Anda di halaman 1dari 20

askep stroke pada lansia

Posted by geovanisimatupang123 ⋅ 10 Mei 2012 ⋅ Tinggalkan komentar

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi
dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat
mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses
menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Dari 19 juta
jiwa penduduk Indonesia 8,5% mengalami stroke yaitu lansia.

Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara tiba-tiba dan
cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Insiden stroke meningkat secara
eksponensial dengan bertambahnya usia dan 1,25 kali lebih besar pada pria dibanding wanita.

Kecenderungan pola penyakit neurologi terutama gangguan susunan saraf pusat tampaknya
mengalami peningkatan penyakit akibat gangguan pembuluh darah otak, akibat kecelakaan
serta karena proses degenerative system saraf tampaknya sedang merambah naik di
Indonesia. Walaupun belum didapat data secara konkrit mengenai hal ini.

Faktor penyebab munculnya masalah ini adalah adanya perkembangan ekonomi dan
perubahan gaya hidup terutama masyarakat perkotaan. Kemampuan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidup terlihat semakin mudah sehingga meningkatkan hasrat mereka
untuk terus berjuang mencapai tujuan dengan penuh persaingan dalam perjuangan tersebut,
benturan-benturan fisik maupun psikologis tidak pernah dipikirkan efek bagi kesehatan
jangka panjang. Usia harapan hidup di Indonesia kian meningkat sehingga semakin banyak
terdapat lansia. Dengan bertambahnya usia maka permasalahan kesehatan yang terjadi akan
semakin kompleks. Salah satu penyakit yang sering dialami oleh lansia adalah stroke. Usia
merupakan factor resiko yang paling penting bagi semua jenis stroke.

1.2 Tujuan

a) Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan
Stroke

b) Tujuan Khusus

1) Mahasiswa mampu mengetahui Definisi stroke

2) Mahasiswa mampu mengetahui Etiologi dari stroke


3) Mahasiswa mampu mengetahui Patofisiologi stroke

4) Mahasiswa mampu mengetahui Penatalaksanaan stroke

5) Mahasiswa mampu mengetahui dan membuat Asuhan Keperawatan Lansia dengan


Stroke

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORITIS

2.1 Konsep Lansia

1. A. Definisi

Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi
dan juga telah menunjukkan kemunduran. Menurut Badan kesehatan dunia (WHO)
menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara
nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari
proses penuaan.

Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (2003) masa tua adalah suatu masa
dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Sedangkan menurut Prayitno
dalam Aryo (2004) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia
adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya
mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan periode di
mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah
menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai
dari usia 55 tahun sampai meninggal.

1. B. Ciri-Ciri Lansia

Menurut Hurlock (Hurlock, 2004) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu :

a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran.

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran
dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi
yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama
terjadi.

b. Lanjut usia memiliki status kelompok minoritas.

Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang
jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang
mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain.

c. Perubahan peran

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam
segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri
bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan
konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena
perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.

C. Cara Menjaga Hidup Sehat Pada Lansia

Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga, mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan seseorang. Adapun cara-cara tersebut adalah :

a) Makan makanan yang bergizi dan seimbang

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
kesehatan seseorang. Dengan bertambahnya usia seseorang, kecepatan metabolisme tubuh
cenderung turun, oleh karena itu kebutuhan gizi bagi para lanjut usia perlu dipenuhi secara
adekuat. Kebutuhan kalori pada lanjut usia berkurang, hal ini disebabkan karena
berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan
untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus,
pernafasan, ginjal, dan sebagainya. Jadi kebutuhan kalori bagi lansia harus disesuaikan
dengan kebutuhannya. Petunjuk menu bagi lansia adalah sebagai berikut (Depkes, 2002) :

1. Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari berbagai macam bahan
makanan yang terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur.
2. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50% adalah hidrat arang yang
bersumber dari hidrat arang komplex (sayur – sayuranan, kacang- kacangan, biji –
bijian).
3. Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama lemak hewani.
4. Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada
buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap.
5. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt,
ikan.
6. Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti kacang – kacangan,
hati, bayam, atau sayuran hijau.
7. Membatasi penggunaan garam, hindari makanan yang mengandung alkohol.
8. Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah.
9. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan – bahan yang segar dan
mudah dicerna.
10. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng – gorengan.
11. Makan disesuaikan dengan kebutuhan.
b) Minum air putih 1.5 – 2 liter

Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah melakukan
aktivitasnya, dan minimal kita minum air putih 1,5 – 2 liter per hari. Air sangat besar artinya
bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya
berbagai penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga
sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan, maka
fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan
lengan. Padahal tulang adalah penopang utama bagi tubuh untuk melakukan aktivitas.
Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit. Untuk mengolah makanan di
dalam tubuh usus sangat membutuhkan air. Tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak
dapat maksimal, dan muncullah sembelit. Dan air mineral atau air putih lebih baik daripada
kopi, teh kental, soft drink, minuman beralkohol, es maupun sirup. Bahkan minuman-
minuman tersebut tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia
yang mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti DM, darah tinggi, obesitas dan
sebagainya.

c) Olah raga teratur dan sesuai.

Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan semakin
terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat lansia kemampuan akan turun antara 30 – 50%.
Oleh karena itu, bila usia lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai dengan umur
kelompoknya, dengan kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usia lanjut perlu diberikan
dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat
aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding.
Olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu, jalan kaki, dengan segala bentuk
permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam
dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan
latihan otot manusia lanjut dapat menghambat laju perubahan degeneratif.

d) Istirahat, tidur yang cukup

Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini bahwa tidur
sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit, karna tidur
bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses
penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh mereparasi bagian-bagian tubuh yang
sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan
tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan.

e) Menjaga kebersihan

Yang dimaksud dengan menjaga kebersihan disini bukan hanya kebersihan tubuh saja,
melainkan juga kebersihan lingkungan, ruangan dan juga pakaian dimana orang tersebut
tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah: mandi minimal 2 kali sehari, mencuci
tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu dengan tangan, membersihkan atau
keramas minimal 1 kali seminggu, sikat gigi setiap kali selesai makan, membersihkan kuku
dan lubang-lubang ( telinga, hidung, pusar, anus, vagina, penis ), memakai alas kaki jika
keluar rumah dan pakailah pakaian yang bersih. Kebersihan lingkungan, dihalaman rumah,
jauh dari sampah dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah, bersihkan dari debu dan
kotoran setiap hari, tutupi makanan di meja makan. Pakain, sprei, gorden, karpet, seisi rumah,
termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodic.

f) Minum suplemen gizi yang diperlukan

Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh, sehingga metabolisme di
dalam tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi
pada sebagian besar lansia tidak terpenuhi secara adekuat. Oleh karena itu jika diperlukan,
lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan diperhatikan
pemberian suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas
kesehatan.

g) Memeriksa kesehatan secara teratur

Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari
upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit lansia perlu
memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan pemeriksaan berkala penyakit-
penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika
ada faktor yang beresiko menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan saran
dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur yang panjang dan
tetap sehat.

h) Mental dan batin tenang dan seimbang

Untuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik saja yang harus diperhatikan, tetapi
juga mental dan bathin. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga agar mental dan
bathin tenang dan seimbang adalah :

1. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan diri kita sepenuhnya
kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.
2. Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan
wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu
berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.
3. Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara
alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang lain.
Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki
kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi
kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan. Tertawa dan
senyum murah tidak perlu membayar tapi dapat menadikan hidup ceria, bahagia, dan
sehat.

i) Rekreasi

Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka dilakukan


rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi dan kemampuan.
Rekreasi dapat dilakukan di pantai dekat rumah, taman dekat rumah atau halaman rumah jika
mempunyai halaman yang luas bersama keluarga dan anak cucu, duduk bersantai di alam
terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak, pikiran dan melemaskan otot yang telah lelah
karena aktivitas sehari-hari.
2.2. Konsep Stroke

1. A. Definisi

Stroke adalah deficit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang
timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak yang
terkena (WHO, 1989). Stroke secara umum merupakan defisit neurologis yang mempunyai
serangan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari terganggunya pembuluh
darah otak (Hudak dan Gallo, 1997)

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler. (Hendro Susilo, 2000). Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang
akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan
oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan
kapiler. (Djoenaidi Widjaja et. al, 1994)

Stroke atau cedera serebrovaskuler attack ( CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Brunner and Suddarth, 2001).
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak yang berlangsung 24 jam atau
lebih atau menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000)
Stroke adalah defisit neurologi yang memiliki awitan mendadak dan berlansung 24 jam
sebagai akibat dari cerebrovaskuler disease (CVD). (Carolyn, 1999).

1. B. Insiden

Di AS, stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan kanker.
Penyakit ini dapat dicegah atau diminimalkan dengan upaya : tekanan darah tetap terkonrol,
tingkatkan kesadaran akan diet yang diperlukan dan hindari merokok.Beberapa hal yang
perlu diketahui bahwa di AS kebanyakan yang menderita penyakit ini adalah kulit hitam,
sering ditemukan pada pria daripada wanita dan pada umumnya meningkat setelah usia 75
tahun.

1. C. Faktor Resiko

Ada beberapa factor risiko stroke yang sering teridentifikasi yaitu :

Faktor Resiko Utama :

1. Hipertensi, dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat
menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat
mengganggu aliran darah cerebral. Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun
menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak menyempit maka
aliran darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian.
2. Aneurisma pembuluh darah cerebral. Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa
penebalan pada satu tempat yang diikuti oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah
penipisan dengan maneuver tertentu dapat menimbulkan perdarahan.
3. Kelainan jantung / penyakit jantung. Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI,
atrial fibrilasi dan endokarditis. Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak
output dan menurunkan aliran darah ke otak. Disamping itu dapat terjadi proses
embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh darah. Beberapa
Penyakit Jantung berpotensi menimbulkan stroke. Dikemudian hari seperti penyakit
jantung reumatik, penyakit jantung koroner dengan infark obat jantung dan gangguan
irana denyut jantung. Factor resiko ini pada umumnya akan menimbulkan hambatan
atau sumbatan aliran darah ke otak karena jantung melepaskan sel- sel / jaringan-
jaringan yang telah mati ke aliran darah.
4. Diabetes mellitus (DM). Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan,
yaitu terjadinya peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah
khususnya serebral dan adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga
terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah serebral. Diabetes mellitus
mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak sampai berukuran besar.
Menebalnya pembuluh darah otak akan menyempitkan diameter pembuluh darah
yang akan menggangu kelancaran aliran darah ke otak, pada akhirnya akan
menyebabkan kematian sel- sel otak.

Faktor Resiko Tambahan

1) Usia lanjut. Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk
pembuluh darah otak.

2) Polisitemia. Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat
sehingga perfusi otak menurun.

3) Peningkatan kolesterol (lipid total). Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan
aterosklerosis dan terbentuknya embolus dari lemak. Meningginya kadar kolesterol
merupakan factor penting untuk terjadinya asterosklerosis atau menebalnya dinding
pembuluh darah yang diikuti penurunan elastisitas pembuluh darah.

4) Obesitas. Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol
sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah
otak.

5) Perokok. Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga
terjadi aterosklerosis. Merokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen yang akan
mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan peningkatan kekentalan
darah.

1. D. Klasifikasi Stroke

Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi :

1. a. Stroke Hemoragik

Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yang disebabkan
pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga
dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling
banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
Dua jenis stroke hemoragik :

Perdarahan intraserebral. Perdarahan intraserebral adalah perdarahan di dalam otak yang


disebabkan oleh trauma (cedera otak) atau kelainan pembuluh darah (aneurisma atau
angioma). Jika tidak disebabkan oleh salah satu kondisi tersebut, paling sering disebabkan
oleh tekanan darah tinggi kronis. Perdarahan intraserebral menyumbang sekitar 10% dari
semua stroke, tetapi memiliki persentase tertinggi penyebab kematian akibat stroke.

Perdarahan subarachnoid. Perdarahan subarachnoid adalah perdarahan dalam ruang


subarachnoid, ruang di antara lapisan dalam (Pia mater) dan lapisan tengah (arachnoid mater)
dari jaringan selaput otak (meninges). Penyebab paling umum adalah pecahnya tonjolan
(aneurisma) dalam arteri. Perdarahan subarachnoid adalah kedaruratan medis serius yang
dapat menyebabkan cacat permanen atau kematian. Stroke ini juga satu-satunya jenis stroke
yang lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.

1. b. Stroke Non Hemoragik

Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak, umumnya
terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran
umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak. Stroke non
hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu :

1. TIA (Trans Ischemic Attack)

Gangguan neurologist yang timbul mendadak dan hilang dalam beberapa menit (durasi rata-
rata 10 menit) atau beberapa jam saja, dan gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang
dari 24 jam.

1. Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)

Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu
dan maksimal 3 minggu.

1. Stroke in Volution atau Progresif

Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin berat
dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari.

1. Stroke Complete

Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent, maksimal sejak awal
serangan dan sedikit memperlihatkan parbaikan dapat didahului dengan TIA yang berulang.

1. E. Etiologi

1) Trombosis (penyakit trombo – oklusif)

Merupakan penyebab stroke yang paling sering. Arteriosclerosis selebral dan perlambatan
sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosis selebral, yang merupakan penyebab
umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis selebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan
yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan
beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis selebral tidak terjadi secara tiba-
tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh dapat
mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari.

Trombosis terjadi biasanya ada kaitannya dengan kerusakan local dinding pembuluh darah
akibat atrosklerosis. Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan
intima arteria besar. Bagian intima arteria sereberi menjadi tipis dan berserabut, sedangkan
sel – sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen
pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada
percabangan atau tempat – tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan tempat –
tempat khusus tersebut. Pembuluh – pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan
yang makin jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis bagian atas dan
basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit
menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh darah
menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali
mekanisme koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau
dapat tetap tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan
sempurna.

2) Embolisme serebral

Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh
yang lain). Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti endocarditis infektif, penyakit
jantung reumatik, dan infark miokard, serta infeksi pulmonal, adalah tempat-tempat asal
emboli. Embolus biasanya menyumbat arteriserebral tengah, atau cabang-cabangnya yang
merusak sirkulasi serebral.

Embolisme sereberal termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab utama stroke. Penderita
embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita trombosis. Kebanyakan emboli
sereberi berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga masalah yang dihadapi
sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit jantung. Meskipun lebih jarang terjadi, embolus
juga mungkin berasal dari plak ateromatosa sinus karotikus atau arteria karotis interna. Setiap
bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya embolus akan menyumbat
bagian – bagian yang sempit. tempat yang paling sering terserang embolus sereberi adalah
arteria sereberi media, terutama bagian atas.

3) Iskemia serebral

Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstriksi atheroma pada
arteri yang menyuplai darah ke otak.

4) Perdarahan serebral. Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab
utama kasus GPDO (Gangguan Pembuluh Darah Otak) dan merupakan sepersepuluh dari
semua kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri
serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan /atau subaraknoid, sehingga jaringan
yang terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan
otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteria di sekitar perdarahan. Spasme ini
dapat menyebar ke seluruh hemisper otak dan sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula
lunak menyerupai selai merah akhirnya akan larut dan mengecil. Dipandang dari sudut
histologis otak yang terletak di sekitar tempat bekuan dapat membengkak dan mengalami
nekrosis. Karena kerja enzim–enzim akan terjadi proses pencairan, sehingga terbentuk suatu
rongga. Sesudah beberapa bulan semua jaringan nekrotik akan terganti oleh astrosit dan
kapiler–kapiler baru sehingga terbentuk jalinan di sekitar rongga tadi. Akhirnya rongga terisi
oleh serabut–serabut astroglia yang mengalami proliferasi. Perdarahan subaraknoid sering
dikaitkan dengan pecahnya suatu aneurisme. Kebanyakan aneurisme mengenai sirkulus
wilisi. Hipertensi atau gangguan perdarahan mempermudah kemungkinan ruptur. Sering
terdapat lebih dari satu aneurisme.

Perdarahan serebral termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus gangguan
pembuluh darah otak. Perdarahan serebral dapat terjadi di luar duramater (hemoragi
ekstradural atau epidural), dibawah duramater, (hemoragik subdural), diruang subarachnoid
(hemoragi subarachnoid) atau di dalam substansi otak (hemoragi intraserebral).

1. Hemoragi ekstradural (epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan


perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri
dengan arteri meningea lain.
2. Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya sama dengan
hemoragi epidural, kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek.
Karenanya, periode pembentukan hematoma lebih lama ( intervensi jelas lebih lama)
dan menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin mengalami hemoragi
subdural kronik tanpa menunjukkan tanda dan gejala.
3. Hemoragi subarachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi
penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma pada area sirkulus wilisi dan
malformasi arteri-vena kongenital pada otak. Arteri di dalam otak dapat menjadi
tempat aneurisma.
4. Hemoragi intraserebral paling umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis
serebral, karena perubahan degeneratif penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur
pembuluh darah. Pada orang yang lebih muda dari 40 tahun, hemoragi intraserebral
biasanya disebabkan oleh malformasi arteri-vena, hemangioblastoma dan trauma, juga
disebabkan oleh tipe patologi arteri tertentu, adanya tumor otak dan penggunaan
medikasi (antikoagulan oral, amfetamin dan berbagai obat aditif).

Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar basal ganglia. Biasanya awitan tiba-
tiba dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi membesar, makin jelas defisit neurologik yang
terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital. Pasien dengan
perdarahan luas dan hemoragi mengalami penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda
vital.

1. F. Patofisiologi
1. 1. Stroke Non Hemoragik

Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus.
Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh
darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang,
menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada
jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui
arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba
berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan
oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
1. 2. Stroke Hemoragik.

Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan
subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan.
Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan
menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga
timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang
subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada
daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis
jaringan otak.

1. G. Manifestasi Klinik

Walaupun manifestasi klinik sering tidak dapat diidentifikasi secara jelas terutama pada tahap
awal, tetapi tanda-tanda yang dapat muncul bila pembuluh darah mengalami stenosis
pembuluh darah utama adalah adanya paralisis yang berat pada beberapa jam atau hari,
termasuk hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sesi otak yang
berlawanan), hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh. Kehilangan/gangguan bicara,
paresthesia pada bagian tubuh tertentu. Kondisi yang terjadi di atas yang bersifat sementara
disebut Transient Ischemic Attacks (TIA), atau manifestasi klinik yang terjadi secara gradual
disebut Stroke in Evolution.

Faktor-faktor yang dapat diidentifikasi yang merupakan petunjuk terjadinya perdarahan


serebral :

1) Nyeri kepala bagian osipital (bagian belakang kepala).

2) Vertigo (pusing) atau sinkop.

3) Gangguan motorik dan sensorik (kesemutan, paresthesia, paralisis)

4) Epistaxis.

5) Perdarahan retina.

Hal yang lain yang dapat diidentifikasi yang terkait dengan stroke yaitu : Nyeri kepala,
muntah, kejang, coma, kaku leher, demam, hipertensi, EKG abnormal (ST segment
memanjang), sclerosis perifer dan pembuluh darah retina, konfusio, disorinetasi, hambatan
memori, dan perubahan status mental lainnya.

Manifestasi klinik bergantung pada lokasi terjadinya perdarahan, gangguan persarafan,


kelemahan atau paralisis, kehilangan refleks sensorik, gangguan bicara, dan perobahan reflex.

Hemiplegia : akibat kerusakan pada area motorik pada bagian konteks atau pada traktus
piramidal. Perdarahan atau bekuan darah pada otak kanan akan meyebabkan tubuh pada sisi
kiri akan mengalami hemiplegia. Hal ini disebabkan oleh karena serabut saraf bersilang pada
traktus piramidal dari otak menuju ke sumsum tulang belakang, demikian juga pada area
kortikal yang lain yang dapat menyebabkan menianesthesia, apraxia, agnosia, aphasia.Otot-
otot thoraks dan abdomen biasanya tidak mengalami paralisis sebab dihubungkan kedua
hemisper otak. Apabila otot voluntary mengalami gangguan maka tidak terjadi keseimbangan
antara otot rangka fleksi dan ekstensi sehingga menyebabkan terjadinya deformitas yang
serius.

Aphasia ; kerusakan dalam mempergunakan atau menginterpretasikan simbol-simbol dasn


bahasa. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan pada korteks serebral. Gangguan pada
semua aspek berbahasa seperti bercakap, membaca, menulis dan memahami bahasa
yangdiucapkan. Dikenal dua macam aphasia , yaitu aphasia sensorik yang berhubungan
dengan pemahaman bahasa, dan aphasia motorik yang berhubungan dengan produk
bercakap-cakap. Aphasia sensorik termasuk kehilangan kemampuan pemahaman menulis,
menciptakan atau mengucapkan kata-kata, misalnya klien tidak dapat memahami apa yang
dibicarakan. Mendengar bunyi, tetapi tidak mengetahui komunikasi simbolik yang
berhubungan dengan suara.
Aphasia motorik, dimana klien dapat memahami kata-kata, tetapi tidak dapat menguraikan
dengan kata-kata.Aphasia disebabkan oleh adanya lesi patologis yang berhubungan dengan
lokasi tertentu pada korteks. Penyebab utamanya adalah gangguan suplai darah ke otak
terutama yang berhubungan dengan pembuluh darah. Middle cerebral artery.

Apraxia : Kondisi dimana klien dapat bergerak pada bagian tubuh yang mengalami
gangguan tetapi tidak berfungsi dengan baik, misalnya berjalan, berbicara, berpakaian,
dimana bagian yang mengalami paralisis tidak dapat dikoordinasikan.

Visual Change : Adanya lesi pada lobus parietal dan temporal sebagai akibat perdarahan
intraserebral karena terjadinya ruptur dari arterisclerosis atau hipertsnsi pembuluh darah. Lesi
pada bagian otak akan meyebabkan kerusakan bagian yang berlawanan pada penglihatan.
Penurunan kemampuan penglihatan sering berhubungan dengan hemiplegia.

Agnosia : Gangguan menginterpretasikan objek, misalnya penglihatan, taktil, atau informasi


sensorik lainnya. Klien tidak dapat mengenal objek. Agnosia bisa visual, pendengaran, atau
taktil tetapi tidak sama dengan kebutaan, tuli atau kehilangan rasa. Kehilangan sensasi
misalnya tidak sadar pada posisi lengan, tidak merasakan adanya bagian tubuh tertentu. Klien
dengan agnosia penglihatan, dia melihat objek tetapi tidak mengenal atau atau tidak dapat
memberi arti pada objek.

Dysarthria : Artikulasi yang tidak sempurna yang menyebabkan kesulitan berbicara. Klien
mengenal bahasa tetapi kesulitan mengucapkan kata-kata. Tidak ada gangguan dalam tata
bahasa atau ungkapan atau konstruksi kata. Klien dapat berkomunikasi secara verbal
walaupun mengalami angguan, membaca atau menulis. Kondisi ini disebabkan akibat
disfungsi saraf kranial menyebabkan kelemahan atau paralisis otot sekitar bibir, lidah dan
larynx.

Kinesthesia : gangguan sensasi yang terjadi pada satu sisi tubuh, berupa :

1. Hemianesthesia : Kehilangan asensasi.


2. Paresthesia: Kehilangan sensasi pada otot sendi.
3. Inkontinen : Inkontinen urin dan defekasi dapat terjadi, sebagai akibat :
1. kurangnya perhatian.
2. kehilangan memori
3. faktor emosi.
4. tidak mampu berkomunikasi.
4. Nyeri pada bahu : Terjadi sebagai akibat hambatan mobilitas serta overstreching otot
bahu, serta gerakan yang tidak tepat serta kehilangan ROM (range of motion).
5. Horner’s Syndrome : paralisis saraf simpatis pada bagian mata menyebabkan
tenggelamnya bola mata sebagai akibat ptosis kelopak mata atas dan peningkatan
kelopak mata bawah, konstriksi pupil, dan berkurangnya air mata.
Gangguan emosional ; setelah menderita stroke mengakibatkan emosi klien labil,
kebingungan, gangguan memori dan frustrasi : social withdrawal terutama aphasia,
gangguan perilaku seksual, regresi, dan marah.

Secara umum manifestasi klinik dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Gangguan fungsi neuromotorik : Penurunan fungsi motorik sangat sering dijumpai pada
pasien stroke. Masalah yang berhubungan dengan fungsi neruromotorik yaitu mobilitas,
fungsi pernafasan, fungsi menelan dan bicara, refleks muntah dan kemampuan rawat diri.
Terjadinya hal tersebut sebagai akibat adanya kerusakan saraf motorik pada jalur pramidal (
serabut saraf dari otak dan melalui sumsum tulang belakang menuju ke sel motorik).
Karakteristik penurunan motorik termasuk kehilangan kemampuan gerakan voluntary
(akinesia), hambatan integrasi gerakan, gangguan tonus otot, dan gangguan refleks.
Oleh karena jalur paramidal bersilang pada tingkat medulla, sehingga bioa lesi terjadi pada
salah satu sisi pada otak akan mempengaruhi fungsi motorik pada sisi berlawanan
(contralateral). Lengan dan tungkai akan mengalami kelemahan. Apabila gangguan pada
middle cerebral artery, maka kelemahan pada ekstremitas atas lebih keras daripada
ekstremitas bawah.

2) Gangguan komunikasi : Hemisfer kiri lebih dominan untuk keterampilan berbahasa.


Gangguan berbahasa termasuk kemampuan mengekspresikan dan pemahaman tulisan dan
mengucapkan kata-kata. Pasien dapat mengalami aphasia (kehilangan secara total
kemampuan pemahaman dan penggunaan berbahasa). Dysphasia diartikanadanya disfungsi
sehubungan dengan kemampuan pemahaman dan penggunaan bahasa. Dysphasia dapat
diklasifikasikan berupa Nonfluent ( berkurangnya aktifitas berbicara dengan bicara yang
lambat) atau fluent (bisa berbicara, tetapi hanya mengadung sedikit makna komunikasi). Pada
stroke yang hebat akan menyebabkan terjadinya global aphasia, dimana semua fungsi
komunikasi dan penerimaan menjadi hilang. Stroke pada area Wernicke pada otak akan
menunjukkan gejala aphasia receptive dimana tidak terdengar suara atau sukar dimengerti.
Kerusakan area wernicke akan menyebabkan hambatan pemahaman baik dalam berbicara
maupun bahasa tulisan. Stroke yang berhubungan dengan area Broca pada otak akan
menyebabkan expressive phasia (kesulitan dalam berbicara dan menulis). Banyak juga stroke
menyebabkan dyssarthria yaitu gangguan/hambatan pada otot bicara. Pasien mengalami
hambatan dalam mengucapan, artikulasi, dan bunyi suara. Kadang-kadang ada pasien
mengalami keduanya yaitu aphasia dan dysarthria.

3) Emosi/perasaan : Pasien yang mengalami stroke mungkin tidak dapat mengontrol


perasaannya. Hal ini mungkin terjadi sebagai akibat adanya perubahan dalam citra tubuh dan
kehilangan fungsi motorik. Pasien akan mengalami depresi dan frustrasi sehubungan dengan
masalah mobilitas dan dan komunikasi. Misalnya pada saat waktu makan pasien menangis
karena mengalami kesulitan memasukkan makanan kedalam mulutnya, kehilangan
kemampuan mengunyah dan menelan.

4) Gangguan fungsi intelektual : Daya ingat dan kemampuan pengambilan keputusan


dapat mengalami gangguan sebagai akibat stroke. Stroke pada otak kiri menyebabkan
masalah gangguan ingatan sehubungan dengan berbahasa. Pasien dengan stroke pada otak
kanan sangat sulit dalam daya ingat dan kemampuan pengambilan keputusan., milsanya pada
saat pasien berdiri dari kursi roda tanpa mengunci kursi rodanya sehingga dapat berbahaya
bagi dirinya.

1. H. Pemeriksaan Diagnostic

Pemeriksaan penunjang diagnostik yang dapat dilakukan adalah :

1. Laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol, dan


bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
2. Sinar X tengkorak untuk menggambarkan perubahan kelenjar korpengpineal daerah
yang berlawanan dari masa yang luas.
3. Ultrasonografi doppler untuk mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem
arteri karotis aliran darah dan atau muncul plak) atau arteriosklerotik.
4. EEG (Electroencephalography) untuk mengidentifikasi masalah didasarkan pada
gelombang otak dan mungkin memperlihatkan darah lesi yang spesifik.
5. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark.
6. MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk mengetahui adanya edema, infark,
hematom dan bergesernya struktur otak
7. Angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh
darah yang terganggu secara spesifik.

1. I. Pencegahan
Pencegahan utama untuk menghindari risiko adalah pendidikan kesehatan
masyarakat. Mempertahankan berat badan dan kolesterol dalam batas normal, dan
menghindari merokok atau tidak menggunakan oral kontrasepsi.
Pengobatan/mengontrol diabetes, hipertensi dan penyakit jantung. Memberikan
informasi kepada klien sehubungan dengan penyakit yang diderita dengan stroke.
Apabila sudah terserang stroke, dalam situasi ini tujuan adalah mencegah terjadinya
komplikasi sehubungan dengan stroke dan infark yang lebih luas pada masa yang
akan datang. Apabila terjadi immobilitas akan meningkatkan risiko injury sehubungan
dengan paralisis dan aspirasi pada jalan nafas. Pencegahan lebih lanjut yaitu
memonitoring faktor risiko yang dapat diidentifikasi.

1. J. Penatalaksanaan

Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah :

1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh
dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan
ogsigen sesuai kebutuhan
3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil
4. Bed rest
5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi
8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan
glukosa murni atau cairan hipotonik
9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat
meningkatkan TIK
10. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun
atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT.

Penatalaksanaan spesifik berupa :

 Stroke non hemoragik: asetosal, neuroprotektor, trombolisis, antikoagulan, obat


hemoragik
 Stroke hemoragik: mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan pembedahan,
menurunkan TIK yang tinggi.

Penatalaksanaan

1. a. Perawatan umum stroke

Mengenai penatalaksanaan umum stroke, konsensus nasional pengelolaan stroke di


Indonesia, mengemukakan hal-hal berikut:

Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat, bila perlu berikan oksigen 0-2 L/menit
sampai ada hasil gas darah.

Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan kateterisasi intermiten.

Penatalaksanaan tekanan darah dilakukan secara khusus. Tekanan darah dapat berkurang bila
penderita dipindahkan ke tempat yang tenang, kandung kemih dikosongkan, rasa nyeri
dihilangkan, dan bila penderita dibiarkan beristirahat.

Hiperglikemia atau hipoglikemia harus dikoreksi. Keadaan hiperglikemia dapat dijumpai


pada fase akut stroke, disebabkan oleh stres dan peningkatan kadar katekholamin di dalam
serum. Dari percobaan pada hewan dan pengalaman klinik diketahui bahwa kadar glukosa
darah yang meningkat memperbesar ukuran infark. Oleh karena itu, kadar glukosa yang
melebihi 200 mg/ dl harus diturunkan dengan pemberian suntikan subkutan insulin.
Konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia mengemukakan bahwa hiperglikemia (
>250 mg% ) harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu sekitar 150 mg% dengan
insulin intravena secara drips kontinyu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia harus diatasi
segera dengan memberikan dekstrose 40% intravena sampai normal dan diobati
penyebabnya.

Suhu tubuh harus dipertahankan normal. Suhu yang meningkat harus dicegah, misalnya
dengan obat antipiretik atau kompres. Pada penderita iskemik otak, penurunan suhu sedikit
saja, misalnya 2-3 derajat celsius, sampai tingkat 33ºC atau 34 °C memberi perlindungan
pada otak. Selain itu, pembentukan oxygen free radicals dapat meningkat pada keadaan
hipertermia. Hipotermia ringan sampai sedang mempunyai efek baik, selama kurun waktu 2-
3 jam sejak stroke terjadi, dengan memperlebar jendela kesempatan untuk pemberian obat
terapeutik.
Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik, bila terdapat
gangguan menelan atau penderita dengan kesadaran menurun, dianjurkan melalui pipa
nasogastrik.

Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan. Pemberian cairan intravena berupa cairan
kristaloid atau koloid, hindari yang mengandung glukosa murni atau hipotonik.

Bila ada dugaan trombosis vena dalam, diberikan heparin dosis rendah subkutan, bila tidak
ada kontra indikasi.

Terapi farmakologi yang dapat diberikan pada pasien stroke :

1) Antikoagulasi dapat diberikan pada stroke non haemoragic, diberikan dalam 24 jam
sejak serangan gejala-gejala dan diberikan secara intravena.

2) Obat antipletelet, obat ini untuk mengurangi pelekatan platelet. Obat ini kontraindikasi
pada stroke haemorhagic.

3) Bloker kalsium untuk mengobati vasospasme serebral, obat ini merilekskan otot polos
pembuluh darah.

4) Trental dapat digunakan untuk meningkatkan aliran darah kapiler mikrosirkulasi,


sehingga meningkatkan perfusi dan oksigenasi ke jaringan otak yang mengalami iskemik.

Terapi Khusus

Ditujukan untuk stroke pada therapeutic window dengan obat anti agregasi dan
neuroprotektan. Obat anti agregasi: golongan pentoxifilin, tielopidin, low heparin, tPA.

1) Pentoxifilin
Mempunyai 3 cara kerja :

ü Sebagai anti agregasi → menghancurkan thrombus

ü Meningkatkan deformalitas eritrosit

ü Memperbaiki sirkulasi intraselebral

ü Neuroprotektan

1. Piracetam: menstabilkan membrane sel neuron, ex: neotropi


Cara kerja dengan menaikkan cAMP ATP dan meningkatkan sintesis glikogen
2. Nimodipin: gol. Ca blocker yang merintangi masuknya Ca2+ ke dalam sel,
ex.nimotup. Cara kerja dengan merintangi masuknya Ca2+ ke dalam sel dan
memperbaiki perfusi jaringan otak
3. Citicholin: mencegah kerusakan sel otak, ex. Nicholin
Cara kerja dengan menurunkan free faty acid, menurunkan generasi radikal bebas dan
biosintesa lesitin.
4. Ekstrax gingkobiloba, ex ginkan.
Pengobatan konservatif .

Pada percobaan vasodilator mampu meningkatkan aliran darah otak (ADO), tetapi belum
terbukti demikian pada tubuh manusia. Dilator yang efektif untuk pembuluh di tempat lain
ternyata sedikit sekali efeknya bahkan tidak ada efek sama sekali pada pembuluh darah
serebral, terutama bila diberikan secara oral (asam nikotinat, tolazolin, papaverin dan
sebagainya), berdasarkan uji klinis ternyata pengobatan berikut ini masih berguna : histamin,
aminofilin, asetazolamid, papaverin intraarteri. Pembedahan

Perawatan Pasca Stroke

Sekali terkena serangan stroke tidak membuat pasien terbebas dari stroke. Selain
menimbulkan kecacatan, masih ada kemungkinan dapat terserangkembali di kemudian hari.
Pasca stroke biasanya penderita memerlukan rehabilitasi serta terapi psikis seperti terapi fisik,
terapi okupasi, terapi wicara, dan penyediaan alat bantu di unit orthotik prostetik. Juga
penanganan psikologis pasien, seperti berbagi rasa, terapi wisata, dan sebagainya. Selain itu,
juga dilakukan community based rehabilitation (rehabilitasi bersumberdaya masyarakat)
dengan melakukan penyuluhan dan pelatihan masyarakat di lingkungan pasien agar mampu
menolong, setidaknya bersikap tepat terhadap penderita. Hal ini akan meningkatkan
pemulihan dan integrasi dengan masyarakat. Bahaya yang menghantui penderita stroke
adalah serangan stroke berulang yang dapat fatal atau kualitas hidup yang lebih burukdari
serangan pertama. Bahkan ada pasien yang mengalami serangan stroke sebanyak 6-7 kali.
Hal ini disebabkan pasien tersebut tidak mengendalikan faktor risiko stroke. Bagi mereka
yang sudah pernah terkena serangan stroke, Gaya hidup sehat haruslah menjadi pilihan agar
tidak kembali diserang stroke, seperti: berhenti merokok, diet rendah lemak atau kolesterol
dan tinggi serat, berolahraga teratur 3 X seminggu (30-45 menit), makan secukupnya, dengan
memenuhi kebutuhangizi seimbang, menjaga berat badan jangan sampai kelebihan berat
badan,berhenti minum alkohol dan atasi stres.

1) Rehabilitasi Stroke

Rehabilitasi stroke termasuk seluruh tujuan dari rehabilitasi lansia. Pencegahan komplikasi
dan keterbatasan sekunder adalah hasil utama yang diharapkan. Peningkatan kualitas dan arti
dalam hidup dengan keterbatasan dan deficit klien lansia juga merupakan hal yang penting
bagi keberhasilan program rehabilitasi stroke.

& Aktivitas kehidupan sehari-hari

Selain memposisikan klien dan latihan rentang gerak , suatu program rehabilitasi stroke
memfokuskan pada AKS. Aktivitas kehidupan sehari-hari termasuk makan, berdandan,
hygiene, mandi, dan yang sejenisnya. Dengan melibatkan ahli terapi fisik dan okupasi dapat
meningkatkan kemampuan perawat untuk merencanakan perawatan.

Evaluasi tingkat sensorik motorik , pengukuran rentang gerak sendi , dan kekuatan otot
adalah tujuan spesifik bagi ahli terapi dan perawat. Pemeriksaan genggaman , kekuatan
trisep, dan keseimbangan memberikan data yang berharga untuk perencanaan strategi
kompensasi untuk menyelesaikan tugas tugas perawatan diri. Propriosepsi, sensasi,dan tonus
otot dievaluasi. Suatu pengkajian yang seksama juga termasuk tingkat deficit neurologis yang
mungkin telah di alami oleh klien akibat stroke. Data tersebut termasuk kemampuan klien
untuk mandi, berpakaian, makan, ke toilet, dan berpindah. Selain itu, status fungsi usus dan
kandung kemih klien adalah informasi yang sangat penting untuk perencanaan perawatan.
Fungsi penglihatan dan pendengaran dikaji dan setiap penyimpangan dimasukkan dalam
pendekatan tim.

Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kemandirian klien dengan terus memberikan
peluang untuk melakukan tugas yang mampu ia lakukan. Perawat adalah kunci pemberi
perawatan dalam proses rehabilitasi, mengkoordinasikan asuhan perawatan dan terapi
rehabilitative. Dengan memperhatikan tujuan ini, perawat dapat memaksimalkan potensi
klien tersebut.

2) Kognisi dan komunikasi

Konfusi, disorientasi, dan maslah komunikasi adalah akibat yang sering dari stroke. Maslah
komunikasi dapat diakibatkan oleh afasia dan disartria, perawat perlu menyertakan teknik
komunikasi yang memfasilitasi kemampuan klien untuk memahami kata-kata. Teknik
komunikasi tersebut meliputi berbicara secara perlan-lahan, memberikan petunjuk
sederhana(satu pada satu waktu), membatasi distraksi, dan mendengar secara aktif.Selain itu,
menghubungkan kata-kata dengan objek,menggunakan pengulangan dan kata-kata yang
banyak, dan mendorong keluarga untuk membawa objek kecil yang dikenal oleh klien dan
untuk menyebutkan nama objek-objek tersebut dapat meningkatkan pola komunikasi.Dapat
juga digunakan papan abjad,mesin tik,dan program computer untuk membantu pemahaman
klien tentang lingkungannya. Mengevaluasi penglihatan dan pendengaran dapat juga
membantu mengatasi masalah yang,sekali dapat diperbaiki, secara drastic akan meningkatkan
komunikasi.

3) Dukungan psikologis

Klien lanjut usia mengalami berbagai kehilangan berdasar dengan terjadinya stroke,
mencakup perubahan citra tubuh, fungsi tubuh, dan perubahan peran. Dukungan psikologis
diarahkan agar dalam menghadapi kehilangan ini dapat mendorong keberhasilan adaptasi dan
penyesuaian. Tujuan yang realistis dapat ditetapkan hanya setelah perawat mengkaji gaya
hidup klien sebelumnya, tipe kepribadian, perilaku koping, dan aktivitas pekerjaan. Dengan
menyediakan situasi untuk penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan, perawat
member klien suatu kesempatan untuk memperoleh kendali atas lingkungannya. Keadaan
seperti itu dapat sederhana seperti membiarkan klien untuk memilih di antara dua aktivitas,
untuk memutuskan waktu terapi, untuk memilih pakaian, dan untuk membuat pilihan
makanan. Memfokuskan pada kekuatan dan kemampuan klien daripada terhadap deficit dapat
mendorong harapan klien tersebut.

Depresi sering terjadi dengan terjadinya kehilangan fungsi tubuh dan perubahan peran dan
citra tubuh. Konsultasikan kepada seorang perawat kesehatan mental untuk membantu
mengatasi masalah ini. Klienn lansia mungkin mengalami suatu perasaan isolasi dan
pengasingan. Keluarga mungkin memerlukan dukungan emosional dan psikologis ketika
berusaha untuk memahami apa arti kehilangan bagi klien. Jika kebutuhan untuk mendapatkan
dukungan keluarga ini tidak diperhatikan, klien mungkin mempertimbangkan untuk bunuh
diri.Ajarkan anggota keluarga tentang depresi dan peringatkan mereka terhadap tanda dan
gejala yang penting dalam memberikan dukungan psikososial.

Kelabilan emosional dan ledakan-ledakan mungkin terjadi setelah stroke. anggota keluarga
yang telah diajarkan tentang strategi komunikasi dan bagaimana cara bermain peran dalam
situasi yang potensial akan menjadi lebih percaya diri.dalam merawat klien. merujuk
keluarga dan klien pada pelayanan pendukung seperti pelayanan kesehatan di rumah,
Kelompok pendukung, dan respite care dapat mengurangi beban ketergantungan yang
mungkin mengikuti stroke melibatkan manajemen factor-faktor yang pada akhirnya dapat
membuat perbedaan dalam memelihara kemandirian maksimum dan menurunkan komplikasi
sekunder yang dapat berkembang dari penyakit kronis yang melumpuhkan. (Mickey Stanley,
Buku Ajar Keperawatan gerontik edisi 2. 2006)

Gangguan emosional, terutama ansietas, frustasi dan depresi merupakan masalah umum yang
dijumpai pada penderita pasca stroke. Korban stroke dapat memperlihatkan masalah-masalah
emosional dan perilakunya mungkin berbeda dari keadaan sebelum mengalami stroke.
Emosinya dapat labil, misalnya pasien mungkin akan menangis namun pada saat berikutnya
tertawa, tanpa sebab yang jelas. Untuk itu, peran perawat adalah untuk memberikan
pemahaman kepada keluarga tentang perubahan tersebut.

Hal-hal yang bisa dilakukan perawat antara lain memodifikasi perilaku pasien seperti seperti
mengendalikan simulasi di lingkungan, memberikan waktu istirahat sepanjang siang hari
untuk mencegah pasien dari kelelahan yang berlebihan, memberikan umpan balik positif
untuk perilaku yang dapat diterima atau perilaku yang positif, serta memberikan pengulangan
ketika pasien sedang berusaha untuk belajar kembali satu ketrampilan.

1. K. Komplikasi

Komplikasi stroke menurut Satyanegara (1998) :

1. a. Komplikasi Dini (0-48 jam pertama)


1. Edema serebri: defisit neurologis cenderung memperberat, dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan akhirnya
menimbulkan kematian.
2. Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
3. b. Komplikasi Jangka pendek (1-14 hari pertama)
1. Pneumonia: Akibat immobilisasi lama
2. Infark miokard
3. Emboli paru: Cenderung terjadi 7 -14 hari pasca stroke, seringkali pada
saat penderita mulai mobilisasi.
4. Stroke rekuren: Dapat terjadi pada setiap saat.
5. c. Komplikasi Jangka panjang

Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskular lain : penyakit vaskular


perifer. Menurut Smeltzer (2001), komplikasi yang terjadi pada pasien stroke yaitu :

1) Hipoksia serebral

Diminimalakan dengan memberikan oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak


tergantung pada ketersediaan O2 yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian O2 suplemen dan
mempertahankan hemoglobin dan hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu
dalam mempertahankan hemoglobin dan hematrokit pada tingkat dapat diterima akan
membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan adekuat.

2) Aliran darah serebral


Bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan intregitas pembuluh darah serebral.
Hidrasi adekuat ( cairan intravena) harus menjamin penurunan vikosis darah dan
memperbaiki aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.

3) Embolisme serebral

Dapat terjadi setelah infark miokard / fibrilasi atrium / dapat berasal dari katup jantung
protestik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan
aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibtakan curah jantung tidak konsisten dan
penghentian trombul lokal. Selain itu disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan
harus diperbaiki.

1. B. LANDASAN TEORITIS KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LANSIA DENGAN GANGGUAN


SISTEM NEUROLOGI

CEDERA SEREBROVASKULER/STROKE

Penyakit serebrovaskuler menunjukkan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional
maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau
dari seluruh sistem pembuluh darah otak.

Patologis ini menyebabkan perdarahan dari sebuah robekan yang terjadi pada dinding
pembuluh atau kerusakan sirkulasi serebral oleh oklusi parsial atau seluruh lumen pebuluh
darah dengan pengaruh yang bersifat sementara atau permanen.

Perubahan perpusi jaringan serebral adalah suatu keadaan dimana individu mengalami
penurunan dalam nutrisi dan oksigenasi pada tingkat selular sehubungan dengan kurangnya
suplai darah kapiler.

Anda mungkin juga menyukai