Anda di halaman 1dari 91

PEDOMAN KOMITE PROFESI

KESEHATAN LAIN

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BUN

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK Bun


Jl. Kosambi Timur Raya No. 2 RT. 011/004 Kel. Kosambi Timur
(Pertigaan Kosambi Timur – Barat) Kec. Kosambi
Tangerang (021) 29031299 / 70610735
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK Bun
Jl. Kosambi Timur Raya No. 2 RT 011/004 Kel. Kosambi Timur
(Pertigaan Kosambi Timur – Barat) Kec. Kosambi, Tangerang
Telepon : (021) 29031299/29031659

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BUN


NOMOR : 222/SK-DIR/RSIABUN/I/2018
TENTANG
PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE PROFESI KESEHATAN LAIN

DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BUN

Menimbang : a. Sesuai fungsi komite tenaga kesehatan lainnya bahwa guna


menjamin tersedianya norma-norma praktik/asuhan/prosedur
tenaga kesehatan lainnya dan bidan pelayanan serta aspek
penting asuhan diseluruh area RSIA BUN.
b. Bahwa untuk mencapai Struktur Organisasi yang memenuhi
persyaratan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun Tangerang
c. Mengkoordinasi semua kegiatan mutu dan evaluasi tenaga
kesehatan lainnya penanggung jawab pelaksanaan tentang
pedoman-pedoman kesehatan lainnya dan bidan.
d. Bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu ditetapkan dalam
surat keputusan Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun Tangerang

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


2. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang standar pelayanan
Rumah sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayann Minimal
Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
147/MENKES/PER/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri kesehtaan Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK Bun
Jl. Kosambi Timur Raya No. 2 RT 011/004 Kel. Kosambi Timur
(Pertigaan Kosambi Timur – Barat) Kec. Kosambi, Tangerang
Telepon : (021) 29031299/29031659

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
PERTAMA : SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN
ANAK BUN TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN
KOMITE PROFESI KESEHATAN LAIN
KEDUA : Surat Keputusan Direktur ini berlaku sejak tanggal ditetapkan,
dengan catatan apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam Surat Keputusan ini maka akan dilakukan
perubahan sebagaimana mestinya.
KETIGA : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan didalam
surat keputusan ini, akan diadakan perubahan dan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapakan di :Tangerang
Pada Bulan : Januari 2018
Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun

dr. Yuli Riviyanti, MARS


Direktur
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK Bun
Jl. Kosambi Timur Raya No. 2 RT 011/004 Kel. Kosambi Timur
(Pertigaan Kosambi Timur – Barat) Kec. Kosambi, Tangerang
Telepon : (021) 29031299/29031659

Lampiran SK No : 222/SK-DIR/RSIABUN/I/2018
KETUA
Rosmiati,S.Farm.,Apt

SEKRETARIS
Rizki Disiplia,S.Gz

SUB KOMITE MUTU SUB KOMITE KREDENSIAL SUB KOMITE ETIK


Fitri Nurjanah, S.Tr Reni Yurinda,S.Si.T Ita Allemina, Amd.Rad

Direktur RSIA BUN

dr.Yuli Riviyanti, MARS


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Kualitas dan mutu rumah sakit bukan hanya berasal dari fasilitas yang tersedia,
melainkan juga tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu sumber daya
yang ada adalah tenaga kesehatan lainnya.
Pedoman komite profesi kesehatan lain adalah acuan untuk menilai tenaga
kesehatan tersebut kompeten sesuai dengan profesionalisme kesehatan sehingga
berdampak kepada kepuasan pasien. Sebagai salah satu dasar kualitas tenaga kesehatan,
maka pedoman ini diharapkan dapat dengan seragam dalam melaksanakan penilaian
kinerja di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun.
Pedoman komite profesi kesehatan lain ini jauh dari sempurna, maka kami
harapkan saran dan usulan guna peningkatan kualitas dan mutu di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Bun.

Tangerang, Januari 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Ruang Lingkup ........................................................................................................... 1
1.3 Batasan operasional .................................................................................................... 2
1.4 Landasan Hukum ........................................................................................................ 6
BAB II.KETENAGAAN KOMITE PROFESI ................................................................ 7
2.1 Struktur Organisasi ..................................................................................................... 11
2.2 Kualifikasi Tenaga Komite......................................................................................... 12
2.3 Kebutuhan dan Distribusi Tenaga .............................................................................. 17
2.4 Pembinaan Teanga...................................................................................................... 18
BAB III. STANDAR PROFESI KESEHATAN LAIN.................................................... 19
3.1Ahli teknologi Laboratorium ....................................................................................... 19
3.2 Apoteker ..................................................................................................................... 20
3.3 Asisten Apoteker ........................................................................................................ 21
3.4 Bidan........................................................................................................................... 21
3.5 Gizi ............................................................................................................................. 22
3.6 Perekam medis............................................................................................................ 23
3.7 Radiografer ................................................................................................................. 24
3.8 Sanitarian .................................................................................................................... 26
BAB IV STANDAR KOMPETENSI PETUGAS............................................................ 28
4.1 Analis Kesehatan ........................................................................................................ 28
4.2 Apoteker ..................................................................................................................... 29
4.3 Asisten Apoteker ........................................................................................................ 31
4.4 Ahli Gizi ..................................................................................................................... 40
BAB IV.ETIKA................................................................................................................ 60
BAB V.KESELAMATAN KERJA.................................................................................. 70
BAB VI PENGENDALIAN MUTU ................................................................................ 82
BAB VII PENUTUP ........................................................................................................ 85

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komite profesi kesehatan lain yaitu perangkat rumah sakit untuk
menerapkan tata kelola kewenangan klinik agar staf non keperawatan dirumah
sakit terjaga profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu
profesi para medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis.
Komite profesi kesehatan lain terdiri dari berbagai profesi keilmuan
diantaranya Analis Laboratorium, Radiografer, Sanitarian, Apoteker, Asisten
Apoteker, Ahli Gizi, Rekam Medik dan bidan.
Rumah Sakit merupakan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan unit
Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur rumah
sakit. Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan paripurna,
pendidikan dan pelatihan, dapat juga melakukan penelitian, pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit
menyelenggarakan fungsi:
a. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan paripurna tingkat sekunder dan tersier.
b. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dalam rangka
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
c. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan.
d. Pelaksanaan administrasi rumah sakit.

1.2 Ruang Lingkup


Komite Profesi kesehatan lain Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun
mempunyai ruang lingkup Analis Laboratorium, Radiografer, Sanitarian,
Apoteker, Asisten Apoteker, Ahli Gizi, Rekam Medik dan bidan.

1.3 Batasan Operasional


1
1. Komite profesi kesehatan lain adalah wadah non struktural yang terdiri
dari tenaga ahli atau profesi dibentuk untuk memberikan pertimbangan
strategis kepada pimpinan rumah sakit dalam rangka peningkatan dan
pengembangan pelayanan rumah sakit.
2. Pembentukan Komite profesi kesehatan lain ditetapkan oleh pimpinan
rumah sakit sesuai kebutuhan rumah sakit, sekurang-kurangnya terdiri dari
Sub Komite Kredensial, Sub Komite Mutu dan Sub Komite Etik.
3. Komite profesi kesehatan lain berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada pimpinan rumah sakit.
4. Komite profesi kesehatan lain dipimpin oleh seorang ketua yang diangkat
dan diberhentikan oleh pimpinan rumah sakit.
5. Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis Komite profesi kesehatan
lain ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit setelah mendapat persetujuan.
6. Rumah sakit adalah unit pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
7. Kewenangan klinis (clinical privilege) adalah hak khusus seorang staf
medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam
lingkungan rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan
berdasarkan penugasan klinis (clinical appointment).
8. Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penugasan kepala/direktur
rumah sakit kepada seorang staf medis untuk melakukan sekelompok
pelayanan medis dirumah sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan
klinis yang telah ditetapkan baginya.
9. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan
kelayakan diberikan kewenangan klinis (clinical privilege).
10. Rekredensial adalah proses re-evaluasi terhadap staf medis yang telah
memiliki kewenangan klinis (clinical privilege) untuk menentukan
kelayakan pemberian kewenangan klinis tersebut.
11. Mitra bestari (peer group) adalah sekelompok staf medis dengan reputasi
dan kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait
dengan profesi medis.

2
12. Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan adalah tenaga kesehatan dan
ilmuan berketerampilan tinggi yang melaksanakan dan mengevaluasi
prosedur laboratorium dengan memanfaatkan berbagai sumber daya.
13. Radiografer adalah tenaga kesehatan yang di beri tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh untuk melakukan kegiatan radiologi
diagnostik, imejing, intervensional, kedokteran nuklir dan Radioterapi
pada Fasilitas pelayanan kesehatan.
14. Sanitarian adalah tenaga profesional yang bekerja dalam bidang sanitasi
dan kesehatan lingkungan dengan latar belakang pendidikan yang beragam
dan yang telah mengikuti pendidikan atau pelatihan khusus di bidang
sanitasi dan kesehatan lingkungan.
15. Profesi keteknisian elektromedis adalah suatu pekerjaan teknisi
elektromedis yang dilaksanakan berdasarkan ilmu, kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan berjenjang, dan kode etik yang bersifat
melayani masyarakat.
16. Apoteker adalah suatu profesi yang mempunyai keahlian dan kewenangan
di bidang kefarmasian baik di apotek, rumah sakit, industri, pendidikan,
dan bidang lain yang masih berkaitan dengan bidang kefarmasian.
17. Asisten Apoteker adalah tenaga kesehatan yang membantu Apoteker.
18. Ahli gizi adalah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan akademik dalam bidang gizi sesuai aturan yang berlaku,
mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk
melakukan kegiatan funsional dalam bidang pelayanan gizi, makanan dan
dietetik baik di masyarakat, individu atau rumah sakit.
19. Rekam medis dan informasi kesehatan adalah seseorang yang melakukan
kegiatan penunjang secara professional yang berorientasi pada kebutuhan
informasi kesehatan bagi pemberi layanan kesehatan, administrator dan
managemen pada sarana pelayanan kesehatan serta instansi lain yang
berkepentingan berdasarkan ilmu pengetahuan teknologi rekam medis.
20. Bidan adalah salah satu unsur pemberi pelayanan kesehatan seperti rumah
sakit,puskesmas dan sarana kesehatan lainnya secara nyata telah
membaktikan dirinya di indonesia.

3
21. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
22. Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan bidang kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga.
23. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
24. Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan kesehatan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat.
25. Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang Tenaga
Kesehatan berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap
profesional untuk dapat menjalankan praktek.
26. Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku peserta didik pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi bidang Kesehatan.
27. Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap Kompetensi
Tenaga Kesehatan untuk dapat menjalankan praktik di seluruh Indonesia
setelah lulus uji Kompetensi.
28. Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan praktik
profesi yang diperoleh lulusan pendidikan profesi.
29. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Tenaga Kesehatan yang telah
memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah
mempunyai kualifikasi tertentu lain serta mempunyai pengakuan secara
hukum untuk menjalankan praktik.

4
30. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh konsil masing-masing Tenaga Kesehatan
kepada Tenaga Kesehatan yang telah diregistrasi.
31. Surat Izin Praktik yang selanjutnya disingkat SIP adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Tenaga
Kesehatan sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik.
32. Standar Profesi adalah batasan kemampuan minimal berupa pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku profesional yang harus dikuasai dan dimiliki
oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya
pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi bidang
kesehatan.
33. Standar Pelayanan Profesi adalah pedoman yang diikuti oleh Tenaga
Kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan.
34. Standar Prosedur Operasional adalah suatu perangkat instruksi/langkah-
langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu
dengan memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan
konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi
pelayanan yang dibuat oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan berdasarkan
Standar Profesi.
35. Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia adalah lembaga yang melaksanakan
tugas secara independen yang terdiri atas konsil masing-masing tenaga
kesehatan.
36. Organisasi Profesi adalah wadah untuk berhimpun tenaga kesehatan yang
seprofesi.
37. Kolegium masing-masing Tenaga Kesehatan adalah badan yang dibentuk
oleh Organisasi Profesi untuk setiap cabang disiplin ilmu kesehatan yang
bertugas mengampu dan meningkatkan mutu pendidikan cabang disiplin
ilmu tersebut.
38. Penerima Pelayanan Kesehatan adalah setiap orang yang melakukan
konsultasi tentang kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada tenaga
kesehatan.

5
1.4 Landasan Hukum
1. Undang-Undang No 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan
2. Undang – Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
3. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja
Terhadap Petugas Radiasi.
4. Undang – Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (
Lembaga Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaga Negara
Nomor 3893)
5. Undang – undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 375/MENKES
/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Radiografer
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 573/MENKES
/SK/VI/2008 tentang Standar Profesi Asisten Apoteker
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 373/MENKES
/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Sanitarian
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44/SK/PP-
IAI/V/2010 tentang Standar Profesi Apoteker
10. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 377/Menkes
/Sk/III/2007 tentang Standar Propesi Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan
11. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
374/MENKES/SKIII/2007 tentang Standar Profesi Gizi
12. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
370/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Ahli Teknologi
Laboratorium Kesehatan
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
376/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Radioterafi
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 369/MENKES/SK/III/2007 Standar
Profesi Bidan.

6
BAB II
KETENAGAAN
KOMITE PROFESI KESEHATAN LAIN

Untuk menjalankan tugasnya Komite profesi kesehatan lain didukung


oleh tenaga professional di bawah jajaran tenaga fungsional non keperawatan.
Komite medik dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan tata
kelola klinis (clinical governance) yang baik agar mutu pelayanan medis dan
keselamatan pasien lebih terjamin dan terlindungi.
Komite profesi kesehatan lain merupakan organisasi non struktural yang
dibentuk di rumah sakit oleh Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun. Komite
profesi kesehatan lain bukan merupakan wadah perwakilan dari staf fungsional
non keperawatan. Komite fungsional non keperawatan dibentuk oleh Direktur
Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun. Susunan organisasi komite medik sekurang-
kurangnya terdiri dari:
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Sub komite
Dalam keadaan keterbatasan sumber daya, susunan organisasi profesi
kesehatan lain sekurang-kurangnya dapat terdiri dari:
a. Ketua dan sekretaris tanpa sub komite
b. Ketua dan sekretaris merangkap ketua dan anggota sub komite.
Keanggotaan komite profesi kesehatan lain ditetapkan oleh Direktur
Rumah Sakit dengan mempertimbangkan sikap profesional, reputasi, dan
perilaku.
c. Jumlah keanggotaan komite profesi kesehatan lain disesuaikan dengan
jumlah staf fungsional non keperawatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Bun. Ketua komite profesi kesehatan lain ditetapkan oleh direktur Rumah
Sakit Ibu dan Anak Bun dengan memperhatikan masukan dari staf
fungsional non keperawatan yang bekerja di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Bun.
d. Sekretaris komite profesi kesehatan lain ditetapkan oleh Direktur Rumah
Sakit Ibu dan Anak Bun berdasarkan rekomendasi dari ketua komite

7
profesi kesehatan lain dengan memperhatikan masukan dari staf
fungsional non keperawatan yang bekerja di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Bun.
e. Anggota Komite profesi kesehatan lain terbagi ke dalam subkomite.
Subkomite sebagaimana dimaksud terdiri dari:
a. Subkomite kredensial yang bertugas menapis profesionalisme staf
profesi kesehatan lain.
b. Subkomite mutu profesi yang bertugas mempertahankan kompetensi
dan profesionalisme profesi kesehatan lain.
c. Subkomite etika dan disiplin profesi yang bertugas menjaga disiplin,
etika, dan perilaku profesi staf profesi kesehatan lain.
Komite profesi kesehatan lain mempunyai tugas meningkatkan
profesionalisme staf medis yang bekerja di rumah sakit dengan cara:
a. Melakukan kredensial bagi seluruh staf profesi kesehatan lain yang akan
melakukan pelayanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun.
b. Memelihara mutu profesi staf profesi kesehatan lain.
c. Menjaga disiplin, etika, dan perilaku staf profesi kesehatan lain.
Dalam melaksanakan tugas kredensial komite profesi kesehatan lain
memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Penyusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan
masukan dari kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian yang
berlaku.
b. Penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian:
1. kompetensi.
2. kesehatan fisik dan mental.
3. perilaku.
4. etika profesi.
c. Evaluasi data pendidikan profesional
d. Wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis.
e. Penilaian dan pemutusan kewenangan klinis yang adekuat.
f. Pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi
kewenangan klinis kepada komite profesi kesehatan lain.

8
g. Melakukan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat
penugasan klinis dan adanya permintaan dari komite profesi kesehatan
lain.
h. Rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat penugasan klinis.
Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi profesi kesehatan
lain memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Pelaksanaan audit fungsional non keperawatan.
b. Rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan
berkelanjutan bagi staf profesi kesehatan lain.
c. Rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan
berkelanjutan bagi staf profesi kesehatan lain Rumah Sakit Ibu dan
Anak Bun.
d. Rekomendasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf profesi
kesehatan lain yang membutuhkan.
Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi
staf profesi kesehatan lain, komite profesi kesehatan lain memiliki fungsi
sebagai berikut :
a. Pembinaan etika dan disiplin profesi.
b. Pemeriksaan staf profesi kesehatan lain yang diduga melakukan
pelanggaran disiplin.
c. Rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Bun.
d. Pemberian nasehat/pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis
pada fungsional non keperawatan.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite fungsional berwenang:
a. Memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis (delineation of
clinical privilege).
b. Memberikan rekomendasi surat penugasan klinis (clinical
appointment).
c. Memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis (clinical
privilege) tertentu.
d. Memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan
klinis (delineation of clinical privilege).

9
e. Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit profesi kesehatan lain.
f. Memberikan rekomendasi pendidikan berkelanjutan.
g. Memberikan rekomendasi pendampingan (proctoring).
h. Memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.
Hubungan Komite profesi kesehatan lain dengan Direktur Rumah
Sakit Ibu dan Anak Bun :
a. Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun menetapkan kebijakan,
prosedur dan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan tugas
dan fungsi komite profesi kesehatan lain.
b. Komite profesi kesehatan lain bertanggung jawab kepada Direktur
Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite profesi kesehatan lain
dapat dibantu oleh komite ad hoc.
a. Komite ad hoc ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak
Bun berdasarkan usulan komite profesi kesehatan lain.
b. Komite ad hoc berasal dari staf profesi kesehatan lain yang tergolong
sebagai mitra bestari.
Setiap rumah sakit wajib menyusun peraturan internal staf profesi tenaga
kesehatan non keperawatan dengan mengacu pada peraturan internal
korporasi (corporate bylaws) dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Peraturan internal staf profesi kesehatan lain disusun oleh komite
profesi kesehatan lain dan disahkan oleh Direktur Rumah Sakit Ibu dan
Anak Bun Tangerang.
Peraturan internal staf profesi kesehatan lain berfungsi sebagai aturan yang
digunakan oleh komite profesi kesehatan lain dan staf profesi kesehatan lain
dalam melaksanakan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance) di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun Tangerang.
Tata cara penyusunan peraturan internal staf medis dilaksanakan dengan
berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Personalia komite profesi kesehatan lain berhak memperoleh insentif
sesuai dengan kemampuan keuangan Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun Tangerang.

10
Pelaksanaan kegiatan komite profesi kesehatan lain didanai dengan
anggaran Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun Tangerang sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Pembinaan dan pengawasan penyelengaraan komite fungsional non
keperawatan dilakukan oleh Dewan Pengawas Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang dan perhimpunan/asosiasi perumah sakitan dengan melibatkan
perhimpunan atau kolegium profesi yang terkait sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing.
Pembinaan dan pengawasan diarahkan untuk meningkatkan kinerja komite
profesi kesehatan lain dalam rangka menjamin mutu pelayanan dan keselamatan
pasien di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun Tangerang.
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dilaksanakan melalui:
a. advokasi, sosialisasi, dan bimbingan teknis;
b. pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia; dan
c. monitoring dan evaluasi.

2.1. Stuktur Organisasi

KETUA

SEKRETARIS

SUB KOMITE SUB KOMITE ETIKA &


SUB KOMITE MUTU
KREDENSIAL DISIPLIN

BIDAN

11
2.2 Kualifikasi Tenaga Komite Profesi kesehatan lain
2.2.1. Ketua Komite Profesi kesehatan lain
Nama Jabatan : Ketua Komite profesi kesehatan lain
Ihktisar jabatan :
 Memfungsikan profesi kesehatan lain yang didukung oleh mantapnya
mekanisme dan tata laksana organisasi.
 Terlaksananya proses manajemen di lingkungan profesi kesehatan lain
yang berdaya guna serta dilandasi oleh visi, misi dan etika rumah sakit
maupun etika profesi.
 Terlaksananya kelancaran staf profesi kesehatan lain dalam menjalankan
tugas pelayanan medik yang didukung oleh profesionalisme yang tinggi.
 Terciptanya suatu sistem informasi di lingkungan profesi kesehatan lain.
 Terakomodasinya usulan program pelayanan baik dari poliklinik maupun
di rawat inap.
Uraian Tugas:
Bertanggung jawab atas terlaksananya semua program komite profesi kesehatan
lain dan mempertanggungjawabkannya kepada Direktur Rumah Sakit Ibu dan
Anak Bun Tangerang.
 Mewakili profesi kesehatan lain untuk tugas eksternal
 Koordinasi internal dengan anggota profesi kesehatan lain
 Bila berhalangan, secara otomatis diwakili sekertaris profesi kesehatan
lain.
Melaksanakan fungsi sebagai komite profesi tenaga kesehatan non
keperawatan , meliputi :
 Mengambil keputusan
 Memberikan alternatif pemecahan masalah untuk disampaikan kepada
Direktur Rumah Sakit.
 Menyampaikan informasi ke arah vertikal maupaun horisontal.
 Memberikan pertimbangan kepada Direktur Rumah Sakit.
 Menangani masalah khusus yang muncul dalam masalah profesi kesehatan
lain.

12
Melaksanakan fungsi managemen meliputi :
 Membuat perencanaan dan mengadakan evaluasi atas
implementasi rencana.
Tanggung Jawab :
 Terlaksananya semua program komite profesi kesehatan lain dan
mempertanggungjawabkannya kepada Direktur Rumah Sakit Ibu dan
Anak Bun Tangerang

Wewenang :
 Mengajukan rekomendasi kepada Direktur Rumah Sakit
 Syarat Jabatan :
No JENIS PENDIDIKAN PELATIHAN PENGALAMAN
1. Minimal D III Memiliki STR dan SIK Pengalaman fungsional
minimal 1 Tahun

2.2.2. Sekertaris
Nama Jabatan : Sekertaris
Ikhtisar Jabatan :
 Bertanggung jawab atas tugas kesekretariatan komite profesi kesehatan
lain
Uraian Tugas :
 Mewakili ketua jika ketua berhalangan melaksanakan tugas.
 Membantu tugas ketua komite profesi kesehatan lain dalam perencanaan
dan pelaksanaan program kerja Komite profesi kesehatan lain
 Mengontrol penggunaan dana komite medik.
Melaksanakan fungsi sebagai komite profesi kesehatan lain, meliputi :
 Mewakili ketua jika ketua berhalangan melaksanakan tugas.
Melaksanakan fungsi managemen meliputi :
 Melaksanakan pekerjaan administrasi pada komite profesi kesehatan lain.
Tanggung Jawab :
 Bertanggung jawab kepada ketua fungsional non keperawatan
Wewenang :
 Mengkoordinasikan penyusunan laporan triwulanan komite profesi
kesehatan lain, Laporan Manajemen.
13
 Mengkoordinasikan kegiatan komite profesi kesehatan lain dan
pengembangan sIstem informasi manajemen termasuk penyebarluasan
informasi

Syarat Jabatan :
No JENIS PENDIDIKAN PELATIHAN PENGALAMAN
1. Minimal D III Memiliki STR dan SIK Pengalaman fungsional
minimal 1Tahun

2.2.3. Tim Kredensial


Nama Jabatan : Kredensialing
Unit Kerja : Komite profesi kesehatan lain
Ikhtisar Jabatan :
Melakukan kredensial terhadap seluruh tenaga profesi kesehatan lain di rumah
sakit Ibu dan Anak Bun Tangerang.
Uraian Tugas :
 Merekomendasikan kewenangan klinis yang adekuat sesuai kompetensi
yang dimiliki staf profesi kesehatan lain
Melakukan kredensial terhadap seluruh tenaga profesi kesehatan lain di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Bun Tangerang.
 Melakukan Re-kredensial secara periodik setiap 3 tahun satu kali
 Menapis profesionalisme staf profesi kesehatan lain.
 Bersama ketua komite profesi kesehatan lain menyusun garis besar
kebijakan dibidang kredensiasi profesi kesehatan lain.
 Melakukan review permohonan untuk menjadi anggota staf profesi
kesehatan lain rumah sakit secara total obyektif, adil, jujur dan terbuka.
 Membuat rekomendasi hasil review berdasarkan kriteria yang ditetapkan
dan sesuai dengan kebutuhan staf profesi kesehatan lain di rumah sakit.
 Membuat laporan kepada ketua profesi kesehatan lain apabila permohonan
sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Perturan Internal Staf
fungsional non keperawatan (Medical Staff Bylaws ) di Rumah Sakit.
 Melakukan review kompetensi staf profesi kesehatan lain dan memberikan
laporan dan rekomendasi kepada ketua profesi kesehatan lain dalam

14
rangka pemberian clinical privileges, reapoinments dan penugasan staf
profesi kesehatan lain pada unit kerja.
 Membuat dan melaksanakan rencana kerja Sub Komite Kredensial.
 Menyusun tata laksana dan instrumen kredensial
 Melaksanakan kredensial dengan melibatkan lintas fungsi sesuai
kebutuhan.
 Membuat laporan berkala kepada ketua profesi kesehatan lain.
Tanggung Jawab :
 Bertanggung jawab kepada ketua profesi tenaga kesehatan non
keperawatan
Wewenang :
 Melaksanakan kegiatan keredensial secara adil, jujur dan terbuka secara
lintas sektoral dan lintas fungsi sesuai kebutuhan.
Syarat Jabatan :
No JENIS PENDIDIKAN PELATIHAN PENGALAMAN
1. Minimal D III Memiliki STR dan SIK Pengalaman fungsional
minimal 1 Tahun

2.2.4. Mutu
Nama Jabatan : Mutu
Ikhtisar Jabatan :
 Melaksanakan kebijakan Komite profesi kesehatan lain Di Bidang Mutu
profesi kesehatan lain .
Uraian Tugas :
 Bersama ketua profesi kesehatan lain menyusun garis besar kebijakan
medis di bidang mutu profesi kesehatan lain
 Membuat dan melaksanakan rencana /program kerja
 Membuat panduan mutu pelayanan profesi kesehatan lain
 Melakukan pemantauan dan pengawasan mutu pelayanan profesi
kesehatan lain
 Menyusun indikator mutu klinik (berkoordinasi dengan kelompok staf
profesi kesehatan lain)
 Melakukan koordinasi dengan komite peningkatan mutu rumah sakit

15
 Melakukan pencatatan dan pelaporan secara berkala
Tanggung Jawab :
 Bertanggung jawab kepada komite medis.
Wewenang:
 Melaksanakan kegiatan upaya peningkatan mutu pelayanan medis secara
lintas sektoral dan lintas fungsi sesuai kebutuhan.
Syarat Jabatan :
No JENIS PENDIDIKAN PELATIHAN PENGALAMAN
1. Minimal D III Memiliki STR dan SIK Pengalaman fungsional
minimal 1 Tahun

2.2.5. Etik dan Disiplin Profesi


Nama Jabatan : Etik dan Disiplin Profesi
Ikhtisar Jabatan :
 Melaksanakan kebijakan komite medis dibidang etika dan disiplin profesi
medis
Uraian Tugas :
 Bersama ketua komite profesi kesehatan lain menyusun garis besar
kebijakan bidang etika (bioetika) dan disiplin profesi
 Membuat dan melaksanakan rencana kerja.
 Menyusun sistem tatalaksana dan panduan pemantauan dan penanganan
masalah etika dan disiplin profesi.
 Melakukan sosialisasi yang terkait dengan etika profesi dan disiplin
profesi.
 Melakukan koordinasi dengan komite etik rumah sakit
 Melakukan pencatatan dan pelaporan secara berkala
Tanggung Jawab :
 Bertanggung jawab kepada Komite Medis.

Wewenang :

16
 Melakukan pemantauan dan penanganan masalah etika profesi kesehatan
lain dan disiplin profesi dengan melibatkan lintas sektor dan lintas fungsi
sesuai kebutuhan.
Syarat Jabatan :
No JENIS PENDIDIKAN PELATIHAN PENGALAMAN
1. Minimal D III Memiliki STR dan SIK Pengalaman fungsional
minimal 1Tahun

2.3 Kebutuhan dan Distribusi Tenaga


Jumlah tenaga fungsional non keperawatan yang ada saat ini untuk
menjangkau pelayanan tersebut berdasarkan pola ketenagaan diperlukan
Tabel 1. Pola dan kebutuhan Ketenagakerjaan
Jumlah
Nama Kelebihan/
Profesi Pemangku
Jabatan Kekurangan
Jabatan
1. Ahli Teknologi Pranata Lab
Laboratorium Patologi 4 0
Kersehatan Klinik

2. Apoteker Apoteker
1 0
Muda
3. Asisten Apoteker Asisten
Apoteker 4 2
Penyelia
4. Gizi Nutrision 1 0
5. Perekam Medis
dan Informasi Perekam
2 0
Kesehatan Medis

6. Radiografer Radiografer 1 1
7. Sanitarian Sanitarian 1 1
8. Bidan Kebidanan 10 1

2.4. Pembinaan Tenaga


Pembinaan tenaga dilakukan melalui penilaian kinerja, reward dan
peningkatan kompetensi. Periode penilaian kinerja dilakukan secara bulanan dan
tiga bulan. Unsur penilaian tersebut meliputi : Keterampilan, Inisiatif, Kerajinan
dan kerjasama. Kinerja dinilai berdasarkan uraian tugas sesuai jabatannya.
Besarnya nilai menentukan besarnya reward berupa jasa pelayanan.

17
Peningkatan kompetensi tenaga dilakukan melalui pendidikan dan
pelatihan. Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan sesuai prioritas. Pelatihan untuk
peningkatan kompetensi tenaga bisa melalui inhouse training dan eksternal
course.
Inhouse training yaitu program pelatihan yang diselenggarakan oleh
internal Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun Tangerang. Pelatihan yang dapat diikuti
oleh SDM adalah : pelatihan managemen meliputi membangun team work,
managemen konflik, komunikasi organisasi, managemen perubahan, problem
solving dan pengendalian bahaya kebakaran. Pelatihan perilaku berupa
membangun komitmen dan service excellent. External course yaitu program
pelatihan diluar rumah sakit yang diikuti sesuai dengan kebutuhan.

BAB III
STANDAR PROFESI KESEHATAN LAIN

18
3.1 Ahli Teknologi Laboratorium
3.1.1 Definisi Ahli Teknologi Laboratorium
Ahli Teknologi Laboratorium Adalah Tenaga kesehatan dan ilmuwan
berketerampilan tinggi yang melaksanakan dan mengevaluasi prosedur
laboratorium dengan memanfaatkan berbagai sumber daya.
3.1.2 Tugas Ahli Teknologi Laboratorium
Tugas Ahli Teknologi Laboratorium adalah melaksanakan pelayanan
laboratorium kesehatan meliputi bidang Hematologi, Kimia Klinik, Mikrobiologi,
Imunologi-serologi, Toksikologi, Kimia Lingkungan, Patologi Anatomi
(Histopatologi, Sitopatologi, Histokimia, Imunopatologi, Patologi Molekuler),
Biologi dan Fisika.
3.1.2 Fungsi Ahli Teknologi Laboratorium
a. Mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses specimen.
b. Melaksanakan uji analitik terhadap reagen dan specimen.
c. Mengoperasikan dan memelihara peralatan/instrument laboratorium.
d. Mengevalusi data laboratorium untuk memastikan akurasi dan prosedur
pengendalian mutu dan mengembangkan pemecahan masalah yang
berkaitan dengan data hasil uji.
e. Mengevalusi teknik, instrument dan prosedur baru untuk menentukan
manfaat kepraktisannya.
f. Membantu klinisi dalam pemanfaatan data laboratorium secara efektif dan
efisien untuk menginterprestasikan hasil uji laboratorium.
g. Merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan
laboratorium.
h. Membimbing dan membina tenaga kesehatan lain dalam bidang teknik
kelaboratoriuman.
i. Merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium
kesahatan.

3.2 APOTEKER
3.2.1 Definisi Apoteker

19
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian). Pendidikan apoteker dimulai
dari pendidikan sarjana (S-1), yang umumnya ditempuh selama empat tahun,
ditambah satu tahun untuk pendidikan profesi apoteker.
3.2.2 Tugas Apoteker
a. Menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang mutu
dan keabsahannya terjamin.
b. Melayani dan mengawasi peracikan dan penyerahan obat.
c. Memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat, baik
dengan resep dokter maupun penjualan bebas.
d. Melaksanakan semua peraturan kefarmasian tentang apotek.
e. Tidak terlibat konspirasi penjualan obat keras ke dokter praktek, toko obat,
dan sarana lainnya yang tidak berhak.
f. Melakukan kerjasama yang baik dengan apotek sekitarnya dalam rangka
meningkatkan pelayanan pada pasien
3.2.3 Fungsi Apoteker
a. Membuat visi dan misi.
b. Membuat strategi, tujuan, sasaran, dan program kerja.
c. Membuat dan menetapkan peraturan atau Standar Prosedur Operasional
(SPO) pada setiap fungsi kegiatan di apotek.
d. Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SPO serta program kerja pada
setiap fungsi kegiatan di apotek.
e. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menganalisis hasil kinerja
operasional dan kinerja keuangan apotek.

3.3 ASISTEN APOTEKER


3.3.1 Definisi Asisten Apoteker

20
Asisten Apoteker adalah Tenaga Kesehatan yang berijasah Sekolah
Menengah Farmasi, Akademi Farmasi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan,
Akademi Analisis Farmasi dan Makanan Jurusan Analis Farmasi dan Makanan
Politeknik Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3.3.2 Tugas Asisten Apoteker
a. Melayani obat atau menarik obat untuk pasien sesuai dengan resep dokter.
b. Memberi informasi tentang penggunaan obat secara tepat dan tentang
khasiat obat kepada pasien dengan jelas.
c. Mengatur penyimpanan atau pemasukan obat dari PBF dan juga
pengeluaran oleh bagian peracikan.
d. Memberi harga pada resep yang baru masuk
3.3.3 Fungsi Asisten Apoteker
a. Melaksanakan pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat
dan obat tradisional.
b. Pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh asisten apoteker dilakukan
dibawah pengawasan Apoteker/pimpinan unit atau dilakukan secara
mandiri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.4. Bidan
3.4.1 Definisi Bidan
Bidan adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal kebidanan dan
kepadanya diberikan kewenangan tertulis untuk melakukan tindakan kebidanan
atas dasar keilmuan dan kompetensi yang dimilikinya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3.4.2 Tugas Bidan
Tugas fisioterafis adalah memberikan asuhan Bidan atau pelayanan
Bidan, dengan standar pelayanan Bidan yang berlaku agar mutu pelayanan bisa
dipertanggung jawabkan dan memuaskan.

3.4.3. Fungsi Bidan


Fungsi Bidan adalah

21
 Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta menganalisanya
pada setiap kunjungan/pemeriksaan ibu hamil.
 Melaksanakan pemeriksaan fisik umum secara sistematis dan lengkap.
 Melaksanakan pemeriksaan abdomen secara lengkap
 Melakukan penilaian pelvic, termasuk ukuran dan struktur tulang panggul.
 Menilai keadaan janin
 Menghitung usia kehamilan dan menentukan perkiraan persalinan.
 Mengkahji status nutrisi ibu hamil
 Mengkaji kenaikan berat badanibu dan hubungannya dengan komplikasi
kehamilan.

3.5 Gizi
3.5.1 Definisi
Ahli Gizi adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan akademi
dalam bidang gizi sesuai aturan yang berlaku, mempunyai tugas, tanggung jawab
dan wewenang secara penuh untuk melakukan kegiatan fungsional dalam bidang
pelayanan gizi, makanan dan dietik baik di masyarakat, individu atau rumah sakit.
Sarjana Gizi adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan minimal
pendidikan formal sarjana gizi (S1) yang diakui pemerintah Republik
Indonesia.

3.5.2 Tugas
1. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap,
perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri
2. Menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan
3. Bersikap jujur, tulus dan adil
4. Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan
dalam menginterpretasikan informasi tidak membedakan individu dan dapat
menunjukkan sumber rujukan yang benar
5. Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama
dengan pihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan
6. Mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban senantiasa
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya

22
7. Bekerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun
lainnya dengan tetap memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.
3.5.3 Fungsi
1. Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik
Fungsi :
a. Mengkaji data dan mencirikan masalah gizi klinik
b.Memberikan masukan kepada dokter tentang preskripsi diet
c.Merancang pola diit klien berdasarkan preskripsi diet dari dokter
d.Mengawasi pelaksanaan diit klien.
2. Penyedia sistim penyelenggaraan makanan rumah sakit
Fungsi :
a.Mengkaji data dan mencirikan masalah SPMI
b.Memberi masukan kepada mitra kerja tentang masalah SPMI
c.Merencanakan pelaksanaan SPMI
d.Mengawasi pelaksanaan SPMI
3. Penyuluh/konsultan gizi
Fungsi :
a.Merancang penyuluhan, pelatihan, dan konsultasi gizi
b.Melakukan penyuluhan, pelatihan dan konsultasi gizi
4. Pelaku praktik kegizian yang bekerja secara professional dan etis
Fungsi :
a.Melaksanakan kegiatan pelayanan gizi/praktik kegizian
b.Memantau dan mengevaluasi pelayanan gizi/praktik kegizian

3.6 Perekam Medis dan Informasi Kesehatan


3.6.1 Definisi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan merupakan aspek penting untuk
mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu pengembangan
sistem dan penerapannya didukung oleh tenaga profesi yang berkualitas. Karena
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan menyangkut kepentingan kerahasiaan
pribadi pasien dan rahasia jabatan, maka Perekam Medis merasa perlu untuk
merumuskan pedoman sikap dan perilaku profesi,
3.6.2 Tugas Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

23
1. Di dalam melaksanakan tugas profesi, tiap Perekam Medis selalu bertindak
demi kehormatan diri, profesi dan organisasi.
2. Perekam Medis selalu menjalankan tugas berdasarkan standar profesi
tertinggi.
3. Perekam Medis lebih mengutamakan pelayanan daripada kepentingan pribadi
dan selalu berusaha memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan kesehatan yang bermutu.
4. Perekam Medis wajib menyimpan dan menjaga data rekam medis serta
informasi yang terkandung di dalamnya sesuai dengan ketentuan prosedur
manajemen, ketetapan pimpinan institusi dan peraturan perundangan yang
berlaku.
5. Perekam Medis selalu menjunjung tinggi doktrin kerahasiaan dan hak atas
informasi pasien yang terkait dengan identitas individu atau sosial.
6. Perekam Medis wajib melaksanakan tugas yang dipercaya pimpinan
kepadanya dengan penuh tanggungjawab, teliti dan akurat.
3.6.3 Fungsi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
 Mampu menjalankan fungsi manajerial meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
 Mampu memenej peralatan dan fasilitas termasuk ergonomic ruangan dan
manajemen pengelolaan rekam medic menjadi informasi kesehatan

3.7 Radiografer
3.7.1 Definisi Radiografer
a. Radiografer adalah suatu propesi yang melakukan pelayanan kepada
masyarakat, bukanlah profesi yang semata-mata pekerjaan untuk mencari
nafkah akan tetapi merupakan pekerjaan kepercayaan.
b. Radiografer adalah tenaga kesehatan lulusan APRO/DIII Radiologi/ATRO
dan D IV Program peminatan tertentu di bidang radiologi.
c. Radiografer adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dengan tugas,
wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan radiografi,
imaging, kedokteran nuklir dan radioterafi di pelayanan kesehatan dalam
upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
3.7.2 Tugas Radiografer

24
a. Melakukan pemeriksaan secara radiografi
b. Melakukan teknik dan prosedur terapi radiasi
c. Melakukan teknik dan prosedur pemeriksaan dengan sumber terbuka di
bidang kedokteran Nuklir
d. Melakukan upaya-upaya tindakan proteksi radiasi dalam rangka meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja
e. Mengelola sarana dan prasarana peralatan radiologi dan radioterafi
f. Melakukan tindakan belajar mengajar
g. Melaksanakan penelitian baik yang bersifat ilmiah akademik ataupun ilmiah
popular
h. Mengembangkan profesionalisme secara terus menerus melalui pendidikan
formal dan non formal
i. Melakukan konsultasi teknis tentang peningkatan mutu pelayanan radiologi.
3.7.3 Fungsi Radiografer
a. Mengerti dan memahami visi dan misi organisasi tempat kerja dan organisasi
propesi
b. Meningkatkan jaminan kualitas pelayanan radiologi
c. Meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja
d. Meningkatkan upaya proteksi radiasi
e. Meningkatkan teknik dan prosedur pemeriksaan
f. Meningkatkan pengawasan, monitoring dan evaluasi sumber radiasi
g. Meningkatkan pengawasan, monitoring dan evaluasi terhadap teknik dan
prosedur kerja sumber radiasi
h. Meningkatkan jaminan kualitas radiologi
i. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya evalusi pelayanan melalui
kotak saran

3.8 Sanitarian
3.8.1 Definisi Sanitarian

25
Sanitarian adalah tenaga profesional yang bekerja dalam bidang sanitasi
dan kesehatan lingkungan dengan latar belakang pendidikan yang beragam dan
yang telah mengikuti pendidikan atau pelatihan khusus di bidang sanitasi dan
kesehatan lingkungan.
3.8.2 Tugas Sanitarian
 Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan
 Melakukan pengamatan kesehatan lingkungan
 Melakukan pengawasan kesehatan lingkungan
 Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kualitas kesehatan
lingkungan
 Membuat karya tulis atau karya ilmiah di bidang kesehatan lingkungan.
 Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan lainnya dibidang kesehatan
lingkungan
 Membimbing sanitarian di bawah jenjang jabatannya
 Membuat buku pedoman/petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis di bidang
kesehatan lingkungan Mengembangkan teknologi tepat guna di bidang
kesehatan lingungan
 Mengajar atau melatih yang berkaitan dengan bidang kesehatan lingkungan
 Mengikuti seminar/lokakarya di bidang kesehatan lingkungan/kesehatan
 Menjadi anggota organisasi profesi bidang kesehatan lingkungan
 Menjadi anggota tim penilai jabatan fungsional sanitarian
 Melaksanakan kegiatan lintas program dan lintas sektoral
3.8.3 Fungsi Sanitarian
 Menentukan komponen lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia
untuk Menganalisis hasil pengukuran komponen lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan lingkungan,
 Menginterprestasikan hasil pengukuran komponen lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan manusia,
 Merancang dan merekayasa Penanggulangan masalah Lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan manusia,
 Mengorganisir Penanggulangan masalah kesehatan lingkungan dan
Mengevaluasi hasil.

26
BAB IV
STANDAR KOMPETENSI PETUGAS
FUNGSIONAL NON KEPERAWATAN

27
4.1 Analis Kesehatan
JENJANG
NO KOMPETENSI SMAK DIII S1
1 MENGUASAI ILMU PENGETAHUAN
1.1. Hematologi & transfusi darah v v v
1.2. Kimia Klinik v v v
1.3. Serologi-Imunologi v v v
1.4. Mikrobiologi v v v
1.5. Toksikologi - v v
1.6. Patologi Anatomi - v v
1.7. Biologi Molekuler - v v
1.8. Komputer v v v
1.9. Manajemen - v v
1.10. Virologi - v v
1.11. Kesehatan Lingkungan v v v
2 MAMPU MEMBUAT PERENCANAAN /
MERANCANG PROSES
2.1. Alur kerja proses pemeriksaan di laboratorium - v v
2.2. Alur keselamatan kerja di laboratorium - v v

2.3. Menyusun prosedur baku di laboratorium - v v


2.4. Menyusun prosedur cara ukur keberhasilan proses - - v
2.5. Menyusun program pemantapan mutu internal - - v
2.6. Menyusun program pemantapan mutu eksternal - - v
2.7. Merancang upaya keselamatan kerja di laboratorium - - v
3 MAMPU MELAKSANAKAN PROSES TEKNIS
OPERASIONAL
3.1. Mengambil spesimen v v v
3.2. Menilai kualitas spesimen v v v
3.3. Menangani specimen v v v
(labeling,penyimpanan,pengiriman)
3.4. Memperhatikan bahan/reagensia v v v
3.5. Memilih reagen & metode analisa - v v
3.6. Mempersiapkan alat v v v
3.7. Memilih/menentukan alat - v v
3.8. Memelihara alat v v v
3.9. Mengkalibrasi alat - v v
3.10 Menguji kelayakan alat - v v
3.11 Mengerjakan prosedur analisa bidang :
a. Hematologi sederhana v v v
b. Hematologi khusus - v v
c. Kimia klinik v v v
d. Serologi-Imunologi sederhana v v v
e. Serologi-Imunologi komplex - v v
f. Mikrobiologi sederhana v v v
g. Mikrobiologi Komplex - v v
28
h. Toksikologi - v v
i. Patologi Anatomi - v v
j. Biologi Molekuler - - v
k. Virologi (riset) - v v
3.12. Mengerjakan prosedur dalam pemantapan mutu v v v
3.13. Membuat laporan administrasi v v v
4 MAMPU MEMBERIKAN PENILAIAN (JUDGMENT)
4.1. Mendeteksi secara dini keadaan specimen yang v v v
berubah
4.2. Mendeteksi secara dini perubahan kondisi v v v
alat/reagen/kondisi analisa
4.3. Mendeteksi secara dini bila muncul penyimpangan v v v
dalam proses teknis operasional

4.4. Menilai validitas rangkaian analisa atau hasilnya v v v


4.5. Menilai normal tidaknya hasil analisa untuk v v v
untuk dikonsultasikan kepada yang berwenang
4.6. Menilai layak tidaknya hasil proses pemantapan - v v
mutu internal
4.7. Menilai layak tidaknya hasil proses pemantapan - - v
mutu eksternal
4.8. Mendeteksi secara dini terganggunya keamanan - v v
lingkungan kerja
5 MAMPU DALAM PENGAMBILIAN KEPUTUSAN
5.1. Perlunya koreksi terhadap - v v
proses/alat/spesimen/reagensia
5.2. Perlunya koreksi terhadap proses pemantapan mutu - v v
internal
5.3. Perlunya koreksi terhadap proses pemantapan mutu - - v
eksternal

4.2.Apoteker
1. Mampu melakukan praktik kefarmasian secara Profesional dan Etik
 Menguasai kode etik yang berlaku dalam praktik profesi
 Mampu menerapkan praktik kefarmasian secara legal dan professional
sesuai kode etik Apoteker Indonesia.
 Memiliki keterampilan komunikasi
 Mampu komunikasi dengan pasien
 Mampu komunikasi dengan tenaga kesehatan
 Mampu komunikasi secara tertulis
 Mampu melakukan konsultasi/konseling sediaan farmasi dan alat
kesehatan.

29
2. Mampu menyelesaikan masalah terkait dengan penggunaan sediaan farmasi
 Mampu menyelesaikan masalah penggunaan obat yang rasional
 Mampu melakukan telaah penggunaan obat pasien
 Mampu monitoring efek samping obat (MESO)
 Melakukan evaluasi penggunaan obat
 Melakukan praktik Therapeutic Drug Monitoring (TDM)
 Mampu mendampingi pengobatan mandiri (swamedikasi)oleh pasien
3. Mampu melakukan dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan
 Mampu melakukan penilaian resep
 Melakukan evaluasi obat yang diresepkan
 Melakukan penyiapan dan penyerahan obat yang diresepkan
4. Mampu mempormulasikan dan memproduksi sediaan farmasi dan alat
kesehatan sesuai standar yang berlaku.
 Mampu melakukan persiapan pembuatan/produk obat
 Mampu membuat formulasi dan pembuatan/produk sediaan farmasi
 Mampu melakukan Iv-Admixture dan mengendalikan sitostatika/obat
khusus.
 Mampu melakukan persiapan peryaratan sterilisasi alat kesehatan
 Mampu melakukan sterilisasi alat kesehatan sesuai prosedur satndar

5. Mempunyai keterampilan dalam pemberian informasi sediaan farmasi dan alat


kesehatan
 Pelayanan informasi obat
 Mampu menyampaikan informasi bagi masyarakat dengan mengindahkan
etika propesi kefarmasian
6. Mampu berkontribusi dalam upaya preventif dan promotif kesehatan
masyarakat.
 Mampu bekerjasama dalam pelayanan kesehatan dasar.
7. Mampu mengelola sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan standar
yang berlaku
 Seleksi sediaan farmasi dan alat kesehatan
 Mampu melakukan pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
30
 Mampu mendesign, melakukan penyimpanan dan distribusi sediaan
farmasi dan alat kesehatan
 Mampu melakukan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai
peraturan
 Mampu menetapkan system dan melakukan penarikan sediaan farmasi dan
alat kesehatan
 Mampu mengelola infrastruktur dalam pengelolaan sediaan farmasi dan
alkes.
8. Mempunyai keterampilan organisasi dan mampu membangun hubungan
interpersonal dalam melakukan praktik kefarmasian
 Mampu merencanakan dan mengelola waktu kerja
 Mampu optimalisasi kontribusi diri terhadap pekerjaan
 Mampu bekerja dalam tim
 Mampu membangun kepercayaan diri
 Mampu menyelesaikan masalah
 Mampu mengelola konflik
9. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berhubungan dengan kefarmasian.
 Belajar sepanjang hayat dan kontribusi untuk kemajuan profesi
 Mampu menggunakan teknologi untuk pengembangan profesionalitas.

4.3 Asisten Apoteker


1. Mencatat kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan :
 Memeriksa ketersediaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di unit
kerja.
 Memeriksa persediaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang
mendekati kadaluarsa.
 Membuat usulan penanganan obat yang mendekati kadaluarsa
2. Memesan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan :
 Mengusulkan kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di
dunia kerja
 Memesan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan berdasarkan
permintaan dari apotekker
31
3. Menerima sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan :
 Menerima sediaan farmasi/perbekalan kesehatan dan memeriksa
kesesuaian pesanan
 Memeriksa keadaaan fisik sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
 Membuat bukti penerimaan
 Membimbing AA muda
4. Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan :
 Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan
golongannya
 Verifikasi ruang dan alat
 Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai bentuk
sediaannya
 Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai sifat fisika
dan kimia berdasarkan informasi pada kemasan
 Membimbing AA muda
5. Melakukan administrasi dokumen sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan :
 Melakukan pengelompokkan faktur pembelian dan resep sesuai dengan
prosedur
 Menyimpan fatur pembelian dan resep
 Mengelompokkan resep yang akan dimusnahkan
 Menyiapkan, mengisi dan menyimpan kartu stock
 Membimbng AA muda
6. Menghitung / kalkulasi biaya obat dan perbekalan kesehatan :
 Menghitung jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
 Menghitung biaya
 Menginformasikan jumlah biaya
 Dokumentasi
 Membimbing AA muda
7. Melaksanaan prosedur penerimaan dan penilaian resep di apotek :
 Menerima dan memeriksa resep
 Memberikan usulan pemecahan masalah terkait adanya OTT fisika/kimia
 Membimbing AA muda

32
8. Melaksanaan proses peracikan sediaan farmasi sesuai dengan permintaan
dokter :
 Menyiapkan sediaan farmasi sesuai dengan prosedur
 Meracik sediaan farmasi dibawah pengawasan apotekker/pimpinan unit
9. Menulis etiket dan menempelkannya pada kemasan sediaan farmasi :
 Menulis etiket
 Menempelkan etiket dan label pada kemasan
 Melakukan pengecekan etiket dan label pada kemasan
10. Memeberikan pelayanan untuk obat bebas, bebas terbatas dan perbekalan
kesehatan :
 Memantau kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan di sekitar lokasi
apotek
 Menyiapkan obat dan perbekalan kesehatn yang diperlukan masyarakat
sesuai protap
 Menyerahkan obat dan perbekalan kesehatan yang diperlukan masyarakat
sesuai protap
 Mencatat obat yang diserahkan kepada masyarakat
11. Berkomunikasi dengan oranglain :
 Menerima dan klasifikasi perintah
 Menerima dan meneruskan pesan
 Menunjukan keterampilan pribadi yang benar
 Memberikan informasi yang benar
12. Mengusulkan kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dalam
pembuatan rrencana pengadaan :
 Melakukan verifikasi kebutuhan
 Membuat dokumentasi
13. Berperan serta melakukan pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan sesuai protap :
 Mencari data PBF/distributor seuai dengan kebutuhan
14. Melaksanakan prosedur penyerahan obat kepada pasien sesuai protap :
 Menyerahkan obat kepada pasien
15. Melaksanakan prosedur pelayanan pengobatan mandiri/swamedikasi sesuai
protap :
33
 Melakukan komunikasi
 Membuat dokumentasi
 Pembuatan dokumentasi
16. Melaksanakan prosedur pencatatan dan dokumentasi perencanaan pengadaan
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan :
 Membantu apotekker/pimpinan unit membuat dokumen perncanaan
 Mengarsipkan dokumen
17. Melaksanakan prosedur pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
:
 Mengumpulkan data vendor
 Memonitor order pengadaan
18. Melaksanakan prosedur pencatatan pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan yang bersifat droping, hibah dan produksi :
 Mencatat kebutuhan yang sudah ditetapkan
 Membantu apotekker dalam produksi obat
 Membantu persiapan pelaksanaan prosedur produksi sesuai protap
 Melakukan produksi dibawah pengawasan apotekker
 Mengirim produk ke gudang dan membuat dokumentasi
 Membimbing AA muda dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas
19. Melaksanakan prosedur penerimaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
sesuai protap :
 Mengevaluasi kualitas fisik barang (sesuai protap)
 Mencatat dalam buku penerimaan
 Membuat surat pengantar pengiriman ke gudang
 Membimbing AA muda dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas
20. Melaksanakan penyimpanan sediaan farmasi & perbekalan kesehatan sesuai
protap :
 Mengecek barang yang datang ke gudang
 Melakukan penempatan barang sesuai protap
 Membuat dokumentasi sesuai protap
 Membimbing AA muda dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas

34
21. Melaksanakan prosedur distribusi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
dari Gudang RS sesuai Protap :
 Verifikasi barang yang harus didistribusikan
 Mencatat persediaan barang yang fast moving
 Menerima permintaan barang dari unit yang ada di RS
 Mendistribusikan barang ke unit pemesanan sesuai protap
 Membuat dokumentasi
 Membimbing AA muda dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas
22. Melaksanakan prosedur kalkulasi biaya resep obat
 Menghitung dosis/jumlah obat dalam resep yang akan diberikan
 Menghitung harga obat dalam resep yang diberikan
 Menyerahkan hasil kalkulasi pada kasir
 Melakukan pencatatan
 Membimbing AA Muda dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas
23. Melaksanakan prosedur penyiapan sediaan farmasi di RS tipe D sesuai protap
 Menyiapkan bahan obat / obat (sesuai protap)
 Menyiapkan pengemas (sesuai protap)
 Membantu pelaksanaan dispensing (sesuai protap)
 Melakukan pencatatan
 Membimbing AA Muda dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut
24. Melaksanakan prosedur penyerahan obat unit dosen/resep individu dibawah
pengawasan Apoteker/ Pimpinan Unit
 Verifikasi kesesuaian resep dan obat yang diberikan (sesuai protap)
 Melakukan penyerahan obat (sesuai protap)
 Membuat dokumentasi
 Membimbing AA Muda dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas
25. Melaksanakan prosedur disribusi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
untuk keperluan floor stock sesuai protap dibawah supervisi apoteker
/ pimpinan unit
 Verifikasi dokumen permintaan barang
 Menyiapkan sediaan farmasi / perbekalan kesehatan
 Pelaksanaan distribusi (sesuai protap)

35
 Membuat dokumentasi (susai protap)
 Membimbing AA Muda dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas
26. Berkomunikasi dengan orang lain
 Menrima dan klarifikasi perintah
 Menerima dan meneruskan pesan
 Menunjukan keterampilan pribadi yang benar
 Memberikan informasi yang benar
27. Melaksanan prosedur dinpensing obat berdasarkan permintaan dokter sesuai
protap dibawah supervisi apoteker / Pimpinan Unit :
 Menyiapkan obat
 Melakukan peracikan
 Melakukan pengemasan
 Memberikan etiket
 Memeriksa kesesuaian obat dengan resep
28. Melakukan pencatatan semua data yang berhubungan dengan proses
dispensing dibawah supervisi apoteker / pimpinan unit :
 Melakukan rekam farmasi
 Melakukan pencatatan semua data
 Penyimpanan dokumen
29. Mengusulkan konsep perencanaan pembelian barang atas permintaan dari
PPIC :
 Memilih bahan sesuai dengan spesifikasi dan deskripsi yang diminta
 Melaksanakan kegiatan pernerimaan bahan baku, bahan pengemas
maupun produk jadi
 Memeriksa kesesuaian jenis dan jumlah barang terhadap delivery order
 Dokumentasi penerimaan barang
 Menyimpan barang di ruang karantina
30. Menyimpan barang di gudang berdasarkan standar penyimpanan GDP/ Cara
Distribusi yang baik (FIFO & FEFO)
 Memeriksa kesesuaian kondisi gudang terhadap standar yang berlaku
 Menyusun barang sesuai sistem dan prosedur yang ditetapkan
 Melaksanakan prosedur penyimanan produk jadi

36
 Mendokumentasikan penyimpanan barang
31. Melaksanakan prosedur pengeluaran barang sesuai dengan dokumen
permintaan bahan (untuk produksi) atau pesanan produk jadi
 Mengeluarkan bahan baku atas permintaan untuk produksi
 Melakukan penimbangan bahan baku untuk produksi
 Mengeluarkan produk jadi atas pesanan
32. Membantu QC melakukan monitoring barang expired, barang obsolet dan
pemusnahannya
 Melaksanakan prosedur monitoring
 Melaksanakan prosedur monitoring barang obsolet
33. Melaksanakan prosedur penerimaan dan penanganan barang kembalian
 Melaksanakan prosedur penerimaan barang kembalian
 Melaksanakan prosedur monitoring barang kembalian
34. Menimbang bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi
 Menyiapkan tempat dan peralatan untuk penimbangan
 Melaksanakan prosedur monitoring barang kembalian
35. Melaksanakan prosedur penyimpanan dan pemindahan bahan baku, bahan
pengemas, produk rumahan, produk antara dan produk jadi selama produksi
sesuai protap :
 Mengidentifikasi sifat fisika dan kimia bahan berdasarkan informasi pada
label kemasan/wadah
 Melakukan penyimpanan bahan awal, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi sesuai prosedur
 Melakukan pemindahan bahan awal, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi sesuai prosedur
36. Memeriksa Kualitas bahan pengemas :
 Melaksanakan prosedur pemeriksaan kualitas bahan pengemas ( karton,
plastik, alu foil, gelas dan alumunium )
37. Melaksanakan pemantauan kondisi lingkungan laboratorium dibawah
supervisi apotekker :
 Melaksanakan prosedur pemantauan kondisi laboratorium (suhu, tekanan,
kelembaban)
38. Melaksanakan pemeriksaan peralatan sesuai protap :
37
 Melaksanakan prosedur pembersihan peralatan gelas
 Melaksanakan prosedur perawatan neraca
39. Melaksanakan prosedur pemeriksaan catatan bets :
 Memeriksa kelengkapam data dalam catatan bets
 Melaporkan hasil pemeriksaan kepada pimpinan
40. Berkomuniakasi dengan orang lain :
 Menerima dan klarifikasi perintah
 Menerima dan meneruskan pesan
 Menunjukan keterampilan pribadi yang benar
 Memberikan informasi yang benar
41. Melaksanakan prosedur pembuatan sediaan padat tablet, kapsul, serbuk sesuai
protap
 Menyiapkan alat dn bahan sesuai protap
 Melaksanakan proses pencampuran sesuai prosedur
 Malaksanakan pencetakan tablet sesuai prosedur
 Melaksanakan pengisian kapsil sesuai prosedur
 Melaksanakan pengisisan serbuk ke dalam sachet sesuai dengan prosedur
 Mendokumentasikan
42. Melaksanakan prosedur pembuatan sediaan kapsul lunak sesuai protap
dibawah supervisi apotekker :
 Menyiapkan alat bahan dan ruangan sesuai protap
 Melaksanakan proses pencampuran sesuai prosedur
 Melaksanakan Pengisian ke dalam kapsul lunak sesuai prosedur
43. Melaksanakan proses pembuatan sediaan cair non steril sesuai protap di
bawah supervisi apotekker :
 Menyiapkan alat bahan dan ruangan sesuai protap
 Melaksanakan proses pencampuran sesuai prosedur
 Melaksanakan pengisian ke dalam kemasan sesuai prosedur
44. Melaksanakan proses pembuatan sediaan setengah padat sesuai protap di
bawah supervisi apotekker :
 Menyiapkan alat bahan dan ruangan sesuai protap
 Melaksanakan proses pencampuran sesuai prosedur

38
 Melaksanakan pengisian ke dalam kemasan sesuai prosedur
45. Melaksanakan prossedur pembuatan sediaan cair dan setengah padat steril
sesuai protap di bawah supervisi apotekker :
 Menyiapkan alat bahan dan ruangan sesuai protap
 Melaksanakan proses pencampuran sesuai prosedur
 Melaksanakan pengisian ke dalam kemasan sesuai prosedur
 Melaksanakan proses sterilisasi sesuai prosedur
46. Melaksanakan prosedur pengemasan untuk sediaan tablet, kapsul, kapsul
lunak, cairan/setengah padat non steril, cairan/setengah padat steril seuai
protap :
 Menyiapkan produk ruahan dan bahan pengemas sesuai prosedur
 Melaksanakan pengemasan primer dan sekunder sesuai prosedur
47. Berperan serta dalam tim inspeksi diri :
 Mempelajari rujukan protap atau daftar periksa inspeksi diri
 Mengamati kesesuaian atara protap dan pelaksanaannya
 Mencatat ketidaksesuaian yang terjadi
 Melaporkan hasil pengamatan kepada ketua tim inspeksi diri
48. Melaksanakan prosedur perbaikan terhadap temuan dari inspeksi diri :
 Melaksanakan prosedur tindak perbaikan terhadap temuan
 Mencatat pelaksanaan tindak perbaikan
 Melaporkan pelaksanaan tindak perbaikan kepada yang berwenang
49. Melaksanakan prosedur uji keseragaman sediaan, ukuran, kekerasan, waktu
hancur, disolusi, kerapuhan dan volume terpindahkan :
 Melaksanakan sampling & memproses sesuai formulir permintaan
 Melakukan persiapan pengujian sesuai protap
 Melakukan pengujian sesuai protap
 Melakukan pengujian sesuai prosedur pengujian
50. Melaksanakan prosedur sampling dalam proses pemeriksaan produk jai yang
beredar di pasaran :
 Melaksanakan prosedur sampling produk jadi di pasaran sesuai protap
 Mencatat, melapor dan mendokumentasikan hasil sampling

39
4.4 KOMPETENSI AHLI GIZI

a. DASAR PENDIDIKAN S1 GIZI

NO KODE JUDUL UNIT KOMPETENSI


1 Kes.Gz.01.01.01 Melakukan praktek kegizian sesuai dengan nilai – nilai
dan mode etik profesi gizi.
2 Kes.Gz.01.02.01 Merujuk pasien/klien kepada professional N/D atau
disiplin lain bila diluar kemampuan/kewenangan.
3 Kes.Gz.01.03.01 Berpartisipasi dalam kegiatan – kegaiatn profesi.
4 Kes.Gz.01.04.01 Melakukan pengkajian diri dan berpartisipasi dalam
pengembangan profesi serta pendidikan seumur hidup.
5 Kes.Gz.01.05.01 Berpartisipasi dalam penyusunan kebijakan pemerintah
dalam dalam bidang pangan, ketahanan pangan,
pelayanan gizi dan kesehatan.
6 Kes.Gz.01.06.01 Menggunakan teknologi mutakhir untuk kegiatan
komunikasi dan informasi.
7 Kes.Gz.02.07.01 Mengawasi dokumentasi pengkajian dan intervensi gizi.
8 Kes.Gz.02.08.01 Memberikan pendidikan gizi dalam praktek kegizian.
9 Kes.Gz.02.09.01 Mengawasi konseling, pendidikan, dan atau intervensi
lain dalam promosi kesehatan atau pencegahan penyakit
yang di perlukan dalam terapi gizi untuk keadaan
penyakit umum.
10 Kes.Gz.02.10.01 Mengawasi pendidikan dan pelatihan gizi untuk
kelompok sasaran tertentu.
11 Kes.Gz.02.11.01 Mengkaji ulang dan mengembangkan materi pendidikan
untuk populasi sasaran.
12 Kes.Gz.02.12.01 Berpartisipasi dalam penggunaan media masa untuk
promosi pangan dan gizi.
13 Kes.Gz.01.13.01 Menginterpretasikan dan memadukan pengetahuan
ilmiah terbaru dalam praktek kegizian
14 Kes.Gz.01.14.01 Mengawasi perbaikan mutu pelayanan gizi dalam rangka
meningkatkan kepuasan pelanggan.
15 Kes.Gz.02.15.01 Mengembangkan dan mengukur dampak dari pelayanan
dan praktek kegizian.
16 Kes.Gz.01.16.01 Berpartisipasi dalam perubahan organisasi , perencanaan
dan proses penetapan tujuan.
17 Kes.Gz.01.17.01 Berpartisipasi dalam bisnis atau pengembangan rencana
operasional.
18 Kes.Gz.02.18.01 Mengawasi pengumpulan dan pengolahan data keuangan
praktek kegizian.
19 Kes.Gz.02.19.01 Melakukan fungsi pemasaran.
20 Kes.Gz.01.20.01 Berpartisipasi dalam penggunaan sumber daya manusia
21 Kes.Gz.02.21.01 Berpartisipasi dalam pengelolaan sarana fisik termasuk
pemilihan peralatan dan merancang ulang unit – unit
kerja
22 Kes.Gz.01.22.01 Mengawasi sumber daya manusia, keuangan, fisik,
materi dan pelayanan secara terpadu.
23 Kes.Gz.02.23.01 Mengawasi produksi makanan yang sesuai dengan
40
pedoman gizi, biaya dan daya terima klien.
24 Kes.Gz.02.24.01 Mengawasi pengembangan dan atau modifikasi
resep/formula
25 Kes.Gz.02.25.01 Mengawasi penerjemahan kebutuhan gizi menjadi menu
makanan untuk kelompok sasaran.
26 Kes.Gz.02.26.01 Mengawasi rancangan menu sesuai dengan kebutuhan
dan status kesehatan klien.
27 Kes.Gz.02.27.01 Berpartisipasi dalam melakukan penilaian cita rasa
(organoleptik) makanan dan produk gizi.
28 Kes.Gz.02.28.01 Mengawasi sistem pengadaan, distribusi dan pelayanan
makanan

29 Kes.Gz.02.29.01 Mengelola keamanan dan sanitasi makanan


30 Kes.Gz.02.30.01 Mengawasi penapisan gizi untuk individu dan kelompok
31 Kes.Gz.02.31.01 Mengawasi penilaian gizi klien dengan kondisi
kesehatan umum, (obesitas, hipertensi dll)
32 Kes.Gz.02.32.01 Menilai status gizi individu dengan kondisi kesehatan
kompleks (ginjal, gizi buruk, dll)
33 Kes.Gz.02.33.01 Merancang dan menerapkan rencana pelayanan gizi
sesuai dengan kesehatan klien.
34 Kes.Gz.02.34.01 Mengelola pemantauan asupan makanan dan gizi klien.
35 Kes.Gz.02.35.01 Memilih, menerapkan dan mengevaluasi stnadar
makanan enternal dan parentral untuk memenuhi
kebutuhan gizi yang dianjurkan termasuk zat gizi makro.
36 Kes.Gz.02.36.01 Mengembangkan dan menerapkan rencana pemberian
makanan peralihan.
37 Kes.Gz.01.37.01 Mengkoordinasikan dan memodifikasi kegiatan
pelayanan gizi diantara pemberi pelayanan.
38 Kes.Gz.02.38.01 Melakukan komponen pelayanan gizi dalam forum
diskusi tim medis untuk tindakan dan rencana rawat
jalan pasien.
39 Kes.Gz.01.39.01 Merujuk klien kepada pelayanan kesehatan masyarakat
yang lebih sesuai dengan kesehatan umum dan gizi.
40 Kes.Gz.02.40.01 Mengawasi penapisan status gizi kelompok masyarakat.
41 Kes.Gz.02.41.01 Melakukan penilaian status gizi kelompok masyarakat.
42 Kes.Gz.01.42.01 Melakukan pelayanan gizi pada berbagai kelompok
masyarakat sesuai dengan budaya, agama dalam daur
kehidupan.
43 Kes.Gz.01.43.01 Melakukan program promosi kesehatan atau program
pencegahan penyakit.
44 Kes.Gz.01.44.01 Berpartisipasi dalam pengembangan dan evaluasi
program pangan dan gizi masyarakat.
45 Kes.Gz.01.45.01 Mengawasi pangan dan program gizi masyarakat.
46 Kes.Gz.01.46.01 Berpartisipasi dalam penetapan biaya praktek pelayanan
kegizian.

b. KOMPETENSI AHLI MADYA GIZI (DASAR PENDIDIKAN DIII GIZI)

41
NO KODE JUDUL UNIT KOMPETENSI
1 Kes. AG. Berpenampilan (unjuk kerja) sesuai dengan kode etik
01.01.01 profesi gizi.
2 Kes. AG. Merujuk klien/pasien kepada ahli lain pada saat
01.02.01 situasinya berada diluar kompetensinya.
3 Kes. AG. Ikut aktif dalam kegiatan profesi gizi
01.03.01
4 Kes. AG. Melakukan pengkajian diri menyiapkan portofolio
01.04.01 untuk pengembangan profesi dan ikut berpartisipasi
dalam kegiatan pendidikan berkelanjutan.
5 Kes. AG. Berpartisipasi dalam proses kebijakan legislatif dan
01.05.01 kebijakan publik yang berdampak pada pangan , gizi
dan pelayanan kesehatan.
6 Kes. AG. Menggunakan teknologi terbaru dalam kegiatan
01.06.01 informasi dan komunikasi.
7 Kes. AG. Mendokumentasikan kegiatan pelayanan gizi.
02.07.01
8 Kes. AG. Melakukan pendidikan gizi dalam kegiatan praktek
02.08.01 tersupervisi.
9 Kes. AG. Mendidik pasien/klien dalam rangka promosi
02.09.01 kesehatan, pencegahan penyakit dan terapi gizi untuk
kondisi tanpa komplilkasi.
10 Kes. AG. Melaksanakan pendidikan dan pelatiha gizi untuk
02.10.01 kelompok sasaran.
11 Kes. AG. Ikut serta dalam pengkajian dan pengembangan bahan
02.11.01 pendidikan untuk kelompok sasaran.
12 Kes. AG. Menerapkan pengetahuan dan keterampilan baru dalam
02.12.01 kegiatan pelayanan gizi.
13 Kes. AG. Ikut serta dalam peningkatan kualitas pelayanan atau
01.13.01 praktek dietetik untuk kepuasan konsumen.
14 Kes. AG. Berpartisipasi dalam pengembangan dan pengukuran
01.14.01 kinerja dalam pelayanan gizi.
15 Kes. AG. Berpartisipasi dalam proses penataan dan
01.15.01 pengembangan organisasi.
16 Kes. AG. Ikut serta dalam penyusunan rencana operasional dan
02.16.01 anggaran institusi.
17 Kes. AG. Berpartisipasi dalam penetapan biaya pelayanan gizi.
02.17.01
18 Kes. AG. Ikut serta dalam pemasaran produk pelayanan gizi.
02.18.01
19 Kes. AG. Ikut serta dalam pendayagunaan dan pembinaan SDM
01.19.01 dalam pelayanan gizi.
20 Kes. AG. Ikut serta dalam manajemen sarana dan prasarana
02.20.01 pelayanan gizi.
21 Kes. AG. Meneyelia sumberdaya dalam unit pelayanan gizi
01.21.01 meliputi keuangan, SDM, saran prasarana dan
pelayanan gizi.
22 Kes. AG. Menyelia produksi makanan yang memenuhi
02.22.01 kecukupan gizi, biaya dan daya terima.
42
23 Kes. AG. Mengembangkan dan atau memodifikasi resep/formula
02.23.01 (mengembangkan dan meningkatkan mutu resep dan
makanan formula).
24 Kes. AG. Menyusun standar makanan (menerjamahkan
02.24.01 kebutuhan gizi ke bahan makanan/menu) untuk
kelompok sasaran.
25 Kes. AG. Menyusun menu untuk kelompok sasaran.
02.25.01
26 Kes. AG. Melakukan uji citarasa/uji organoleptik makanan.
02.26.01
27 Kes. AG. Menyelia pengadaan dan distribusi bahan makanan
02.27.01 serta transportasi makanan.
28 Kes. AG. Mengawasi/menyelia masalah keamanan dan sanitasi
02.28.01 dalam penyelenggaraan makanan (industri pangan).
29 Kes.AG.02.29.01 Melakukan penapisan gizi (nutritional screening) pada
klien/pasien secara individu.
30 Kes.AG.02.30.01 Melakukan pengkajian gizi (nutritional assessment)
pada pasien tanpa komplikasi (dengan kondisi
kesehatan umum, misalnya hipertensi, jantung,
obesitas).
31 Kes.AG.02.31.01 Membantu dalam pengkajian gizi (nutritional
assessment) pada pasien dengan komplikasi (kondisi
kesehatan yang kompleks, misalnya penyakit ginjal,
multi-sistem organ failure, trauma).
32 Kes.AG.02.32.01 Membantu merencanakan dan mengimplementasikan
rencana asuhan gizi pasien.
33 Kes.AG.02.33.01 Melakukan monitoring dan evaluasi asupan gizi/makan
pasien.
34 Kes.AG.02.34.01 Berpartisipasi dalam pemilhan formula enteral serta
monitoring dan evaluasi penyediaannya.
35 Kes.AG.02.35.01 Melakukan rencana perubahan diit.
36 Kes.AG.01.36.01 Berpartisipasi dalam konferensi tim kesehatan untuk
mendiskusikan terapi dan rencana pemualangan
klien/pasien.
37 Kes.AG.01.37.01 Merujuk pasien/klien ke pusat pelayanan kesehatan
lain.
38 Kes.AG.02.38.01 Melaksanakan penafisan gizi /screening status gizi
populasi dan atau kelompok masyarakat.
39 Kes.AG.02.39.01 Membantu menilai status gizi populasi dan/ atau
kelompok masyarakat.
40 Kes.AG.02.40.01 Melaksanakan asuhan gizi untuk klien sesuai
kebudayaan dan kepercayaan dari berbagai golongan
umur (tergantung level asuhan gizi kelompok umur)
41 Kes.AG.01.41.01 Berpartisipasi dalam program promosi kesehatan /
pencegahan penyakit di masyarakat.
42 Kes.AG.01.42.01 Berpartisipasi dalam pengembangan dan evaluasi
program pangan dan gizi dan masyarakat.
43 Kes.AG.02.43.01 Melaksanakan dan mempertahankan kelangsungan
program pangan dan gizi masyarakat.
43
44 Kes.AG.01.44.01 Berpartisipasi dalam penetapan biaya pelayanan gizi.

4.5 Perekam Medis

1. Klasifikasi & Kodifikasi Penyakit, Masalah-masalah Yang Berkaitan


Dengan Kesehatan dan Tindakan Medis.

Deskripsi Kompetensi: Perekam Medis mampu menetapkan kode penyakit dan


tindakan dengan tepat sesuai klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10)
tentang penyakit dan tindakan medis dalam pelayanan dan manajemen kesehatan.

No Kode Unit Kompetensi Judul Unit Kompetensi


Menentukan nomor kode diagnosis
pasien sesuai petunjuk dan peraturan
1. MIK.KK.01.001.01
pada pedoman buku ICD yang berlaku
ICD yang berlaku (ICD-10 Volume 2)
Mengumpulkan kode diagnosis pasien
untuk memenuhi sistim pengelolaan,
2. MIK.KK.01.002.01 penyimpanan data pelaporan untuk
kebutuhan analisis sebab tunggal
penyakit yang dikembangkan
Mengklasifikasikan data kode diagnosis
yang akurat bagi kepentingan informasi
3. MIK.KK.01.003.01 morbiditas dan sistem pelaporan
morbiditas dan sistem pelaporan
morbiditas yang diharuskan
Menyajikan informasi morbiditas dengan
akurat dan tepat waktu bagi kepentingan
4. MIK.KK.01.004.01
monitoring KLB epidemiologi dan
lainnya
Mengelola indeks penyakit dan tindakan
guna kepentingan laporan medis dan
5. MIK.KK.01.005.01
statistik serta permintaan informasi
pasien secara cepat dan terperinci
Menjamin validitas data untuk registrasi
6. MIK.KK.01.010.01
penyakit
Mengembangkan dan
7. MIK.KK.01.011.01 mengimplementasikan petunjuk standar
koding dan pendokumentasian.

44
2. Aspek Hukum Dan Etika Profesi
Deskripsi Kompetensi:Perekam Medis mampu melakukan tugas dalam
memberikan pelayanan rekam medis dan informasi kesehatan yang bermutu tinggi
dengan memperhatikan perundangan dan etika profesi yang berlaku.

No Kode Unit Kompetensi Judul Unit Kompetensi


Memfasilitasi pelepasan informasi
1 MIK.HE.02.001.01 kesehatan kepada pasien maupun pihak
ketiga.
Menyiapkan informasi pasien kepada
2 MIK.HE.02.002.01
pihak yang berhak.
Menjaga keamanan alur permintaan
3 MIK.HE.02.003.01
informasi kesehatan pasien.
Memelihara kerahasiaan informasi
4 MIK.HE.02.004.01
pasien.
Mengidentifikasi faktor resiko tinggi
5 MIK.HE.02.005.01
dalam kerahasiaan informasi kesehatan.
Mengevaluasi faktor resiko dalam
6 MIK.HE.02.006.01 pendokumenstasian dan kerahasiaan
informasi kesehatan.
Melaksanakan kebijakan dan prosedur
7 MIK.HE.02.007.01
akses dalam pelepasan informasi.
Melaksanakan kebijakan dan prosedur
8 MIK.HE.02.008.01
terkait dengan peraturan dokumentasi.
Mengkoordinasikan kegiatan komite
9 MIK.HE.02.009.01
keamanan informasi kesehatan.
Membuat pedoman training, peraturan
10 MIK.HE.02.010.01 dan proseudr yang terkait dengan
informasi pelayanan pasien.

3. Manajemen Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan


Deskripsi Kompetensi:Perekam Medis mampu mengelola rekam medis dan
informasi kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan medis, administrasi
dan kebutuhan informasi kesehatan sebagai bahan pengambilan keputusan di
bidang kesehatan.

No Kode Unit Kompetensi Judul Unit Kompetensi


Meregistrasi atas semua kunjungan yang
1. MK.SR.03.001.01 ada di fasilitas pelayanan kesehatan
(registrasi pendaftaran pasien rawat jalan
45
dan rawat inap)
Memberikan nomor rekam medis secara
berurutan dan sistematis berdasarkan
2. MK.SR.03.002.01
sistim yang digunakan (penomoran seri,
unit, seri unit)
Menulis nama pasien dengan baik dan
3. MK.SR.03.003.01 benar sesuai dengan sistem yang
digunakan
Membuat indeks pasien (kartu atau
4. MK.SR.03.004.01
media lainnya)
Menyusun (assembling) rekam medis
5. MK.SR.03.005.01 dengan baik dan benar berdasarkan SOP
yang ada
Menganalisis rekam medis secara
kuantitatif dengan tepat meliputi
a. Kebenaran identifikasi
6. MK.SR.03.006.01
b. Adanya laporan-laporan yang penting
c. Autentikasi
d. Pendokumentasian yang baik
Menganalisis rekam medis secara
7. MK.SR.03.007.01 kualitatif guna konsistensi isi dan mutu
rekam medis
Menyimpan/menjajarkan rekam medis
berdasarkan sistem yang digunakan
8. MK.SR.03.008.01
(Straight Numerical, Middle Digit dan
Terminal Digit Filing System)
Mengambil kembali (retrieval) dengan
cepat rekam medis yang diperlukan
9. MK.SR.03.009.01
untuk memenuhi kebutuhan asuhan
pasien dan berbagai kebutuhan lainnya
Melakukan penyusutan (retensi) rekam
10. MK.SR.03.010.01 medis berdasarkan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku
11. MK.SR.03.011.01 Mendisain formulir rekam medis

4. Menjaga Mutu Rekam Medis


Deskripsi Kompetensi:Perekam Medis mampu merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi dan menilai mutu rekam medis.

No Kode Unit Kompetensi Judul Unit Kompetensi

46
Melaksanakan program kegiatan
1 MIK.MU.04.001.01
menjaga mutu (QA) rekam medik
Melakuakan pemeriksaan ulang (quality
2 MIK.MU.04.002.01
review) MIK/rekam medik
Menyelenggarakan analisa untuk
mengkaji kekuatan, kelemahan, peluang
3 MIK.MU.04.003.01
dan ancaman (“SWOT”) MIK/rekam
medik
Menyelenggarakan kegiatan yang
4 MIK.MU.04.004.01 merupakan prioritas sasaran mutu
pelayanan MIK/rekam medik
Melakukan penilaian dan memberikan
5 MIK.MU.04.005.01 solusi terhadap sistem komputerisasai
pelayanan MIK/rekam medik
Mempersiapkan laporan untuk badan
akreditasi, lisensi dan sertifikasi dalam
6 MIK.MU.04.006.01 memenuhi standar akreditasi dan
kebijakan yang terkait dangan Perekam
Medis (Perekam Medis)
Memonitor kesesuaian kebijakan dan
7 MIK.MU.04.007.01 prosedur agar tetap relevan dengan
manajemen data klinis
Meningkatkan kualitas data klinis dalam
8 MIK.MU.04.008.01
proses menjaga mutu MIK/rekam medik

5. Statistik Kesehatan

Deskripsi Kompetensi :Perekam Medis mampu menggunakan statistik kesehatan


untuk menghasilkan informasi dan perkiraan (forcasting) yang bermutu sebagai
dasar perencanaan dan pengambilan keputusan di bidang pelayanan kesehatan.

No Kode Unit Kompetensi Judul Unit Kompetensi


Mengidentifikasi informasi yang
1 MIK.SK.05.001.01 dibutuhkan sebagai dasar pengambilan
keputusan
Mendesain formulir untuk tahap
2 MIK.SK.05.002.01
pengumpulan data kesehatan
3 MIK.SK.05.003.01 Mengumpulkan data untuk manajemen

47
mutu, manajemen penggunaan,
manajemen resiko dan penelitian lain
yang berhubungan dengan asuhan pasien
Mengelola data untuk penyusunan
4 MIK.SK.05.004.01 laporan efisiensi pelayanan pada sarana
pelayanan kesehatan
5 MIK.SK.05.005.01 Melakukan analisis statistik sederhana

Mendemonstrasikan atau presentasi data


6 MIK.SK.05.006.01
dan laporan keberbagai pihak
Menggunakan aplikasi komputer untuk
7 MIK.SK.05.007.01 pengumpulan, pengolahan dan penyajian
informasi kesehatan
Memberi kontribusi penggunaan fungsi
8 MIK.SK.05.008.01 data klinis, administrasi dan data
eksternal
Mengumpulkan dan Menganalisa data
9 MIK.SK.05.009.01 untuk (kebutuhan khusus) proyek riset
klinis
Menerapkan rencana manajemen
10 MIK.SK.05.010.01
kualitas data (menjaga konsistensi data)
Monitoring pelaksanaan kebijakan dan
11 MIK.SK.05.011.01 prosedur manajemen sumber data
organisasi
Mengelola Kualitas Data di Sarana
12 MIK.SK.05.012.01 Pelayanan Kesehatan

6. Manajemen Unit Kerja Manajemen Informasi Kesehatan / Rekam Medis

Deskripsi Kompetensi :Perekam Medis mampu mengelola unit kerja yang


berhubungan dengan perencanan, pengorganisasian, penataan dan pengontrolan
unit kerja manajemen informasi kesehatan (MIK) / rekam medis (RM) di
instalansi pelayanan kesehatan.

No Kode Unit Kompetensi Judul Unit Kompetensi


Memprediksi kebutuhan informasi dan
1 MIK.UK.06.001.01 teknik dalam sistem pelayanan
kesehatan di masa yang akan datang
Melaksanakan rencana strategis, goal
2 MIK.UK.06.002.01 dan objektif untuk area
tanggungjawabnya

48
Merencanakan kebutuhan sarana dan
3 MIK.UK.06.003.01 prasarana unit kerja MIK/RM untuk
memenuhi kebutuhan kerja
4 MIK.UK.06.004.01 Menyusun anggaran / budget
5 MIK.UK.06.005.01 Menggunakan anggaran / budget
Menerapkan program orientasi dan
6 MIK.UK.06.006.01 latihan staf bagi yang terkait dalam
sistem data pelayanan kesehatan
Menyusun kebijakan dan prosedur
tentang sistem MIK / RM yang sesuai
7 MIK.UK.06.007.01
hukum, sertifikasi, akreditasi, dan
kebutuhan setempat
Mengembangkan kebijakan dan
prosedur tentang MIK / RM yang sesuai
8 MIK.UK.06.008.01
hukum, sertifikasi, akreditasi, dan
kebutuhan setempat
Mengimplementasikan kebijakan dan
prosedur tentang sistem MIK / RM yang
9 MIK.UK.06.009.01
sesuai hukum, sertifikasi, akreditasi, dan
kebutuhan setempat
Mengevaluasi kebijakan dan prosedur
tentang MIK / RM yang sesuai hukum,
10 MIK.UK.06.010.01
sertifikasi, akreditasi, dan kebutuhan
setempat
Menyusun analisa jabatan dan uraian
11 MIK.UK.06.011.01
tugas Perekam Medis/ Perekam Medis
Menyusun kebijakan dan prosedur antar
12 MIK.UK.06.012.01 unit kerja tentang arus informasi
setempat
Mengembangkan sistem MIK / RM
sebagai bagian dari perencanaan sistem
13 MIK.UK.06.013.01
informasi dalam sistem pelayanan
kesehatan
Memecahkan masalah pengembangan,
14 MIK.UK.06.014.01 solusi, pembuatan keputusan dan
rencana strategi unit kerja MIK/ RM
Menyajikan informasi hasil kerja
MIK.UK.06.015.01 penyelenggaraan MIK / RM guna
evaluasi kinerja unitnya
Memonitor keadaan staf, produktifitas
16 MIK.UK.06.016.01
dan arus kerja untuk tujuan pengawasan

49
Melaksanakan dokumentasi unit kerja
17 MIK.UK.06.017.01
MIK / RM
Meningkatkan pelayanan prima sarana
18 MIK.UK.06.018.01 pelayanan kesehatan sesuai harapan
pasien
19 MIK.UK.06.019.01 Menyiapkan profil rumah sakit
Mengoperasikan komputer guna
20 MIK.UK.06.020.01
penyelenggaraan sistem MIK / RM

7. Kemitraan Profesi
Deskripsi Kompetensi :Perekam Medis mampu berkolaborasi inter dan intra
profesi yang terkait dalam pelayanan kesehatan.

No Kode Unit Kompetensi Judul Unit Kompetensi


Melaksanakan komunikasi efektif
1 MIK.MP.07.001.01
dengan semua tingkatan.
Mengikuti berbagai kegiatan sosialisasi
antar profesi kesehatan, non kesehatan,
2 MIK.MP.07.002.01
dan antar organisasi yang berkaitan
dengan profesi.
Memberikan informasi database MIK
3 MIK.MP.07.003.01
dengan efektif dan efisien
Mengidentifikasi kebutuhan informasi
4 MIK.MP.07.004.01 bagi pelanggan baik internal dan
eksternal.
Melaksanakan komunikasi dengan
5 MIK.MP.07.005.01 teknologi muktahir (internet, e-mail,
fax, dll)
Melaksanakan negosiasi dan advokasi
6 MIK.MP.07.006.01
tentang pelayanan MIK / rekam medis.
Memberikan konsultasi dalam
pengelolaan informasi kesehatan sesuai
7 MIK.MP.07.007.01
dengan wewenang dan tanggung
jawabnya.
Menjalin kerjasama dengan bagian
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIM-
8 MIK.MP.07.008.01
RS) dalam pengembangan teknologi
baru.
9 MIK.MP.07.009.01 Memberi konsultasi pandidikan dan

50
latihan bagi pengguna layanan
Informasi.

4.7 Radiografer
4.7.1. Kompetensi Untuk Fungsi Pelaksana

a.K elompok Unit Kompetensi Radiodiagnostik Konvensional


1. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Alat Gerak Atas (Ext.
Superior);
2. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Alat Gerak Bawah (Ext.
Inferior);
3. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Perut / Abdomen;
4. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Dada / Thorax;
5. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Tulang Belakang / Columna
Vertebralis;
6. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Kepala/Schedel;
7. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Tulang Wajah/Facial Bone;
8. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Tulang Panggul/Pelvis;
9. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Bone Survey;
10. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Gigi Geligi dan Panoramic;
11. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Saluran Pernapasan/Tr.
Respiratorius;
12. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Saluran Pencernaan/Tr.
Digestifus;
13. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Saluran Perkencingan/Tr.
Urinarius;
14. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Sistim Reproduksi/Tr.
Genitalia;
15. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Sistim Persyarafan/Tr.
Neurologis;
16. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Sistim Hormon/Tr. Billiaris;

51
17. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Sistem Pembuluh Darah
Arteri/Arteriografi;
18. Unit Kompetensi Melaksanakan Radiografi Sistem Pembuluh Darah
Vena/Venografi.
19. Unit Kompetensi Upaya Proteksi Radiasi
20. Unit Kompetensi Implementasi QA/QC
g.Kompetensi Untuk Fungsi Manajerial/Pengelola
1. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan Radiografi
Konvensional
2. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan CT Scan
3. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan MRI
4. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan USG
5. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan Radioterapi
6. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Pelayanan Kedokteran Nuklir
7. Unit kompetensi melaksanakan pengelolaan Upaya Proteksi Radiasi
8. Unit Kompetensi melaksanakan pengelolaan Implementasi QA/QC

h. Kompetensi Untuk Fungsi Pendidik dan Pembimbing


1. Unit Kompetensi melaksanakan pendidikan dan bimbingan di bidang
Radiografi Konvensional
2. Unit Kompetensi melaksanakan pendidikan dan bimbingan di bidang CT
Scan.
3. Unit Kompetensi melaksanakan pendidikan dan bimbingan di bidang MRI
4. Unit Kompetensi melaksanakan pendidikan dan bimbingan di bidang USG
5. Unit Kompetensi melaksanakan pendidikan dan bimbingan di bidang
Radioterapi
6. Unit Kompetensi melaksanakan pendidikan dan bimbingan di bidang
Kedokteran Nuklir
7. Unit Kompetensi melaksanakan pendidikan dan bimbingan di bidang
Upaya Proteksi Radiasi
8. Unit Kompetensi melaksanakan pendidikan dan bimbingan di bidang
Implementasi QA/QC
i. Kompetensi Untuk Fungsi Peneliti dan Penyuluh

52
1. Unit Kompetensi melaksanakan penelitian bidang Radiografi
Konvensional
2. Unit Kompetensi melaksanakan penelitian bidang CT Scan
3. Unit Kompetensi melaksanakan penelitian bidang MRI
4. Unit Kompetensi melaksanakan penelitian bidang USG
5. Unit Kompetensi melaksanakan penelitian bidang Radioterapi
6. Unit Kompetensi melaksanakan penelitian bidang Kedokteran Nuklir
7. Unit Kompetensi melaksanakan penelitian bidang Upaya Proteksi Radiasi
8. Unit Kompetensi melaksanakan penelitian bidang QA/QC

j. Kompetensi Untuk Fungsi Kewirausahaan


1. Unit Kompetensi mengaplikasikan kewirausahaan bidang Radiografi
Konvensional
2. Unit Kompetensi mengaplikasikan kewirausahaan bidang Radiografi CT
Scan
3. Unit Kompetensi mengaplikasikan kewirausahaan bidang Radiografi MRI
4. Unit Kompetensi mengaplikasikan kewirausahaan bidang Radiografi USG
5. Unit Kompetensi mengaplikasikan kewirausahaan bidang Radiografi
Radioterapi
6. Unit Kompetensi mengaplikasikan kewirausahaan bidang Radiografi
Kedokteran Nuklir

4.8 SANITARIAN
Jenjang pendidikan
Sanitarian
NO Unit Kompetensi
D D
D1 III S1
IV
1 Melakukan Pemeriksaan kualitas fisik air
dan limbah cair
 Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan V V V V
kualitas fisik air dan limbah cair
 Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan V V V V
kualitas fisik air dan limbah cair
 Melakukan Pemeriksaan sampel kualitas fisik V V V
air dan limbah cair
 Melakukan analisis hasil pemeriksaan V V
kualitas fisik air dan limbah cair

53
2 Melakukan pemeriksaan kualitas kimia air V V V V
dan limbah cair
 Melakukan Pengambilan sampel kualitas V V V V
kimia air dan limbah cair
 Melakukan pemeriksaan sampel kimia air dan V V V
limbah cair
 Melakukan analisis hasil pemeriksaan V V
kualitas kimia air dan limbah cair
3 Melakukan pemeriksaan kualitas
mikrobiologi air dan limbah cair
 Melakukan pengambilan sampel V V V V
mikrobiollogi air dan limbah cair
 Melakukan pengiriman sampel mikrobiologi V V V V
air dan limbah cair
 Melakukan pemeriksaan sampel mikrobiologi V V V
air dan limbah cair
 Melakukan analisis hasil pemeriksaan V V
kualitas mikrobiologi air dan limbah cair
4 Melakukan pemeriksaan kualitas fisik
udara/kebisingan /getaran kelembaban
udara/ kecepatan angin dan radiasi
 Melakukan pengambilan sampel kualitas fisik
udara /kebisingan/ getaran/ kelembaban
udara/kecepatan angin dan radiasi V V V V
 Melakukan pengiriman sampel kualitas fisik
udara/kebisingan/getaran/kelembaban V V V V
udara/kecepatan angin dan radiasi
 Melakukan pemeriksaan sampel pemeriksaan V V V
kualitas fisik tanah dan limbah padat
 Melakukan analisis hasil kualitas fisik V V
udara/kebisingan/getaran/kelembaban
udara/kecepatan angin dan radiasi
5 Melakukan pemeriksaan kualitas kimia
udara
 Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan V V V V
kualitas kimia udara
 Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan V V V V
kualitas kimia udara
 Melakukan pemeriksaan sampel kualitas V V V
kimia udara
 Melakukan analisis hasil pemeriksaan V V
kualitas kimia udara

6 Melakukan pemeriksaan kualitas


mikrobiologi udara
 Melakukan pengambilan sampel kualitas
mikrobiologi udara V V V V
 Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan

54
kualitas mikrobiologi udara V V V V
 Melakukan pemeriksaan sampel kualitas
mikrobiologi udara V V V
 Melakukan analisis hasil pemeriksaan
kualitas mikrobiologi udara V V
7 Melakukan pemeriksaan kualitas fisik tanah
dan limbah padat
 Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan
kualitas fisik tanah dan limbah padat V V V V
 Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan
pemeriksaan kualitas fisik tanah dan limbah V V V V
padat
 Melakukan pemeriksaan sampel pemeriksaan V V V
kualitas fisik tanah dan limbah padat
 Melakukan analisis hasil pemeriksaan V V
pemeriksaan kualitas fisik tanah dan limbah
padat
8 Melakukan pemeriksaan kualitas kimia
tanah dan limbah padat
 Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan
kualitas kimia tanah dan limbah padat V V V V
 Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan V V V V
pemeriksaan kualitas kimia tanah dan limbah
padat
 Melakukan pemeriksaan sampel pemeriksaan V V V
kualitas kimia kimia tanah dan limbah padat
 Melakukan analisis hasil pemeriksaan
kualitas kimia tanah dan limbah padat V V

9 Melakukan periksaan kualitas mikrobiologi &


para-sitologi tanah dan limbah padat
 Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan
kualitas mikrobiologi & parasitologi tanha
dan limbah padat V V V V
 Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan
kualitas mikrobiologi dan parasitologi tanah V V V V
dan limbah padat
 Melakukan pemeriksaan sampel kualitas V V V
mikrobiologi & parasitologi tanah dan limbah
padat kualitas kimia kimia tanah dan limbah
padat
 Melakukan analisi hasil pemeriksaan kualitas V V
mikrobiologi dan parasitologi tanah dan
limbah padat
10 Melakukan pemeriksaan kualitas fisik makanan
dan minuman
 Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan
kualitas fisik makanan dan minuman V V V V

55
 Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan V V V V
kualitas fisik makanan dan minuman
 Melakukan pemeriksaan sampel kualitas fisik V V V
makanan dan minuman
 Melakukan analisis hasil pemeriksaan V V
kualitas fisik makanan dan minuman
11 Melakukan pemeriksaan kualitas kimia
makanan dan minuman
 Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan
kualitas kimia makanan dan minuman V V V V
 Melakukan pengiriman sampel pemeriksan
kualitas kimia makanan dan minuman V V V V
 Melakukan pemeriksaan sampel kualitas
kimia makanan dan minuman V V V
 Melakukan analisis hasil pemeriksaan
kualitas kimia makanan dan minuman V V
12 Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi
dan parasitologi makanan dan minuman
 Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan
kualitas mikrobiologi dan parasitologi V V V V
makanan dan minuman
 Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan V V V V
kualitas mikrobiologi dan parasitologi
makanan dan minuman
 Melakukan pemeriksaan sampel kualitas
mikrobiologi dan parasitologi makanan dan V V V
minuman
 Melakukan analisis hasil pemeriksaan
kualitas mikrobiologi dan parasitologi V V
makanan dan minuman
13 Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi
dan parasitologi sampel usap alat makanan
minuman dan rectum
 Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan
kualitas mikrobiologi parasitologi sampel
usap alat makanan dan minuman V V V V
 Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan
kualitas mikrobiologi parasitologi sampel V V V V
usap alat makanan dan minuman
 Melakukan pemeriksaan sampel kualitas V V V
mikrobiologi parasitologi sampel usap
makanan dan minuman
 Melakukan analisis hasil pemeriksaan V V
kualitas mikro biologi parasitologi sampel
usap alat makanan dan minuman
14  Melakukan Survei vektor dan binatang V V V V
penggangu
 Melakukan analisis hasil survei vektor dan V V

56
binatang pengganggu
15  Melakukan pengukuran kuantitas (debit) air V V V V
dan air limbah
 Melakukan Analisis hasil pengukuran V V
kuantitas (debit) air dan air limbah
16  Mengidentifikasi makro dan mikro bentos di
badan air
 Melakukan pengambilan sampel makro dan
mikro bentos di badan air V V V V
 Melakukan pengiriman sampel makro dan
mikro bentos di badan air V V V
 Melakukan pemeriksaan sampel makro dan
mikro bentos di badan air kualitas V V V
 Melakukan analisis hasil pemeriksaan makro
dan mikro di bentos di badan air V V V
17 Melakukan pemeriksaan sample toksikan dan
biomonitoring
 Melakukan pengambilan sampel toksikan dan
biomonitoring V V V V
 Melakukan pengiriman sampel toksikan dan
biomonitoring V V V V
 Melakukan pemeriksaan sampel toksikan dan
biomonitoring V V V
 Melakukan analisis hasil pemeriksaan
toksikan dan biomonitoring V V
18 Melakukan analisis dampak kesehatan V V V
Lingkungan
19 Mengelola program hygiene industri,
kesehatan dan keselamatan kerja V V
20 Merancang, mengoperasikan dan memelihara
peralatan pengelolaan sampah V V
21 Mengoperasikan alat pengeboran air tanah V V V V
22 Melakukan pengeboran air tanah untuk V V V V
pembangunan sarana air bersih
23 Melakukan pendugaan air tanah V V V
24 Mengkalibrasi dan memelihara peralatan V V
pengujian
25 Mengoperasikan alat alat aplikasi pengendalian V V V V
vektor
26 Mengelola alat-alat pengambil sampel udara V V V
27 Melakukan kegiatan penyuluhan dan pelatihan V V V V
(komunikasi)
28 Mengawasi sanitasi pengelolaan linen V V V
29 Melakukan pengelolaan limbah padat sesuai V V V
jenisnya
30 Melakukan Pengendalian vektor dan Binatang V V V V
Pengganggu
31 Melakukan pengelolaan pembuangan tinja V V V V

57
32 Mengawasi sanitasi pengelolaan limbah bahan V V V
berbahaya dan beracun (B3)
33 Melakukan surveilance penyakit berbasis V V V
lingkungan
34 Berwirausaha dibidang kesehatan pelayanan V V V
kesehatan lingkungan
35 Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam V V V
bidang kesehatan lingkungan
36 Menilai kondisi kesehatan V V V V
perumahan(kepadatan hunian, lantai, dinding,
atap, ventilasi, jendela dan penataan
ruangan/bangunan)
37 Menerapkan prinsip sanitasi pengelolaan V V V V
makanan
38 Menerapkan HACCP dalam pengelolaan V V
makanan dan minuman
39 Mengawasi sanitasi tempat pembuatan, V V V V
penjualan, penyimpanan, pengangkutan &
penggunaan pestisida
40 Mengawasi Sanitasi tempat tempat umum, V V V V
industri, pariwisata, pemukiman dan sarana
transportasi
41 Melaksanakan penelitian yang berkaitan V V V
dengan kesehatan lingkungan
42 Merancang tekonologi tepat guna dan ramah V V
lingkungan
43 Melakukan intervensi administratif sesuai hasil V V V
analisis sampel air, tanah, udara, limbah,
makanan dan minuman, vektor dan binatang
pengganggu
44 Melakukan intervensi teknis sesuai hasil analisi V V
sampel air, tanah, udara, limbah makanan dan
minuman , vektor dan binatang pengganggu
45 Melakukan intervensi sosial sesuai hasil V V V
analisis sampel air, tanah, udara, limbah
makanan dan minuman, vektor dan binatang
pengganggu
46 Mengelola klinik sanitasi V V
Total unit kompetensi 41 70 93 93

58
BAB IV
ETIKA

4.1 Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan


1. Keahlian (pengetahuan, nalar atau kemampuan dalam asosiasi dan terlatih)
2. Keterampilan dalam komunikasi (baik verbal & non verbal)
3. Profesionalisme (tahu apa yang harus dilakukan dan yang sebaiknya
dilakukan)
4. Menjunjung tinggi serta memelihara martabat, kehormatan, profesi, menjaga
integritas dan kejujuran serta dapat dipercaya.
5. Meningkatkan keahlian dan pengetahuannya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

59
6. Melakukan pekerjaan profesinya sesuai dengan standar prosedur operasional,
standar keselamatan kerja yang berlaku dan kode etik profesi.
7. Menjaga profesionalisme dalam memenuhi panggilan tugas dan kewajiban
profesi.
8. Bekerja dengan ikhlas dan rasa syukur
9. Amanah serta penuh integritas
10. Bekerja dengan tuntas dan penuh tanggung jawab
11. Penuh semangatdan pengabdian
12. Kreatif dan tekun
13. Menjaga harga diri dan jujur
14. Melayani dengan penuh kerendahan hati
15. Memperlakukan setiap teman sejawat dalam batas-batas norma yang berlaku
16. Menjunjung tinggi kesetiakawanan dalam melaksanakan profesi.
17. Membina hubungan kerjasama yang baik dan saling menghormati dengan
teman sejawat dan tenaga profesional lainnya dengan tujuan utama untuk
menjamin pelayanan tetap berkualitas tinggi.
18. Bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya dalam memberikan
pelayanan kepada pasien / pemakai jasa secara profesional.
19. Menjaga kerahasiaan informasi dan hasil pemeriksaan pasien / pemakai jasa,
serta hanya memberikan kepada pihak yang berhak.
20. Dapat berkonsultasi / merujuk kepada teman sejawat atau pihak yang lebih
ahli untuk mendapatkan hasil yang akurat
21. Memiliki tanggung jawab untuk menyumbangkan kemampuan profesionalnya
kepada masyarakat luas serta selalu mengutamakan kepentingan masyarakat.
22. Dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan profesinya harus mengikuti
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta norma-norma yang
berkembang pada masyarakat.
23. Dapat menemukan penyimpangan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar
norma yang berlaku pada saat itu serta melakukan upaya untuk dapat
melindungi kepentingan masyarakat.

4.2 Apoteker

60
1. Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
Sumpah/janji Apoteker.
2. Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.
3. Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi
Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada
prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
4. Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang
kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
5. Di dalam menjalankan tugasnya seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari
usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan
tradisi luhur jabatan kefarmasian.
6. Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi
orang lain.
7. Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
8. Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-
undangan di Bidang Kesehatan pada umumnya dan di Bidang Farmasi pada
khususnya.

4.3 Asisten Apoteker


1. Seorang Asisten Apoteker harus menjunjung tinggi serta memelihara
martabat, kehormatan profesi, menjaga integritas dan kejujuran serta dapat
dipercaya.
2. Seorang Asisten Apoteker berkewajiban untuk meningkatkan keahlian dan
pengetahuan sesuai dengan perkembangan teknologi.
3. Serorang Asisten Apoteker senantiasa harus melakukan pekerjaan profesinya
sesuai dengan standar operasional prosedur, standar profesi yang berlaku dank
ode etik profesi.
4. Serorang Asisten Apoteker senantiasa harus menjaga profesionalisme dalam
memenuhi panggilan tugas dan kewajiban profesi.

61
5. Seorang Ahli Farmasi Indonesia memandang teman sejawat sebagaimana
dirinya dalam memberikan penghargaan
6. Seorang Ahli Farmasi Indonesia senantiasa menghindari perbuatan yang
merugikan teman sejawat secara material maupun moral
7. Seorang Ahli Farmasi Indonesia senantiasa meningkatkan kerjasama dan
memupuk keutuhan martabat jabatan kefarmasiaqn,mempertebal rasa saling
percaya didalam menunaikan tugas
8. Seorang Asisten Apoteker harus bertanggung jawab dan menjaga
kemampuannya dalam memberikan pelayanan kepada pasien/pemakai jasa
secara professional
9. Seorang Asisten Apoteker harus menjaga rahasia kedokteran dan rahasia
kefarmasian, serta hanya memberikan kepada pihak yang berhak
10. Seorang Asisten Apoteker harus berkonsultasi/merujuk kepada teman sejawat
atau teman sejawat profesi lain untuk mendapatkan hasil yang akurat atau
baik.
11. Seorang ahli Farmasi harus mampu sebagi suri teladan ditengah-tengah
masyarakat
12. Seorang ahli Farmasi Indonesia dalam pengabdian profesinya memberikan
semaksimal mungkin pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
13. Seorang ahli Farmasi Indonesia harus selalu aktif mengikuti perkembangan
peraturan perundang-undangan dibidang kesehatan khususnya dibidang
kesehatan khususnya dibidang Farmasi
14. Seorang ahli Farmasi Indonesia harus selalu melibatkan diri dalam usaha –
usaha pembangunan nasional khususnya dibidang kesehatan
15. Seorang ahli Farmasi harus mampu sebagai pusat informasi sesuai bidang
profesinya kepada masyarakat dalam pelayanan kesehatan
16. Seorang ahli Farmasi Indonesia harus menghindarkan diri dari usaha- usaha
yang mementingkan diri sendiri serta bertentangan dengan jabatan Farmasian.
17. Seorang Ahli Farmasi Indonesia senantiasa harus menjalin kerjasama yang
baik, saling percaya, menghargai dan menghormati terhadap profesi kesehatan
lainnya.

62
18. Seorang Ahli Farmasi Indonesia harus mampu menghindarkan diri terhadap
perbuatan - perbuatan yang dapat merugikan,menghilangkan
kepercayaan,penghargaan masyarakat terhadap profesi kesehatan lainnya.

4.5 Gizi
1. Ahli gizi berkewajiban untuk meningkatkan keadaan gizi, kesehatan,
kecerdasan, dan kesejahteraan rakyat.
2. Ahli gizi wajib menjunjung tinggi nama baik profesi gizi, dengan
menunjukkan sikap, perilaku dan budi luhur, serta tidak mementingkan
kepentingan pribadi.
3. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa menjalankan profesinya menurut
ukuran yang tertinggi.
4. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa menjalankan profesinya dengan
bersikap jujur, tulus, dll.
5. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya, berkewajiban untuk senantiasa
berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan dalam
menginterpretasikan informasi, hendaknya secara objektif tanpa bias individu
dan mampu menunjukan sumber rujukan yang benar.
6. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa mengenal dan memahami
keterbatasannya sehingga bisa bekerjasama dengan pihak lain atau membuat
rujukan bila diperlukan.
7. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa berusaha menjadi pendidik rakyat
yang sebenarnya.
8. Ahli gizi dalam bekerjasama dengan para profesional lain, baik di bidang
kesehatan maupun lainnya, berkewajiban untuk senantiasa memelihara
pengertian yang sebaik-baiknya.
9. Ahli gizi berkewajiban sepanjang waktu untuk senatiasa berusaha memelihara
dan meningkatkan status gizi klien, baik dalam lingkup institusi pelayanan
gizi atau dalam masyarakat umum.
10. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau
masyarakat yang dilayaninya, baik ketika klien masih atau sudah tidak berada
dalam pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal dunia.

63
11. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan
menghargai kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap
perbedaan budaya, serta tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama,
ras, ketidakmampuan, jenis kelamin, usia, dan tidak melakukan pelecehan
seksual.
12. Ahli gizi berkewajiban sentiasa memberikan pelayanan gizi prima, cepat,
akurat terutama kepada klien yang menunjukkan tanda-tanda ada masalah
gizi/gizi kurang.
13. Ahli gizi berkewajiban untuk memberikan informasi kepada klien dengan
tepat dan jelas, sehingga memungkinkan klien agar mengerti dan bersedia
mengambil keputusan sendiri berdasarkan informasi tersebut. Dan apabila
dalam melakukan tugasnya ada keraguan atau ketidakmampuan dalam
memberikan pelayanan, maupun informasi yang tepat kepada klien, ia
berkewajiban untuk senantiasa mengatakan tidak tahu dan berusaha
berkonsultasi atau membuat rujukan dengan ahli gizi lain maupun ahli lain
yang mempunyai kemampuan dalam masalah tersebut.
14. Ahli gizi berkewajiban untuk melindungi masyarakat umum, khususnya
tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang keliru, dan praktik yang
tidak etis berkaitan dengan gizi dan pangan, termasuk makanan dan terapi
gizi/diet. Ahli gizi hendaknya senantiasa memberikan pelayanannya sesuai
dengan informasi yang faktual, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
15. Ahli gizi berkewajiban untuk senatiasa melakukan kegiatan pengawasan
pangan dan gizi, melakukan pemantaun atau pengukuran status gizi dalam
masyarakat secara teratur dan berkesinambungan, sehingga dapat mencegah
terjadinya masalah gizi dalam masyarakt serta dapat merehabilitasi secara
cepat pada masyarakat yang menderita masalah gizi.
16. Ahli gizi ketika melakukan promosi gizi dalam rangka meningkatkan dan
memelihara status gizi optimal dari masyarakat, berkewajiban untuk
senantiasa bekerjasama, melibatkan, dan menghargai berbagai disiplin ilmu
sebagai mitra kerja dalam masyarakat.
17. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa memelihara hubungan persahabatan
yang harmonis dengan organisasi atau disiplin ilmu/profesional sejenis, yang

64
terkait dengan upaya peningkatan status gizi, kesehatan, kecerdasan, dan
kesejahteraan rakyat.
18. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa loyal dan taat asa di organisasi tempat
di mana ahli gizi dipekerjakan.
19. Ahli gizi berkewajiban untuk melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan
yang dicanangkan oleh profesi.
20. Ahli gizi berkewajiban untuk senantiasa memajukan dan memperkaya
pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan dalam menjalankan profesinya
sesuai perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta peka terhadap
perubahan lingkungan.
21. Ahli gizi harus menunjukkan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan
berani mengemukakan pendapat serta mengaku salah bila memang salah, dan
senantiasa menunjukkan kerendahan hati untuk bersedia menerima pendapat
orang lain jika memang pendapat tersebut benar atau memiliki manfaat yang
luas.
22. Ahli gizi berkewajiban untuk bisa mengukur kemampuan dan keterbatasab
diri sendiri, serta mengenal kebutuhan diri sendiri untuk selalu memperbaharui
pengetahuan dan ketrampilannya dalam rangka meningkatkan kuantitas dan
kualitas pelayanan.selain itu, ahli gizi harus mampu melakukan prediksi
kejadian di masa yang akan datang.
23. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya, berkewajiban untuk tidak boleh
dipengaruhi oleh kepentingan pribadi, termasuk menerima uang selain
imbalan yang layak sesuai dengan jasanya, meskipun dengan sepengetahuan
klien/masyarakat
24. Ahli gizi berkewajiban untuk tidak melakukan perbuatan yang bersifat memuji
diri sendiri dan memaksa orang lain melanggar hukum.
25. Ahli gizi berkewajiban untuk memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar
mampu bekerja dengan baik.
26. Ahli gizi berkewajiban untuk melayani masyarakat umumtanpa memandang
keuntungan perseorangan atau kebesaran seseorang.
27. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya, boleh mencantumkan namanya untuk
sertifikasi bagi institusi yang akan memberikan pelayanan gizi, selama ahli
gizi yang bersangkutan memang betul-betul memberikan pelayanan gizi.

65
4.6 Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
1. Didalam melaksanakan tugas profesi, setiap perekam medis selalu bertindak
demi kehormatan diri, profesi dan organisasi PORMIKI.
2. Perekam medis selalu menjalankan tugas berdasarkan standar organisasi
teringgi.
3. Perekam medis lebih mengutamakan pelayanan daripada kepentingan pribadi
dan selalu berusaha memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan kesehatan yang bermutu.
4. Perekam medis wajib menyimpan dan menjaga data rekam medis serta
informasi yang terkandung didalamnya sesuai dengan ketentuan prosedur
manajemen, ketetapan pimpinan institusi dan peraturan perundangan yang
berlaku.
5. Perekam medis selalu menjujung tinggi doktrin kerahasiaan dan hak atas
informasi pasien yang terkait dengan identitas individu atau sosial.
6. Perekam medis wajib melaksanakan tugas yang dipercaya pimpinan
kepadanya dengan penuh tanggung jawab, teliti dan akurat.

4.7 Radiografer
1. Setiap Anggota Radiografi di dalam melaksanakan pekerjaan profesinya tidak
diizinkan membeda-bedakan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, jenis
kelamin, agama, politik serta status sosial kliennya.
2. Setiap Anggota radiografi didalam melaksanakan pekerjaan profesinya selalu
memakai standar profesi.
3. Setiap Ahli radiografi Indonesia didalam melaksanakan pekerjaan profesi,
tidak diperbolehkan melakukan perbuatan yang dipengaruhi pertimbangan
keuntungan pribadi.
4. Setiap Ahli radiografi Indonesia didalam melaksanakan pekerjaan profesinya,
selalu berpegang teguh pada sumpah jabatan dan kode etik serta standar
profesi Ahli Radiografi.
5. Ahli Radiografi harus menjaga dari menjunjung tinggi nama baik profesinya.

66
6. Ahli Radiografi hanya melakukan pekerjaan radiografi, Imejing dan
radioterapi atas permintaan Dokter dengan tidak meninggalkan prosedur yang
telah digariskan.
7. Ahli Radiografi tidak dibenarkan menyuruh orang lain yang bukan Ahlinya
untuk melakukan pekerjaan radiografi, Imejing dan Radioterapi.
8. Ahli Radiografi tidak dibenarkan menentukan diagnosa Radiologi dan
perencanaan dosis Radioterapi.
9. Setiap Anggota radiografi dalam melaksanakan pekerjaan profesinya
senantiasa memelihara suasana dan lingkungan dengan menghayati nilai-nilai
budaya, adat istiadat, agama dari penderita, keluarga penderita dan masyarakat
pada umumnya.
10. Setiap Anggota radiografi dalam melaksanakan pekerjaan profesinya wajib
dengan tulus dan ikhlas terhadap pasien dengan memberikan pelayanan
terbaik terhadapnya. Bila ia tidak mampu atau menemui kesulitan, ia wajib
berkonsultasi dengan teman sejawat yang Ahli atau Ahli lainnya.
11. Setiap Ahli radiografi wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui baik
hasil pekerjaan profesinya maupun dari bidang lainnya tentang keadaan
pasien, karena kepercayaan pasien yang telah bersedia dirinya untuk diperiksa.
12. Setiap Ahli Radiografi wajib melaksanakan aturan kebijakan yang telah
digariskan oleh Pemerintah di dalam bidang kesehatan.
13. Setiap Ahli Radiografi demi kepentingan penderita setiap saat bekerja sama
dengan anggota lain yang terkait dan melaksanakan tugas secara cepat, tepat
dan terhormat serta percaya diri akan kemampuan profesinya.
14. Setiap Ahli Radiografi wajib membangun hubungan kerja yang baik antara
profesinya dengan profesi lainnya demi kepentingan pelayanan terhadap
masyarakat
15. Setiap Anggota Radiografi harus menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya
baik terhadap bahaya radiasi maupun terhadap penyakitnya.
16. Setiap Anggota Radiografi senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan
profesinya baik secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan jalan
mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, meningkatkan keterampilan dan
pengalaman yang bermanfaat bagi pelayanan terhadap masyarakat.

67
4.8 Sanitarian
1. Seorang sanitarian harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
profesi sanitasi dengan sebaik-baiknya.
2. Seorang sanitarian harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai
dengan standar profesi yang tertinggi.
3. Dalam melakukan pekerjaan atau praktek profesi sanitasi, seorang sanitarian
tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
4. Seorang sanitarian harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat
memuji diri sendiri.
5. Seorang sanitarian senantiasa berhati-hati dalam menerapkan setiap penemuan
teknik atau cara baru yang belum teruji kehandalannya dan hal-hal yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat.
6. Seorang hanya memberi saran atau rekomendasi yang telah melalui suatu
proses analisis secara komprehensif.
7. Seorang sanitarian dalam menjalankan profesinya, harus memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan
keselamatan manusia, serta kelestarian lingkungan.
8. Seorang sanitarian harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien atau
masyarakat dan teman seprofesinya, dan berupaya untuk mengingatkan teman
seprofesinya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau
kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau kebohongan dalam
Menangani masalah klien atau masyarakat.
9. Seorang sanitarian harus menghormati hak-hak klien atau masyarakat, hak-
hak teman seprofesi, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga
kepercayaan klien atau masyarakat.
10. Dalam melakukan pekerjaannya seorang sanitarian harus memperhatikan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek kesehatan
lingkungan secara menyeluruh, baik fisik, biologi maupun sosial, serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
11. Seorang sanitarian dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang
kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

68
12. Seorang sanitarian wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala
ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penyelesaian masalah klien atau
masyarakat. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
penyelesaian masalah, maka ia wajib berkonsultasi, bekerjasama dan atau
merujuk pekerjaan tersebut kepada sanitarian lain yang mempunyai keahlian
dalam penyelesaian masalah tersebut.
13. Seorang sanitarian wajib melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab.
14. Seorang sanitarian wajib melakukan penyelesaian masalah sanitasi secara
tuntas dan keseluruhan.
15. Seorang sanitarian wajib memberikan informasi kepada kliennya atas
pelayanan yang diberikannya.
16. Seorang sanitarian wajib mendapatkan perlindungan atas praktek pemberian
pelayanan.
17. Seorang sanitarian memperlakukan teman seprofesinya sebagai bagian dari
penyelesaian masalah.
18. Seorang sanitarian tidak boleh saling mengambil alih pekerjaan dari teman
seprofesi, kecuali dengan persetujuan, atau berdasarkan prosedur yang ada.
19. Seorang sanitarian harus memperhatikan dan mempraktekan hidup bersih dan
sehat supaya dapat bekerja dengan baik.
20. Seorang sanitarian harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan lingkungan, kesehatan dan bidang-
bidang lain yang terkait.

BAB V
KESELAMATAN KERJA

A.Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun

69
rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian
secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan
proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah
Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja
yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi
dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun
jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang
dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-
pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU
No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja
atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat
dan martabat serta nilai-nilai agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah
peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl
No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan
perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik
di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada
di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja
dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan,
barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan.

70
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada
pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya
personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh
karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3
yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra
sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan
baik.
Sebab-sebab Kecelakaan
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan
yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan
merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang
mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan
mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut menunjukkan cara
yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki
kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik.
Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan,
ventilasi yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan
dekat dengan pekerja, pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak,
peralatan pelindung yang tak mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang
baik.
Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti
latihan sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan
pelindung mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan penuh,
menambah daya dan lain-lain. Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya
terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya
satu saja. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat
efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan keselamatan.

1. Faktor - faktor Kecelakaan


Studi kasus menunjukkan hanya proporsi yang kecil dari pekerja sebuah
industri terdapat kecelakaan yang cukup banyak. Pekerja pada industri
mengatakan itu sebagai kecenderungan kecelakaan. Untuk mengukur

71
kecenderungan kecelakaan harus menggunakan data dari situasi yang
menunjukkan tingkat resiko yang ekivalen.
Begitupun, pelatihan yang diberikan kepada pekerja harus dianalisa, untuk
seseorang yang berada di kelas pelatihan kecenderungan kecelakaan mungkin
hanya sedikit yang diketahuinya. Satu lagi pertanyaan yang tak terjawab ialah
apakah ada hubungan yang signifikan antara kecenderungan terhadap kecelakaan
yang kecil atau salah satu kecelakaan yang besar. Pendekatan yang sering
dilakukan untuk seorang manager untuk salah satu faktor kecelakaan terhadap
pekerja adalah dengan tidak membayar upahnya. Bagaimanapun jika banyak
pabrik yang melakukan hal diatas akan menyebabkan berkurangnya rata-rata
pendapatan, dan tidak membayar upah pekerja akan membuat pekerja malas
melakukan pekerjaannya dan terus membahayakan diri mereka ataupun pekerja
yang lain. Ada kemungkinan bahwa kejadian secara acak dari sebuah kecelakaan
dapat membuat faktor-faktor kecelakaan tersendiri.
2. Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan
merupakan resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada
pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat
kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila
terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa
penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan
produktivitas kerja.
3. Usaha-usaha pencegahan terjadinya kecelakaan kerja
Indikator keberhasilan dunia industri sangat bergantung pada kualitas
tenaga kerja yang produktif, sehat dan berkualitas. Kita ambil contoh industri
bidang konstruksi, yang merupakan kegiatan di lapangan, memiliki fenomena
kompleks yang menyangkut perilaku dan manajemen keselamatan. Di dalam
industri konstruksi terjadinya kecelakaan berat lima kali lipat dibandingkan
industri berbasis manufaktur.
Pekerjaan dan pemeliharaan konstruksi mempunyai sifat bahaya secara
alamiah. Oleh sebab itu masalah bahaya harus ditempatkan pada urutan pertama
program keselamatan dan kesehatan. Di sebagian besar negara , keselamatan di

72
tempat kerja masih memprihatinkan. Seperti di Indonesia, rata-rata pekerja usia
produktif (15 – 45 tahun) meninggal akibat kecelakaan kerja. Kenyataanya
standard keselamatan kerja di Indonesia paling buruk dibandingkan dengan
negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.
Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak
dapat dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja.
Berdasarkan penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan
menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung.
Adapun sebab kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan(zat
kimia yang tidak aman, kondisi fisik dan mekanik) dan faktor manusia(lebih dari
80%).
Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan
pelatihan, kurangnya pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran
organisasi, yang kesemuanya mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri
konstruksi.
Para pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan
untuk merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas.
Manusia dan beban kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang disebut roda keseimbangan
dinamis.
Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat
dilakukan agar para buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan
keselamatan kerja, yaitu:
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui
apakah calon pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik
secara fisik maupun mental.
2. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah
faktor-faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja
3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada
para buruh secara kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan
pekerjaannya.

73
4. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat
kerja sebelum mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka
mentaatinya.
5. Penggunaan pakaian pelindung
6. Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses
pencampuran bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang
sangat bising.
7. Pengaturan ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat
dihisap dan dialirkan keluar.
8. Substitusi bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang
berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali.
9. Pengadaan ventilasi umum untuk mengalirkan udara ke dalam ruang kerja
sesuai dengan kebutuhan.
10. Dapat disimpulkan bahwa pekerja sebagai sumberdaya dalam lingkungan
kerja konstruksi harus dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu
produktivitas yang tinggi. Keinginan untuk mencapai produktivitas yang
tinggi harus memperhatikan segi keselamatan kerja, seperti memastikan
bahwa para pekerja dalam kondisi kerja aman.

5.KONSEPSI PENYEBAB KECELAKAAN KERJA


a) Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum
memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40%
masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35%
kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak
memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang
optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada
sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang
mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya
mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan
kecelakaan kerja.
b) Beban Kerja

74
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis
beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada
laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja
yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat
terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut
memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja
yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja
tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan stres.
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi
kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident),
Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational
Disease & Work Related Diseases).
c) Sebab – Sebab Kecelakaan
Berdasarkan konsepsi sebab kecelakaan tersebut diatas, maka ditinjau dari
sudut keselamatan kerja unsur-unsur penyebab kecelakaan kerja mencakup 5 M
yaitu :
1. Manusia.
2. Manajemen ( unsur pengatur ).
3. Material ( bahan-bahan ).
4. Mesin ( peralatan ).
5. Medan ( tempat kerja / lingkungan kerja ).
Semua unsur tersebut saling berhubungan dan membentuk suatu sistem
tersendiri. Ketimpangan pada salah satu atau lebih unsur tersebut akan
menimbulkan kecelakaan / kerugian. Berikut contoh bentuk-bentuk ketimpangan
unsur 5M tersebut.:
1. Unsur Manusia, antara lain :
 Tidak adanya unsur keharmonisan antar tenaga kerja maupun dengan
pimpinan.
 Kurangya pengetahuan / keterampilan.
 ketidakmampuan fisik / mental.
 Kurangnya motivasi.
2. Unsur Manajemen, antara lain :

75
 Kurang pengawasan.
 Struktur organisasi yang tidak jelas dan kurang tepat.
 Kesalahan prosedur operasi.
 Kesalahan pembinaan pekerja.
3. Unsur Material, antara lain :
 Adanya bahan beracun / mudah terbakar.
 Adanya bahan yang mengandung korosif.
4. Unsur Mesin, antara lain :
 Cacat pada waktu proses pembuatan.
 Kerusakan karena pengolahan.
 Kesalahan perencanaan.
5. Unsur Medan, antara lain :
 Penerangan tidak tepat ( silau atau gelap ).
 Ventilasi buruk dan housekeeping yang jelek.
e)Pencegah Kecelakaan
Berdasarkan uraian diatas, maka kecelakaan terjadi karena adanya
ketimpangan dalam unsur 5M, yang dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok
yang saling terkait, yaitu :
Manusia, Perangkat keras dan Perangkat lunak. Oleh karena itu dalam
melaksanakan pencegahan dan pengendalian kecelakaan adalah dengan
pendekatan kepada ketiga unsur kelompok tersebut, yaitu :
1. Pendekatan terhadap kelemahan pada unsur manusia, antara lain :
a. Pemilihan / penempatan pegawai secara tepat agar diperoleh keserasian
antara bakat dan kemampuan fisik pekerja dengan tugasnya.
b. Pembinaan pengetahuan dan keterampilan melalui training yang relevan
dengan pekerjaannya.
c. Pembinaan motivasi agar tenaga kerja bersikap dan bertndak sesuai
dengan keperluan perusahaan.
d. Pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap dan jelas.
e. Pengawasan dan disiplin yang wajar.
2. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat keras, antara lain :
a. Perancangan, pembangunan, pengendalian, modifikasi, peralatan kilang,
mesin-mesin harus memperhitungkan keselamatan kerja.
76
b. Pengelolaan penimbunan, pengeluaran, penyaluran, pengangkutan,
penyusunan, penyimpanan dan penggunaan bahan produksi secara tepat
sesuai dengan standar keselamatan kerja yang berlaku.
c. Pemeliharaan tempat kerja tetap bersih dan aman untuk pekerja.
d. Pembuangan sisa produksi dengan memperhitungkan kelestarian
lingkungan.
e. Perencanaan lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan manusia.
3. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat lunak, harus melibatkan
seluruh level manajemen, antara lain :
a. Penyebaran, pelaksanaan dan pengawasan dari safety policy.
b. Penentuan struktur pelimpahan wewenang dan pembagian tanggung
jawab.
c. Penentuan pelaksanaan pengawasan, melaksanakan dan mengawasi
sistem/prosedur kerja yang benar.
d. Pembuatan sistem pengendalian bahaya.
e. Perencanaan sistem pemeliharaan, penempatan dan pembinaan pekerja
yang terpadu.
f. Penggunaan standard/code yang dapat diandalkan.
g. Pembuatan sistem pemantauan untuk mengetahui ketimpangan yang ada.

B.Tinjauan Tentang Tenaga Kesehatan


1.Pengertian Tenaga Kesehatan
Kesehatan merupakan hak dan kebutuhan dasar manusia. Dengan
demikian Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mengadakan dan mengatur
upaya pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau rakyatnya. Masyarakat, dari
semua lapisan, memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mendapat
pelayanan kesehatan.

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam


bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketermpilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan, baik berupa pendidikan gelar-D3,
S1, S2 dan S3-; pendidikan non gelar; sampai dengan pelatihan khusus kejuruan

77
khusus seperti Juru Imunisasi, Malaria, dsb., dan keahlian. Hal inilah yang
membedakan jenis tenaga ini dengan tenaga lainnya. Hanya mereka yang
mempunyai pendidikan atau keahlian khusus-lah yang boleh melakukan pekerjaan
tertentu yang berhubungan dengan jiwa dan fisik manusia, serta lingkungannya.
Tenaga kesehatan berperan sebagai perencana, penggerak dan sekaligus
pelaksana pembangunan kesehatan sehingga tanpa tersedianya tenaga dalam
jumlah dan jenis yang sesuai, maka pembangunan kesehatan tidak akan dapat
berjalan secara optimal. Kebijakan tentang pendayagunaan tenaga kesehatan
sangat dipengaruhi oleh kebijakan kebijakan sektor lain, seperti: kebijakan sektor
pendidikan, kebijakan sektor ketenagakerjaan, sektor keuangan dan peraturan
kepegawaian. Kebijakan sektor kesehatan yang berpengaruh terhadap
pendayagunaan tenaga kesehatan antara lain: kebijakan tentang arah dan strategi
pembangunan kesehatan, kebijakan tentang pelayanan kesehatan, kebijakan
tentang pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, dan kebijakan tentang
pembiayaan kesehatan. Selain dari pada itu, beberapa faktor makro yang
berpengaruh terhadap pendayagunaan tenaga kesehatan, yaitu: desentralisasi,
globalisasi, menguatnya komersialisasi pelayanan kesehatan, teknologi kesehatan
dan informasi. Oleh karena itu, kebijakan pendayagunaan tenaga kesehatan harus
memperhatikan semua faktor di atas.

2.Jenis Tenaga Kesehatan


Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketermpilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan, baik berupa pendidikan gelar-D3,
S1, S2 dan S3-; pendidikan non gelar; sampai dengan pelatihan khusus kejuruan
khusus seperti Juru Imunisasi, Malaria, dsb., dan keahlian. Hal inilah yang
membedakan jenis tenaga ini dengan tenaga lainnya. Hanya mereka yang
mempunyai pendidikan atau keahlian khusus-lah yang boleh melakukan pekerjaan
tertentu yang berhubungan dengan jiwa dan fisik manusia, serta lingkungannya.

C. Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menangani Korban Kecelakaan Kerja

78
Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat saling berkaitan. Pekerja
yang menderita gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja cenderung lebih
mudah mengalami kecelakaan kerja. Menengok ke negara-negara maju,
penanganan kesehatan pekerja sudah sangat serius. Mereka sangat menyadari
bahwa kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau negara akibat suatu
kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja sangat besar dan dapat ditekan
dengan upaya-upaya di bidang kesehatan dan keselamatan kerja.
Di negara maju banyak pakar tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan
banyak buku serta hasil penelitian yang berkaitan dengan kesehatan tenaga kerja
yang telah diterbitkan. Di era globalisasi ini kita harus mengikuti trend yang ada
di negara maju. Dalam hal penanganan kesehatan pekerja, kitapun harus
mengikuti standar internasional agar industri kita tetap dapat ikut bersaing di
pasar global. Dengan berbagai alasan tersebut rumah sakit pekerja merupakan hal
yang sangat strategis. Ditinjau dari segi apapun niscaya akan menguntungkan baik
bagi perkembangan ilmu, bagi tenaga kerja, dan bagi kepentingan (ekonomi)
nasional serta untuk menghadapi persaingan global.
Bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah ada, rumah sakit pekerja
akan menjadi pelengkap dan akan menjadi pusat rujukan khususnya untuk kasus-
kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Diharapkan di setiap kawasan industri
akan berdiri rumah sakit pekerja sehingga hampir semua pekerja mempunyai
akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif. Setelah itu
perlu adanya rumah sakit pekerja sebagai pusat rujukan nasional. Sudah barang
tentu hal ini juga harus didukung dengan meluluskan spesialis kedokteran okupasi
yang lebih banyak lagi. Kelemahan dan kekurangan dalam pendirian rumah sakit
pekerja dapat diperbaiki kemudian dan jika ada penyimpangan dari misi utama
berdirinya rumah sakit tersebut harus kita kritisi bersama.
Kecelakaan kerja adalah salah satu dari sekian banyak masalah di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat menyebabkan kerugian jiwa dan
materi. Salah satu upaya dalam perlindungan tenaga kerja adalah
menyelenggarakan P3K di perusahaan sesuai dengan UU dan peraturan
Pemerintah yang berlaku. Penyelenggaraan P3K untuk menanggulangi kecelakaan
yang terjadi di tempat kerja. P3K yang dimaksud harus dikelola oleh tenaga
kesehatan yang professional.

79
Untuk pencegahan kecelakaan akibat kerja diperlukan kerjasama aneka keahlian
dan profesi seperti pembuat undang-undang, pegawai pemerintah, ahli-ahli tehnik,
dokter, ahli ilmu jiwa, ahli statistik, guru dan sudah barang tentu pengusaha dan
buruh.
D. Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control)
Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control) Yaitu upaya untuk
menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (Recognition)
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis
pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang
sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya.
Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat,
mengurangi penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas
masyarakat pekerja. Disini diperlukan system rujukan untuk menegakkan
diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment).
Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja
yang meliputi :
1. Pemeriksaan Awal Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum
seseorang calon/pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai
melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah calon
pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang
akan ditugaskan kepadanya.Anamnese umumüPemerikasaan kesehatan awal ini
meliputi:
a.Anamnese pekerjaan
b.Penyakit yang pernah diderita
c.Alrergi
d.Imunisasi yang pernah didapat
e.Pemeriksaan badan
f.Pemeriksaan laboratorium rutin Pemeriksaan tertentu :
-Tuberkulin test
-Psiko test

80
2. Pemeriksaan Berkala Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara
berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko
kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu
antar pemeriksaan berkala. Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi
pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal
dan bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan
resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.

4. Pemeriksaan Khusus Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada


khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada
atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja.
Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya untuk
intern laboratorium kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna
juga harus merambah dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di
sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan preventif. Misalnya untuk
mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi pekerja atau
masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe
act dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.

BAB VI
PENGENDALIAN MUTU
7.1 Pengertian

81
Mutu pelayanan harus memiliki standar mutu yang jelas artinya setiap
pelayanan harus mempunyai indikator dan standarnya. Dengan demikian
pengguna jasa dapat membedakan pelayanan yang baik dan tidak baik
melalui indicator dan standarnya.
7.2 Indikator Mutu Pelayanan dan Standar Mutu
Mutu terkait dengan input, Proses, Output. Pengukuran mutu pelayanan
kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel yaitu :
1. Indikator mutu input
Ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan diantaranya tenaga, fasilitas, peralatan. Pelayanan kesehatan
yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula.Indikator
input diperlukan agar managemen dapat mengevaluasi sejauh mana
kemampuan managemen memenuhi sumber daya di setiap unit profesi
diantaranya mencakup kelengkapan alat, kelayakan peralatan dan
ketersediaan SDM. Penjelasan masing-masing indicator sebagai berikut :
1.1 Kelengkapan peralatan
 Tujuannya untuk menilai sampai sejauh mana managemen
berhasil memenuhi kelengkapan minimal peralatan medis pada
masing-masing unit pelayanan.
 Cara mengukur : ∑ Bobot peralatan yang ada
∑ Bobot peralatan sesuai standar
 Sumber data daftar inventaris Rumah Sakit
 Waktu pengukuran : Akhir tahun buku
 Petugas pengukur : Petugas
 Pemilik indicator bidang pelayanan medis
 Standar 80 %.
1.2 Kelayakan peralatan
 Tujuannya untuk memenuhi sampai sejauh mana managemen
berhasil memenuhi kelayakan minimal peralatan medis pada
masing-masing unit pelayanan.
 Cara mengukur
∑ Peralatan yang memiliki sertifikat kalibrasi X 100 %
∑ Peralatan yang wajib kalibrasi

82
∑ Peralatan dengan kondisi baik X 100 %
∑ Peralatan yang ada

 Sumber data berasal dari laporan hasil inventarisasi peralatan


 Waktu pengukuran : Akhir tahun anggaran
 Petugas pengukur : Masing-masing unit pelayanan
 Pemilik indicator : IPSRS
 Standar : 80 %
1.3 Ketersediaan SDM
 Tujuannya yaitu untuk mengetahui sampai sejauh mana
managemen berhasil memenuhi kelengkapan minimal luas
ruangan pelayanan medis sesuai Rumah Sakit Type C
pendidikan
 Cara mengukur :

∑ luas ruangan per unit pelayanan X 100 %


∑ luas ruangan sesuai standar

 Sumber data : Daftar inventaris gedung


 Waktu pengukuran : Akhir tahun anggaran
 Petugas pengukur : IPSRS
 Pemilik indicator : IPSRS
 Standar : 80 %
2. Indikator proses
Proses ialah interaksi professional antara pemberi pelayanan dengan
konsumen. Proses ini merupakan variable pelayanan dengan mutu yang
penting.

a. Dilaksanakanya audit mutu internal setahun 2x, sesuai dengan


prosedur mutu audit mutu internal
b. Dilaksanakannya audit mutu eksternal maksimal sesuai dengan
ketetapan ISO.

83
c. Dilaksanakannya survey akreditasi tiap 3 tahun sekali sesuai
dengan jadwal servey akreditasi
d. Dilaksanakannya evaluasi kegiatan pelayanan Instalasi Radiologi
dan diagnostik elektromedik tiap bulan
3. Indikator output
Out put ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan alat untuk menilai
mutu pelayanan. Sasaran mutu tertuang dalam manual mutu. Tabel berikut
adalah indicator mutu yang merupakan salah satu jenis pelayanan dari
indicator mutu pelayanan rumah sakit.

BAB VII
PENUTUP

Era globalisasi menuntut perkembangan pengetahuan dan teknologi


disegala bidang termasuk bidang kesehatan. Profesi kesehatan lain di Rumah

84
Sakit Ibu dan Anak Bun Tangerang sebagai bagian dari pelayanan kesehatan
Rumah Sakit tentunya senantiasa perlu penyesuaian mengikuti perkembangan
tersebut.
Pelayanan profesi kesehatan lain Rumah Sakit Ibu dan Anak Bun
Tangerang merupakan bagian integral dari sistem pelayanan Rumah Sakit Ibu dan
Anak Bun Tangerang.
Upaya peningkatan mutu pelayanan memerlukan landasan hukum dan
batasan operasional, standar ketenagaan, standar fasilitas, tata laksana, logistik.
Hal tersebut dilengkapi dengan keselamatan pasien, keselamatan kerja dan agar
diperoleh mutu yang optimal. Untuk mengukur mutu pelayanan diperlukan
indikator mutu pelayanan. Pengukuran indikator mutu input, proses, output dan
outcome dapat memberikan gambaran mutu komite profesi kesehatan lain.
Pedoman standar profesi kesehatan lain ini diharapkan menjadi acuan bagi
pelaksanaan kegiatan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan, sehingga indikator
mutu output dapat dicapai. Bagi managemen pedoman ini berharap dapat
bermanfaat untuk pemenuhan kebutuhan sumber daya sehingga indikator mutu
input dapat tercapai.
Beberapa dokumen akreditasi yang relevan dan esensi yang sesuai kita
coba agar akreditasi paripurna. Tentunya akan menghasilkan mutu yang lebih
optimal. Semoga pedoman ini bermanfaat bagi semua pihak dengan harapan mutu
pelayanan dapat dijaga. Tidak lupa, sesuai perkembangan hendaknya buku ini
secara berkala dievaluasi dan direvisi.

85

Anda mungkin juga menyukai