BAB I
PENDAHULUAN
DHF adalah penyakit endemik dengan infeksi yang ditularkan melalui nyamuk
Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus (Vyas, 2013; Kemenkes RI, 2016). DHF
DHF terjadi proses infeksi virus dengue dengan gejala demam fase pelana kuda
Aegypti yang membawa virus dengue, virus tersebut masuk kedalam pembuluh
menyebabkan adanya peningkatan respon antibodi pada tubuh. Dalam tahap ini
respon fisiologis terhadap infeksi penyakit pada anak lebih besar untuk terjadi
cold shock biasanya ditandai dengan akral dingin, nadi lemah, capillary refill
time yang memanjang (Kadafi, 2017). Hal ini terjadi karena pada anak-anak
masih terdapat fase pertumbuhan (Supartini, 2012). Selain itu, anak mempunyai
2
rasio luas permukaan tubuh jauh lebih luas dibandingkan dewasa sehingga
menimbulkan risiko yang lebih besar untuk kehilangan cairan lebih banyak
Menurut data WHO, Indonesia berada pada urutan ke-2 dengan kasus DHF
DHF di Indonesia pada tahun 2016 tercatat sebanyak 204.171 orang dengan
golongan terbanyak yang mengalami DHF di Indonesia adalah usia 5-14 tahun
(43,44%) dan usia 15-44 tahun (33,25%) (Depkes, 2016). Provinsi Jawa Timur
berada pada urutan ke-2 tertinggi dengan total 7.838 kasus. Dengan angka
kematian tertinggi, yaitu sebanyak 105 kematian. Hasil survey yang dilakukan
penularan DHF di kota Malang. Didapatkan data rekam medis pada Januari
2018 hingga Desember 2018 di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang
tercatat dari 108 kasus, 60% kasus DHF adalah usia anak (RM RSPW, 2018).
Fenomena yang penulis temukan ketika praktik klinik bulan juni tahun 2017 di
pasien anak usia 11 tahun yang mengalami DHF dibawa oleh keluarganya. Saat
demam naik turun sejak 5 hari yang lalu dan keringat dingin, mual muntah dan
138.000 sel/ml) pasien tersebut oleh dokter didiagnosa DHF dan harus dirawat
di Rumah Sakit.
pasien, observasi nadi, memantau gejala klinis seperti mual muntah, dan
dijadikan acuan pada anak dengan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) yang
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menulis judul Karya
Tulis Ilmiah dalam bentuk studi kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Masalah dalam studi kasus dibatasi pada “Asuhan Keperawatan pada Anak
1.4 Tujuan
Malang”.
1.5 Manfaat
1. Bagi Perawat
Waluya Malang.
Panti Waluya Malang sehingga mutu rumah sakit dapat meningkat melalui
4. Bagi Pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan tentang teori “Risiko Ketidakseimbangan
Cairan dengan pasien Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) pada anak”. Pada bab
ini juga akan dijelaskan materi sebagai berikut: konsep anak, tahap pertumbuhan
dan perkembangan anak, konsep DHF, konsep DHF dengan Risiko Kekurangan
Volume Cairan pada anak, dan asuhan keperawatan DHF dengan masalah Risiko
Menurut WHO yang dikutip dari Hidayat (2012), anak adalah individu yang
dimulai dari usia todler (1-3 tahun), usia prasekolah (4-6 tahun), hingga
Menurut Rizky, dkk (2015), usia anak dari 1-21 tahun pada karakteristik anak
sebagai berikut:
1. Pertumbuhan (growth)
a) Parameter Pertumbuhan
1. Berat Badan
Merupakan cerminan tingkat nutrisi dan gizi anak dan status hidrasi
(Setiawan, 2014).
9
2. Tinggi Badan
sedangkan pada usia < 2 tahun dilakukan dengan berdiri (Dony, dkk,
2014).
3. Lingkar Kepala
16 cm, prasekolah: 17 cm, dan usia remaja: 24,5 cm (Dony, dkk, 2014)
10
Pada anak kecil dan bayi suhu tubuh cenderung lebih tinggi (Setiawan,
2014).
Jumlah cairan tubuh total kurang lebih 55-60% dari berat badan dan
presentasi ini dipengaruhi oleh jumlah lemak dalam tubuh (pada orang
obes total cairan lebih rendah dari mereka yang tidak gemuk), jenis
kelamin, dan umur (Hidayat, 2016). Pada bayi normal cairan total 70-
75% dari berat badan, pra-pubertas 65-70% dari berat badan. Kadar
sedangkan kadar air pada pria lebih besar daripada wanita (Kadafi,
2017).
b) Parameter Perkembangan
a) Perkembangan psikososial
negatif maka akan timbul perasaan malu pada dirinya. Namun bila
di dirinya.
11
b) Perkembangan psikointelektual
Anak belum mampu berpikir dari sudut pandang orang lain dan
c) Perkembangan psikoseksual
d) Perkembangan Motorik
Periode ini adalah fase di mana anak mulai belajar perbedaan seks dan
bicara dan bahasa, dan belajar membedakan yang benar dan salah seta
a) Perkembangan psikososial
Anak banyak inisiatif, mempunyai rasa ingin tahu yang bear, aktif
bertanya.
b) Perkembangan psikointelektual
c) Perkembangan psikoseksual
d) Perkembangan motorik
Periode ini adalah fase di mana anak mulai belajar kemampuan fisik,
institusi.
a) Perkembangan psikososial
sesuatu.
b) Perkembangan psikointelektual
Anak dapat berpikir lebih logis dan terarah. Anak dapat melihat
persepsinya.
c) Perkembangan psikoseksual
d) Perkembangan motorik
menjadi dewasa.
Ciri-ciri perkembangan:
a) Perkembangan psikososial
1) Menerima tubuhnya
b) Perkembangan psikointelektual
Ciri anak pada masa ini anak lebih fleksibel dan dapat menyesuaikan
c) Perkembangan psikoseksual
Pusat kenikmatan anak berada pada alat kelamin dan daerah erogen.
Kesulitan akan cinta akan timbul jika terdapat perbedaan dari moral,
disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam golongan aarbovirus dari
jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini dapat menyerang dan
2.2.2 Etiologi
Nyamuk betina jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus menularkan virus
dengue yang dibagi menjadi empat serotipe (DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-
4) melalui gigitan pada manusia (Sucipto, 2011) dengan jam gigitan saat pagi
hari pukul 06.00-09.00 dan sore hari pukul 15.00-17.00 (nyamuk betina akan
2.2.3 Klasifikasi
IV derajat, yaitu:
Derajat I
Panas 2-7 hari disertai gejala klinis lain (seperti mual) tanpa perdarahan
Derajat II
melena.
Derajat III
Ditandai dengan gejala peredaran darah seperti nadi yang cepat namun lemah,
Derajat IV
17
Tekanan darah yang tidak teratur, tidak terabanya nadi, ekstremitas teraba
a. Derajat I
b. Derajat II
c. Derajat III
Pada grade III didapatkan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat, nadi
albuminuria ringan (Riyadi, 2010) atau hematuria (buang air kecil darah
d. Derajat IV
Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur.
2.2.5 Patofisiologi
gejala seperti demam, mual dan muntah. Hal ini dilanjutkan dengan reaksi
indikasi bahwa rehidrasi telah terpenuhi dan tidak terjadi kelebihan cairan
(Desmawati, 2013).
19
2.2.6 Pathway
Virus dengue
(Hidayat, 2015)
20
1. Perdarahan Luas
DHF.
2. Syok
3. Ensefalopati Dengue
pendarahan, namun dapat pula terjadi dengan DHF yang tidak disertai
menyeluruh.
21
4. Kelainan Ginjal
Hal ini disebabkan karena syok yang tidak teratasi dengan baik. Maka
untuk mencegah hal ini terjadi, setelah melewati masa syok cairan
cairan telah diatasi dengan baik, karena masih ada kemungkinan terjadi
5. Oedema Paru
cairan yang tidak akan menyebabkan oedema paru. Namun saat ruang
6. Penurunan Kesadaran
Saat infeksi virus dengue bereplika maka akan terdapat kompleks virus
penurunan kesadaran.
normal <150.000/mm3).
22
Hal ini ditujukan untuk melihat antibodi IgG (infeksi pertama kalinya
pasien terkena DHF) dan IgM (infeksi kedua kalinya pasien terkena DHF).
4. Pemeriksaan NS 1
(Desmawati, 2013).
5. Rontgen toraks
2.2.9 Penatalaksanaan
berikut:
Hal ini dilakukan apaila penderita hanya mengeluh panas dapat saat
obat panas 10-15 mg/kgBB setiap 3-4jam diulang jika symptom panas
23
serta gejala lain seperti perdarahan dibawah kulit, mual, mulai lemas saat
Pada hari ke-3,4, dan 5 panas, sangat dianjurkan penderita untuk rawat
terjadi kelebihan cairan tubuh saat rehidrasi sehingga tidak tejadi risiko
ketidakseimbangan cairan.
Pada derajat ini biasanya dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit
24-48 jam. Infus dapat dihentikan bila hematokrit sampai pada nilai
normal (35-38%) dengan tanda vital stabil dan normal. Produksi urin
juga dapat menjadi indikasi sirkulasi dalam ginjal cukup baik (dikutip
dari Hidayat, 2015 bahwa pada anak produksi <25 ml/jam atau
karena gejala klinis seperti demam, mual dan muntah hingga adanya risiko
berlebih sehingga terjadi risiko kelebihan cairan dengan tanda klinis terdapat
2.3.2 Etiologi
2-7 hari disertai suhu tubuh yang naik turun, petekie, disertai mual hingga
dengan cara diare dan muntah. Hal ini dibagi menjadi 3 yaitu:
secara seimbang)
elektrolit)
daripada air)
26
berdasarkan derajatnya:
a) Dehidrasi Berat
meningkat.
b) Dehidrasi Sedang
turgor kulit jelek, adanya peningkatan suhu, nadi penderita cepat dan
lemah.
c) Dehidrasi Ringan
turgor kulit normal, suara serak, haus, gelisah, kesadaran baik dan
darah dan edema (kelebihan cairan pada interstisial). Pitting edema dapat
Edema anasarka atau edema seluruh tubuh da[at terjadi sebagai akibat dari
paru. Maka dari itu perawat harus melakukan observasi secara cermat saat
penumpukan pada kapiler paru yang sangat berbahaya bagi anak. Pada
kelebihan ekstrasel, gejala yang sering timbul yaitu edema perifer (pitting
(Hidayat, 2016).
Hal ini dapat berupa cairan atau dintambah dari makanan lain. Pengaturan
cairan dapat pula dilakukan melalui kulit (berupa keringat) dan saluran
Rumus umum:
b. 50 ml/kg = 10 kg kedua
2.3.6 Konsep Teori Asuhan Keperawatan pada Anak yang mengalami Dengue
Cairan
2.3.7 Pengkajian
Menurut Nursalam (2016) pengkajian pada anak yang mengalami DHF yaitu:
1. Identitas pasien
15 tahun)
29
baik sehingga terjadi genangan air, jika hal ini tidak dijaga maka akan
2. Keluhan utama
datang ke rumah sakit adalah demam naik turun selama 2-7 hari, anak
kesadaran baik. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, anak
nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan adanya perdarahan pada
kulit, gusi (III, IV), melena atau hematemesis. Dan didapatkan data
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak dapat
mengalami serangan ulang karena tipe virus DHF yang lain (Nursalam,
2013)
30
5. Riwayat imunisasi
6. Riwayat gizi
Variasi dapat terjadi pada anak yang menderita DHF. Semua status gizi
pada anak yang status gizi nya baik maupun buruk masih berisiko bila
Pada anak mungkin terdapat keluhan mual, muntah, dan penurunan nafsu
makan, bila hal ini tidak diatasi dan disertai nutrisi yang mencukupi,
nutrisinya berkurang.
7. Kondisi lingkungan
8. Pola kebiasaan
1) Eliminasi alvi (buang air besar): pada anak kadang terdapat keluhan
melena
2) Eliminasi urin (buang air kecil): perlu dikaji apakah pada anak sering
Demam naik turun hingga tubuh menggigil dan sakit/nyeri otot dapat
Adakah upaya lanjut pada keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
2) Kulit
Pada kasus DHF, pada kulit terdapat petekie, turgor kulit menurun,
kadang terjadi keringat dingin, lembab, akral hangat CRT > 2 detik
dalam waktu 10 menit untuk dewasa, jika pada anak 3-5 menit. Hasil
(Soedarto, 2012).
3) Kepala
4) Mata
(Rekawati, 2013).
5) Hidung
IV.
sfenoidalis.
6) Mulut
bibir kering, terjadi perdarahan gusi pada derajat II, lidah kotor.
telan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan sekitar leher.
8) Pemeriksaan Paru
kadang terasa sesak karena penderita DHF derajat III dan IV terdapat
suara antara kanan dan kiri teraba sama bisa juga teraba tidak sama
dimana pada pasien DHF derajat III dan IV bisa terjadi komplikasi
ronchi.
9) Pemeriksaan Jantung
cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan dan hasil foto
10) Abdomen
11) Ekstremitas
Akral teraba panas, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang,
terdapat respon positif dari reflek patela pada tangan kiri kanan dan
1. Tinggi Badan
Pada klien DHF biasanya tidak ada masalah terhadap tinggi badan
pasien.
4. Lingkar dada
5. Lingkar Perut / LP
b) Motorik halus
c) Bahasa
DHF.
2013)
37
fungsi endotel).
(Nursalam, 2016)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak yang mengalami DHF adalah:
(takipnea: umur 1-2 tahun > 40x/menit, usia 3-6 tahun >30x/menit, usia
menurun, turgor
kulit menurun,
membran mukosa
kering, volume
urin menurun)
(SIKI, 2017)
dengan peningkatan
berat jumlah sebagai
cerminan adanya
risiko defisit volume
cairan (Desmawati,
2013)
Kolaborasi
berdasarkan intervensi yang telah disusun dan diterapkan selama tiga hari
sebagai berikut:
1) Tanda vital stabil dan dalam batas normal (sesuai dengan rentang usia).
normal.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
ketidakseimbangan cairan:
awal OF (observasi febris) atau pasien DHF dengan Grade I – III dengan
2. Pasien usia anak sampai remaja mulai usia 1-21 tahun dan belum
menikah.
3.3 Partisipan
Pada penelitian ini yang menjadi partisipan peneliti adalah 2 orang anak
cairan di RS Panti Waluya Sawahan Malang tanpa melihat berapa kali anak
Sawahan Malang dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Juli
perawat lainnya.
3) Dokumentasi
utama yaitu klien, perawat, dan keluarga klien yang beraitan dengan
1) Pengumpulan data
2) Penyajian data
teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan identitas klien
dibuat inisial.
3) Kesimpulan
untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati
haknya.
3) Confidentiality (kerahasiaan)