bersih.
b. Metode Bersih (Net Method)
Diskon penjualan yang tidak diambil mencerminkan pinalti atau denda yang
ditambahkan pada harga yang ditetapkan untuk merangsang pembayaran
secepatnya. Yaitu, penjual menawarkan penjualan kredit pada harga lebih tinggi
dibanding penjualan tunai, dan kenaikannya di offset oleh diskon tunai yang
ditawarkan. Jadi, pembeli yang membayar dalam periode diskon membeli secara
tunai, sedangkan mereka yang membayar setelah berakhirnya periode diskon akan
didenda karena harus membayar dengan jumlah yang melebihi harga tunai.
Diskon penjualan yang hilang ini diperlakukan sebagai “pendapatan lain-lain’.

RETUR DAN PENGURANGAN PENJUALAN


Kadang-kadang barang dikembalikan oleh pembeli atau pengurangan harga
harus diberikan karena kerusakan atau tidak dipesan. Jika barang dikembalikan
atau pengurangan harga harus diberikan maka piutang dagang harus dikurangi
dengan mendebet akun retur dan pengurangan penjualan (sales return and
allowance).

D. Penilaian Piutang Usaha/Dagang (Valuation)


Piutang yang diperkirakan akan tertagih dalam satu tahun atau satu siklus
operasi, diklasifikasikan sebagai lancar; sementara yang lainnya diklasifikasikan
sebagai jangka panjang. Pelaporan piutang melibatkan klasifikasi dan penilaian
dalam Laporan Posisi Keuangan. Klasifikasi melibatkan penentuan lamanya
waktu setiap piutang akan beredar. Penilaian piutang sedikit lebih kompleks yaitu
piutang jangka pendek dinilai dan dilaporkan pada nilai realisasi bersih (net
realizable value), jumlah bersih yang diperkirakan akan diterima dalam bentuk
kas yang tidak selalu berupa jumlah yang secara resmi merupakan piutang.

Penentuan nilai realisasi bersih memerlukan estimasi piutang tak tertagih


1) Piutang usaha yang tak tertagih
Penjualan atas dasar penjualan tunai berisiko menimbulkan kegagalan untuk
menagih piutang. Piutang usaha tak tertagih adalah kerugian pendapatan.
Kerugian pendapatan dan penurunan laba diakui dengan mencatat beban piutang
ragu-ragu (atau beban piutang tak tertagih atau kerugian piutang).

Ada dua prosedur untuk mencatat piutang tak tertagih :


a. Metode penghapusan langsung (direct write of method)
Metode ini mencatat piutang tak tertagih pada tahun dimana telah diputuskan
bahwa suatu piutang tertentu tidak akan dapat ditagih. Pendukung metode ini
berpendapat bahwa yang dicatat haruslah fakta bukan estimasi. Metode ini
dipandang praktis dan mudah diaplikasikan. Metode ini mempunyai kelemahan
yaitu biasanya gagal menandingkan biaya dengan pendapatan pada periode
bersangkutan.
Tidak ada ayat jurnal yang dibuat, sampai suatu akun khusus telah ditetapkan
secara pasti sebagai tidak tertagih. Kemudian kerugian tersebut dicatat dengan
mendebit Beban Kerugian Piutang dan mengkredit Piutang Usaha/Dagang
sebesar jumlah piutang dagang yang tidak tertagih.
b. Metode cadangan/penyisihan (allowance method)
Metode cadangan/penyisihan mencatat beban kerugian atas dasar estimasi
yang dilakukan pada akhir periode akuntansi dimana penjualan kredit dilakukan,
meskipun piutang tersebut belum diketahui pasti tidak tertagih.
Tiga hal yang penting berkaitan dengan metode penyisihan yaitu :
 Piutang yang tidak tertagih ditaksir jumlahnya terlebih dahulu, dan diakui sebagai
biaya pada periode penjualan, bila piutang tak tertagih berasal dari tahun X maka
kerugian piutang diakui pada tahun X juga.
 Taksiran kerugian piutang dicatat dengan mendebit Beban Kerugian Piutang dan
mengkredit Cadangan Kerugian Piutang melalui jurnal penyesuaian. Rekening
Beban Kerugian Piutang akan dilaporkan dalam Laporan Laba Rugi
Komprehensif sebagai elemen Biaya Operasional, sedangkan rekening Cadangan
Kerugian Piutang akan dilaporkan sebagai rekening pengurang dari pos Piutang
Dagang dalam Laporan Posisi keuangan.
 Piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih dicatat dengan mendebit rekening
Cadangan Kerugian Piutang dan mengkredit rekening Piutang Usaha/Dagang
pada saat suatu piutang itu dihapus dari pembukuan.

Cara Menaksir Besarnya Kerugian Piutang


Besarnya kerugian piutang dapat ditaksir dengan menggunakan 3 macam cara
sebagai berikut :
1. Prosentase dari Hasil Penjualan Bersih (Percentage of Sales Approach)
Besarnya kerugian piutang ditentukan dengan mengalikan sejumlah
prosentase tertentu dengan hasil penjualan bersih. Yang dimaksud dengan hasil
penjualan bersih adalah total penjualan bersih atau dapat pula berarti total
penjualan kredit bersih, mengingat karena piutang timbul dari penjualan kredit.
Cara penaksiran kerugian piutang ini menggunakan pendekatan laporan laba-rugi
(Income Statement Approach).
2. Prosentase dari Saldo Piutang Dagang
Tujuan dari metode ini adalah melaporkan nilai realisasi bersih piutang
dalam Laporan Posisi Keuangan, oleh karena itu pendekatan ini disebut dengan
pendekatan prosentase piutang (Laporan Posisi Keuangan) yaitu menaksir
besarnya kerugian piutang berdasarkan prosentase tertentu dari saldo piutang
dagang pada akhir tahun yang bersangkutan. Pendekatan ini dapat diaplikasikan
dengan menggunakan satu tarif gabungan (composite rate) yang mencerminkan
estimasi piutang tak tertagih.
3. Analisa Umur Piutang
Pendekatan lainnya yang lebih sensitif terhadap status akrual dari piutang
usaha adalah menetapkan skedul umur piutang (againt schedule) dan menerapkan
prosentase yang berbeda berdasarkan pengalaman masa lalu pada berbagai
kategori umur.
Umur piutang masing-masing debitur digolong-golongkan, baik yang belum
jatuh tempo maupun yang telah jatuh tempo. Bagi piutang debitur yang telah jatuh
tempo, semakin lama jaraknya dengan jatuh temponya maka semakin besar pula
kemungkinan tidak tertagihnya. Dengan demikian dalam menaksir besarnya
kerugian piutang, masing-masing kelompok umur piutang ditentukan besarnya
prosentase kerugian, dimana semakin lama umur piutang dari saat jatuh tempo
semakin besar pula prosentase kerugiannya.
3. Retur Penjualan dan Pengurangan Harga
Retur penjualan dan pengurangan harga dilaporkan sebagai pengoffset atas
pendapatan penjualan dalam laporan laba-rugi. Retur dan pengurangan
diakumulasikan secara terpisah, bukan didebet secara langsung ke akun penjualan
agar pembaca laporan mengetahui jumlahnya masing-masing.
E. Pengakuan Wesel Tagih
Suatu wesel tagih didukung oleh promes (promissory note) formal, yaitu janji
tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada suatu tanggal di masa depan.
Wesel semacam itu merupakan instrumen yang dapat dinegosiasikan yang
ditandatangani oleh pembuat (maker) untuk kepentingan yang dibayar atau
penerima (payer).

3. Wesel yang diterbitkan bukan pada nilai nominal


a. Wesel berbunga nol Jika yang diterima adalah wesel berbunga nol, maka nilai
sekarangnya adalah kas yang dibayarkan kepada penerbit wesel. Karena baik
jumlah masa depan maupun nilai sekarang wesel telah diketahui, maka suku
bunga dapat dihitung. Suku bunga implisit adalah suku bunga yang akan
menyamakan kas yang dibayarkan dengan jumlah piutang di masa depan. Selisih
antara jumlah masa depan (nilai nominal)dengan nilai sekarang (kas yang
dibayarkan) dicatat sebagai diskonto dan diamortisasikan ke pendapatan bunga
sepanjang umur wesel.
b. Wesel berbunga Jika nilai sekarang melebihi nilai nominal, maka wesel tersebut
dipertukarkan pada premi. Premi atas wesel tagih dicatat sebagai debet dan
diamortisasikan menggunakan metode bunga efektif sepanjang umur wesel
sebagai pengurang tahunan dalam jumlah pendapatan bunga yang diakui.
c. Wesel yang diterima untuk properti, barang atau jasa Jika wesel diterima sebagai
pertukaran properti, barang atau jasa dalam suatu transaksi yang wajar, yang suku
bunga ditetapkan diasumsikan cukup wajar kecuali :
a) Tidak ada suku bunga yang ditetapkan, atau
b) Suku bunga yang ditetapkan tidak masuk akal, atau
c) Jumlah nominal dari wesel berbeda secara material dari harga jual tunai saat ini
untuk pos-pos yang serupa atau dari nilai pasar sekarang instrument utang. Dalam
situasi ini, nilai sekarang wesel diukur oleh nilai wajar properti, barang, atau jasa
atau oleh jumlah yang secara layak mendekati nilai pasar wesel.
4. Pilihan suku bunga Proses perkiraan suku bunga dinamakan dengan perhitungan
suku bunga yang layak (impultation), dan hasilnya dinamakan suku bunga terkait
(imputed interest rate).Pilihan suku bunga ini dipengaruhi oleh suku bunga yang
berlaku bagi penerbit instrumen serupa dengan peringkat kredit yang sama.

F. Penilaian Wesel Tagih


Seperti piutang usaha, wesel tagih jangka pendek dicatat dan dilaporkan pada nilai
realisasi bersihnya, yaitu pada jumlah nominalnya dikurangi semua penyisihan
yang diperlukan.. Akun penyisihan wesel tagih yang utama adalah Penyisihan
untuk Wesel Tak Tertagih. Namun wesel tagih jangka panjang menimbulkan
masalah estimasi tambahan. Kita hanya perlu melihat masalah yang dihadapi oleh
institusi keuangan, terutama bank-bank pusat uang, dalam menagih piutang dari
pinjaman energi, pinjaman riil estate, dan pinjaman kepada Negara kurang
berkembang. Wesel tagih berkurang nilainya (impaired) jika terdapat
kemungkinan bahwa kreditor tidak akan mampu menagih seluruh jumlah yang
terutang (baik pokok maupun bunga) sesuai dengan ketentuan kontraktual
pinjaman.
G. Disposisi Piutang Usaha dan Wesel Tagih Dalam rangka mempercepat
penerimaan kas dari piutang, pemilik dapat mentransfer piutang usaha atau wesel
tagih kepada perusahaan lainnya secara tunai. Transfer piutang kepada pihak
ketiga dapat dilakukan dalam salah satu dari dua cara berikut :
1. Peminjaman yang dijamin Piutang seringkali digunakan sebagai jaminan dalam
suatu transaksi peminjaman. Kreditor seringkali meminta debitor menunjuk
(menetapkan) atau menggadaikan piutang sebagai jaminan pinjaman. Jika
pinjaman tidak dibayar pada saat jatuh tempo, maka kreditor memiliki hak untuk
mengkonversi jaminan itu menjadi kas yaitu untuk menagih piutang.
2. Penjualan piutang Penjualan piutang semakin sering terjadi dalam beberapa tahun
terakhirPenjualan piutang semakin sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Jenis penjualan yang umum dilakukan adalah penjualan piutang kepada factor.
Factor adalah perusahaan pembiyaan atau bank yang membeli piutang dari
perusahaan untuk mendapatkan imbalan (fee) dan kemudian menagih piutang
secara langsung dari pelanggan. Anjak Piutang (factoring receivables) secara
tradisional berhubungan dengan industri tekstil, pakaian, sepatu furniture, dan
peralatan rumah tangga.
Prosedur Dasar dalam Factoring:
1. Menyampaikan pesanan
2. Meminta pesanan
3. Menyerahkan kas
4. Mengirimkan barang
5. Melakukan pembayaran
Seperti disebutkan dalam cerita pembuka, salah satu fenomena baru dalam
penjualan (transfer) piutang adalah sekuritisasi. Sekuritisasi (securitization) dapat
berupa pool aset seperti piutang kartu kredit, piutang hipotik, atau piutang
pinjaman mobil dan menjual sebagian pembayaran bunga dan pokok dalam pool
tersebut. Sebenarnya, ini sama saja dengan menciptakan sekuritas yang didukung
oleh pool aset tersebut. Hampir setiap aset yang memiliki aliran pembayaran dan
sejarah pembayaran jangka panjang bisa merupakan calon sekuritisasi. Perbedaan
antara factoring dengan sekuritisasi adalah bahwa factoring biasanya melibatkan
penjualan kepada satu perusahaan saja, biayanya tinggi, kualitas piutang rendah,
dan penjual kemudian tidak perlu menagih piutang. Dalam sekuritisasi, banyak
investor terlibat, marjinnya sedikit, kualitas piutang tinggi, dan penjual biasanya
terus menagih piutang. Baik dalam transaksi factoring maupun sekuritisasi,
piutang dapat dijual atas dasar tanpa tanggung renteng atau dengan tanggung
renteng.
Tanggung Renteng Tanggung renteng adalah hak penerima transfer piutang untuk
menerima pembayaran dari pelaku transfer:
(1) Jika debitor tidak mampu melunasi piutang pada saat jatuh tempo (2) Untuk
pengaruh sebelum pembayaran, atau (3) Untuk penyesuaian yang muncul akibat
turunnya nilai piutang yang ditransfer.
Penjualan tanpa Tanggung renteng Jika piutang dijual tanpa tanggung renteng
(without resource), maka pembeli menanggung resiko ketertagihan piutang dan
setiap kerugian kredit. Transfer piutang usaha dalam transaksi tanpa tanggung
renteng serupa dengan penjualan piutang usaha secara langsung baik dalam
bentuk (transfer kepemilikan) maupun dalam subtansinya (transfer pengendalian).
Dalam transaksi tanpa tanggung renteng, seperti dalam setiap penjualan aset,
penjual mendebit kas untuk hasil yang diterima dan mengkredit piutang usaha
sebesar nlai nominal piutang. Selisihnya, yang dikurangi dengan setiap provisi
untuk penyesuaian piutang yang mungkin (diskon, retur, pengurangan harga, dan
sebagainya), diakui sebagai kerugian atas penjualan piutang. Penjual
menggunakan akun terhutang dari factor (dilaporkan sebagai piutang) untuk
mencatat hasil yang ditahan oleh factor untuk menutupi diskon penjualan, retur
penjualan, dan pengurangan harga. Sebagai contoh, Crest Textiles, Inc. mem-
factorkankan piutang usaha senilai $500.000 kepada Commercial Factors, Inc.,
atas dasar tanpa tanggung renteng. Catatan piutang ditransfer ke Commercial
Factors, Inc., yang akan menerima penagihan. Commercial Factors, Inc.
mengenakan beban pembiayaan sebesar 3% dari jumlah piutang usaha dan
menahan sejumlah hasil yang besarnya sama dengan 5% dari piutang usaha. Ayat
jurnal untuk mencatat transfer piutang tanpa tanggung renteng, baik bagi Crest
Textiles maupun Commercial Factors, adalah sebagai berikut:
Ayat Jurnal untuk Mencatat Penjualan Piutang tanpa Tanggung Renteng
Crest Textiles, Inc. Kas
460.000 Terutang dari faktor 25.000*
Kerugian atas Penjualan Piutang 15.000**
PiutangUsaha (Wesel Tagih) 500.000
*(5% x $500.000) **(3% x $500.000)
Commercial Factors, Inc. Piutang Usaha (Wesel
Tagih) 500.000
Textiles 25.000
PendapatanPembiayaan 15.000
Kas 460.000
Dalam mengakui penjualan piutang, Crest Textiles mencatat kerugian sebesar
$15.000. Laba bersih factor adalah selisih antara pendapatan pembiayaan,
$15.000, dengan jumlah setiap piutang yang tidak dapat ditagih.
Penjualan dengan Tanggung Renteng Jika piutang dijual dengan tanggung renteng
(with recourse), maka penjual menjamin pembayaran kepada pembeli seandainya
debitor tidak mampu membayar. Untuk mencatat transaksi jenis ini, digunakan
pendekatan komponen keuangan (financial components approach), karena penjual
akan terus terlibat mengakui aktifa dan kewajiban yang mereka kendalikan setelah
penjualan.
Peminjaman yang Dijamin vs. Penjualan FASB telah menyimpulkan bahwa
penjualan hanya terjadi jika penjual menyerahkan kendali atas piutang kepada
pembeli. Tiga kondisi berikut harus terpenuhi sebelum suatu penjualan bisa
dicatat: (1) Aset yang akan ditransfer telah dipisahkan dari pelaku transfer
(ditempatkan diluar jangkauan pelaku transfer dan kreditornya). (2) Penerima
transfer telah mendapatkan hak untuk menggadaikan atau menukar aset yang
ditransfer ataupun manfaat dalam aset yang ditransfer tersebut. (3) Pelaku transfer
tidak lagi memiliki kendali yang efektif atas aset yang ditransfer baik melalui
kesepakatan pembelian kembali maupun menebusnya sebelum jatuh tempo. Jika
ketiga kondisi di atas telah terpenuhi, maka penjualan dapat terjadi. Jika tidak,
maka pelaku transfer harus mencatat transfer itu sebagai peminjaman yang
dijamin (secured borrowing). Jika akuntansi untuk penjualan sudah tepat, maka
pihak yang terlibat masih harus mempertimbangkan aset yang diperoleh dan
kewajiban yang akan ditanggung dalam transaksi itu. Aturan akuntansi untuk
transfer piutang ditampilkan dalam contoh dibawah ini. Seperti ditunjukkan dalam
ilustrasi dibawah ini, jika masih ada keterlibatan dalam transaksi penjualan, maka
aset yang diperoleh dan kewajiban yang ditanggung harus dicatat pada nilai
wajarnya.
ASET TETAP
2.1 Pengertian Aset Tetap

Berbagai definisi aset tetap yang dikemukakan oleh para ahli, semuanya
mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaitu merumuskan pengertian aset
tetap agar mudah dipahami. Dibawah ini akan diuraikan definisi-definisi tersebut :

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan


(SAK) (2014:16.06): Aset tetap adalah aset berwujud yang
a. dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau
jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif dan
b. diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Definisi aset tetap menurut Reeve dkk (2012:2): “Aset tetap adalah aset
yang bersifat jangka panjang atau secara relatif memiliki sifat permanen serta
dapat digunakan dalam jangka panjang”.

Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012:1) “aset tetap adalah


aset yang dimiliki dan diperjualbelikan (baik dibuat sendiri atau diperoleh dari
pembelian, pertukaran, dan sumbangan) yang nilainya relatif tinggi dan
manfaatnya lebih dari satu periode akuntansi serta digunakan dalam kegiatan atau
operasi perusahaan”.
Selain itu, menurut Baridwan (2008:271): “Aset tetap yang sifatnya relatif
permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Istilah relatif
permanen menunjukkan sifat dimana aset yang bersangkutan dapat digunakan
dalam jangka waktu yang relatif cukup lama. Untuk tujuan kauntansi, jangka
waktu penggunaan ini dibatasi dengan “lebih dari satu periode akuntansi”.

Sedangkan menurut Martani, dkk (2012:270): “Aset tetap adalah aset


berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi dan penyediaan barang
dan jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan
diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Dari berbagai definisi aset tetap diatas maka menurut penulis aset tetap
adalah aset yang bersifat jangka panjang dan digunakan untuk kegiatan opersional
perusahaan serta memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
2.2 Pengelompokkan Aset Tetap

Aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan dapat bermacam-macam, seperti :


tanah, bangunan, kendaraan, alat berat, peralatan kantor, dan lain-lain. Menurut
Ikatan Akuntan Indonesia (2012:2): dari berbagai aset tetap yang dimiliki
perusahaan, untuk tujuan akuntansi dapat dikelompokkan kedalam beberapa
kelompok:

1. Aset tetap yang umurnya tidak terbatas, seperti tanah tempat kantor
atau bangunan pabrik berdiri, lahan pertanian, lahan perkebunan, lahan
peternakan.
2. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa
manfaatnya bias diganti dengan aset lain yang sejenis, seperti
bangunan, mesin, kendaraan, komputer, peralatan, dan lain-lain.
3. Aset tetap yang umurnya terbatass dan apabila sudah habis masa
manfaatnya tidak dapat diganti dengan yang sejenis, seperti tanah
pertambangan dan hutan.

2.3 Perlakuan Akuntansi atas Aset Tetap

Perlakuan akuntansi aset tetap menurut Martini (2012:278) meliputi :


1. saat perolehan aset tetap
2. penyusutan
3. penghentian aset tetap
4. penyajian aset tetap pada neraca

2.3.1 Saat Perolehan Aset Tetap

Aset tetap yang dimiliki perusahaan dapat diperoleh dengan berbagai cara.
Dimana cara memperoleh aset tetap tersebut akan mempengaruhi harga perolehan
atas aset tersebut dan menjadi faktor penentu dalam menetapkan beban
penyusutan yang akan dialokasikan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012:3)
cara perolehan aset tetap antara lain:
1. Pembelian tunai
Aset tetap yang diperoleh melalui pembelian tunai dicatat di dalam buku
dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aset
tetap tersebut seperti yang tercantum dalam faktur dan beban-beban
lainnya.
2. Pembelian angsuran
Aset tetap diperoleh melalui pembelian angsuran, biaya perolehan aset
tetap tersebut tidak termasuk bunga. Bunga selama angsuran harus
dibebankan sebagai beban bunga periode akuntansi berjalan, sedangkan
yang dihitung sebagai biaya perolehan adalah total angsuran ditambah
beban tambahan lainnya.

3. Diperoleh sebagai donasi


Aset tetap yang diperoleh secara donasi, maka aset tetap tersebut dicatat
dan diakui sebesar harga pasar.
4. Ditukar dengan surat berharga
Aset yang ditukar dengan surat berharga, baik saham atau obligasi
perusahaan tertentu, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau
obligasi yang digunakan sebagai penukar.
5. Ditukar dengan aset tetap yang lain
Biaya perolehan tetap digunakan untuk memperoleh aset tetap tersebut,
yaitu aset yang baru harus dikapitalisasikan dengan jumlah sebesar
harga pasar aset lama ditambah dengan uang yang dibayarkan.

2.3.2 Penyusutan

Setiap aset yang digunakan oleh perusahaan apabila digunakan secara


terus menerus akan mengalami penurunan nilai, hal ini nenyebabkan masa
manfaat dan nilai guna aset semakin berkurang dari waktu kewaktu. Hal inilah
yang menyebabkan adanya penyusutan pada setiap aset tetap kecuali tanah.

Menurut Baridwan (2008:306), akuntansi penyusutan adalah: “Akuntansi


penyusutan adalah suatu sistem akuntansi yang bertujuan untuk membagikan
harga perolehan atau nilai dasar lain dari aset teta berwujud, dikurangi nilai sisa
(jika ada), selama umur kegunaan unit itu yang ditaksir (mungkin berupa suatu
kumpulan aset-aset) dalam suatu cara yang sistematis dan rasional”.

Sedangkan menurut Reeve dkk (2012:8) penyusutan adalah: “ pemindahan


Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar akuntansi keuangan
(2014:16.06), penyusutan adalah : alokasi sistematis jumlah dari aset selama umur
Manfaatnya
Berdasarkan difinisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penyusutan
merupakan suatu pengalokasian atas harga perolehan aset tetap berwujud yang
dibebankan setiap periode akuntansi selama masa manfaatnya.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012:5), Ada beberapa faktor yang


dapat mempengaruhi perhitungan penyusutan aset tetap selama periode berjalan,
yaitu sebagai berikut:

1. Biaya perolehan
Biaya perolehan adalah biaya keseluruhan uang yang dikeluarkan untuk
memperoleh suatu aset tetap sampai siap digunakan oleh perusahaan.
2. Nilai sisa (residu)
Nilai sisa (residu) adalah taksiran harga jual aset tetap tersebut pada
akhir masa manfaat aset tetap tersebut.
3. Taksiran manfaat ekonomi
Taksiran manfaat ekonomi adalah taksiran manfaat dari aset tetap
tersebut. Masa manfaat adalah taksiran manfaat dari aset tersebut,
bukan umur teknis.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan


(2014:16.06) biaya perolehan ialah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan
atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset
pada saat perolehan atau konstruksi, atau jika dapat diterapkan, jumlah yang
diatribusikan pada aset ketika pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan
tertentu.

Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2014:16.16) biaya perolehan aset


tetap meliputi:

a. Harga perolehannya termasuk bea impor termasuk pajak pembelian


yang tidak dapat dikreditkan setelah dikurangi diskon dan potongan
laba.

b. Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa


aset kelokasi dan kondisi yang diinginnkan supaya set tersebut siap
digunakan sesuai dengan internal manajemen.

c. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan


restorasi lokasi aset, kewajiban tersebut timbul ketika aset tetap.
diperoleh atau sebagai konsekuensi penggunaan aset tetap selama periode tertentu untuk
tujuan selain untuk memproduksi persediaan selama periode tertentu.

Pemilihan metode untuk menghitung penyusutan atas aset tetap juga memiliki
peranan yang sangat penting, hal ini pula dijelaskan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia
dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK), (2014:16.75)
“Pemilihan metode penyusutan dan estimasi umur manfaat aset adalah hal yang

memerlukan pertimbangan. Oleh karena itu, pengungkapan metode yang digunakan dan
estimasi umur manfaat atau tariff penyusutan menyediakan informasi bagi pengguna
laporan keuangan dalam mengkaji kebijakan yang dipilih manajemen dan
memungkinkan perbandingan dengan entitas lain. Untuk alas an yang serupa, juga
diungkapkan:

a. Penyusutan, apakah diakui dalam laba rugi atau diakui sebagai bagian dari biaya
perolehan aset lain, selama satu periode, dan
b. Akumulasi penyusutan pada akhir periode.

Terdapat beberapa metode untuk mengalokasikan biaya perolehan aset

tetap kedalam periode aset tetap tersebut diantaranya:

Menurut Hery (2014:194) dibagi berdasarkan waktu dan penggunaannya yaitu:

A. Berdasarkan waktu

1. Metode garis lurus

Metode garis lurus ini merupakan metode paling sederhana. Metode ini
menghubungkan alokasi biaya dengan berlalunya waktu, dan mengakui
pembebanan periodic yang sama sepanjang umur manfaat aset. Asumsi yang
pembebanan metode garis lurus ini adalah bahwa aset yang bersangkutan
akan memeberikan manfaat yang sama untuk setiap periodenya sepanjang
umur aset, dan pembebanannya tidak dipengaruhi oleh perubahan
produktifitas dan efisiensi aset.

Dengan menggunakan metode garis lurus, besarnya beban penyusutan


periodic dapat dihitung sebagai berikut.
Penyusutan = harga Perolehan - Estimasi nilai residu

Estimasi masa manfaat

2. Metode pembebanan menurun

1) Metode jumlah angka tahun

Metode ini menghasilkan beban penyusutan yang menurun dalam setiap tahun
berikutnya. Dalam metode jumlah angka tahun ini, sesungguhnya tida ada
pemikiran konseptual yang luar biasa, yang ada hanyalah skema ilmu hitung
yang membuat besarnya beban penyusutan periodic menurun dari satu periode
keperiode berikutnya dan seluruh nilai perolehan aset yang dapat disusutkan
dialokasikan sepanjang umur aset.

Perhitungan aset dengan metode saldo menurun dapat dihitung sebagi berikut:
Penyusutan = n (n= 1) 2
2) Metode saldo menurun ganda
Metode ini menghasilkan suatu penyusutan periodik yang menurun selama
estimasi umur ekonomis aset. Jadi, metode ini pada hakekatnya sama dengan
jumlah angka tahun diman besarnya beban penyusutan akan menurun setiap
tahunnya. Beban penyusutan dihitung dengan cara mengalikan satu tarif
persentase ke nilai buku aset yang kian menurun. Besarnya tarif penyusutan
yang umum dipakai adalah tarif penyusutan garis lurus.

B. Sedangkan berdasarkan penggunannya

1. Metode jam jasa


Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aset akan lebih cepat rusak bila
digunakan sepenuhnya dibanding dengan penggunaan yang tidak
sepenuuhnya.beban depresi periodik besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa
yang terpakai.
2. Metode unit produksi
Metode unit produksi didasarkan pada anggapan bahwa aset yang diperoleh
diharapkan dapat memberikan jasa dalam bentuk unit hasil
produksi tertentu. Metode ini memerlukan suatu estimasi mengenai total unit output
yang dapat dihasilkan aset. Harga perolehan akan disusutkan dibagi dengan
estimasi output, menghasilkan besarnya tarif penyusutan untuk setiap unit
produksinya.jumlah unit selama satu periode dikalikan dengan tariff penysutan
perunit menghasilkan beban penyusutan per periodik. Beban penyusutan ini akan
befluktuasi setiap periodenya tergantung pada kontribusi yang dibuat oleh aset
dalam unit yang dihasilkannya.

Dijelaskan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012:5), ialah: 1. Metode


garis lurus (straight-line method)

Adalah suatu metode perhitungan penyusutan aset tetap dan setiap periode
akuntansi diberikan beban yang sama secara merata. Formula metode garis lurus
ialah sebagai berikut:

Biaya perolehan – Nilai sisa

Penyusutan =

Taksiran manfaat ekonomi

Dapat pula dihitung dengan persentase, sebagai berikut:

100%

Tarif penyusutan =

Taksiran manfaat ekonomi


Penyusutan = Tarif x Biaya perolehan

2. Metode saldo menurun (diminishing balance method)

Metode saldo menurun, beban penyusutan makin menurun dari tahun ke tahun.
pembebanan yang makin turun didasarkan pada anggapan bahwa semakin tua,
kapasitas aset dalam memberikan jasanya akan semakin menurun juga. Formula
untuk metode saldo menurun (diminishing balance method) ialah sebagai berikut:

Penyusutan = Tarif penyusutan x dasar penyusutan

Dasar Penyusutan = nilai buku awal

3. Metode jumlah unit produksi (sum of the unit of production method) Adalah suatu
metode penghitungan penyusutan aset tetap, beban

penyusutan pada suatu periode akuntansi dihitung berdasarkan beberapa banyak


produk yang dihassilkan periode akuntansi tersebut dengan
mempergunakan aset tetap tersebut. Formula untuk menghitung metode

jumlah unit produksi (sum of the unit of production method) ialah :

( Biaya perolehan – Nilai sisa) x Jam Penggunaan

Penyusutan =

Taksiran jumlah total produk yang dihasilkan

Menurut Martani, dkk (2012:317) dalam meode metode pembebanan


menurun ada dua metode yang sering kali digunakan entitas yaitu jumlah angka
tahun dan metode saldo menurun.

Dari beberapa metode penyusutan diatas, PT. Graha Wahyu Kencana


dalam menghitung asetnya menggunakan metode garis lurus, karena metode ini
dinilai lebih sederhana.

Penyusutan Untuk Sebagian Periode

Yang dimaksud dengan penyusutan sebagian periode adalah perhitungan beban


penyusutan untuk aset tetap yang periodenya tidak sampai satu tahun atau satu periode
akuntansi. Dalam mengatasi hal ini, Baridwan (2008:317) terdapat ketentuan tertentu
yaitu:

a. Bila aset yang dibeli sebelum tanggal 15 bulan tertentu, maka bulan sepenuhnya
untuk penentuan besarnya depresiasi.

b. Bila aset yang dibeli sesudah tanggal 15 bulan tertentu, maka bulan itu tudak
diperhitungkan.
c. Depresiasi akan dihitunng penuh bulanan, sehingga bila tidak untuk

seluruh tahun buku, perhitungan depresiasinya dihitung sejumlah bulannya dan


dibagi duabelas.

Selain itu, menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2012: 574) apabila aset tetap
dibeli pada pertengahan periode maka untuk penyusutannya dihitung berdasarkan
jumlah bulan digunakannya dibagi dengan duabelas.

2.3.3 Penghentian Aset Tetap

Aset tetap yang dipakai oleh perusahaan pada waktu tertentu harus
dihapuskan dari pembukuan perusahaan. Penghapusan aset tetap ini dilakukan
setelah adanya pertimbangan-pertimbangan yang cukup dari manajemen
perusahaan. Menurut Reeve (2012:16) penghapusan aset dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1. Menjual
Pada penjualan aset tetap oleh perusahaan ini, jika harga jual lebih
besar dari nilai buku aset, maka transaksi transaksi tersebut
menghasilkan laba. Dan jika harga jual lebih kecil dari nilai buku,
maka transaksi tersebut terdapat rugi. Ayat jurnal yang harus dicatat
oleh perusahaan saat menjual asetnya yaitu sebagai berikut:
Apabila sama dengan nilai buku:
Kas xxx
Akumulasi penyusutan xxx
Aset xxx

Dibawah nilai buku:


Kas xxx
Akumulasi penyusutan xxx
Kerugian atas penjualan xxx
Aset xxx
Selisih dari laba atau kerugian atas penjualan aset akan masuk
dalam laporan laba rugi perusahaan.
2. Menukar
Peralatan yang sering kali dipertukarkan dengan peralatan baru
dengan kegunaan yang serupa. Dalam hal ini, penjualan
memperbolehkan pembeli menentukan harga untuk peralatan yang
ditukar tersebut.
3. Membuangnya
Jika aset tetap tidak berguna lagi bagi perusahaan serta tidak lagi
memiliki nilai sisa atau nilai pasar, maka aset tersebut akan dibuang.
Jika aset tersebut belum disusutkan sepenuhnya, maka penyusutan
harus terlebih dahulu dicatat sebelum aset tersebut dihapus dari
catatan akuntansi perusahaan. Jurnal yang harus dicatat yaitu:
Akumulasi penyusutan xxx
Aset xxx

2.3.4 Aset tetap Tanaman Menghasilkan

Menurut Peraturan Menteri Keuangan (no.126/PMK.011/2012)

menyatakan bahwa (terlampir): tanaman menghasilkan ialah termasuk dalam

tanaman keras yang dapat berproduksi berkali-kali dan baru menghasilkan setelah
ditanam lebih dari satu tahun. dlam bidang usaha perkebunan, tanaman keras termasuk
dalam kelompok 4 (empat) dan sesuai dengan masa manfaat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (6) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana. telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 36 Tahun
2008. Yaitu disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1

Pengelompokkan Aset Tetap

UndangUndang Nomor 36 Tahun 2008

Kelompok Harta Masa Manfaat Tarif Depresiasi


Berwujud Garis Lurus Saldo menurun
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 Tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 Tahun 12,5%
Kelompok 3 16 Tahun 6,25%
Kelompok 4 20 Tahun 5% 10%
II. Bangunanan
Permanen 20 Tahun 5%
Tidak permanen 10 Tahun 10%

2.3.5 Penyajian Aset Tetap pada Laporan Keuangan

Perkembangan perusahaan dapat dilihat dari informasi atas laporan

keuangannya. Salah satu bentuk informasi laporan keuangan yang dihasilkan oleh
perusahaan ialah laporan keuangan. Dalam laporan keuangan penyajian atas aset tetap
disajikan dalam neraca dibagian aset tidak lancer dan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia
dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK), (2014:16.48)
“beban penyusutan untuk setiap periode diakui dalam laba rugi, kecuali jika beban

tersebut termasuk dalam jumlah tercatat aset lain”.

Peyusunan aset tetap dipengaruhi oleh harga perolehan, masa manfaat dan nilai sisa
aset tetap. Kesalahan dalam menghitung biaya penyusutan yang mungki dapat disebabkan
oleh kesalahan dalam menentukan harga perolehan, umur ekonomis, dan perhitungan
penyusutan sebagian periode yang dihitung dalam satu tahun penuh dapat berakibat pada
laba perusahaan, bisa lebih kecil atau lebih besar. Oleh karena itu biaya penyusutan harus
dihitung secara tepat.

Akun-akun yang tergolong aset tetap


Aset tetap yang memenuhi kriteria aset tetap itu sendiri sebenarnya tiap perusahaan memiliki
beberapa prosedur untuk menentukan aset tetap. Dan memiliki klasifikasi sendiri untuk
memasukkan akun tersebut menjadi akun aset tetap atau tidak. Berikut saya share klasifikasi
aset tetap menurut standart yang sudah biasa digunakan. Saya sengaja membagi menjadi 2
agar lebih mudah dipahami. (baca juga: jenis-jenis piutang dalam akuntansi)

1. Berwujud

Aset tetap berwujud merupakan aset yang lumrah kita lihat dibeberapa perusahaan. Karena
beberapa aset ini juga sudah dimiliki dan semua perusahaan sepertinya memang harus
memiliki beberapa aset ini. karena memang aset ini sangat dibutuhkan oleh beberapa
perusahaan. Berikut beberapa aset tetap berwujud. (baca juga: fungsi buku besar dalam
akuntansi)

 Peralatan kantor : Contoh dari akun ini yaitu komputer, alat hitung dan lain-lain. Yang
memiliki nilai ekonomi satu tahun.
 Alat pengangkutan : Contoh dari akun ini yaitu mobil yang biasa digunakan untuk
bertransaksi barang ataupun jasa.
 Gedung : Biasanya beberapa perusahaan mengklasifikasikan gedung kantor untuk aset ini.
 Tanah : Karena tanah dan bangunan berbeda klasifikasinya. Maka tanah dan bangunan tidak
digabung menjadi satu Karena tanah tidak dapat disusutkan sedangkan tanah dapat
disusutkan
 Mesin : Mesin pabrik yang dibeli dan beberapa ongkos pemeliharaannya di masukkan dalam
satu akun ini.

2. Tidak berwujud

Berbeda dengan aset berwujud yang dapat dilihat dengan kasat mata. Aset tidak berwujud ini
tidak dapat dilihat dengan kasat mata. Untuk melihatnya diperluka survey kepada para calon
pelanggan.

 Nama baik perusahaan : Nama baik perusahaan sangat dibutuhkan dalam keberlangsungan
perusahaan tersebut. Maka dari itu nama baik perusahaan dimasukkan sebagai aset tak
berwujud.
 Hak paten : Hak paten merupakan pokok dari keberlangsungan produksi perusahaan itu
sendiri dan modal itu dapat di akui sebagai aset perusahaan.
 Hak cipta : Izin yang paling diwajibkan dalam perusahaan yaitu hak cipta. Karna jika tidak
ada hak cipta maka inovasi produk kita tidak aman. Ada kemungkinan untuk di plagiasi oleh
pihak pesaing.
 Merk dagang : Seperti halnya aset tetap tidak berwujud lainnya merk dagang di tempatkan
sebagai aset tetap karna sangat penting bagi proses produksi barang dalam perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai