Anda di halaman 1dari 20

MODUL 1: TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA

Kegiatan Belajar 1: Teori Peaget dan Penerapannya dalam Pembelajaran


IPA

A. Teori Peaget

Piaget mengemukakan suatu teori bahwa cara berfikir seseorang


berkembang secara bertahap. Ada empat tahapan perkembangan mental anak
secara berurutan. Setiap tahapan ditandai dengan tingkah laku tertentu serta
jalan pikiran dan pemecahan masalah tertentu pula. Secara ringkas dapat
dilihat pada tablel berikut.

Tahap usia Ciri-ciri Khusus


Sensori motor 0-2 tahun Kecerdasan motoric (gerak) dunia
(benda) yang ada adalah yang nampak
tidak ada bahasa pada tahap awal.
Pre-operasional 2-7tahun Berfikir sescara egosentris alasan-alasan
didominasi oleh persepsi lebih banyak
intuisi daripada pemikiran logis belum
cepat melakukan konservasi.
Konkret 7-12 tahun Dapat melakukan konservasi logika
Operasional tentang kelas dan hubungan
pengetahuan tentang angka berfikir
terkait yang nyata.
Formal 7-14 tahun Pemikiran yang sudah lengkap
Operasional pemikiran yang proporsional
kemampuan untuk mengatasi hipotesis
perkembangan idealism yang kuat

B. Penerapan Teori Peaget dalam Pembelajaran IPA di SD

Teori Piaget ini dapat dipakai dalam penentuan proses pembelajaran di


kelas SD. Terutama pembelajaran IPA. Hal yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan pembelajaran dikelas antara lain bahwa Piaget beranggapan anak
bukan merupakan suatu botol kosong yang siap untuk diisi, melainkan anak
secara aktif akan membangun pengetahuan dunianya. Teori Piaget
mengajarkan kita pada suatu kenyataan bahwa seluruh anak mengikuti pola
perkembangan yang sama tanpa mempertimbangkan kebudayaan dan
kemampuan anak secara umum. Hanya umur anak dimana lonservasi muncul
berbeda.

Penerapan selanjutnya adalah guru harus selalu ingat bahwa anak


menangkap dan menerjemahkan sesuatu secara berbeda. Implikasi lain yang
perlu diperhatikan, bahwa apabila hanya kegiatan fisik yang diterima anak,
tidak cukup untuk menjamin perkembangan intelektual anak. Selain itu ide-ide
anak juga harus dipakai. Dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk
menilai sumber ide-idenya akan memberikan kesempatan pada mereka untuk
menilai proses pemecahan masalah. Dengan demikian guru lebih membantu
anak dalam proses perkembangan intelektualnya. Dari pembahasan di atas,
terlihat bahwa proses pembelajaran di atas, terlihat bahwa proses
pembelajaran dikelas menurut Piaget harus meletakkan anak sebagai factor
yang utama. Hal ini sering disebut sebagai pembelajaran yang berpusat pda
anak.

Kegiatan Belajar 2 : Model Bruner dan Penerapanya dalam Pembelajaran


IPA SD

A. Model Belajar Bruner

Model menganggap bahwa belajar dan persepsi merupakan suatu kegiatan


pengolahan informasiyang menemukankebutuhan-kebutuhan untuk mengenal
dan menjelaskan gejala yang ada dilingkungan kita.

Bruner beranggapan bahwa interaksi kita dengan lingkungan sekeliling


kita selalu menggunakan kategori-kategori. Brunner mengatakan bahwa
pengkategorian mempunyai beberapa keuntungan antara lain mengurangi
kompleksitas dari benda atau kejadian sekitar kita. Dengan kategorisasi
memungkinkan kita untuk mengenali objek dengan benar. Kategorisasi
mengurangi keharusan untuk selalu belajar. Selain itu juga memberikan arahan
dan tujuan terhadap aktivitas kita, dan memberikan kesempatan kepada kita
untuk menghubungkan objek dengan kelas dari kejadian alam.

Teori Brunner tentang cara seseorang anak memperoleh dan memproses


informasi baru sejajar dengan apa yang Piaget kemukakan. Anak tumbuh
melalui tahapan-tahapan yang berbeda.

1. Tahap penampilan mental enaktif. Tahap enaktif sejajar dengan


tahap sensori motor pada Piaget, dimana anak pada dasarnya
mengembangkan keterampilan motoric dan kesadaran dirinya dengan
lingkungannya.
2. Tahap ikonik, adalah tahap penampilan anakk sangat dipengaruhi
oleh persepsinya, yang bersifat egosentris dan tidak stabil. Tahapan ini
sejajar dengan tahapan pre-operasional pada teori Piaget.
3. Tahap simbolik, adalah pengembangan keterampilan bernahasa dan
kemampuan untuk mengartikan dunia luar dengan kata-kata dan idenya.
Mereka masuk ke dalam tahap operasi logis (formal) yang disampaikan
oleh Piaget.

Bruner menyusun suatu model belajar yang disebut dengan model belajar
penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan mempunyai
kelebihan-kelebihan, antara lain: pengetahuan yang diperoleh akan bertahan
lama atau dengan kata lain akan lama untuk diingatnya dan akan lebih mudah
untuk diingat disbanding dengan cara belajar yang lainnya.

B. Penerapan Model Belajar Bruner dalam Pembelajaran IPA di SD

Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, bruner


mengembangkan model pembelajaran penemuan. Model ini pada prinsipnya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh informasi
sendiridengan bantuan guru dan biasanya mengunakan barang yang nyata.
Peran guru dalam pembelajaran ini bukanlahsebagai seorang pemberi
informasi melainkan seorang penuntun untuk mendapatkan informasi.
Guru harus mempunyai cara yang baik untuk tidak secara langsung
memberikan informasi yang dibutuhkan siswa. Dalam penerapan model ini
guru mungkin terganggu dengan kebisingan dan keributan siswa.

Kegiatan Belajar 3: teori belajar Gagne dan penerapannya dalam


pembelajran IPA

A. Teori Belajar menurut Robert M. Gagne

Menurut Gagne, belajar itu merupakan suatu proses yang memungkinkan


seseorang untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan
tersebut bersifat relative tetap, sehingga perubahan yang serupa tidak perlu
terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi yang baru.

Level Belajar menurut Robert M. Gagne

Level Belajar
Level 1 Tanda-tanda Belajar
( tanpa ada bantuan tindakan terhadap emosi, ketakutan,
kesenangan dan lain-lain)
Level 2
Stimulus-Respone
Level 3
Merangkai( menggabungkanbersama tingkah laku S-R
Level 4 sederhana untuk membentuk tahap-tahap tindakan individu).
Verbal Chaining (menamai benda menggunakan sifat untuk
Level 5
menamai benda)
Level 6
Beragam perbedaan belajar
Level 7
Konsep belajar (mengidentifikasi objek kejadian yang
kelihatannya berbeda dengan khasnya)
Level 8 Prinsip belajar (mengkombinasikan konsep-konsep yang telah
dimiliki)
Problem solving

B. Hasil-hasil belajar menurum Gagne


1. Informasi Verbal
2. Keterampilan-keterampilan intelektual
a. Konsep-konsep Konkret
b. Konsep-konsep terdefinisi
c. Diskriminasi
d. Aturan-aturan
3. Strategi-strategi Kognitif
4. Sikap-sikap
5. Keterampilan-keterampilan
C. Menerapkan Teori Gagne dalam Mengajarkan IPA di SD

Model mengajar menurut Gagne meliputi delapan langkah yang sering


disebut kejadian-kejadian intruksional, meliputi:

1. Mengaktifkan motivasi
2. Memberitahu siswa/pelajar tentang tujuan-tujuan belajar
3. Mengarahkan perhatian
4. Merangsang ingatan
5. Menyediakan bimbingan belajar
6. Meningkatkan retensi
7. Membantu transfer belajar
8. Memperlihatkan perbuatan dan memberikan umpan balik.

Kegiatan Belajar 4: Teori Pembelajaran Ausubel dalam pembelajaran IPA di


SD

A. Teori Belajar Ausubel

Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Teori belajarnya adalah


belajar bermakna. Menurut Ausubel belajar bermakna akan terjadi apabila
informasi baru dapat dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah terdapat
dalam struktur kognitif seseorang.

B. Menerapkan Teori Ausubel dalam Pengajaran IPA SD

Ausubel dalam bukunya menyatakan bahw Factor yang paling penting


yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa.
Informaksi yang baru diterima akan disimpan di daerah tertentu dalam otak.

Belajar secara verbal diajarkan melalui pengajaran langsung seperti


ceramah dan sudah berlangsung bertahun-tahun. Ausubel menyebutkan bahwa
pengajaran secara verbal lebih efisien dari segi waktu yang telah diperlukan
untuk menyajikan pelajaran dan menjanjikan bahwa pebelajar dapat
mempelajari materi pelajaran dalam jumlah yang lebih banyak.
Modul 2 Pendekatan Dalam Pembelajaran
IPA SD
(Sumber: http://irairianti565.blogspot.com/2014/05/modul-2-pendekatan dalam-
pembelajaran.html)

Kegiatan Belajar 1

Pendekatan Dalam Pembelajaran IPA


Pendidikan IPA bertujuan agar siswa menguasai pengetahuan, fakta, konsep,
prinsip, proses penemuan, serta sikap ilmiah yang akan bermanfaat bagi siswa dalam
mempelajari diri dan alam sekitarnya. Dengan pemberian pengalaman langsung untuk
mencari tahu melalui kegiatan observasi atau eksperimen yang dibuktikan secara
empiris.Pemahaman dan penguasaan terhadap pendekatan pembelajaran sangatlah
penting bagi seorang guru, karena dengan kemampuan tersebut dapat meningkatkan
keberhasilan pembelajaran.

1.1. Pengertian Dan Prinsip Pemilihan Pendekatan


Pendekatan adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek
kajian, sehingga berdampak ibarat seseorang memakai kacamata dengan warna tertentu
pada saat memandang alam sekitar. Pendekatan bersifat aksiomatis yang menyatakan
pendirian, filosofi, dan keyakinan yang berkaitan dengan serangkaian asumsi.
Peranan pendekatan adalah menyesuaikan komponen input, output, produk, dan
outcomes pendidikan dengan bahan kajian yang akan disajikan, sehingga pembelajaran
lebih menarik, menyenangkan, menumbuhkan rasa ingin tahu, memberikan penghargaan,
serta bermakna bagi hidup baik untuk sekarang maupun yang akan datang.
Tujuan pendekatan adalah menggiring persepsi dan atau proses pengkajian dengan
suatu terminologi sehingga diperoleh pembentukan perilaku yang diharapkan. Prinsip
pemilihan pendekatan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait antara lain
adalah tujuan pendidikan dan pembelajaran, kurikulum, kemapuan siswa, psikologi
belajar, dan sumber daya.

1.2. Jenis Pendekatan


1.2.1. Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
berusaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan lingkungan
sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akaan
menarik siswa, jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang
dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungan. Sehingga dapat
dikatakan lingkungan yang ada di sekitar merupakan salah satu sumber belajar yang dapat
dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Lingkungan
dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar.
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan
memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa.
Penggunaaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna
sebab anak dihadapkan pada kondisi yang sebenarnya sehingga dapat memecahkan
masalah lingkungan, dan menanamkan sikap cinta lingkungan.

1.2.2. Pendekatan Sain-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat


Pendekatan sains teknologi masyarakat merupakan pendekatan pembelajaran
yang pada dasarnya membahas penerapan sains dan teknologi dalam konteks kehidupan
manusia sehari-hari. Dengan pendekatan ini siswa dikondisikan diharapkan mampu
menerapkan prinsip-prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi sederhana atau
solusi pemikiran untuk mengatur dampak negatif yang mungkin timbul akibat munculnya
produk teknologi. Dengan demikian dapat menggunakan pendekatan sains teknologi
masyarakat untuk menanamkan pemahaman konsep dan pengembangannya untuk
kemaslahatan masyarakat.
Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang memungkinkan
terjadinya belajar pada diri siswa. Dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan
terjadi belaajr, apabila terjadi prsoes perubahan perilaku pada diri siswa sebagai hasil dari
suatu pengalaman.
1.2.3. Pendekatan Faktual
Pendekatan faktual adalah suatu cara mengajar dengan menyampaikan hasil-hasil
penemuan IPA kepada siswa, dimana pada akhir suatu intruksional siswa akan
memperoleh informasi tentang hal-hal penting.Terkadang menarik bagi siswa, namun
kurang merefleksikan gambaran tentang sifat IPA sendiri. Biasanya, siswa tidak dapat
mengingat tentang fakta dalam waktu lama karena tidak mendapatkan sajian tentang
gambaran menyeluruh.
1.2.4. Pendekatan Konseptual
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati
bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau
sekelompok orang yang dinyatakan dalam defenisi sehingga menjadi pengetahuan yang
meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa,
pengalaman melalui generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami
perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep
adalah menjelaskan dan meramalkan.
Konsep dimulai dengan memperkenalkan benda konkret, berkembang menjadi
simbol sehingga menjadi abstrak yang berupa ucapan atau tulisan yang mengandung
konsep yang lebih kompleks. Konsep yang kompleks memerlukan permunculan berulang
kali dalam satu pertemuan dalam kelas, didukung media atau sarana yang tepat. Contoh :
Kalau pengajar menjelaskan konsep “mata”, maka pembelajar dapat memperlihatkan
mata mereka secara konkret. Pengajar bertanya, “ Dimana matamu ?, Apa gunanya
mata ?, Berapa matamu ? “. Dan pertanyaan-pertanyaan ini pembelajar dapat
menghubungkan benda konkret dengan fungsinya dan kegiatannya. Semua ini
memunculkan pengalaman baru. Dalam proses internalisasi suatu konsep perlu
diperhatikan dari beberapa hal, antara lain:
· Memperkenalkan benda-benda yang semula tak bernama menjadi bernama.
· Memperkenalkan unsur benda, sehingga memberi kemungkinan unsur lain. Contoh :
Bunga-berbau (harum/tak harum), Berwarna (bermacam-macam), Berdaun (kecil, besar),
Berduri (lunak, keras).
· Menunjukkan ciri-ciri khusus pada benda yang diperlihatkan.
· Menunjukkan persetujuan dengan membandingkan contoh dan bukan contoh..
1.2.5. Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah adalah pendekatan tang digunakan dalam
mempelajari suatu ilmu pengetahuan dengan maksud mengubah keadaan yang actual
menjadi suatu keadaan, seperti yang kita kehendaki dengan memperhatika prosedur
pemecaha yang sistematis.
Alasan menggunakan pendekatan ini, yaitu: 1. Pendekatan ini terpusat pada
masalah.2. Pendekatan ini singkat.3. Pendekatan ini inovatif.4. Pendekatan ini bersifat
mengarahkan.5. Pendekatan ini lebih sistematis.6. Pendekatan ini terpusat pada pribadi.7.
Pendekatan ini memiliki ukuran.
1.2.6. Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai adalah cara mengerjakan IPA dengan menggunakan pandangan
suatu nilai, misalkan terkait moral/etika, yang bersifat universal, nilai yang terkait dengan
kepercayaan/ agama, atau nilai yang terkait dengan politik, sosial, budaya suatu negara/
daerah. Pendekatan ini menekankan pada penyampaian produk IPA serta prilaku yang
diharapkan yang terkait produk dan prose tsb, namun tidak secara langsung tentang
proses bagaimana produk tsb dihasilkan.
1.2.7. Pendekatan Inkuiri
Adalah suatu strategi pembelajaran dimana guru dan murid mempelajari
peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan yang dipakai oleh ilmuwan. Arti inkuiri
adalah proses penemuan dan penyelidikan masalah-masalah, menyusun hipotesa,
merencanakan eksperimen, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan tentang hasil
pemecahan masalah. Sehingga anak untuk melakukan eksperimen sendiri. Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan.
Adapun tujuan pendekatan inkuiri yaitu:
· Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan
pelajarannya.
· Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman
belajarnya.
· Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
yang tiada habisnya.
· Memberi pengalaman belajar seumur hidup
Alasan penggunaan pendekatan inkuiri, yaitu:
1)Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat.
2)Belajar tidak hanya dapat diperoleh dari sekolah tetapi juga lingkungan sekitar.
3)Melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri kebutuhan belajarnya.
4)Penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup.
Secara operasional pendekatan inkuiri mempunyai karakteristik:
a. Diawali dengan pengamatan dan berkembang untuk memahami konsep atau fenomena.
b. Membuat pertanyaan atau menentukan masalah dari hasil pengamatan.
c. S uatu masalah ditemukan lalu dipersempit hingga terlihat kemungkinan masalah itu
dapat dipecahkan oleh murid.
d. Proses pembelajaran berpusat pada pertanyaan-pertanyaan”mengapa”, ”bagaimana kita
mengetahui”, dan ”betulkah kesimpulan ini”?
e. Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui lebih dulu dan tidak ada dalam buku
pelajaran. Buku-buku petunjuk yang dipilih berisi pertanyaan-pertanyaan dan saran.
Saran untuk menentukan jawaban bukan memberi jawaban.
f. Murid-murid bersemangat sekali untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
mereka sendiri.
g. Murid-murid mengusulkan cara-cara pengumpulan data, melakukan eksperimen,
melakukan pengamatan, membaca, dan menggunakan sumber-sumber lain.
h. Semua usul dinilai bersama, bila mungkin ditentukan asumsi-asumsi, keterlibatan, dan
kesulitan-kesulitan.
i. Murid-murid melakukan penelitian secara individu atau kelompok, untuk mengumpulkan
data yang diperlukan untuk menguji hipotesa.
j. Murid mengolah data, membuat kesimpulan, memberikan penjelasan.
k. Mengembangkan dan menggunakan keterampilan berpikir kritis.
1.2.8. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan
kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif
dalam proses pemerolehan hasil belajar (Semiawan, 2002). Pendekatan keterampilan
proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan
pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan
perkembangan IPTEK.
Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan
intelektual. Oleh karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut
urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya
sebelum melaksanakan penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau
mengamati dan membuat hipotesis. Agar siswa dapat menciptakan kembali konsep-
konsep yang ada dalam pikiran dan mampu mengorganisasikannya. Dengan demikian,
keberhasilan anak dalam belajar sains menggunakan pendekatan keterampilan proses
adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum paham terhadap
permasalahan sains yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham dan mengerti
permasalahannya.
Menurut (Semiawan, 2002), terdapat sepuluh keterampilan proses yaitu :
· Kemampuan mengamati, merupakan salah satu keterampilan dengan memanfaatkan
seluruh panca indera yang mungkin biasa digunakan untuk memperhatikan hal yang
diamati, memilah-milah bagiannya berdasarkan kriteria tertentu, juga berdasarkan
tujuan pengamatan, serta mengolah hasil pengamatan dan menuliskan hasilnya.
· Kemampuan menghitung,.
· Kemampuan mengukur.
· Kemampuan mengklasifikasi merupakan kemampuan mengelompokkan atau
menggolongkan sesuatu yang berupa benda, fakta, informasi, dan gagasan.
· Kemampuan menemukan hubungan. Yang termasuk dalam kemampuan ini adalah:
fakta, informasi, gagasan, pendapat, ruang, dan waktu. Kesemuanya merupakan
variabel untuk menentukan hubungan antara sikap dan tindakan yang sesuai.
· Kemampuan Membuat Prediksi (Ramalan). Kemampuan membuat ramalan atau
perkiraan yang di dasari penalaran baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam teori penelitian, kemampuan membuat
ramalan ini disebut juga kemampuan menyusun hipotesis. Hipotesis adalah suatu
perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan
tertentu..
· Kemampuan Melaksanakan Penelitian (Percobaan). penelitian (percobaan)
merupakan kegiatan penyelidikan untuk menguji gagasan-gagasan melalui kegiatan
eksperimen praktis.
· Kemampuan Mengumpulkan dan Menganalisis Data. siswa perlu menguasai bagaimana
cara-cara mengumpulkan data dalam penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif.
· Kemampuan menginterpretasikan data. siswa perlu menginterpretasikan hasil yang
diperoleh karena kemampuan mengkomunikasikan hasil.
1.2.9. pendekatan Sejarah
Adalah cara mengajarkan IPA dengan menyajikan berbagai penemuan yang
dihasilkan oleh para ilmuwan/ahli IPA tentang perkembangan temuan-temuan tsb
dikaikan dengan ilmu IPA sendiri. Dengan menggunakan metode membaca buku atau
menjelaskan.

Kegiatan Belajar 2
Penerapan Pendekatan dalam Pembelajaran IPA
2.1. Pendekatan Lingkungan
Pemanfaatan lingkungan dalam pengajaran mempunyai keuntungan praktis dan
ekonomis. Keuntungan praktis karena mudah diperoleh, sedangkan keuntungan ekonomis
karena murah dan dapat dijangkau oleh seluruh siswa. Dengan memanfaatkan lingkungan
sekaligus juga memanfaatkan kepedulian siswa untuk mencintai lingkungan belajarnya.
Hal ini akan lebih terasa bermakna, bermanfaat dan langsung dapat dirasakan oleh siswa.
Ada beberapa cara teknik atau cara mengajar dengan pendekatan lingkungan
alam sekitar, yaitu: Survey, Camping / berkemah, Field Trip / karya wisata. Pendekatan
lingkungan adalah pendekatan yang berorientasi pada alam bebas dan nyata,S. Misalnya;
Praktik Lapangan, Mengundang nara sumber, Proyek Pelayanan, dan Pengabdian kepada
masyarakat.
Kelebihan mengajar dengan pendekatan lingkungan alam sekitar, yaitu :
a. Lebih menarik dan tidak membosankan
b. Hakikat belajar akan lebih bermakna
c. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga
kebenarannya lebih akurat
d. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif
e. Sumber belajar menjadi lebih kaya
f. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di
lingkungannya.
Kekurangan mengajar dengan pendekatan lingkungan alam sekitar, yaitu :
a. Volume dan kekuatan suara harus lebih besar, agar dapat ditangkap oleh audiens.
b. Guru/dosen harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk memusatkan perhatian audiens.
c. Model pembelajaran harus dibuat menarik, variatif
d. Sangat tergantung cuaca
e. konsentrasi audiens kurang

2.2. Pendekatan Sain-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat


beberapa penerapan dalam kegiatan pembelajaran:
a. Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi ini tidak memungkinkan
bagi guru bertindak sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan teori.
b. Pengalaman intelektual, emosional dan fisik
Pengalaman ini dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal. Ini berarti
kegiatan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan kepada siswa memperlihatkan
unjuk kerja melalui sejumlah keterampilan memproses semua fakta, konsep dan prinsip
sangat dibutuhkan.
c. Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi
Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara memproses dan
memperoleh kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan. Hal ini akan mengarahkan
siswa pada kesadaran keterbatasan manusiawi dan keunggulan manusiawi, apabila
dibandingkan dengan keterbatasan dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 135 – 138).
Menurut Anwariyah dalam Munawarah (2002 : 5) ada empat macam penerapan
Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam pembelajaran yaitu:
1. Menyadari hubungan yang kompleks antara ilmu, teknologi dan masyarakat
2. Mengerti dan mampu mengadaptasikan diri dengan berbagai perubahan besar sebagai
akibat perkembangan IPTEK serta dampak-dampak bagi individu dan masyarakat.
3. Mampu membuat keputusan yang tepat mengenai penggunaan teknologi dala masyarakat
khususnya yang melibatkan unsur-unsur sosial, seperti lingkungan, energi,
kependudukan, bio genetika, teknologi, maknan, transportasi dan lain-lain.
4. Secara realistik dapat memproyeksikan alternatif masa depan beserta konsekwensi positif
dan negatifnya.
Menurut Wahyudi, dkk dalam Munawarah (2004 : 7) ada beberapa keunggulan
yang dapat diperoleh dari pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yaitu:
a. Keunggulan pendekatan STM jika ditinjau dari segi tujuan
· Meningkatkan keterampilan inquiry dan pemecahan, di samping keterampilan
proses.
· Menekankan cara belajar yang baik yang mencakup ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.
· Menekankan sains dalam keterpaduan dan antara bidang studi.
b. Keunggulan pendekatan STM jika ditinjau dari segi pembelajaran
· Menekankan keberhasilan siswa
· Menggunakan berbagai strategi
· Menyadarkan guru bahwa kadang-kadang dirinya tidak selalu berfungsi sebagai
sumber informasi.
c. Keunggulan pendekatan STM ditinjau dari segi evaluasi
· Ada hubungan antara tujuan, proses dan hasil belajar
· Perbedaan antara kecakapan, kematangan serta latar belakang siswa juga
diperhatikan.
· Kualitas efisiensi dan keefektifan serta fungsi program juga dievaluasi.
· Guru juga termasuk yang dievaluasi usahanya yang terus menerus dalam
membantu siswa.
Ada bebrapa tahapan yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM), yaitu:
· Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi dan eksplorasi) yang mengemukakan isu atau
masalah aktual yang ada di masyarakat dan dapat diamati oleh siswa.
· Dalam pembentukan konsep yang siswa membangun atau mengkonstruksikan
pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi.
· Tahap aplikasi konsep atau menyelesaikan masalah yang menganalisis masalah
atau isu yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang telah
dipahami sebelumnya.
· Tahap pemantapan konsep, di mana guru memberi pemantapan konsep agar tidak
terjadi kesalahan konsep pada siswa.
· Tahap evaluasi penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan konsep siswa
terhadap materi yang dikaji (www.dunia guru com.)
Aisyah (2007), mengemukakan empat hambatan pembelajaran dengan
pendekatan STM, yaitu waktu, biaya, kompetensi guru, dan komunikasi dengan
stakeholder (orang tua, masyarakat, dan birokrat). hambatan lain dalam
penerapan pendekatan ini adalah siswa belum terbiasa untuk berpikir kritis dan
belajar mengambil pengalaman di lapangan, sehingga dibutuhkan kesabaran dan
ketekunan guru untuk mengarahkan dan membimbing siswa dalam
pembelajaran

2.3. Pendekatan Faktual


Pembelajaran dilakukan dengan menyodorkan fakta-fakta hasil penemuan IPA dengan
harapan siswa dapat memperoleh informasi tersebut. Metodenya antara lain adalah
dengan membaca, menyampaikan pendapat ahli dari buku, demonstrasi, latihan ( drill),
dan memberikan test.

2.4. Pendekatan Konseptual


Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu :
a. Tahap Enaktif, yaitu melalui Pengenalan benda konkret. menghubungkan dengan
pengalaman lama atau pengalaman baru, dan pengamatan, penafsiran tentang benda
baru.contohnya
· Pengajar memperlihatkan barang-barang yang sering dipakai orang sehari-hari untuk
menutup badan dan perlengkapannya. Pembelajar diminta mengamati dan
menghubungkan dengan apa yang pernah dialaminya atau barangkali ada kreasi baru.
· Pengajar bertanya agar mendapat respons tentang barang-barang tersebut. Apakah kamu
pernah mengenakan barang seperti ini jawabnya ya atau tidak. Apakah kamu pernah
mengenakan barang seperti ini, jawabnya ya atau tidak. Apakah barang-barang ini sambil
diperagakan, dipakai di badan, disebagian badan atau di seluruh badan serta dikaki, di
tangan atau di leher, jawabnya “ ya atau tidak “.
b. Tahap Simbolik yaitu dengan memperkenalkan ; Simbol, lambang, kode,
membandingkan antara contoh dan non contoh untuk menangkap apakah siswa cukup
mengerti akan ciri-cirinya. Seta memberi nama, istilah, serta definisi. dimana pengajar
memperlihatkan gambar tentang barang-barang yang ditunjukkan pada a dan b.
Pembelajar menunjuk dan menyebut ciri-ciri khusus tiap-tiap benda tersebut, dan
Pengajar bersama pembelajar memberi sebuah nama atau istilah. Gambar atau barang
yang termasuk baju dan gambar atau barang yang bukan baju tetapi sebagai pelengkap.
Pembelajar secara lisan dapat menyebut dengan nama dan definisinya.
c. Tahap Ikonik merupakan tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti ; Menyebut
nama, istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu mengatakannya.

2.5. Pendekatan Pemecahan Masalah


Secara garis besar strategi pemecahan masalah mengacu kepada model empat-tahap
pemecahan masalah yang diusulkan oleh George Polya sebagai berikut.
1. Memahami masalah
2. Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah
3. Melaksanakan rencana yang dibuat pada langkah kedua
4. Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh[

Selain itu, John Dewey juga mengemukakan tentang strategi pemecahan masalah dan
gambaran pemecahan masalah, yaitu:
1. merumuskan masalah dengan jelas
2. menelaah permasalahan
3. merumuskan permasalahan secara jelas
4. memnghipun, mengelompokan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
5. pembuktian hipotesis
6. menentukan pilihan pemecahan/keputusan
Langkah-langkah pemecahan masalah secara kelompok yang di kemukakan
olehDavid Johnson dan Frank Johnson adalah sebagai berikut :
1. definisi Masalah
2. Diagnosis Masalah
3. Merumuskan Alternatif Strategi
4. Penentuan dan Penerapan susatu Strategi
5. Evaluasi Keberhasilan Strategi
Ciri-ciri pendekatan pemecahan masalah yaitu :
· diawali dengan masalah yang rutin dengan memilih masalah yang berkaitan dengan
situasi nyata dalam kehidupan
· mempunyai penyelesaian yang berbeda
· mengembangkan sifat ilmiah seperti jujur, teliti, terbuka, propesional dan kerja keras
mengaplikasikan pemahaman pengetahuan dalam kehidupan

2.6. Pendekatan Nilai


Pendekatan nilai adalah cara mengajarkan IPA dengan menggunakan pandangan
suatu nilai dan pada akhirnya siswa diharapkan dapat memahami dan menerapkan nlai tsb
dalam keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kesepurnaan kehidupa, lingkungan,
dan alam semesta.

2.7. Pendekatan Inkuiri.


Berikut merupakan penjelasan dari siklus pembelajaran pendekatan inkuiri:
a. Mengamati adalah Kegiatan mengamati objek-objek dan fenomena alam sekitar melalui
pancaindera: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa atau pengecap.
Informasi yang diperoleh dapat menuntun keinginan tahu, mempertanyakan, memikirkan,
melakukan intepretasi tentang lingkungan, dan meneliti lebih lanjut.
b. Bertanya. Kegiatan dimana siswa mempunyai rasa keingintahuan yang mendalam yang
diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang dipelajari.
c. Hipotesis adalah Kegiatan siswa memberikan jawaban sementara atas pertanyaan yang
telah dibuat.
d. Mengumpulkan data adalah Kegiatan mencari informasi berupa data dari bahan atau
materi yang diteliti atau dipelajari. Mengumpulkan data bisa melalui kegiatan observasi,
misalnya membaca buku untuk memperoleh informasi pendukung.
e. Menganalisis data adalah kegiatan Mengolah data dan menyajikan data tertentu untuk
memperoleh suatu kesimpulan. Analisis data pada penyajiannya dapat berupa tulisan,
gambar, laporan, tabel, dan karya lainnya.
f. Menarik kesimpulan adalah Peringkasan atau hasil akhir dari proses analisis data.

2.8. Pendekatan Keterampilan Proses


Pendekatan keterampilan proses adalah suatu cara untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan yang menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan
fakta dan konsep serta penumbuhan sikap dan nilai. (Conny Semiawan, 2002: 16).
Pengajaran dengan pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan beberapa
langkah, sebagai berikut:
1. Observasi. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengamatan yang terarah tentang
gejala atau fenomena sehingga mampu membedakan yang sesuai dan yang tidak sesuai
dengan pokok permasalahan.Pengamatan di sini diartikan sebagai penggunaan indera
secara optimal dalam rangka memperoleh informasi yang lengkap atau memadai.
2. Mengklasifikasikan. Kegiatan ini bertujuan untuk menggolongkan sesuatu
berdasarkan syarat-syarat tertentu.
3. Menginterpretasikan atau menafsirkan data. Dimana yang dikumpulkan melalui
observasi, perhitungan, pengukuran, eksperimen, atau penelitian sederhana dapat dicatat
atau disajikan dalam berbagai bentuk, seperti tabel, grafik, diagram.
4. Meramalkan (memprediksi). Dimana hasil interpretasi dari suatu pengamatan digunakan
untuk meramalkan atau memperkirakan kejadian yang belum diamati atau kejadian yang
akan datang. Ramalan berbeda dari terkaan, ramalan didasarkan pada hubungan logis dari
hasil pengamatan yang telah diketahui sedangkan terkaan didasarkan pada hasil
pengamatan.
5. Membuat hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu
kejadian atau pengamatan tertentu.Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci pembuka
tabir penemuan berbagai hal baru.
6. Mengendalikan variabel. Variabel adalah faktor yang berpengaruh.Pengendalian variabel
adalah suatu aktifitas yang dipandang sulit, namun sebenarnya tidak sesulit yang kita
bayangkan. Hal ini tergantung dari bagaimana guru menggunakan kesempatan yang
tersedia untuk melatih anak mengontrol dan memperlakukan variabel.
7. Merencanakan penelitian / eksperimen. Eksperimen adalah melakukan kegiatan percobaan
untuk membuktikan apakah hipotesis yang diajukan sesuai atau tidak.
8. Menyusun kesimpulan sementara bertujuan menyimpulkan hasil percobaan yang telah
dilakukan berdasarkan pola hubungan antara hasil pengamatan yang satu dengan yang
lainnya.
9. Menerapkan (mengaplikasikan) konsep adalah menggunakan konsep yang telah dipelajari
dalam situasi baru atau dalam menyelesaikan suatu masalah,misalnya sesuatu masalah yang
dibicarakan dalam mata pelajaran yang lain.
10. Mengkomunikasikan bertujuan untuk mengkomunikasikan proses dari hasil perolehan
kepada berbagai pihak yang berkepentingan, baik dalambentuk kata-kata, grafik, bagan
maupun tabel secara lisan maupun tertulis.
Praktik pengajaran dengan PKP menuntut perencanaan yang sungguh-sungguh dan
berkeahlian, kreatif dalam pelaksanaan pengajaran, cakap mendayagunakan aneka media
serta sumber belajar. Jadi guru bersama siswa semakin dituntut bekerja keras agar praktik
PKP berhasil efektif dan efisien.
Ilmu pengetahuan alam memfokuskan pembahasan pada masalah-masalah di alam
sekitar melalui proses dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA seperti yang tertuang dalam
kurikulum 2006, yaitu pembelajaran yang berorientasi pada hakikat IPA yang meliputi
produk, proses, dan sikap ilmiah melalui keterampilan proses.
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa pembelajaran IPA lebih menekankan pada
pendekatan keterampilan proses sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun
konsep-konsep, teori dan sikap ilmiah di pihak siswa yang dapat berpengaruh positif
terhadap kualitas maupun produk pendidikan.
Sementara itu Darmodjo dan Kaligis, (2002: 52) merinci keterampilan-
keterampilan proses dalam pendidikan IPA itu meliputi :
1. Keterampilan mengobservasi ( membedakan, menghitung dan mengukur.
2. Keterampilan mengklasifikasi, yang meliputi menggolong-golongkan atas dasar aspek-
aspek tertentu, serta kombinasi antara menggolongkan dengan mengurutkan.
3. Keterampilan menginterpretasi, termasuk menginterpretasi data, grafik, maupun mencari
pola hubungan yang terdapat dalam pengolahan data.
4. Keterampilan memprediksi, termasuk membuat ramalan atas kecenderungan dalam
pengolahan data.
5. Keterampilan membuat hipotesis, meliputi kemampuan berpikir deduktif dengan
menggunakan konsep-konsep, teori-teori maupun hukum-hukum IPA yang telah dikenal.
6. Keterampilan mengendalikan variabel, yaitu upaya mengisolasi variabel yang tidak diteliti
sehingga adanya perbedaan pada hasil eksperimen adalah dari variabel yang diteliti.
7. Keterampilan merencanakan dan melakukan penelitian, eksperimen yang meliputi
penetapan masalah, membuat hipotesis, menguji hipotesis.
8. Keterampilan menyimpulkan atau inferensi, yaitu kemampuan menarik kesimpulan dari
pengolahan data.
9. Keterampilan menerapkan atau aplikasi, atau menggunakan konsep atau hasil penelitian ke
dalam perikehidupan dalam masyarakat.
10. Keterampilan mengkomunikasikan, yaitu kemampuan siswa untuk dapat
mengkomunikasikan pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun penelitiannya kepada
orang lain baik secara lisan maupun secara tertulis.
Surapranata (2004) mengemukakan berbagai bentuk penilaian yang dapat
digunakan, khususnya dalam penilaian berbentuk kelas, yakni: Tes tertulis, Tes
perbuatan, Pemberian tugas, Penilaian proyek, Penilaian sikap, da Penilaian Portofolio.
Adapun keunggulan pendekatan keterampilan proses adalah :
· Siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga mempermudah pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran
· siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari
· melatih siswa untuk berpikir lebih aktif dalam pembelajarann
· mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru
· memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.
Sedangkan kelemahan pendekatan keterampilan proses, dikemukakan oleh Sagala
(2003:75), sebagai berikut:
1) Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyesuaikan bahan pengajaran
yang ditetapkan dalam kurikulum, 2) memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap
sehingga tidak semua sekolah dapat menyediakannya, 3) merumuskan masalah, menyusun
hipotesis, merancang suatu percobaan untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan
yang sulit, tidak setiap siswa mampu melaksanakannya.

2.9. pendekatan Sejarah


Siswa diajak untuk membaca buku atau mendengarkan informasitemuan-temuan
IPA bukan untuk melakukan suatu kegiatan. Seperti halnyapendekatan faktual dan
pendekatan konseptual, pendekatan ini lebih menekankan penyampaian produk atau hasil
IPA, sedikit menjelaskan proses mendapatkantemuan tsb, namun tidak banyak melibatkan
siswa dengan bagaimana proses konkret yang dilaluinya.

Anda mungkin juga menyukai