HAWA NAFSU
1. Analisis Tekstual
Berikut dijelaskan teks matan hadis yang menjadi objek penelitian pada
skripsi ini yang berbunyi:
1
Abu> al-Fadl Jama>l al-Di>n, Lisan al-Arab, Juz 11, h. 464.
83
84
c. احد
Kata احدdalam nama Allah swt. adalah suatu yang utama/ fardu yang
tidak dapat ditambah dengan sesuatu yang lain, dan dia merupakan pembangun untuk
2
Abu> al-Fadl Jama>l al-Di>n, Lisan al-Arab, Juz 11, h. 563.
3
Abu> al-Fadl Jama>l al-Di>n, Lisan al-Arab, Juz 11, h. 563.
4
Abu> al-Fadl Jama>l al-Di>n, Lisan al-Arab, Juz 11, h. 563.
85
mengecualikan apa yang disebut bersamanya dari bilangan, seperti dalam kata: tidak
datang kepadaku sesuatu pun, dan Hamzah adalah pengganti dari Lawu yang asalnya
َح
َد و karena sesungguhnya dia berasal dari kata احد. Dan kataاالحد
bermakna satu dan dia awal dari bilangan, seperti dalam kata االحدdan
( اثنانdua) dan sebelas. Dan adapun firman Allah ta’ala: Katakanlah!, Dialah
Allah Yang Esa/Satu5.
d. كم
( ضمير جمع مذكرkata ganti orang kedua jamak
Merupakan
laki-laki) yang berfungsi sebagai ( مخاطبlawan bicara) dimana kedudukan
i’rabnya ( مفعول بهobjek) ketika dimasuki fi‘il; atau berfungsi sebagai
( مضاف إليهyang disandari) ( فى محل جرdi ja>r) ketika
dimasuki isim. Juga dapat dimasuki ( حروف الجارhuruf ja>r ) seperti
contoh: لكم,( بكمbagi kalian, untuk kalian).
e. حتى
Suatu huruf dalam i’ra>b yang memiliki empat bentuk yakni;
5
Abu> al-Fadl Jama>l al-Di>n, Lisan al-Arab, Juz 11, h. 70.
86
Bentuk muda>ri‘ (kata kerja bermakna sedang) dari kata كان. Dalam
ilmu saraf, kata ini merupakan bentuk ‘( أجوف واوىain fi‘il-nya huruf
‘illat waw). Sedangkan dalam ilmu nahwu, kata ini adalah فعل ماض
ناقصyang berfungsi ترفع اإلسم و تنصب الخبر
(me-rafa’ isim me-nasab khabar). Pada lafal matan hadis ini yang menjadi isim
adalah هواdan khabarnya adalah تبعا
g. هواه
h. تبعا
ءتبعاوتباعا َ تبعالشيArtinya meniru atau menyerupai
َتبعتالشي
seseorang dalam suatu perbuatannya. Adapun kata ءابوعا
maknanya adalah mengikuti seseorang dan berjalan di belakangnya. Sinonim-sinonim
untuk kata tersebut adalah ّ
ات تتب،َه
ّع ّعتتب،َه
َع ْأ،َه
تب بعَ
ّ
تطلبه،قفاه .Sebagaimana yang dikatakan oleh al-qothomi dalam syair
nya: َ
ْسََلي و... ،ْه َ م
ِن لتَْْبَق مااسْت َِمر َْْراأل َي وخ
ِباعا تَّه ا َب
َّع َن تت بأ7
i. لما
Terdiri dari ... لـdan ما, lam-nya adalah huruf jar sedangkan ما
merupakan الموصول ( اإلسمkata sambung ‘yang’).Isim mausul
merupakan isim yang bermakna ‘yang’ sebagai kata sambung pada kata setelahnya,
biasanya fiil karena dia membutuhkan عائدdan صلة.
j. جعت
6
Abu> al-Fadl Jama>l al-Di>n, Lisan al-Arab, Juz 15, h. 370.
7
Abu> al-Fadl Jama>l al-Di>n, Lisan al-Arab, Juz 8, h. 27.
88
k. به
Potongan lafal matan hadis ini merupakan gabungan dua huruf, yakni: huruf
الباءdan isim d}ami>r الهاء. اإلسم الضمير
jar (kata
ganti) الهاءini kembali kepada هوى
2. Analisis Kontekstual
a.اليؤمن احدكم
َدكمَح ْم
ِن أ َ artinya: tidak beriman salah seorang di antara
ال يؤ
kalian. Begitu juga dengan hadis:
8مؤمن ال يزني الزاني حين يزني وهو
artinya:
Seorang pezina tidak berzina ketika berzina dan dia dalam keadaan beriman.
Kemudian perhatikan pada hadis yang kedua: dari hadis di atas banyak dari
kaum muslimin yang mempunyai pemahaman yang salah dan keliru, yaitu
8
Muslim ibn al-H{ajja>j Abu> al-H{asan al-Qusyairi> al-Naisa>bu>ri>, S{ah}i>h} Muslim,
Bab Baya>n Naqas}a>n al-I<ma>n bi> al-Ma’a>s}i>, Juz 1, (No. 100, 104), (Beirut: Da>r Ihya>’
al-Tira>s\ al-‘Arabi>ya, t.th.), h.76, 77.
Muh}ammad ‘A<li> ibn Muh}ammad ibn ‘Ala>n ibn Ibra>hi>m al-Bakri> al-S{iddi>qi> al-
9
Sya>fi’i>,Dalilu al-Fa>lihi>n Lituru>qi> Rayud}u al-S{a>lihi>n, Bab Fi> al-‘Amri bi> al-
Ma’ru>f,Juz 2 (Beirut-Libanon: Da>r al-Ma’ri>fah littiba’ah wa al-Nasyri wa al-Tauzi’, 2004 M./
1425 H.)h.156, Lihat juga Ima>m Nawa>wi>, al-Tuhfatu al- Rabba>niyyah Syarhu al-Arba>’in al-
Nawa>wi>, jilid 42, h.1
89
menganggap kafir orang yang melakukan perbuatan zina, karena berdasarkan hadis di
atas: yaitu tidaklah seorang pezina berzina dan dia dalam keadaan beriman,.
Perkataan mereka ini dapat terbantahkan dengan hadis Rasulullah saw. yang
diriwayatkan dari Ab>u Z|a>r,berkata Rasulullah saw.:
Artinya:
Tidaklah seorang hamba mengatakan : LA ILAA HA ILLALLAH.
Kemudian dia mati atas persaksiannya itu melainkan dia akan masuk surga.
Saya berkata( Abu dzar) : walaupun ia berzina dan mencuri?? Bliau katakan
ini sampai 3 kali. Kemudia Rasulullah saw. berkata: walaupun ia berzina dan
mencuri.
Artinya:
10
Muh}ammad ibn Isma>’i>l ibn ‘Abdulla>h al-Bukha>ri> al-Ja’fi>, S{ah}i>h} al-
Bukha>ri>, Bab al-Siya>b al-Baid, Juz 7, (Cet. I, tp.: Da>r T{u>q al-Naja>h, 1422 H), h. 149.
11
Ah}mad ibn ‘A<li> ibn Hajar Abu> al-Fad}l al-‘Asqala>ni> al-Syafi>’i>, Fath} al-Ba>ri>
Syarhu S{ah}i>h} al-Bukha>ri, Bab Qawlahu Bismilla>hi al-Rah}ma>ni al-Rah}i>mi Kita>ba al-
Jana>iz, Juz 3.(Beirut: Da>r al-Ma’ri>fah, 1379 H.) h. 111.
90
bawa oleh Rasulullah saw. atau dengan kata lain Ittiba’ al-Rasu>l merupakan
keharusan bagi setiap mukmin, karena dengan mengikuti Rasulullah saw. maka
terkekanglah dorongan hawa nafsu di dalam diri. Sebagaimana tonggak diutusnya
para Rasul untuk menyucikan jiwa setiap manusia QS. al-Baqarah/ 2: 151.
Rasulullah saw. adalah sosok pribadi yang sempurna dalam segala aspek
kehidupannya. Oleh karena itu, seorang mukmin harus berupaya menjadikan figur
Nabi Muhammad saw. sebagai teladan dalam persoalan akhlak, perbuatan, perkataan
dan dakwah (pengajaran agama).15 Sebagaimana firman Allah di dalam QS. Al-
Ahza>b/ 33:21;
Terjemahnya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah16.
15
Firdaus, Tazkiyah al-Nafs; Upaya Solutif Membangun Karakter Bangsa, h. 230.
16
Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Edisi Tajwid, h. 420.
17
Firdaus, Tazkiyah al-Nafs; Upaya Solutif Membangun Karakter Bangsa, h. 231.
92
Ghaza>li>’.
Menurut Imam al-Ghaza>li> ra. bahwa nafsu itu terdiri dari empat bagian
yaitu18:
Cara terbaik untuk bisa mengendalikan nafsu amarah yang ada dalam diri
sendiri dengan berusaha selalu bersabar dalam menghadapi kemarahan dan kezaliman
orang lain, bersikap lapang dada, suka memaafkan dan bermurah hati. Sesungguhnya
akhlak yang terpuji adalah bagi mereka yang mampu memaafkan kesalahan
Sebagaimana pesan Rasul saw. : Ingat dua perkara dan lupakan dua perkara,
yaitu:
18
Imam al-Ghaza>li>, Ihya>’ ‘Ulum al-Di>n li Ima>m al-Ghaza>li>, terj. Moh. Zahri,
Terjemahan Ihya’ Ulumiddin, Jilid V, (Cet. I, Semarang: CV. Asy-Syifa, 1994), h. 144.
19
Imam al-Ghaza>li>, Ihya>’ ‘Ulum al-Di>n, h. 145.
20
Imam al-Ghaza>li>, Ihya>’ ‘Ulum al-Di>n, h. 146.
93
Ingat kebaikan orang lain pada kita, dan ingat kezaliman kita pada orang lain,
serta lupakan kebaikan kita pada orang, dan lupakan kezaliman orang lain pada kita,
Manusia selalu diingatkan agar tidak terjerumus akan kesenangan duniawi, karena hal
itu akan mendorong nafsu menjadi liar. Orang berlomba mengejar kuasa, tanpa
apapun21.
d. Nafsu syahwat.
ini melalui berbagai cara. Dan yang paling berbahaya ialah harta, wanita dan tahta
(kekuasaan). Setan telah memasang perangkap godaannya, tidak sedikit manusia yang
hancur dan rusak kehidupannya karena mencari kesenangan dunia semata. Dalam
ajaran Islam, nafsu itu bukan untuk dibunuh, melainkan untuk dijaga dan di kawal.
perjuangan atau satu jihad yang kecil untuk dilatih melakukan satu perjuangan atau
jihad yang besar yaitu jihad melawan hawa nafsu. Orang yang berperang melawan
nafsu ini nampak seperti duduk-duduk saja, tidak seperti orang lain mungkin bisa
21
Imam al-Ghaza>li>, Ihya>’ ‘Ulum al-Di>n, h. 148.
94
dengan bebas berekspresi, akan tetapi sebenarnya sedang membuat kerja yang besar
Melawan hawa nafsu atau muja>hadah al-nafs sangat susah. Mungkin kalau
nafsu itu ada di luar jasad maka bisa kita pegang, mudah kita akan menekan dan
membunuhnya sampai mati. Tetapi nafsu kita itu terletak ada dalam diri kita,
mengalir bersama aliran darah dan menguasai seluruh tubuh kita. Karena itu tanpa
kesadaran dan kemauan yang sungguh-sungguh kita pasti dikalahkan untuk diperalat
sesukanya. Nafsu jahat dapat dikenal melalui sifat keji dan kotor yang ada pada
manusia23.
Nafsu jahat dan liar sering disebut dengan istilah sifat maz}mu>mah. Di
antara sifat-sifat maz}mu>mah itu seperti cinta dunia, tamak, sum’ah, riya’, ujub, gila
pangkat dan harta, hasud, iri hati, dendam, sombong dan lain-lain. Sifat-sifat itu
melekat pada hati seperti daki melekat pada badan. Kalau kita malas menggosok sifat
itu akan semakin kuat dan menebal pada hati kita. Sebaliknya kalau kita rajin meneliti
dan kuat menggosoknya maka hati akan bersih dan jiwa akan suci24.
Nafsu itulah yang lebih jahat dari setan. Setan tidak dapat mempengaruhi
seseorang kalau tidak meniti di atas nafsu. Dengan kata lain, nafsu adalah
highway(jalan tol) atau jalan bebas hambatan untuk setan. Kalau nafsu dibiarkan akan
membesar, maka semakin luaslah highway setan. Jika nafsu dapat diperangi, maka
tertutuplah jalan setan dan tidak dapat mempengaruhi jiwa kita. Sedangkan nafsu ini
sebagaimana yang digambarkan oleh Allah sangat jahat dalam QS. Yu>suf/ 12: 53;
22
Imam al-Ghaza>li>, Ihya>’ ‘Ulum al-Di>n, h. 200.
23
Imam al-Ghaza>li>, Ihya>’ ‘Ulum al-Di>n, h. 201.
24
Imam al-Ghaza>li>, Ihya>’ ‘Ulum al-Di>n, h. 205.
95
Dan ini dikuatkan dengan sabda baginda Nabi saw. “Musuh yang paling
memusuhi kamu adalah nafsu yang ada di antara dua lambungmu “. Nafsu inilah
yang menjadi penghalang utama dan pertama, kemudian barulah setan dan golongan-
golongan yang lain. Memerangi hawa nafsu lebih hebat daripada memerangi Yahudi
dan Nasrani atau orang kafir. Sebab berperang dengan orang kafir cuma sekali-sekali.
Nafsulah penghalang yang paling jahat. Mengapa? Jika musuh dalam selimut, itu
mudah dan dapat kita hadapi. Tetapi nafsu adalah sebahagian dari badan kita. Tidak
sempurna diri kita jika tidak ada nafsu. Ini yang disebut musuh dalam diri. Sebagian
diri kita memusuhi kita. Ia adalah jizm al-latif tubuh yang halus yang tidak dapat
dilihat dengan mata kepala, hanya dapat dirasa oleh mata otak (akal) atau mata hati.
Oleh itu tidak dapat kita buang. Sekiranya dibuang kita pasti mati27.
Siapa sanggup melawan hawa nafsu, maka Allah akan tunjukkan satu jalan
hingga diberi kemenangan, diberi bantuan dan tertuju ke jalan yang benar. Inilah
rahasia untuk mendapat pembelaan dari Allah. Hidup ini adalah perjuangan melawan
25
26
Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Edisi Tajwid, h. 242.
27
Imam al-Ghaza>li>, Ihya>’ ‘Ulum al-Di>n, h. 237.
96
hawa nafsu (setan). Kadangkala kita menang dan kadangkala kita kalah melawan
karena ada faedahnya. Andai kata tidak ada nafsu makan tentu manusia tidak mau
mencari makan. Andaikata tidak ada nafsu seksual, keturunan tentu akan terputus.
Yang tercela adalah nafsu yang berlebih-lebihan dan melampaui batas. Banyak orang
yang belum memahami takaran ini, lalu mereka pun meninggalkan apa yang diingini
Ibnu Quda>mah juga menyebutkan bahwa nafsu perut termasuk perusak yang
amat besar. Karena nafsu ini pula Adam as. dikeluarkan dari Surga. Dari nafsu perut
pula muncul nafsu kemaluan dan kecenderungan kepada harga benda dan akhirnya
disusul dengan berbagai bencana yang banyak. Semua itu berasal dari kebiasaan
َِ
د َّم
ْد الص َبَا ع ثنَدََّ
ٍ حبشَّارَ بنْ َّد َا مح
َم ثنَد
ََّ
ح
ِعناف َ ْ
َنٍ ع َّد
َم بنِ مح ْ ِِد َاقْ و
َنَة ع َا شع
ْب ثنَد
ََّ
ح
ٍ
تىَْ
َّى يؤ ْكل ح
َت يأَ ََال َر
بن عم ْن ا ََا
ل ك ََاق
ْكليأ َ َجال لت ر َْ َْ
دخ َأَه ف معَ ْكل يأَ ٍِينِسْك
ِمب
ْ ْال ت
دخِل َ ِع ناف َ يا َ ل ََا َق
ِيرا ف َثَ كَلَك
َأَه فمعَ
ْه
ِ ََ
لي َّ
اَّلل ع لىََّ
ِيَّ ص َّب
ْت الن ِع ََ
ليَّ سَمذا ع َهَ
28
Ibnu Quda>mah al-Maqdisi>, Mukhtasar Minha>jal-Qa>s}idi>n, terj. Kathur Suhardi,
Minhajul Qashidin, Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk, (Cet. I, Jakarta Timur: Pustaka Al-
Kautsar, 2006), h. 138.
29
Ibnu Quda>mah al-Maqdisi>, Mukhtasar Minha>jal-Qa>s}idi>n,h. 138.
97
ٍَِاح
د ِعى و
ِي م ْكل فيأَ ِن ْم ْ يقول
المؤ َ َ
لمَََّس
و
َمعاء
30 ٍ َ ْ
َة
ِ أ ِي سَب
ْع ْكل ف
يأ َاف
َ ِر ْ َ
الك و
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Muh}ammad bin Basysya>r Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdu al-S{amad Telah menceritakan kepada
kami Syu'bah dari Wa>qid bin Muh}ammad dari Na>fi' ia berkata; Biasanya
Ibnu Umar tidak makan hingga didatangkan kepadanya seorang miskin lalu
makan bersamanya. Maka aku pun memasukkan seorang laki-laki untuk
makan bersamanya, lalu laki-laki itu makan banyak, maka ia pun berkata,
"Wahai Na>fi', jangan kamu masukkan orang ini. sesungguhnya aku telah
mendengar Rasulullah saw. bersabda: 'Seorang mukmin itu makan dengan
satu usus, sedangkan orang kafir makan dengan tujuh usus.'
yang tidak mungkin dihindari anak keturunan Adam, karena mempunyai dua
manfaat31:
a. Mempertahankan keturunan.
tentu akan menimbulkan bencana dan cobaan yang amat besar. Andaikata tidak ada
hal ini, tentunya wanita tidak menjadi tali-tali setan32. Dalam sebuah hadis, Nabi saw.
bersabda :
30
Muh}ammad ibn Isma>’i>l..., S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, No. 5827, h. 71.
31
Ibnu Quda>mah al-Maqdisi>, Mukhtasar Minha>jal-Qa>s}idi>n,h. 140.
32
Ibnu Quda>mah al-Maqdisi>, Mukhtasar Minha>jal-Qa>s}idi>n, h. 142.
98
seorang laki-laki hanya tertuju kepada wanita, lalu membuatnya lalai mengingat
akhirat, dan bahkan bisa menyeretnya kepada perbuatan cabul dan keji. Ini adalah
Nafsu yang paling buruk. Cukup banyak orang yang bernafsu terhadap harta benda,
kedudukan, dan lain-lainnya sehingga membuat mereka tidak kuat menahan dirinya
untuk terjun ke kancahnya. Lebih baik segera bersikap waspada selagi ada tanda-
tanda untuk meladeni nafsu ini, Sebab jika sudah ketagihan dan menjadi kebiasaan
dibutuhkan sara pengobatan yang keras, yang kadang-kadang justru tidak berhasil
sama sekali34.
33
Muslim ibn al-H{ajja>j, S{ah}i>h} Muslim, Bab Aks\aru Ahlu al-Jannah al-Fuqara>u, Juz
4, (No. 97), h. 2097.
34
Ibnu Quda>mah al-Maqdisi>, Mukhtasar Minha>jal-Qa>s}idi>n, h. 143.
99
بهمََّ
ن ر َدعوْيَ َِين َّ
الذ َ
مع َ َْسَك
نفَ ِْر َاص
ْب و
ْد
تعَ ال ََ
هه وََْج َِيدو
ن و ِ ير َش
ِّي ْ َ
الع ِ و ََ
داة ْ ب
ِالغ
َا
نيْالد
ُّ َاة
ِ َي ْ ة
الح ََ
ِين ِيد ز ْهم
ْ تر َن َاك
َ ع ْنَي
ع
َِ
نا ْرِكَن ذ َه ع َْ
لبَا ق َْ
لنْف َ
ْ أغ َ ْ
من ِع
ال تط ََ
و
35مره فرطا َ
ْن أ ََا َك
َاه وهوَ َ
َع َّ َ
اتب و
Terjemahnya:
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan
janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan
perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah
Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan
adalah keadaannya itu melewati batas36.
Hawa nafsu tidak berdiri sendiri dalam melakukan keburukan kecuali diserta
kebodohan, sebab jika ia mengetahui bahwa sesuatu itu berbahaya dan berdosa untuk
dilakukan, maka secara otomatis ia akan menolak untuk mengerjakan hal tersebut,
Allah swt. telah menjadikan dalam jiwa kecintaan terhadap apa yang mendatangkan
Oleh karena itu musibah terbesar yang datang dari setan bukan hanya dari
nafsu semata, karena setan membuat indah kejelekan dan menyuruhnya untuk
35
QS. Al-Kahfi [18]: 28.
36
Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Edisi Tajwid, h. 297.
37
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Tazkiyatun Nafs, (Cet. III, Jakarta: Darus Sunnah Press,
2010), h. 85.
100
4. Syaikh Dr. Ahmad Farid dalam bukunya “Manajemen Qalbu Ulama Salaf”.
Menurut beliau, nafsu bisa membuat hati tidak sampai kepada Allah dan
mengalahkan nafsunya akan beruntung dan sukses, siapa yang dikalahkan oleh
kepada-Nya dan menahan diri dari keinginan hawa dan hati manusia, nafsu berada
diantara dua ajakan, kadang ia cenderung kepada ajakan yang satu terkadang
cenderung kepada ajakan yang lain. Disinilah letak ujian dan cobaan41.
38
Ahmad Farid, Manajemen Qalbu Ulama Salaf, (Surabaya: Pustaka Elba, 2008), h. 72.
39
QS. Al-Na>zi’a>t [79]: 37-41.
40
Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Edisi Tajwid, h. 584.
41
Ahmad Farid, Manajemen Qalbu Ulama Salaf, h. 73.
101
Memanusiakan Manusia”.
adalah kebebasan untuk mengumbar dorongan hawa nafsu dan memenuhi keinginan
hanya menambah derita, sebab ia akan selalu menuntut pemenuhan tanpa merasa
kenyang42.
Masyarakat yang hidupnya berputar pada kisaran hawa nafsu ini adalah
masyarakat yang berat sekali dosanya dan buruk sekali akibatnya. Masyarakat yang
egoistik yang tak pelak di dalamnya lahir sifat-sifat iri, dengki dan kebencian43.
Bertolak dari semua itu maka diperlukan langkah untuk memerangi hawa
nafsu agar tunduk dibawah kendali akal dan iman. Ketika manusia berusaha
swt., maka hawa nafsu akan mendorongnya untuk memungkiri dan menolak
harus ditolak44.
Memerangi hawa nafsu dalam konteks ini merupakan kewajiban yang harus
segera dilakukan oleh seorang mukmin, tidak bisa ditunda-tunda atau dianggap
42
Noerhidayatullah, Insan Kamil Metoda Islam Memanusiakan Manusia, (Bekasi: Nalar,
2002), h. 216.
43
Noerhidayatullah, Insan Kamil, h. 216.
44
Noerhidayatullah, Insan Kamil, h. 216.
102
enteng. Keluhuran derajat orang mukmin dan cahaya orang-orang takwa hanya diukur
dengan kemampuan mereka memenangkan perang melawan hawa nafsu dan seberapa
45
Noerhidayatullah, Insan Kamil, h. 217.
46
Abu> al-Fadl Jama>l al-Di>n, Lisan al-Arab, Jilid 15, h. 358. Lihat Abu> al-H{usain
Ah}mad ibn Fari>s ibn Zakari>ya, Mu’jam Muqayis al-Lughah, Juz 3, (Beirut: Da>r al-Fikr, t.th), h.
17.
47
Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic; Arabic-English, (Wiesbaden:
Harrassowitz, 1979), h. 441.
48
Louis Ma’luf, al-Munji>b fi> al-Lughah wa al-A’lam, (Beirut: Da>r al-Musyriq, 1986), h.
303. Lihat Muh}ammad Isma>’i>l Ibra>hi>m, Mu’jam al-Alfa>z} wa al-A’lam al-Qur’a>niyah
(Kairo: Da>r al-Fikr al-‘Arabi>, t.th.), h. 221.
103
49
Al-Raghi>b al-Isfaha>ni>, Mu’jam Mufrada>t al-Alfa>z} al-Qur’a>n, (Beirut; Da>r al-
Fikr, t.th.), h. 208.
50
Said Hawwa, al-Mustakhlas} fi> Tazkiyah al-Anfus, terj. Ainur Rafiq Shaleh Tahmid,
Mensucikan Jiwa: Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu, (Jakarta: Robbani Press, 1999), h. 2
51
Said Hawwa, al-Mustakhlas} fi> Tazkiyah al-Anfus, h. 173.
52
M. Solihin, Kamus Tasawuf, h. 232-233.
104
Semua kamus menyatakan bahwa kata tazkiyah mempunyai dua arti, meski
para ahli bahasa berbeda pendapat mana di antaranya yang lebih mendasar. Arti
pertama adalah menyucikan dan membersihkan, sedangkan arti kedua adalah
memperbesar jumlah atau menambah. Dengan demikian, frase tazkiyahal-nafs,
seperti banyak diakui oleh para mufassir al-Qur’an, dapat diartikan sebagai
“penyucian” jiwa maupun “penumbuhan” jiwa. Kebanyakan ahli tafsir menekankan
makna yang pertama, terutama karena alasan-alasan teologis. Singkatnya, kewajiban
primer kaum muslim adalah tunduk kepada Allah, dan ini tidak akan tercapai kecuali
dengan cara membersihkan diri dari semua hal-hal yang dibenci Allah. Inilah yang
disebut “penyucian”. Namun, jelas bahwa jiwa harus pula tumbuh atas bantuan Allah.
Bertumbuh juga dapat disebut tazkiyah. Dengan demikian, kedua arti itu, yakni
penyucian dan pertumbuhan bisa saja berlaku bagi kata tazkiyah53. Kita dapat pula
menganggap penyucian sebagai usaha menumbuhkan jiwa sehingga kedua arti itu
bisa diartikan saling berkait satu sama lain.
Dengan demikian, tazkiyahal-nafs tidak saja mengandung arti mensucikan
jiwa, tetapi juga mendorongnya untuk tumbuh subur dan terbuka terhadap karunia
Allah. Terjemahan yang lebih baik dalam hal ini adalah merawat jiwa54.
Muh}ammad ‘Abduh mengartikan tazkiyahal-nafs (penyucian jiwa) dengan
tarbiyahal-nafs (pendidikan jiwa) yang kesempurnaannya dapat dicapai dengan
tazkiyahal-aqli (penyucian dan pengembangan akal)dari aqidah yang sesat dan akhlak
yang jahat. Sedangkan tazkiyahal-aqli kesempurnaannyadapat pula dicapai dengan
tauhid murni55.
53
William C. Chittick, Sufism: A short Introduction,terj. Zaimul, Tasawuf di Mata Kaum Sufi,
(Bandung, Mizan, 2002), h. 84-85.
54
William C. Chittick, Sufism: A short Introduction, h. 84-85.
55
Muh}ammad Rasyid Rid}a, Tafsi>r al-Mana>r, juz 4, (Mesir: Maktabah al-Qahirah), h.
222-223.
105
Terjemahnya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur58.
58
Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Edisi Tajwid, h. 275.
59
A.F. Jaelani, Penyucian Nafs (Tazkiyah al-nafs) dan Kesehatan Mental, (Jakarta: Amzah,
1992), h. 97.
60
Arhamedi Mahzar, Merumuskan Paradigma Sains dan Teknologi Islam Revolusi
Integralisme Islam, (Cet. I; Bandung: Mizan, 2004), h. 226.
61
Syaikh Salim bin ‘I><d al-Hila>li>, Manha>j al-Anbiya>’ fi> Tazkiyah al-Nufu>s. Terj.
Beni Sarbeni dengan judul Manajemen Qalbu Para Nabi Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah (Cet.I;
Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 1426 H/ 2005 M), h. 168.
107
Tobat adalah salah satu langkah dalam taszkiyah al-nafs dan merupakan
refleksi rasa ketuhanan yang agung. Hal ini disebutkan dalam firman-Nya QS. al-
Nu>r/ 24: 31;
62
Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Edisi Tajwid, h. 353.
Abu> al-Fadel Syiha>b al-Di>n al-Sayyid Mah}mu>d al-‘Alu>si>, Ruh al-Ma’a>ni> fi>
63
Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Azi>m wa Sab’u al-Masa>ni>, jilid IX (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), h. 215.
64
Muh}ammad ‘Allan al-Siddi>qi> al-Syafi>’i, Dali>l al-Fa>lihi>n, Bairut: Da>r al-Fikr,
t.th), h.78.
108
kepada ketaatan, dan dari jalan yang jauh (menyimpang jauh dari rel Tuhan) kepada
jalan yang mendekatkan kepada Tuhan.65
Jadi, dengan melakukan tobat seorang muslim menjadi sosok pribadi muslim
yang kembali kepada fitrahnya.
c. Memurnikan Tauhid
Tauhid adalah sebuah konsep yang revolusioner dan merupakan esensi, basis
atau ruh ajaran Islam. Arti tauhid adalah alam semesta ini beserta seluruh isinya
hanya memiliki satu Tuhan Maha Tinggi, Dia Maha Kuasa, Maha Tahu, Maha Hadir
dan Yang Menjaga kesinambungan eksistensi alam.66 Itulah sebabnya al-Qur’an
memandang keimanan kepada Keesaan Allah sebagai dasar atau akar sistem ajaran
Islam.
Orang-orang saleh telah sepakat bahwa tauhid merupakan permulaan
sekaligus tujuan akhir. Setiap peningkatan ibadah dan keimanan, tidak lain
merupakan buah dari tauhid dan ditujukan untuk meningkatkan nilai ketauhidan. Oleh
karena itu, manusia harus menyucikan diri dari kemusyrikan, kekufuran dan
kemaksiatan. Allah swt. berfirman dalam QS. al-Jum’ah/ 62: 2;
Terjemahnya:
Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari
kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya,
menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan
Hikmah (al-Sunnah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam
kesesatan yang nyata67.
Kata yuzakki berdasarkan pengertian bahasa berarti menyucikan atau
membersihkan. Dimana kata tersebut pada ayat di atas bermakna menyucikan dan
membersihkan manusia dari kemusyrikan, kekufuran dan kemaksiatan sebagai bagian
dari diutusnya pada rasul Allah yang mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-
Hikmah.68
Al-T{abari> dalam tafsirnya menjelaskan bahwa klausa ini bermakna orang
yang menyucikan diri dari dosa-dosa dan menaati perintah-perintah Allah serta tidak
mengotori dirinya dengan kemaksiatan yang dilarang oleh-Nya.69
d. Mengerjakan Kebaikan dan Menjauhkan Diri dari Perbuatan Dosa
68
Abu> Ja’fa>r Muh}ammad ibn Jarir al-T{abari>, Tafsi>r al-T{abari> Jami>’ al-Baya>n
‘an Ta’wi>l ayi al-Qur’an, (Kairo: Markaz al-Buhu>s wa al-Dira>sah al-‘Arabi>yah wa al-
Islami>yah, 1422 H/ 2001 M), h. 372.
69
Abu> Ja’fa>r Muh}ammad, Tafsi>r al-T{abari>, h. 343.
110
Terjemahnya:
Dan setiap ummat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Dimana saja kamu berada, pasti
Allah akan mengumpulkan semuanya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas
segala sesuatu70.
Kata al-khaira>t dalam ayat di atas adalah isim yang berfungsi sebagai sifat
dan merupakan bentuk jamak dari kata khayr. Kata ini bermakna segala sesuatu yang
baikdan bermanfaat bagi manusia, baik berupa harta benda, keturunan, maupun dalam
bentuk jasa yang disumbangkan.71 Oleh karena itu, seruan Allah dalam ayat di atas
untuk berlomba-lomba dalam kebajikan dapat menjadi langkah dalam proses tazkiyah
(penyucian) sebab dengan melakukan kebaikan berarti mendidik nafs untuk selalu
dalam koridor Aturan Allah swt. dan Rasul-Nya.
71
Abu> Ja’fa>r Muh}ammad, Tafsi>r al-T{abari>, h. 28.
72
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan nasional, 2008), h. 597.
73
Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2007), h. 391.
111
dirimu sebelum engkau dihisab, sesungguhnya berintospeksi bagi kamu pada hari ini
akan lebih ringan daripada hisab di hari kemudian”.74
Dengan muh}a>sabah setiap diri (nafs) merenung memasuki hasrat hati yang
paling dalam, sehingga ia mampumenilai dengan jernih apa yang telah diperbuat.
Dengan demikian, muh}a>sabah (introspeksi) merupakan langkah yang harus dilalui
oleh setiap mukmin yang melakukan tazkiyahal-nafs, karena dengan muh}a>sabah
seseorang akan menyadari kelemahan-kelemahannya di masa lalu untuk kemudian
dibersihkan atau disucikan agar di masa yang akan datang tidak termasuk orang-
orang yang merugi.
f. Mengekang Diri
Tazkiyah al-nafs dengan cara pengekangan diri adalah salah satu aspek
penting dalam praktek tasawuf. Tujuan dari pengekangan diri ini adalah melepaskan
nafs dari segala sesuatu yang diinginkannya dan membebaskannya dari mengikuti
hawa nafsunya sendiri75. Allah swt. berfirman dalam QS. al-Na>zi’a>t/ 79: 40-41;
.
Terjemahnya:
Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka Sesungguhnya surgalah
tempat tinggal(nya)76.
Ayat di atas menjelaskan bahwa hanya orang yang takut kepada Allah sajalah
yang dapat menjauhkan dirinya (mengekang nafs) dari bermaksiat kepada Allah.
74
Muh}ammad ibn ‘Isa Abu> ‘Isa al-Tirmi>zi> al-Sala>mi>, al-Jami’ al-S{ah}i>h} Suna>n
al-Tirmi>zi>, juz 9, (Beirut: Da>r al-Tura>s al-‘Arabi>, t.th), h. 337.
75
Abu> ‘Ali> al-Fad}l ibn al-H{asan al-Tabra>si>, Majma’ al-Baya>n fi> Tafsi>r al-
Qur’an, juz 9 (Beirut: Da>r Ihya al-Turas al-‘Arabi>, 1986), h. 554.
76
Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Edisi Tajwid, h. 584.
112
Mereka meninggalkan hal-hal yang dibenci dan tidak diridai oleh Allah. Mereka
senantiasa kembali kepada ketaatan kepada Allah.77
g. Menghiasi Diri dengan Sifat-sifat Terpuji
Untuk menjaga agar nafs yang dirahmati Allah saja yang terealisasi dalam
kehidupan , di samping yang telah disebutkan di atas, maka setiap manusia harus
menghiasi nafs (dirinya) dengar perbuatan-perbuatan yang terpuji yang akan menjadi
pertahanan dalam dirinya agar nafsnya selalu suci. Adapun sifat-sifat yang terpuji
yang penulis maksudkan adalah sebagai berikut:
1) Sabar
Kata kerja sabara berarti rabata (mengikat) atau ausaqa (menguatkan), yaitu
mengikat kelemahan dan perilaku irasional yang dapat mencemari kepribadian yang
islami, menurunkan martabatnya, atau bahkan menghancurkannya.78
77
Abu> Ja’fa>r Muh}{ammad al-T{abari>, Jami’ al-Baya>n ‘an Ta’wi>l ayi al-Qur’an, Juz
30 (Beirut: Da>r al-Fikr, 1988) h. 46.
78
Firdaus, Tazkiyah al-Nafs; Upaya Solutif Membangun Karakter Bangsa, h. 216.
79
Sukamto Mm. Dan A. Dardiri Hayim. Nafsiologi Refleksi Analisis tentang Diri dan
Tingkah Laku Manusia, (Cet. I, Surabaya: Risalah Gusti, 1995), h. 132.
113
Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-
bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu
dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar80.
2) Tawakkal
Ayat ini menunjukkan bahwa siapa saja yang tidak bertakwa kepada Allah
dan tidak pula bertawakkal, maka dia tidak akan pernah memperoleh jalan keluar
(dari permasalahan yang dihadapi) dan rezeki dari Allah swt.82
3) Syukur
Syukur adalah sebuah pengakuan terhadap nikmat Allah dalam hati, yaitu
kepuasan batin atas anugerah, dan mengucapkan dengan lidah yang dilandasi dengan
pujian atas anugerah, serta menjadikannya pertolongan dalam ketaatan kepada Allah.
4) Jujur
82
Al-Ima>m Muh}ammad al-Ra>zi> Fakhr al-Di>n ibn al-‘Alla>mah Diya>’ al-Di>n ‘Umar,
Tafsir Fakhr al-Ra>zi>, Juz 10, (Beirut: Da>r al-Fikr, 1401 H./ 1981 M.), h. 177.
114
Kejujuran adalah sebuah konsep abstrak yang tak dapat diukur. Meskipun
demikian, setiap orang menghargai dan juga ingin memakainya. Kejujuran adalah
suatu kekuatan yang memiliki gerak yang dapat mempengaruhi realitas kehidupan
dan mewarnai nafs sebagai dorongan potensial untuk berbuat lurus83.
83
Sukamto Mm. Nafsiologi Refleksi Analisis..., h. 143-144.