Anda di halaman 1dari 3

1.

Udara Dalam Ruangan Kerap Lebih Buruk

Kualitas udara perkotaan selalu menjadi bahan keluhan meski sebenarnya seringkali
kualitas udara dalam ruang lebih buruk daripada diluar. Ini disebabkan oleh puluhan
ribu partikel bahan kimia baik sintetis ataupun alami yang terdapat pada berbagai
produk yang ada dalam ruangan. Beberapa tergolong beracun kelas berat namun
sebagian besar masuk dalam katagori tidak jelas atau wilayah abu-abu.

Kontaminasi udara dalam ruangan disebabkan oleh VOC (Volatile Organic Compound),
bahan kimia yang dapat menguap. Terdapat pada sebagian besar perabotan dari mulai
dinding, karpet, cat, produk pembersih, perkakas yang dilapisi antinoda dan antikerut.
VOC dapat menyebabkan penyakit pernafasan seperti asma, kanker, kerusakan syaraf
dan sistem reproduksi.

Pertanyannya kemudian apakah VOC dan polutan lain dalam ruangan seperti jamur
atau asap kayu dapat menyebabkan sakit. Terlihat seperti saling mendukung namun
sebenarnya tergantung situasi. Yakni jenis polutan, kesehatan penghuni secara umum,
berapa lama terkena polusi. Kombinasi ini akan makin buruk jika ada faktor lingkungan
lain dan genetik.

Meski belum ada jawaban jelas, para ahli seperti dikutip dari www.enn.com
mengatakan lebih baik menghindari atau meminimakan singgungan dengan polusi
kimia. Apalagi jika memiliki bayi, anak kecil, orangtua, penyandang asma, penyakit
pernafasan dan mereka yang sensitif dengan bahan kimia.

Beberapa langkah pencegahan disarankan. diantaranya gunakan sedikit mungkin


perabotan dalam rumah serta memilih yang rendah VOC. Membersihkan rumah secara
reguler, sebisa mungkin tidak menggunakan sepatu dalam rumah. Terakhir, selalu
percaya pada penciuman. Jika produk tersebut bau atau justru penuh wangi buatan,
seharusnya dihindari. (entin supriati)

2. Udara Kotor Dari Perabotan Rumah Tangga

Dalam memilih produk rumah tangga sebaiknya tidak tergiur iklan atau harga namun
perhatikan kandungan kimia-nya. Sebab dalam jangka panjang dapat berakibat buruk
terhdap kesehatan dan keuangan. Semisal kandungan formalin (formaldehyde), zat
kimia yang digunakan sebagai pengawet makanan olahan dan campuran pembuatan
bahan-bahan bangunan. Seperti cat tembok, pelapis tripleks, papan panel dan lainnya.

Pelepasan formalin ke udara terbuka dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan
tenggorokan, menyebabkan mual-mual dan sakit kepala. Studi The Chemical Institute
of Toxicology dari Amerika Serikat pada 1980 menyebutkan bahwa paparan formalin
menyebabkan penyakit kanker pada tikus-tikus percobaan.
Berikutnya, asap rokok. Berbagai studi kedokteran menyebutkan, rokok penyebab
kanker paru-paru dan beresiko besar terkena jantung. Publikasi EPA mengenai
Respiratory Health Effect of Passive Smoking: Lung Cancer and Other Disorders,
menyebutkan bahwa setiap tahun paparan dari asap tembakau menyebabkan kematian
ribuan penderita paru-paru perokok pasif dan menyebabkan kerusakan saluran
pernafasan pada ribuan anak-anak.

Environmental Tobbaco Smoke (ETS) di Amerika Serikat menyebutkan bahwa


rusaknya saluran pernafasan seperti bronchitis dan pneumonia terjadi pada ribuan
balita. Studi Emory University di Atlanta menyebutkan 35 persen perempuan yang
merokok selama masa kehamilan beresiko mempunyai anak cacat mental.

Jangan lupakan pula, dampak buruk dari pendingin ruangan (AC). Alat pendingin
ruangan dapat menjadi sumber pencemaran udara, jika tidak dirawat secara berkala.
Beberapa model AC portable menggunakan zat kimia seperti Freon yang dapat
merusak lapisan ozon. Sedangkan AC sentral dapat menjadi tempat berkembang
biaknya jamur dan bakteri yang menyebabkan tersumbatnya pipa atau saluran udara
keluar ruangan. Jamur dan bakteri dapat mengakibatkan alergi serta perusakan saluran
nafas.

Begitu juga Asbestos, merupakan kumpulan serat mineral yang mengandung silika
yang kuat dan tahan terhadap panas. Asbestos digunakan antara lain untuk campuran
semen, lantai dan eternit. Para pekerja yang berhubungan dengan asbestos berpotensi
terkena penyakit asbestosis, yakni si penderita mengalami kesulitan bernafas gagal
jantung. (Farida Indriastuti).

3. Udara Ruangan Kotor Sumber Racun Karbonmonoksida

Penyebab udara kotor dalam ruangan biasanya karena pergerakan udara terbatas dan
bahan-bahan bangunan yang beresiko mengeluarkan racun. Penelitian Departemen
Energi Amerika pada 1987 menyebutkan polusi udara dalam ruangan bervariasi
tergantung ventilasi, bahan bangunan dan perabotan. Karpet dan perabotan yang
berumur lama berpotensi sebagai sumber pencemar udara, mengingat banyak polutan
yang hinggap.

Karen Arms dalam bukunya “Environmental Science” yang diterbitkan oleh Sounders
College Publishing, pada 1990, menyebutkan sumber polusi udara dalam rumah, antara
lain:

1. 1. Karbon Monoksida dari pembakaran yang tidak sempurna


2. 2. Jamur dan bakteri dari AC yang tidak terawat
3. 3. Asbestos dari pipa kabel langit-langit
4. 4. Nox dari gas yang tidak sengaja keluar
5. 5. Chlorine dari zat dari kimia pembersih kamar mandi
6. 6. Radon222 dari batu yang mengandung uranium
7. 7. Bensin dari kendaraan bermotor
8. 8. Methylene chloride dari sisa cat dan tiner
9. 9. Asap rokok dari rokok
10. 10. Formaldehyde dari furniture, karpet, dan cat tembok
11. 11. Para-dichloro benze dari pewangi baju (kamper) atau pewangi ruangan
12. 12. Tetrachloroethylene dari cairan dry clean.

Unsur-unsur tersebut menjadi penyebab pencemaran udara seperti ditulis Karen Arms,
seperti Karbonmonoksida (CO) bersumber dari segala sesuatu yang berhubungan
dengan pembakaran, dapat menyebabkan polusi udara. Misalnya gas yang terbuang
dari kompor gas serta asap knalpot dari kendaraan di dalam garasi.

Bahayanya bagi manusia, karena Karbonmonoksida merupakan gas beracun yang


dapat mengakibatkan kematian dalam jumlah banyak. Gas ini tidak berwarna dan
berbau. Tanda-tanda tercemar zat ini, antara lain: pusing dan sakit kepala yang
menyerupai influenza, namun terjadi terus-menerus. (Farida Indriastuti).

Anda mungkin juga menyukai