Anda di halaman 1dari 3

Diskusi 7

Nurlailatul Hidayah – 530023698


MPM05102 : Perkembangan Pendidikan Matematika

Dalam Pendidikan Matematika Realistik (PMR), apa yang dimaksud matematika horizontal dan
Matematika Vertikal? Paparkanlah Argumen Anda mengenai hal tersebut!

Pendidikan Matematika Realistik (PMR)

Sunber :
1. Buku Materi Pokok Perkembangan Pendidikan Matematika (H.E.T. Ruseffendi, Penerbit Universitas
Terbuka : 2014)
2. https://www.padamu.net/pendekatan-pendidikan-matematika-realistik-indonesia-pmri

Pendidikan matematika realistic atau Realistic Mathematics Education (RME) ini dikembangkan oleh
para ahli di negara Belanda. Pada saat banyak negara mulai menerapkan pengajaran matematika modern,
sebaliknya tidak. Dan mungkin Belanda satu – satunya negara yang tidak menerapkan matematika modern.
Pada tahap awal, Belanda menerapkan RME untuk tingkat sekolah dasar yaitu menggantikan berhitung
yang mekanistik. Berhitung yang pendekatannya mekanistik tidak mempunyai matematisasi horizontal dan
matematisasi vertical. Matematisasi horizontal adalah pematematikaan lingkungan, atau dengan kata lain
kontekstual, keterlibatan dunia nyata (kehidupan sehari – hari) dengan symbol – symbol. Sedangkan
matematisasi vertical berkenaan dengan keterlibatannya dalam dunia symbol dalam matematika itu sendiri.
Misalnya seseorang memetik 3 buah apel dan dimasukkan ke sebuah keranjang, kemudian temannya
memasukkan kembali 5 buah apel ke keranjang yang sama. Maka 3 + 5 = 8. Ini merupakan contoh
matematisasi horizontal. Sedangkan matematisasi vertikal adalah jumlah dua bilangan memenuhi sifat
komutatif, misalkan 25 artinya antara lain 20 + 5.
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah sebuah pendekatan
pembelajaran matematika dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mengadaptasi dari Realistic
Mathematics Education (RME) yang dikembangkan di Belanda. PMRI merupakan suatu pendekatan
matematika yang memandang bahwa matematika merupakan suatu bentuk aktivitas manusia, sehingga
proses pembelajarannya diawali dengan menggunakan masalah kontekstual sebagai pondasi dalam
membangun konsep matematika. Penambahan “I” disini berdasarkan uraian bahwa PMR itu harus
kontekstual, jadi harus kita sesuaikan dengan lingkungan di Indonesia yang sudah tentu berbeda dengan
Belanda. Bahkan “I” ini sangat mungkin berbeda di saat kita terapkan di daerah yang berbeda pula, harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan saat diterapkan.
Pendidikan Matematika Realistik mempunyai 5 ciri, yaitu :
1. Kontekstual
Konteks (permasalahan realistik) digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Penggunaan
konteks yang realistik dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengeksplorasi permasalahan yang
dihadapi. Eksplorasi bertujuan untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang diberikan dan
untuk mengembangkan strategi dalam penyelesaian masalah. Konteks realistik tidak harus berupa
masalah dalam kehidupan nyata tetapi dapat berupa permainan, penggunaan alat peraga, dan situasi
lain selama masih bermakna dan dapat dibayangkan oleh siswa.
2. Penggunaan model
Model dalam pendekatan PMR digunakan dalam melakukan matematisasi secara progresif. Model
berfungsi sebagai jembatan dari pengetahuan dan matematika tingkat konkret menuju pengetahuan
matematika tingkat formal. Model dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu model of (situasi) dan
model for (penyelesaian masalah). Pada model of, model dan strategi yang dikembangkan oleh siswa
sudah merujuk pada konteks realistic (dapat dibayangkan siswa). Siswa membuat model untuk
menggambarkan situasi dari suatu permasalahan realistik. Sedangkan pada model for siswa sudah
mulai fokus pada matematika. Model yang digunakan siswa untuk menggambarkan situasi dari suatu
permasalahan realistik kemudian dikembangkan untuk mengarahkan siswa pada pencarian solusi
secara matematis. Pencarian solusi untuk suatu masalah dapat mengarahkan siswa ke pemikiran
abstrak atau matematika formal.
3. Menggunakan Karya dan Konstruksi Diri Siswa
Dalam PMR, siswa dibebaskan untuk dapat mengembangkan pengetahuannya dalam memecahkan
suatu masalah dengan menggunakan cara maupun strategi yang bervariasi. Hal ini bermanfaat bagi
siswa dalam memahami konsep matematika dan sekaligus mengembangkan aktivitas dan kreativitas
siswa.
4. Interaktivitas
Maksudnya adalah pembelajarannya itu tidak hanya dua arah, apalagi satu arah saja. Interaktivitas
dalam PMR bertujuan untuk menjalin komunikasi dengan sesama agar proses belajar menjadi semakin
bermakna dan menjadi lebih singkat. Manfaat dari interaksi ini adalah supaya siswa dapat
mengembangkan kemampuan kognitif dan afektifnya.
5. Keterkaitan
Konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun banyak konsep matematika yang memiliki
keterkaitan, oleh karena itu konsep matematika tidak dikenalkan kepada siswa secara terpisah. Melalui
keterkaitan, satu pembelajaran matematika diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih dari
satu konsep matematika secara bersamaan. Berdasarkan rumusan karakteristik PMRI yang
diungkapkan oleh Treffers, maka dapat disimpulkan bahwa kelima karakteristik PMRI tersebut dapat
mengakomodasi siswa dalam belajar matematika. Kelima karakteristik PMRI dapat digunakan dalam
membantu siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga pelajaran matematika akan
semakin bermakna.

Anda mungkin juga menyukai