Anda di halaman 1dari 11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Obat
Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, obat adalah
bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Selain itu menurut Katzung (1997),
obat dalam pengertian umum adalah suatu substansi yang melaui efek kimianya
membawa perubahan dalam fungsi biologik.
Pada umumnya, molekul obat berinteraksi dengan molekul khusus dalam
sistem biologik, yang berperan sebagai pengatur, disebut molekul reseptor.
Untuk berinteraksi secara kimia dengan reseptornya, molekul obat harus
mempunyai ukuran, muatan listrik, bentuk, dan komposisi atom yang sesuai.
Selanjutnya, obat sering diberikan pada suatu tempat yang jauh dari tempatnya
bekerja , misalnya, sebuah pil ditelan peroral untuk menyembuhkan sakit kepala.
Karena itu obat yang diperlukan harus mempunyai sifat-sifat khusus agar dapat
dibawa dari tempat pemberian ke tempat bekerja. Akhirnya, obat yang baik perlu
dinonaktifkan atau dikeluarkan dari tubuh dengan masa waktu tertentu sehingga
kerjanya terukur dalam jangka yang tepat (Katzung, 1997).

2.2. Penggolongan Obat


Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa
resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran
hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Parasetamol

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1. Logo Obat Bebas
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertaidengan
tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas
adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : CTM

Gambar 2.2. Logo Obat Bebas Terbatas


3. Obat Keras dan Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran
merah dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Asam Mefenamat
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Contoh : Diazepam, Phenobarbital

Gambar 2.3. Logo Obat Keras dan Psikotropika


4. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesa

Universitas Sumatera Utara


daran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
menimbulkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, Petidin (Depkes, 2006)

Gambar 2.4. Logo Obat Narkotika


Dalam pemasarannya, obat juga dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian
berdasarkan nama mereknya, antara lain adalah :
a. Obat Paten
b. Obat Generik Bermerek /Bernama dagang
c. Obat Generik

2.2.1. Obat Paten


Obat paten atau specialité adalah obat milik perusahaan tertentu dengan
nama khas yang diberikan produsennya dan dilindungi hukum, yaitu merek
terdaftar (proprietary name). Dalam pustaka lain, obat paten adalah obat yang
memiliki hak paten (Jas, 2007; Depkes, 2010).
Menurut UU No. 14 Tahun 2001 paten adalah hak eksklusif yang
diberikan Negara kepada investor kepada hasil invesinya dibidang teknologi, yang
untuk selama waktu tertentu melaksanakan invesinya tersebut atau memberikan
persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Invensi adalah ide
Investor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang
spesifik dibidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan
dan pengembangan produk atau proses. Investor adalah seorang atau beberapa
orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam
kegiatan yang menghasilkan Invensi. Masa berlaku paten di Indonesia adalah 20
tahun. Selama 20 tahun itu, perusahaan farmasi tersebut memiliki hak eksklusif di
Indonesia untuk memproduksi obat yang dimaksud. Perusahaan lain tidak
diperkenankan untuk memproduksi dan memasarkan obat serupa kecuali jika
memiliki perjanjian khusus dengan pemilik paten.

Universitas Sumatera Utara


2.2.2. Obat Generik Bermerek /Bernama Dagang
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/068/I/2010 obat generik bermerek bernama dagang adalah obat
generik dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang
bersangkutan (Depkes, 2010).
Dalam pustaka lain, terdapat istilah yang berbeda yaitu obat merek dagang
(trademark). Obat merek dagang (trademark) adalah obat yang dibuat dengan
mendapatkan lisensi dari pabrik lain yang obatnya telah dipatenkan (Jas, 2007).

2.2.3. Obat Generik


Berdasarkan peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/068/I/2010 obat generik adalah obat dengan nama resmi
International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope
Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat khasiat yang dikandungnya. Dalam
pustaka lain, obat generik (generic name) adalah obat dengan nama umum tanpa
melanggar hak paten obat bersangkutan (Jas, 2007).
Peraturan pemerintah yang mengatur tentang obat generik antara lain adalah :
1. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang Kewajiban Obat Generik di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Pemerintah
Menimbang:
• bahwa ketersediaan obat generik dalam jumlah dan jenis yang cukup,
terjangkau oleh masyarakat serta terjamin mutu keamanannya, perlu
digerakkan dan didorong penggunaannya di fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah.
• bahwa agar dapat berjalan efektif perlu mengatur kembali ketentuan
Kewajiban Menuliskan resep dan/atau Menggunakan Obat Generik di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan.
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.03.01/Menkes/146/I/2010 tentang Harga Obat Generik

Universitas Sumatera Utara


Menimbang:
• bahwa dalam rangka menjamin ketersediaan dan pemerataan obat untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan, perlu dilakukan penilaian
kembali harga obat generik yang telah ditetapkan dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 302/Menkes/SK/III/2008
• bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman dimaksud dalam huruf a,
perlu menetapkan kembali harga obat generik dengan Keputusan Menteri
Kesehatan.
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.03.01/Menkes/159/I/2010 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah
Menimbang:
a. bahwa dalam rangka penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah, telah ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang Kewajiban Obat
Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah
b. bahwa agar penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah dapat berjalan dengan efektif, perlu dilakukan pembinaan
dan pengawasan
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud pada
huruf a dan huruf b, perlu disusun Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Pemerintah yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Kesehatan.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan untuk
menjamin ketersediaan obat yang lebih merata dan terjangkau oleh masyarakat,
pemerintah telah menyusun Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN). DOEN
merupakan daftar obat yang menggunakan obat-obat generik, sehingga
ketersedian obat generik di pasar dalam jumlah dan jenis yang cukup (Depkes,
2008).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.791/MENKES/SK/VIII/2008 tentang Daftar Obat Esensial Nasional 2008,
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), menerangkan bahwa Daftar Obat
Esensial Nasional (DOEN) merupakan daftar berisikan obat terpilih yang paling
dibutuhkan dan diupayakan tersedia di unit pelayanan kesehatansesuai dengan
fungsi dan tingkatnya. Obat esensial adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan
untuk pelayanan kesehatan, mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan
rehabilitasi, yang diupayakan tersedia pada unit pelayanan kesehatan sesuai
dengan fungsi dan tingkatnya. DOEN merupakan standar nasional minimal untuk
pelayanan kesehatan (Depkes, 2008).
Penerapan DOEN dimaksudkan untuk meningkatkan ketepatan,
keamanan, kerasionalan penggunaan dan pengelolaan obat yang sekaligus
meningkatkan daya guna dan hasil guna biaya yang tersedia sebagai salah satu
langkah untuk memperluas, memeratakan dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Penerapan DOEN harus dilakukan secara konsisten
dan terus menerus di semua unit pelayanan kesehatan (Depkes, 2008).
Bentuk sediaan, kekuatan sediaan dan besar kemasan yang tercantum
dalam DOEN adalah mengikat. Besar kemasan untuk masing-masing unit
pelayanan kesehatan didasarkan pada efisiensi pengadaan dan distribusinya
dikaitkan dengan penggunaan (Depkes, 2008).

2.3. Kebidanan
Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Medan, bidan adalah
seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian
sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan
terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi inti atau
standar penampilan minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental
mampu melaksanakan praktik profesinya.

Universitas Sumatera Utara


Surat Izin Bidan selanjutnya disebut SIB adalah bukti tertulis pemberian
kewenangan untuk menjalankan pelayanan asuhan kebidanan di seluruh wilayah
Republik Indonesia.
Praktik Bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai
dengan kewenangan dan kemampuannya. Surat Izin Praktik Bidan selanjutnya
disebut SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan kepada bidan untuk
menjalankan praktik bidan.
Standar Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai
petunjuk dalam melaksanakan profesi secara baik. Organisasi Profesi adalah
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) (Depkes, 2002).
Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
a. pelayanan kebidanan;
b. pelayanan keluarga berencana;
c. pelayanan kesehatan masyarakat.

2.3.1. Pelayanan Kebidanan


Menurut Depkes (2002) pelayanan kebidanan yang dimaksudkan adalah
pelayanan yang ditujukan kepada ibu dan anak. Pelayanan kepada ibu diberikan
pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
menyusui dan masa antara (periode interval). Pelayanan kebidanan kepada anak
diberikan pada masa bayi baru lahir, masa bayi, masa anak balita dan masa pra
sekolah. Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi :
a. penyuluhan dan konseling;
b. pemeriksaan fisik;
c. pelayanan antenatal pada kehamilan normal;
d. pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan
abortus iminens, hiperemesis gravidarum tingkat I, preeklamsi ringan dan
anemi ringan;
e. pertolongan persalinan normal;

Universitas Sumatera Utara


f. pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak sungsang, partus
macet kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi,
perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri
primer, post term dan pre term;
g. pelayanan ibu nifas normal;
h. pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta, renjatan
dan infeksi ringan;
i. pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi
keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid (Depkes, 2002).
Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi :
a. pemeriksaan bayi baru lahir;
b. perawatan tali pusat;
c. perawatan bayi;
d. resusitasi pada bayi baru lahir;
e. pemantauan tumbuh kembang anak;
f. pemberian imunisasi;
g. pemberian penyuluhan.
Dalam keadaan tidak terdapat dokter yang berwenang pada wilayah
tersebut, bidan dapat memberikan pelayanan pengobatan pada penyakit ringan
bagi ibu dan anak sesuai dengan kemampuannya. Bidan dalam memberikan
pelayanan memiliki wewenang untuk :
a. memberikan imunisasi;
b. memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan dan nifas;
c. mengeluarkan placenta secara manual;
d. bimbingan senam hamil;
e. pengeluaran sisa jaringan konsepsi;
f. episiotomi;
g. penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat II;
h. amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm;
i. pemberian infus;
j. pemberian suntikan intramuskuler uterotonika, antibiotika dan sedativa;

Universitas Sumatera Utara


k. kompresi bimanual;
l. versi ekstraksi gemelli pada kelahiran bayi kedua dan seterusnya;
m. vacum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul;
n. pengendalian anemi;
o. meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan air susu ibu;
p. resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia;
q. penanganan hipotermi;
r. pemberian minum dengan sonde/ pipet;
s. pemberian obat-obat terbatas,
t. pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian (Depkes, 2002).

2.3.2. Pelayanan Keluarga Berencana


Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana berwenang untuk:
a. memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi
dalam rahim, alat kontrasepsi bawah kulit dan kondom;
b. memberikan penyuluhan/konseling pemakaian kontrasepsi;
c. melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim;
d. melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit;
e. memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, keluarga berencana
dan kesehatan masyarakat (Depkes, 2002).

2.3.3. Pelayanan Kesehatan Masyarakat.


Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat berwenang
untuk :
a. pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak;
b. memantau tumbuh kembang anak;
c. melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;
d. melaksanakan deteksi dini, melaksanakan pertolongan pertama, merujuk
dan memberikan penyuluhan Infeksi Menular Seksual (IMS),
penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA)
serta penyakit lainnya (Depkes, 2002).

Universitas Sumatera Utara


Bidan dalam menjalankan praktik harus membantu program pemerintah
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan
anak serta keluarga berencana. Bidan juga harus menjalankan praktiknya sesuai
dengan kewenangan yang diberikan, berdasarkan pendidikan dan pengalaman
serta dalam memberikan pelayanan berdasarkan standar profesi. Di samping itu
bidan dalam melaksanakan praktik sesuai dengan kewenangannya harus :
a. menghormati hak pasien;
b. merujuk kasus yang tidak dapat ditangani;
c. menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
d. memberikan informasi tentang pelayanan yang akan diberikan;
e. meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
f. melakukan catatan medik (medical record) dengan baik (Depkes, 2002).

2.4. Pengetahuan
2.4.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour)
(Notoatmodjo, 2007).

2.4.2. Tingkat Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup didalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima.

Universitas Sumatera Utara


2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi secara benar.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4. Analisa (analysa)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada (Notoatmodjo, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai