Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberiksn rahmat dan karunia-Nya.
Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tersusunlah makalah Kimia
Fisika ini.
Dengan selesainya makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyususunan makalah ini, khususnya kepada
1. Pak Ir. Agus Taufiq M.Sc. selaku dosen pengampu mata kuliah Kimia Fisika
2. Orang tua
3. Teman-teman
Demikian makalah Kimia Fisika ini telah kami buat. Mohon kritik dan sarannya apabila terdapat
kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga makalah Kimia Fisika ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak .
Wassalamualikum warrahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 14 Maret 2019


Penyusun

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………. (1)


Daftar Isi…………………………………………………………………….. (2)
Bab 1
Pendahuluan…………………………………………………………. (3)
Latar Belakang ……………………………………………………… (3)
Teori tentang kalor…………………………………………………... (4)
Peran dan fungsi kalor………………………………………………. (7)
Rumusan masalah……………………………………………………. (7)
Bab 2
Pembahasan………………………………………………………..… (8)
Bab 3
Kesimpulan …………………………………………………………. (14)
Daftar Pustaka ………………………………………………………………. (14)

2
BAB 1
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG

Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam industri proses. Pada kebanyakan
pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran kalor, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan
yang dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan yang dibutuhkan
untuk pengerjaan, terjadi umpamanya bila pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu dan suhu ini
harus dicapai dengan jalan pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi kedua yaitu mempertahankan
keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat pada pengerjaan eksoterm dan endoterm.
Disamping perubahan secara kimia, keadaan ini dapat juga merupakan pengerjaan secara alami. Dengan
demikian, Pada pengembunan dan penghabluran (kristalisasi) kalor harus dikeluarkan. Pada penguapan dan
pada umumnya juga pada pelarutan, kalor harus dimasukkan. Hukum alam menyatakan bahwa kalor adalah
suatu bentuk energi.

Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem yang suhunya berbeda
disinggungkan,maka akan terjadi perpindahan energi. Proses ini disebut sebagai perpindahan Kalor (Heat
Transfer). Dari titik pandang teknik (engineering), Analisa perpindahan Kalor dapat digunakan untuk
menaksir biaya, kelayakan, dan besarnya peralatan yang diperlukan untuk memindahkan sejumlah Kalor
tertentu dalam waktu yang ditentukan. Ukuran ketel, pemanas, mesin pendingin, dan penukar Kalor
tergantung tidak hanya pada jumlah Kalor yang harus dipindahkan, tetapi terlebih-lebih pada laju
perpindahan Kalor pada kondisi-kondisi yang ditentukan. Beroperasinya dengan baik komponen-
komponen peralatan, seperti misalnya sudu-sudu turbin atau dinding ruang bakar, tergantung pada
kemungkinan pendinginan logam-logam tertentu dengan membuang Kalor secara terus menerus pada laju
yang tinggi dari suatu permukaan. Juga pada rancang-bangun (design) mesin-mesin listrik, transformator
dan bantalan, harus diadakan analisa perpindahan Kalor untuk menghindari konduksi-konduksi yang akan
menyebabkan pemanasan yang berlebihan dan merusakan peralatan. Berbagai contoh ini menunjukkan
bahwa dalam hampir tiap cabang keteknikan dijumpai masalah perpindahan Kalor yang tidak dapat
dipecahkan dengan penalaran termodinamika saja, tetapi memerlukan analisa yang didasarkan pada ilmu
perpindahan Kalor.

3
II. TEORI TENTANG KALOR

Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi
adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya
tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah
maka kalor yang dikandung sedikit.

Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda(zat)
bergantung pada 3 faktor

1. massa zat
2. jenis zat (kalor jenis)
3. perubahan suhu
Sehingga secara matematis dapat dirumuskan :

Q = m.c.(t2 – t1)

Dimana :

Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)

m adalah massa benda (kg)

c adalah kalor jenis (J/kgC)

(t2-t1) adalah perubahan suhu (C)

Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis

 Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu


 Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten), persamaan yang digunakan dalam
kalor laten ada dua macam Q = m.U dan Q = m.L. Dengan U adalah kalor uap (J/kg) dan L adalah
kalor lebur (J/kg)
Dalam pembahasan kalor ada dua kosep yang hampir sama tetapi berbeda yaitu kapasitas kalor (H) dan
kalor jenis (c)

4
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat
celcius.

H = Q/(t2-t1)

Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 derajat
celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar kalor jenis adalah kalorimeter.
c = Q/m.(t2-t1)

Bila kedua persamaan tersebut dihubungkan maka terbentuk persamaan baru

H = m.c

Analisis grafik perubahan wujud pada es yang dipanaskan sampai menjadi uap. Dalam grafik ini dapat
dilihat semua persamaan kalor digunakan.

Keterangan :

Pada Q1 es mendapat kalor dan digunakan menaikkan suhu es, setelah suhu sampai pada 0 C
kalor yang diterima digunakan untuk melebur (Q2), setelah semua menjadi air barulah terjadi kenaikan
suhu air (Q3), setelah suhunya mencapai suhu 100 C maka kalor yang diterima digunakan untuk berubah
wujud menjadi uap (Q4), kemudian setelah berubah menjadi uap semua maka akan kembali terjadi
kenaikan suhu kembali (Q5)

5
Untuk mencoba kemampuan silakan kkerjakan latihan soal dengan cara klik disini.
Hubungan antara kalor dengan energi listrik
Kalor merupakan bentuk energi maka dapat berubah dari satu bentuk kebentuk yang lain.
Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi maka energi listrik dapat berubah menjadi energi kalor dan juga
sebaliknya energi kalor dapat berubah menjadi energi listrik. Dalam pembahasan ini hanya akan diulas
tentang hubungan energi listrik dengan energi kalor. Alat yang digunakan mengubah energi listrik menjadi
energi kalor adalah ketel listrik, pemanas listrik, dll.

Besarnya energi listrik yang diubah atau diserap sama dengan besar kalor yang dihasilkan.
Sehingga secara matematis dapat dirumuskan.

W=Q

Untuk menghitung energi listrik digunakan persamaan sebagai berikut :

W = P.t

Keterangan :

W adalah energi listrik (J)

P adalah daya listrik

t adalah waktu yang diperlukan (s)

Bila rumus kalor yang digunakan adalah Q = m.c.(t2 – t1) maka diperoleh persamaan ;

P.t = m.c.(t2 – t1)

Yang perlu diperhatikan adalah rumus Q disini dapat berubah-ubah sesuai dengan soal.

Asas Black
Menurut asas Black apabila ada dua benda yang suhunya berbeda kemudian disatukan atau
dicampur maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah.
Aliran ini akan berhenti sampai terjadi keseimbangan termal (suhu kedua benda sama). Secara matematis
dapat dirumuskan :
Q lepas = Q terima

Yang melepas kalor adalah benda yang suhunya tinggi dan yang menerima kalor adalah benda yang
bersuhu rendah. Bila persamaan tersebut dijabarkan maka akan diperoleh :

Q lepas = Q terima

m1.c1.(t1 – ta) = m2.c2.(ta-t2)

6
Catatan yang harus selalu diingat jika menggunakan asasa Black adalah pada benda yang bersuhu tinggi
digunakan (t1 – ta) dan untuk benda yang bersuhu rendah digunakan (ta-t2). Dan rumus kalor yang
digunakan tidak selalu yang ada diatas bergantung pada soal yang dikerjakan.

III. PERAN DAN FUNGSI KALOR


Alat penukar kalor yaitu alat yang didalamnya terjadi proses pertukaran energy dalam
bentuk panas dari suatu media tertentu yang bertemratur lebih tinggi ke media lainnya atau APK,
kebanyakan APK yang di gunakan pada beragam instalasi industri bekerja dengan dua fluida kerja
yang berbeda temperaturnya. Alat tersebut dapat berfungsi sebagai pemanas, pendingin, penguap
atau mengembun pada fluida kerja yang mengalir di dalamnya, contohnya seperti kondensor mesin
AC, Evaporator, Cooling Tower, Water Heater, Radiatior, Oil Cooler, Boiler, dll. Di banyak
instalasi industri seperti pada industri energy, industry proses kimia, industry minyak, dan gas,
industri makan dan minuman, industri manufaktur, kita juga dapat menemui beragam jenis APK
dipergunakan untuk keperluan yang berbeda-beda.
Apabila kita telah kondisi instalasi industri di Indonesia, maka kita melihat bahwa konsumsi
energy di Indonesia saat ini telah demikian tinggi, dan akan semakin tinggi lagi pada tahun-tahun
mendatang. Bagian terbesar dari energi yang konsumsi oleh instalasi industri, setelah dimanfaatkan
untuk berbagai proses, kemudian akhirnya dibuang ke lingkungan. Sumber energy bahan bakar
yang biasa dikosumsi masih banyak yang berasal dari bahan bakar fosil, seperti bahan bakar minyak
(BBM), batu bara, dan gas. Dengan semakin mahalnya harga bahan bakar, maka penghematan
energy menjadi sangat penting untuk terus dilakukan.

IV. RUMUSAN MASALAH

1. Mengetahui efektifitas penukuaran kalor tipe plat aliran silang


2. Mengetahui besar debit aliran air panas ataupun air dingin yang menghasilkan efektifitas
tertinggi
3. Mengetahui perpindahan panas yang terjadi secara konveksi paksa
4. Mengetahui jenis aliran silang atau dimensi

7
BAB 2

1. PEMBAHASAN

Dalam dunia industri dengan berbagai mesin kalor yang digunakan, maka peran alat
pengontrol laju perpindahan panas sangat mutlak diperlukan. Alat ini salah satunya adalah Alat
penukar kalor (Heat Exchanger). Alat ini berfungsi untuk memindahkan panas dari fluida yang
bertemperatur tinggi ke temperatur rendah. Perpindahan panas dapat terjadi melalui kontak
langsung maupun kontak tidak langsung (melalui dinding pemisah). Ditinjau dari kontruksinya ada
beberapa macam alat penukar kalor yang salah satunya adalah alat Penukar Kalor tipe Plat (Plate
Heat Exchanger).
Alat penukar kalor ini mempunyai mempunyai kapasitas dan juga efektivitas yang tinggi.
Namun tekanan kerja relatif rendah dibandingkan dengan tekanan kerja penukar kalor sheel & tube..
Hal ini dapat terjadi karena kontruksi alat penukar kalor tipe ini disusun dari plat-plat yang tipis,
yang secara skema dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Skema alat penukar kalor tipe Plat aliran silang, a). Arah aliran, b). Susunan plat, c)
Kontruksi rangkaian susunan plat-plat

8
Adapun data kontruksi penukar kalor plat adalah:

Panjang Plat H=330 mm


Lebar Plat W=330mm
Jarak antar Plat b=10mm
Jumlah plat N=10
Jumlah rongga fluida dingin Nc=5
Jumlah rongga fluida panas Nh=4

Kinerja penukar kalor plat, dipengaruhi oleh terutama jarak antar plat. Makin rapat jarak
antar plat maka efektifitas penukar kalor akan meningkat. Namun dengan makin rapat jarak antar
plat, akan terjadi pen urunan tekanan yang besar. Jadi ada jarak antar plat tertentu yang digunakan
untuk mendapatkan kinerja penukar kalor yang optimum.
Pada pengujian ini penukar kalor yang digunakan adalah Penukar Kalor tipe Plat (Plate Heat
Exchanger) dengan bahan dasar aluminium, Plate heat exchanger ini mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan penukar kalor tipe yang lainnya, yaitu kemudahan alat ini untuk dibuka dan
dilepaskan dari rangkainnya sehingga memungkinkan pembersihan dan perawatan yang lebih baik
dan mudah. Selain daripada itu, alat ini juga cocok digunakan untuk fluida cair dengan nilai
viskositas tinggi atau nilai turbulensi rendah, sebab mempunyai permukaan perpindahan panas yang
bergelombang sehingga menyebabkan turbulensi dari aliran fluida menjadi lebih tinggi dan
otomatis perpindahan panas yang terjadi akan lebih efisien walaupun perbedaan temperatur antara
fluida panas dengan fluida dingin tidak terlalu jauh, tetapi dalam penelitian ini kita meggunakan
plat dengan permukaan rata.
Untuk mendapatkan efisiensi dari penukar panas dilakukan dengan cara meningkatkan luas
permukaan perpindahan panas, dan dengan jarak antar plat (rongga) yang tidak terlalu jauh. Maka
dalam penelitian bertujuan untuk meneliti efektivitas dari penukar kalor yang mempunyai dimensi
33mm x 33 mm dengan jarak antar plat 10mm. Variasi yang dilakukan dalam pengujian adalah
variasi temperature air panas yaitu 50oC, 60oC, 70oC, dan debit fluida kerja baik air dingin maupun
air panas.

Tujuan dari penelitian ini adalah :


1. Untuk mengetahui efektivitas penukar kalor tipe
plat aliran silang.
2. Untuk mengetahui besar debit aliran air panas
ataupun air dingin yang menghasilkan efektifitas tertinggi.
Adapun batasan masalah adalah:
1. Perpindahan panas terjadi secara konveksi paksa.
2. Jenisaliranadalahaliransilangsatudimensi.
Plat yang digunakan adalah aluminium dengan
jumlah 10 buah yang berdimensi 33mm x 33mm dengan rongga antar plat 10mm.
METODOLOGI PENELITIAN Instalasi peralatan pengujian.

Instalasi peralatan uji terdiri dari penukar kalor aliran silang sebagai komponen utama alat
uji. Sedangkan alat bantu untuk pengujian adalah. pompa air panas dan pompa air dingin sebagai
penggerak fluida kerja. Tandon air dingin dan Tandon air panas untuk menampung air yang
disirkulasikan dalam siklus. Alat ukur debit aliran (flow meter) dan termometer yang dipasang di
bagian masuk dan keluar air panas ataupun air dingin. Adapun instalasi alat
pengujian ditunjukkan dengan skema berikut (Gambar 2)

9
Adapun langkah langkah yang dilakukan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. Menyalakan kompor gas untuk memanaskan air
pada reservoir 1 sampai mencapai suhu yang
diperlukan (50oC, 60oC, 70oC).
2. Menjalankan pompa air.
3. Mengatur bukaan valve sesuai dengan debit yang
diperlukan agar air dapat mengalir masuk kedalam
heat exchanger.
4. Setelah mencapai posisi steady maka perubahan
temperatur pada termokopel T1, T2, T3, T4 dicatat tiap 10 detik sebanyak 15 data. Untuk
mempermudah pengambilan data perubahan temperatur pada tiap termokopel kita menggunakan
perangkat termo reader.

Gambar 2. Penukar kalor plat aliran silang (cross flow)


Keterangan :
1 & 3= flowmeter
2 = plat heat exchanger 4 & 9= valve
5 & 8= pompa
6 & 7= reservoir T1,2,3,4,5 = termokopel

10
1. Data perubahan temperature pada setiap termokopel yaitu termokopel T1, T2, T3, T4 yang
dicatat tiap 10 detik sebanyak 15 data yang didapat pada perangkat termo reader.
2. Debit atau laju aliran fluida panas dan fluida dingin.
3. Persamaan untuk menghitung efektifitas dari Flat
plate Heat Exchanger sebagai berikut :

Untuk neraca energi fluida panas dan dingin:

sedangkan perpindahan panas maksimum dinyatakan sebagai :

Dengan mengukur data-data diatas, kemudian dihitung efektivitas setiap data pengujian.
Hasil akhir kemudian dibuat dalam bentuk tabel ataupun grafik, yang ditunjukkan dalam hasil
pengujian.
Data yang diambil adalah temperatur fluida panas masuk (TH1), fluida panas keluar (TH2),
fluida dingin masuk (TC1), fluida dingin keluar (TC2) serta debit aliran kedua fluida. Proses
pengambilan data untuk setiap variasi mengikuti prosedur yang telah dijelaskan pada bagian diatas
data dicatat dengan menggunakan termoreader. Dan dibawah ini adalah data (Tabel.1) yang didapat
dari hasil pengukuran untuk proses dari karakteristik alat penukar kalor ini. Data yang ditampilkan
adalah hasil perhitungan rata- rata dari setiap variasi, pada setiap variasi didapatkan data percobaan
selama 2,5 menit yaitu ±15 data.Data- data yang diperoleh dari hasil pengujian tersebut diolah dan
disajikan dalam grafik yang dinyatakan dalam hubungan efectifitas dan laju aliran air.

11
Tabel 1. Data variasi debit dan temperature

HASIL PENGUJIAN DAN BAHASAN


Data-data pengujian dianalisis yang hasilnya disajikan dalam grafik hubungan efektifitas dan laju
aliran air panas dan dingin yang ditunjukkan grafik berikut.

Gambar 3. Grafik hubungan efektifitas dan debit aliran air dingin pada air panas 5 Lt/menit

Dari Gambar 3 memperlihatkan pengaruh variasi debit terhadap efektifitas flat plate heat
exchanger pada debit air panas 5. lt/min. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa efektifitas
cenderung untuk naik mengikuti kenaikan debit air dingin yang mengalir.

Pada debit air panas 5.lt/mnt dengan temperatur 70 C ini efektifitas paling tinggi didapat
pada debit air dingin 11,7 lt/min dan mempunyai nilai efektifitas sebesar 0.41 (41 %) dan efektifitas
terendah 0,29 (29 %) pada temperatur air panas 50 C.

12
Gambar 4. Grafik hubungan efektifitas dan debit aliran air dingin pada air panas 7 lt/menit

Gambar 5. Grafik hubungan efektifitas dan debit aliran air dingin pada air panas 9 lt/menit

Gambar 6. Grafik hubungan efektif dan debit aliran air dingin pada panas 11 lt/menit.

13
Demikian juga pada variasi debit air panas lainnya (7, 9 dan 11 l/mnt). Makin besar aliran air dingin
dalam penukar kalor, makin tinggi pula efektivitasnya. Namun dari Gambar 3 hingga 6 terlihat perubahan
debit aliran air panas mengakibatkan efektifitas yang sebaliknya yaitu terjadi penurunan efectivitas.
Berturut turut efektifitas tertinggi ádalah 41 %,, 39 %, 36 % dan 34 % untuk debit air panas berturut-turut
5 lt/mnt, 7 lt/menit, 9 lt/menit dan 11 lt/menit.

BAB 3

KESIMPULAN
1. Perubahan debit aliran dari kedua fluida sangat berpengaruh terhadap besarnya efektifitas penukar
kalor tipe plat. Semakin besar laju fluida dingin yang mengalir maka semakin besar pula efektifitas
penukar kalor.
2. Perubahan temperature fluida panas juga berpengaruh terhadap besarnya efektifitas. Dengan
naiknya temperature air panas akan diikuti kenaikan efektifitas.
3. Nilai efektifitas yang terbaik adalah sebesar 41% pada temperature air panas 70oC dan pada saat
laju fluida panas 5. Lt/min dan debit fluida dingin sebesar 11 lt/min. sedangkan efektifitas terendah
adalah 23% terjadi pada debit air dingin 5 lt/min dengan temperature 50oC.

DAFTAR PUSTAKA
1. Bambang Yunianto. Dkk, “ pengaruh perubahan arah aliran terhadap efektifitas perpindahan
kalor pada penukar kalor tipe plat “ , teknik mesin, UNDIP , 2011

14
15

Anda mungkin juga menyukai