Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY.

K
DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN GANGGUAN KONSEP
DIRI : HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SEDAP MALAM
RUMAH SAKIT DR. RADJIMAN WIDIODININGRAT LAWANG

Oleh :

1. Septian Rizky Pratama (1501470026)


2. Fari’ Pratama Putra (1501470034)
3. Dimas Hendra Widianto (1501470034)
4. Dita Ayu Lestari (1501470034)

POLTEKKES KEMENKES MALANG


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peristiwa traumatic, seperti kehilangan pekerjaan, harta benda, dan orang yang
dicintai dapat meninggalkan dampak yang serius. Dampak kehilangan tersebut sangat
memengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya sehingga mengganggu harga diri
seseorang.
Banyak dari individu-individu yang setelah mengalami suatu kejadian yang buruk
dalam hidupnya, lalu akan berlanjut mengalami kehilangan kepercayaan dirinya. Dia merasa
bahwa dirinya tidak dapat melakukan apa-apa lagi, semua yang telah dikerjakannya salah,
merasa dirinya tidak berguna, dan masih banyak prasangka-prasangka negative seorang
individu kepada dirinya sendiri. Untuk itu, dibutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak agar rasa percaya diri dalam individu itu dapat muncul kembali. Termasuk bantuan dari
seorang perawat. Perawat harus dapat menangani pasien yang mengalami diagnosis
keperawatan harga diri rendah, baik menggunakan pendekatan secara individual maupun
kelompok.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat mengambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan harga diri rendah?
2. Apa saja etiologi dari harga diri rendah?
3. Apa manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah?
4. Bagaimana proses terjadinya masalah?
5. Bagaimana rentang respon klien dengan harga diri rendah?
6. Apa saja masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga diri rendah?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat mengambil tujuan sebagai berikut :
1. Menjelaskan definisi dari harga diri rendah.
2. Menjelaskan etiologi dari harga diri rendah
3. Menjelaskan manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah
4. Menjelaskan proses terjadinya masalah
5. Menjelaskan rentang respon klien dengan harga diri rendah
6. Menjelaskan masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga diri
rendah
7. Menjelaskan asuhan keperawatan klien dengan harga diri rendah.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Kasus (Masalah Utama)


Gangguan konsep diri : harga diri rendah

2.2 Proses Terjadinya Masalah


a. Pengertian

Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif


terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Gangguan harga diri atau harga diri
rendah dapat terjadi secara :

1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi,


kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja dll. Pada klien
yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang kurang
diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang
tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan perianal, dll), harapan akan
struktur, bentuk dan ffungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama.
b. Tanda dan gejala

- Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit
- Rasa bersalah terhadap diri sendiri
- Merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu
- Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
- Percaya diri kurang
- Mencederai diri

c. Penyebab

Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua ang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pda orang lain dan ideal diri yang tidak
realistik.

Stressor pencetus munkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal, seperti
: trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran, transisi peran situasi dengan
bertambah atau berkurangnya anggota keluargamelalui kelahiran atau kematian,
serta transisi peran sehat sakit sebagai transisi dari keadaan sehat dan keadaan
sakit.

d. Tanda dan gejala

- Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit
- Rasa bersalah terhadap diri sendiri
- Merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu
- Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
- Percaya diri kurang
- Mencederai diri
- Konsentrasi menurun
- Menyangkalfek labil
- Regresi perkembangan

e. Akibat

Klien yang mengalami gangguan harga diri rendah bisa mengakibatkan


gangguan interaksi sosial : menarik diri, dan memicu munculnya perilaku kekerasan
yang beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Isolasi social merupakan suatu keadaan dimana individu dan kelompok


mengalami kebutuhan meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi
tidak mampu untuk melakukan kontak. (Copernitto LJm 1998).

Tanda dan gejala


Data Subyektif
a. Klien mengatakan kesepian

b. Klien mengatakan tidak mempunyai teman

c. Klien mengatakan lebih sering di rumah, sendiri

d. Klien mengatakan tidak dapat berhubungan social


Data Obyektif
a. Menyendiri

b. Diam

c. Ekspresi wajah murung, sedih

d. Sering larut dalam pikiranya sendiri

Sedangkan perilaku kekerasaan adalah suatu keadaan dimana seseorang


melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada
diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Tanda dan gejala :


Data subyektif :
a. Mengungkapkan mendengar suara-suara yang mengancam,
menyuruh melakukan pencederaan pada diri sendiri, orang lain atau
lingkungan

b. Mengatakan takut, cemas atau khatir

Data Obyektif :
a. Wajah tegang dan merah

b. Mondar-mandir

c. Mata melotot, rahang menutup

d. Tangan mengepal

e. Keluar keringat banyak

f. Mata merah

II. Pohon Masalah

Isolasi sosial : menarik diri Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah


Berduka disfungsional

III. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Masalah keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Berduka disfungsional

2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan harga diri rendah
a. Data Subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

b. Data Obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.

IV. Diagnosa Keperawatan


1. Harga diri rendah
2. Isolasi sosial : menarik diri

V. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1. Harga Diri Rendah

a. Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa


berhubungan dengan orang lain dan lingkungan.
b. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
1.2. Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
1.3. Bbuat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
1.4. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
1.5. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
1.6. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :

2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,

2.3. Utamakan memberi pujian yang realistis

2.4. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan


Tindakan :

3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3.2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah

4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang


dimiliki
Tindakan :

4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan


Tindakan :

5.1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan


5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan :

6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
6.2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Diagnosa 2: Menarik diri

Tujuan Umum :

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya


Tindakan :

1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi


terapeutik dengan cara :

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal


b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:

2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya.
2.2 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
2.3 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
2.4 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :

3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.3 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain
a. beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
b. diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
c. beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan:

4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain


4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
▪ K–P
▪ K – P – P lain
▪ K – P – P lain – K lain
▪ K – Kel/Klp/Masy
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan:

5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan


orang lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan
orang lain.
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan:

6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :


▪ Salam, perkenalan diri
▪ Jelaskan tujuan
▪ Buat kontrak
▪ Eksplorasi perasaan klien
6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
▪ Perilaku menarik diri
▪ Penyebab perilaku menarik diri
▪ Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
▪ Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien
minimal satu kali seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia : Lipincott-
Raven Publisher. 1998

Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999

Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998

Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung :
RSJP Bandung. 2000
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai