Anda di halaman 1dari 5

1. Uji tusuk (prick test).

Uji tusuk dapat dilakukan dalam waktu singkat dan lebih sesuai untuk anak.
Tempat uji kulit yang paling baik adalah pada daerah volar lengan bawah
dengan jarak sedikitnya 2 sentimeter dari lipat siku dan pergelangan tangan.
Setetes ekstrak alergen dalam gliserin (50% gliserol) diletakkan pada
permukaan kulit. Lapisan superfisial kulit ditusuk dan dicungkil ke atas
memakai lanset atau jarum yang dimodifikasi, atau dengan menggunakan
jarum khusus untuk uji tusuk. Ekstrak alergen yang digunakan 1.000-10.000
kali lebih pekat daripada yang digunakan untuk uji intradermal. Dengan
menggunakan sekitar 5 ml ekstrak pada kulit, diharapkan risiko terjadinya
reaksi anafilaksis akan sangat rendah. Uji tusuk mempunyai spesifitas lebih
tinggi dibandingkan dengan uji intradermal, tetapi sensitivitasnya lebih rendah
pada konsentrasi dan potensi yang lebih rendah. Kontrol Untuk kontrol positif
digunakan 0,01% histamin pada uji intradermal dan 1% pada uji tusuk.
Kontrol negatif dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan reaksi
dermografisme akibat trauma jarum. Untuk kontrol negatif digunakan pelarut
gliserin. Antihistamin dapat mengurangi reaktivitas kulit. Oleh karena itu, obat
yang mengandung antihistamin harus dihentikan paling sedikit 3 hari sebelum
uji kulit. Pengobatan kortikosteroid sistemik mempunyai pengaruh yang lebih
kecil, cukup dihentikan 1 hari sebelum uji kulit dilakukan. Obat golongan
agonis β juga mempunyai pengaruh, akan tetapi karena pengaruhnya sangat
kecil maka dapat diabaikan. Usia pasien juga mempengaruhi reaktivitas kulit
walaupun pada usia yang sama dapat saja terjadi reaksi berbeda. Makin muda
usia biasanya mempunyai reaktivitas yang lebih rendah. Uji kulit terhadap
alergen yang paling baik adalah dilakukan setelah usia 3 tahun. Reaksi
terhadap histamin dibaca setelah 10 menit dan terhadap alergen dibaca setelah
15 menit. Reaksi dikatakan positif bila terdapat rasa gatal dan eritema yang
dikonfirmasi dengan adanya indurasi yang khas yang dapat dilihat dan diraba.
Diameter terbesar (D) dan diameter terkecil (d) diukur dan reaksi dinyatakan
ukuran (D+d):2. Pengukuran dapat dilakukan dengan melingkari indurasi
dengan pena dan ditempel pada suatu kertas kemudian diukur diameternya.
Kertas dapat disimpan untuk dokumentasi. Dengan teknik dan interpretasi
yang benar, alergen dengan kualitas yang baik maka uji ini mempunyai
spesifitas dan sensitivitas yang tinggi disamping mudah, cepat, murah, aman
dan tidak menyakitkan. Uji gores kulit (SPT) disarankan sebagai metode
utama untuk diagnosis alergi yang dimediasi IgE dalam sebagian besar
penyakit alergi. Memiliki keuntungan relatif sensitivitas dan spesifisitas, hasil
cepat, fleksibilitas, biaya rendah, baik tolerabilitas, dan demonstrasi yang jelas
kepada pasien alergi mereka. Namun akurasinya tergantung pelaksana,
pengamatan dan interpretasi variabilitas.

2. Uji gores kulit (SPT) adalah prosedur yang membawa resiko yang relatif
rendah, namun reaksi alergi sistemik telah dilaporkan. Karena test adalah
perkutan, langkah-langkah pengendalian infeksi sangat penting.
Pasien harus benar-benar dan tepat mengenai risiko dan manfaat. Masing-
masing pasien kontraindikasi dan tindakan pencegahan harus diperhatikan. Uji
gores kulit harus dilakukan oleh yang terlatih dan berpengalaman staf medis
dan paramedis, di pusat-pusat dengan fasilitas yang sesuai untuk mengobati
reaksi alergi sistemik (anafilaksis). Praktisi medis yang bertanggung jawab
harus memesan panel tes untuk setiap pasien secara individual, dengan
mempertimbangkan karakteristik pasien, sejarah dan temuan pemeriksaan, dan
alergi eksposur termasuk faktor-faktor lokal.
a. Staf teknis perawat dapat melakukan pengujian langsung di bawah
pengawasan medis (dokter yang memerintahkan prosedur harus di
lokasi pelatihan yang memadai sangat penting untuk mengoptimalkan
hasil reproduktibilitas.
b. Kontrol positif dan negatif sangat penting.
c. Praktisi medis yang bertanggung jawab harus mengamati reaksi dan
menginterpretasikan hasil tes dalam terang sejarah pasien dan tanda-
tanda.
d. Hasil tes harus dicatat dan dikomunikasikan dalam standar yang jelas
dan bentuk yang dapat dipahami oleh praktisi lain.
e. Konseling dan informasi harus diberikan kepada pasien secara
individual, berdasarkan hasil tes dan karakteristik pasien dan
lingkungan setempat.
f. Pengakuan terhadap keterbatasan Uji gores kulit penting, yaitu.
terbatasnya kemampuan dalam prediksi tipe alergi reaksi lambat.
positif palsu atau negatif karena karakteristik alergi pasien atau
kualitas. Adanya IgE tanpa gejala klinis dan tes negatif tidak
mengecualikan gejala yang disebabkan oleh non-IgE mediated alergi
intoleransi atau penyebab medis lainnya .
SSSSS
3. Patch test.

a. Metode lain adalah dengan menerapkan alergi untuk sebuah patch


yang kemudian diletakkan pada kulit. Hal tersebut dapat dilakukan
untuk menunjukkan yang memicu dermatitis kontak alergi. Jika ada
alergi antibodi dalam sistem anda, kulit anda akan menjadi jengkel dan
mungkin gatal, lebih mirip gigitan nyamuk. Reaksi ini berarti Anda
alergi terhadap zat tersebut
b. Pemeriksaan status imunologik selular dapat dilakukan secara in vivo
maupun secara in vitro. Uji kulit tipe lambat digunakan untuk
mengukur reaksi imunologi selular secara in vivo dengan melihat
terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat setelah penyuntikan
antigen yang sudah dikenal sebelumnya (recall antigen) pada kulit.
c. Uji ini menggunakan antigen spesifik yang disuntikkan secara
intradermal. Antigen yang digunakan biasanya yang telah berkontak
dengan individu normal, misalnya tetanus, difteria, streptokokus,
tuberkulin (OT), Candida albicans, trikofiton, dan proteus. Pada 85%
orang dewasa normal reaksi akan positif dengan paling sedikit pada
satu dari antigen tersebut. Pada populasi anak persentase ini lebih
rendah, walaupun terdapat kenaikan persentase dengan bertambahnya
umur. Hanya 1/3 dari anak berumur kurang dari satu tahun yang akan
bereaksi dengan kandida, dan akan mencapai persentase seperti orang
dewasa pada usia di atas 5 tahun.
d. Sebuah aplikator sekali pakai yang berisi semua antigen tersebut
dengan larutan gliserin sebagai kontrol, misalnya seperti Multi-test
CMI buatan Merieux Institute sekarang banyak dipakai. Kit ini
mengandung 7 jenis antigen (Candida albicans, toksoid tetanus,
toksoid difteri, streptokinase, old tuberculine, trikofiton, dan proteus)
serta kontrol gliserin secara bersamaan sekaligus dapat diuji.

4. Persiapan
Pastikan bahwa kondisi antigen yang digunakan dalam keadaan layak pakai,
perhatikan cara penyimpanan dan tanggal kadaluarsanya Harus diingat bahwa
kortikosteroid dan obat imunosupresan dapat menekan reaksi ini sehingga
memberi hasil negatif palsu. Setelah itu lakukan anamnesis tentang apakah
pernah berkontak sebelumnya dengan antigen yang akan digunakan.

5. Melakukan uji
Kalau memungkinkan gunakan aplikator seperti di atas sehingga dapat
digunakan banyak antigen sekaligus. Hati-hati sewaktu melepas penutup
antigen, harus dengan posisi menghadap ke atas sehingga antigen tidak
tumpah. Kalau tidak ada aplikator seperti itu dapat digunakan antigen yang
mudah didapat (tetanus, tuberculin, dan sebagainya). Dengan menggunakan
alat suntik tuberkulin, pastikan bahwa sejumlah 0,1 ml antigen masuk secara
intrakutan hingga berbentuk gelembung dan tidak subkutan. Beri tanda dengan
lingkaran masing-masing lokasi antigen.

6. Hasil pemeriksaan
Hasil uji dibaca setelah 24-48 jam. Bila setelah 24 jam hasil tes tetap negatif
maka cukup aman untuk memberikan dosis antigen yang lebih kuat. Indurasi
yang terjadi harus diraba dengan jari dan ditandai ujungnya, diukur dalam mm
dengan diameter melintang (a) dan memanjang (b). Untuk setiap reaksi
gunakan formula (a+b):2. Suatu reaksi disebut positif bilamana (a+b):2=2 mm
atau lebih.
7. Efek samping
Dapat terjadi suatu reaksi kemerahan yang persisten selama 3-10 hari tanpa
meninggalkan sikatriks. Pada orang yang sangat sensitif dapat timbul vesikel
dan ulserasi pada lebih dari satu lokasi antigen.

Anda mungkin juga menyukai