Anda di halaman 1dari 20

INTERAKSI OBAT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Intraksi obat adalah suatu kejadian aksi obat dalam tubuh diubah

akibat adanya 2 obat atau lebih yang berikan secara bersamaan baik itu

obat herbal, makanan, minuman, dan zat kimia laian yang dapat

mempengaruhi farmakokinetik dan farmakodinamik dalam tubuh.

Pada Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat

perhatian. Sering ditemukan di rumah sakit dan pasien yang rawat jalan

bahwa banyak terjadi interaksi obat yang mereka minum, akibat

ketidaktahuan dan ketidakpahaman orang awam.

Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan

toksisitas dan atau pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan

terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit

(indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan dan

obat-obat sitostatik. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang

biasa digunakan bersama-sama.

Di dalam farmasi, kita mempelajari semua yang menyangkut dengan

obat, termasuk interaksi obat. Ini sangat penting karena jika seorang

farmasis atau apoteker tidak memperhatikan hal ini dan langsung saja

diberikan kepada pasien tanpa melihat efek, dosis obat dan interaksi obat

, ini akan berakibat fatal karena interaksi obat ini jika terjadi di dalam tubuh

misalnya pada pemberian intravena dan terjadi penggumpalan pada

pembuluh darah maka darah tidak akan mengalir ke seluruh tubuh dengan
AYU MELINDA ANDRI
15020140081
INTERAKSI OBAT
baik sehingga darah tiidak ke otak, lama-kelamaan bisa mmati. Dan

contoh lainnya. Oleh karena itu pembelajaran mengenai interaksi obat ini

sangat penting sehingga kita melakukan praktikum mengenai interaksi

obat ini.

Oleh karena itu, setiap pusat pengobatan modern seperti rumah

sakit, puskesmas, praktek dokter pribadi, dan apotek, sebaiknya atau

bahkan seharusnya memiliki akses paling tidak ke salah satu pusat data

interaksi obat. Hal ini, bertujuan untuk menghindari terjadinya interaksi

antar obat yang diberikan kepada pasien dan rasionalisasi penggunaan

obat dapat tercapai.

B. Maksud Percobaan

Menganalisis dan mempelajari interaksi obat Paracetamol®, apabila

diminum dengan buavita pada hewan coba tikus (Rattus novergicus).

C. Tujuan Percobaan

Menentukan absorbansi obat Paracetamol®, yang diminum dengan

buavita pada Tikus (Rattus novergicus).

D. Prinsip Percobaan

Berdasarkan respon tubuh terhadap interaksi obat dengan minuman,

dimana hewan coba tikus (Rattus novergicus) diberikan obat

Paracetamol® kemudian minum buavita. Setelah itu, diukur darahnya

dengan selang waktu pada menit ke 10, 20, 30, 40, dan 50. Kemudian

diukur absorbansi urin pada spektrofotometer.

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
INTERAKSI OBAT
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian

obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan

senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua

atau lebih obat digunakan bersama-sama. (Ganiswarna,2012)

Interaksi obat berarti saling pengaruh antarobat sehingga terjadi

perubahan efek. Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses

hingga akhirnya obat di keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut

meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi.

Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan secara

bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat

berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan

obat. (Neal, 2006).

Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu interaksi farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi

farmakodinamik adalah interaksi antar obat (yang diberikan berasamaan)

yang bekerja pada reseptor yang sama sehingga menimbulkan efek

sinergis atau antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar 2

atau lebih obat yang diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi

dalam proses ADME (absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi)

sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan salah satu kadar obat

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
INTERAKSI OBAT
dalam darah. Selanjutnya akan dibahas lebih lanjut tentang interaksi

farmakokinetik. (Shargel, 2012).

Secara garis berat jenis interaksi obat dibagi menjadi 3, yaitu :

(Ganiswarna,2012)

1. Interaksi Farmasetik atau Inkompatibilitas

Inkompatibilitas ini terjadi diluar tubuh (sebelum obat diberikan)

antara obat yang tdak dapat dicampur (inkompatibel). Pencampuran

obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik

atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan

endapan, perubahan warna dan lain-lain, atau mungkin juga terlihat.

Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.

2. Interaksi Farmakokinetik

Interaksi farmakokinetik terbagi atas 4, yaitu absorpsi, distribusi,

metabolisme dan ekskresin.

a. Interaksi dalam absorpsi di saluran cerna

INTERAKSI LANGSUNG. Intraksi secara fisik/kimiawi antar

obat dalam lumen saluran cerna sebelum absorpsi dapat

menganggu proses absorpsi. Interaksi ini dapat dihindarkan/sangat

dikurangi jika obat yang berinteraksi diberikan dengan jarak waktu

minimal 2 jam.

PERUBAHAN PH CAIRAN SALURAN CERNA. Cairan saluran

cerna yang alkalis, misalnya akibat antasid, H2 bloker atau

penghambat pompa proton, akan meningkatkan kelarutan obat

bersifat asam yang sukar larut dalam suasana asam, misalnya

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
INTERAKSI OBAT
aspirin. Dalam suasana alkalis, aspirin lebih banyak terionisasi

sehingga absorpsi persatuan luas area absorpsi lebih lambat, tetapi

karena sangat luasnya area absorpsi di usus halus maka kecepatan

absorpsi secara keseluruhan masih lebih tinggi. Dengan demikian,

dipercepatnya disolusi aspirin oleh basa akan mempercepat

absorpsinya. Akan tetapi suasana alkalis disaluran cerna akan

mengurangi kelarutan beberapa obat bersifat basa (misalnya

ketokonazol) dalam cairan saluran cerna, dengan akibat mengurangi

absorpsinya.

b. Interaksi dalam Distribusi

INTERAKSI DALAM IKATAN PROTEIN PLASMA. Banyak obat

terikat pada protein plasma, obat yang bersifat asam terutama pada

albumin, sedangkan obat yang bersifat basa pada asam α 1-

glikoprotein. Oleh karena jumlah protein plasma terbatas, maka

terjadi kompetisi antara obat-obat yang bersifat asam maupun antara

obat-obat yang bersifat basa untuk berikatan dengan protein yang

sama.

c. Interaksi metabolisme

HAMBATAN METABOLISME OBAT. Hambatan metabolisme

terutama menyangkut obat-obat yang merupakan substrat enzim

metabolisme sitokrom P450 (CYP) dalam mikrosom hati. Dalam bab

I di Bagian Farmakokinetik telah disebutkan adanya 6 isoenzim CYP

yang penting untuk metabolism obat. Tiap isoenzim tersebut

mempunyai substrat dan penghambatnya masing-masing.

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
INTERAKSI OBAT
Pemberian bersamaan salah satu substrat dengan salah satu

penghambat dari enzim yang sama akan meningkatkan kadar

plasma substrat sehingga meningkatkan efek atau toksisitasnya.

Oleh karena itu CYP 3A4/5 memetabolisme sekitar 50 % obat untuk

manusia, maka penghambat isoenzim ini menjadi penting karena

akan berinteraksi dengan banyak obat, terutama penghambat yang

poten, yakni ketokonazol, itrakonazol, eritromisin, dan klaritromisin.

INDUKSI METABOLISME OBAT. Banyak obat yang larut dalam

lemak dapat menginduksi sintesis enzim metabolisme di hati dan

mukosa saluran cerna, misalnya fenobarbital, fenitoin,

karbamazepin, rifampisin, etanol, DDT, linden dan lain-lain.

d. Interaksi Ekskresi

Obat-obat yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal adalah

aminoglikosida, siklosporin dan amfoterisin B. Jika obat-obat ini

diberikan bersama obat-obat lain yang eliminasinya terutama melalui

ginjal maka akan terjadi akumulasi obat-obat lain tersebut sehingga

menimbulkan efek toksik.

3. Interaksi Farmakodinamik

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang

bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang

sama sehingga terjadi efek yang adiktif, sinergistik atau antagonistik,

tanpa terjadi perubahan kadar obat dalam plasma. Interaksi

farmakodinamik merupakan sebagian besar dari interaksi obat yang

penting dalam klinik. Berbeda dengan interaksi farmakokinetik, interaksi

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
INTERAKSI OBAT
farmakodinamik seringkali dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang

segolongan dengan obat yang berinteraksi, karena penggolongan obat

memang berdasarkan persamaan efek farmakodinamiknya

Interaksi obat mengakibatkan berkurang atau hilangnya khasiat

terapi, meningkatnya aktivitas obat, dan dapat terjadi reaksi toksik obat.

Jenis Interaksi Obat berdasarkan mekanisme : (Uliyah, 2008)

a. Interaksi farmakokinetika : bila suatu interaktan mengganggu absorbsi,

distribusi, biotransformasi (metabolisme) dan ekskresi obat objek.

b. Interaksi farmakodinamika :bila interaktan dan obat objek bekerja pada

tempat kerja, reseptor, atau sistem fisiologi yang sama.

Distribusi obat adalah distribusi obat dari dan ke darah dan beberapa

jaringan tubuh ( misalnya lemak, otot, dan aringan otak) dan proporsi

relative obat di dalam jaringan. Setelah suatu obat diabsorbsi ke dalam

aliran darah maka obat akan bersirkulasi dengan cepat ke seluruh tubuh,

waktu sirkulasi darah rata – rata adalah 1 menit. Saat darah bersirkulasi

obat bergerak dari aliran darah dan masuk ke jaringan – jaringan tubuh.

Sebagian terlarut sempurna di dalam cairan plasma, sebagian

diangkut dalam bentuk molekul terlarut dan dalam bentuk terikat protein

plasma (albumin).Ikatan protein sangat bervariasi, sebagian terikat sangat

kuat. (Scanlon, 2000).

Perubahan pH urin mengakibatkan perubahan bersihan ginjal,

melalui perubahan jumlah reabsorbsi pasif di tubuli ginjal, yang hanya

bermakna secara klinis bila : (Dabrowich, 2009)

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
INTERAKSI OBAT
a. Fraksi obat yang diekskresikan melalui ginjal cukup besar, lebih dari

30%.

b. Obat berupa basa lemah dengan pKa 7,5 – 10 atau asam lemah

dengan pKa 3,0 – 7,5.

Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam banyak cara yang

berbeda. Sering, zat tertentu di dalam makanan memberikan efek.

Perubahan-perubahan lain dapat disebabkan oleh jumlah protein dalam

diet anda, atau bahkan cara makanan tersebut disiapkan. Salah satu cara

yang paling umum terjadi, dimana makanan mempengaruhi efek obat

adalah dengan mengubah cara obat tersebut diuraikan ( dimetabolisme )

oleh tubuh anda. Jenis protein yang disebut enzim, memetabolisme

banyak obat. Pada sebagian besar obat, metabolisme adalah proses yang

terjadi di dalam tubuh terhadap obat dimana obat yang semula aktif/

berkhasiat, diubah menjadi bentuk tidak aktifnya sebelum dikeluarkan dari

tubuh. Sebagian obat malah mengalami hal yang sebaliknya, yakni

menjadi aktif setelah dimetabolisme, dan setelah bekerja memberikan efek

terapinya, dimetabolisme lagi menjadi bentuk lain yang tidak aktif untuk

selanjutnya dikeluarkan dari tubuh. (Scanlon, 2000)

Beberapa makanan dapat membuat enzim-enzim ini bekerja lebih

cepat atau lebih lambat, baik dengan memperpendek atau

memperpanjang waktu yang dilalui obat di dalam tubuh. Jika makanan

mempercepat enzim, obat akan lebih singkat berada di dalam tubuh dan

dapat menjadi kurang efekteif. Jika makanan memperlambat enzim, obat

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
INTERAKSI OBAT
akan berada lebih lama dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek

samping yg tidak dikehendaki. (Dabrowich, 2009)

B. Uraian Obat

Paracetamol (Ditjen POM, 1979 : 37)

Nama resmi : ACETAMINOPHENUM.

Nama lain : Acetaminofen, Paracetamol.

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih ; tidak berbau; rasa

pahit.

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagianetanol

(95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40

bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P

; larut Dalam larutan alkali hidroksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

Kegunaan : Sebagai obat

C. Uraian Hewan Coba

1. Klasifikasi Hewan Coba (Jasin, 1992)

Tikus (Rattus norvegicus)

Kingdom : Animalia

Phylum : Cordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus :Rattus

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
INTERAKSI OBAT
Spesies :Rattus norvegicus

2. Morfologi Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Tikus putih (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya

dengan sempurna, mudah dipelihara, merupakan hewan yang relative

sehat dan cocok untuk berbagai macam penelitian. Tikus yang sudah

menyebar keseluruh dunia dan digunakan secara luas untuk penelitian

dan dilaboratorium ataupun hewan kesayangan adalah tikus putih

yang berasal dari asia tengah dan tidak ada hubungannya dengan

norwegia seperti yang diduga dari namanya. Tikus dapat

dikandangkan bersama dalam satu kelompok besar yang terdiri dari

jantan dan betina dan berbagai tingkatan terjadinya kelahiran yang

berarti. Tikus yang lepas dari kandang umumnya akan kembali

kekandang (Malole, 1989).

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
INTERAKSI OBAT
BAB III

METODOLOGI DAN PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah

hansaplast, kuvet, tabung sentrifuge, tissue, dan spoit 10 ml

b. Bahan yang digunakan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah

Paracetamol® dan buavita

B. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Diambil darah awal

3. Diberi obat Paracetamol® dan dikombinasikan dengan buavita

4. Diambil darah pada menit ke 0, 15, 30, 60 dan 90

5. Darah disentrifuge

6. Serum di ukur pada spektrofotometer

7. Diukur parameter farmakokinetiknya

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
INTERAKSI OBAT
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Data kurva baku PCT

C (ppm) Abs

4 0,219

6 0,342

8 0,425

10 0,524

12 0,635

2. Data kurva sampe PCT dan buavita

t (jam) Abs Cp Log Cp

1 0,215 3,84 0,584

2 0,312 5,78 0,761

3 0,475 9,04 0,956

4 0,515 9,84 0,992

5 0,389 7,32 0,864

6 0,213 3,8 0,579

7 0,13 2,14 0,330

8 0,101 1,56 0,193

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
INTERAKSI OBAT
B. Pembahasan

Intraksi obat adalah suatu kejadian aksi obat dalam tubuh diubah

akibat adanya 2 obat atau lebih yang berikan secara bersamaan baik itu

obat herbal, makanan, minuman, dan zat kimia laian yang dapat

mempengaruhi farmakokinetik dan farmakodinamik dalam tubuh.

Pada Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat

perhatian. Sering ditemukan di rumah sakit dan pasien yang rawat jalan

bahwa banyak terjadi interaksi obat yang mereka minum, akibat

ketidaktahuan dan ketidakpahaman orang awam.

Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan

toksisitas dan/atau pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan

terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit

(indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan dan

obat-obat sitostatik. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang

biasa digunakan bersama-sama.

Tujuan dari percobaan interaksi obat ini adalah untuk menentukan

nilai AUC apakah data yang diperoleh valid atau tidak yang dipengaruhi

oleh adanya interaksi obat dengan minuman yaitu, obat paracetamol dan

buavita.

Pada praktikum ini digunakan digunakan hewan coba tikus (Rattus

norvegicus) dimana tikus yang sudah ditimbang berat badanya kemudian

diberikan obat paracetamol secara oral sesuai dengan volume pemberian.

Setelah itu pada menit ke 10’, 20’, 30’, 40’, dan 50’ diambil darah tikus

sebanyak 0,5 mL ke dalam tabung sentrifug lalu disentrifug pada

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
INTERAKSI OBAT
kecepatan 10.000 rpm dan diukur absorbannya pada spektra Uv-Vis.

Setelah itu diperolehlah data kurva baku dan data sampel, selanjutnya

menentukan konsentrasi dan orde obat serta parameter-parameter

farmakokinetiknya.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil

parameter perhitungan dari data obat yang diberikan secara oral, yaitu :

AUC (Area Under Curve) atau area dibawah kurva, yaitu ≤ 20% (valid) dan

hasil yang didapatkan, yaitu 8,6%.

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
INTERAKSI OBAT
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari data yang telah diperoleh maka didapatkan AUC (Area Under

Curve) atau area dibawah kurva, yaitu ≤ 20% (valid) dan hasil yang

didapatkan, yaitu 8,6%.

B. Saran

Sebaiknya asisten lebih rajin periksa laporan

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
INTERAKSI OBAT
DAFTAR PUSTAKA

Dabrowiak , James C. 2009. Metals In Medicine. Wiley: British.

Ditjen POM, 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”. Depkes Ri :Jakarta.

Ganiswarna, Sulistia, 2012, Farmakologi dan Terapi Edisi V (cetak ulang


dengan tambahan), Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran UI : Jakarta.

Neal, Michael .J. 2006. At Glance Farmakologi Medis edisi Lima Penerbit
Erlangga:Jakarta.

Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan
Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Shargel, L. 2012. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Airlangga


University Press, Surabaya.

Uliyah, Musrifatul. 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Salemba


Medika. Jakarta.

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
INTERAKSI OBAT
LAMPIRAN

Skema kerja

Disiapkan alat dan bahan

Diambil darah awal

Diberi obat Paracetamol® dan dikombinasikan dengan buavita

Diambil darah menit ke 10, 20, 30, 40, dan 50

Darah disentrifuge

Serum diukur pada spektrofotometer

Diukur parameter farmakokinetiknya

PERHITUNGAN DOSIS OBAT

Dosis obat yaitu 50mg

Dosis Manusia = 50mg/60 kgBB =0,333 mg/KgBB

Dosis Umum Tikus = 0,333 mg/KgBB X 37/6 = 51,386 mg/kgBB

Dosis Maaksimal Tikus = 51,386/1000 gr X 200gr = 10,277 mg

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
INTERAKSI OBAT
Lampiran perhitungan

Perhitungan parameter-parameter oral

Untuk menentukan orde

T (menit) Cp (µg/mL) Log Cp

6 3,8 0,579

7 2,14 0,330

8 1,56 0,193

Nilai Orde 0 : a : 10,34 NilaiOrde 1: a : 1,718

b : - 1,12 b : - 0,193

r : - 0,963 r : - 0,986

Data diatas mengikuti orde 1

Ke = - b x 2,3

= - (-0,193) x 2,3 = 0,443 jam-1


0,693 0,693
t½ = = 0,443 = 1,564 jam
𝑘𝑒

Untuk mencari nilai ka

t (menit) Cp Lama Log Cp CpBaru Cp diff Log Cp diff

1 3,84 1,525 33,496 29,656 1,472

2 5,78 1,332 21,478 15,698 1,195

3 9,04 1,139 13,772 4,732 0,675

T vs Log Cp diff

Nilai a : 1,911

b : - 0,398

r : - 0,984
AYU MELINDA ANDRI
15020140081
INTERAKSI OBAT
Ka = - b x 2,3

= - (- 0,398) x 2,3 = 0,915 menit-1

2,3 log(𝑘𝑎⁄𝑘𝑒 )
Tmaks = 𝑘𝑎−𝑘𝑒

2,3 log(0,915⁄0,443) 0,722


= = 0,472 = 1,529 jam
0,915−0,443

𝐹 ∙ 𝐷𝑜 ∙ 𝑘𝑎
Vd = 𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 𝑎 (𝑘𝑎−𝑘𝑒)

0,8 × 10.277 × 0,915


= 𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 1,718 (0,915−0,443)

7522,764
= = 305,108 mL
24,656

Cpmaks = [𝐴 × 𝑒 −𝑘𝑒 × 𝑡𝑚𝑎𝑘𝑠 ] − [𝐵 × 𝑒 −𝑘𝑎 × 𝑡𝑚𝑎𝑘𝑠 ]

= [𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 1,718 × 𝑒 −0,443×1,529 ] − [𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 1,911 × 𝑒 −0,915×1,529 ]

= [52,239 × 0,507] − [81,470 × 0,246]

= 26,485 – 20,041= 6,444 𝜇𝑔/𝑚𝐿


𝐶𝑝𝑛 +𝐶𝑝𝑛−1
[𝐴𝑈𝐶]𝑡𝑛
𝑡𝑛−1 = (𝑡𝑛 − 𝑡𝑛−1 )
2

5,78+3,84
[𝐴𝑈𝐶]12 = (2 − 1) = 4,81𝜇𝑔 𝑗𝑎𝑚/𝑚𝐿
2

9,04+5,78
[𝐴𝑈𝐶]32 = (3 − 2) = 7,41 𝜇𝑔 𝑗𝑎𝑚/𝑚𝐿
2

9,84+9,04
[𝐴𝑈𝐶]43 = (4 − 3) = 9,44 𝜇𝑔 𝑗𝑎𝑚/𝑚𝐿
2

7,32+9,84
[𝐴𝑈𝐶]54 = (5 − 4) = 8,58 𝜇𝑔 𝑗𝑎𝑚/𝑚𝐿
2

3,8+7,32
[𝐴𝑈𝐶]65 = (6 − 5) = 5,56 𝜇𝑔 𝑗𝑎𝑚/𝑚𝐿
2

2,14+3,8
[𝐴𝑈𝐶]76 = (7 − 6) = 2,97 𝜇𝑔 𝑗𝑎𝑚/𝑚𝐿
2

1,56+2,14
[𝐴𝑈𝐶]87 = (8 − 7) = 1,85 𝜇𝑔 𝑗𝑎𝑚/𝑚𝐿
2

AYU MELINDA ANDRI


15020140081
INTERAKSI OBAT
∑AUC = 4,81+ 7,41 + 9,44 + 8,58 + 5,56 +2,97 + 1,85

= 40,62 µg jam/mL
𝐶𝑝𝑛 1,56
[𝐴𝑈𝐶]𝑡∞
𝑡𝑛 = = = 3,521 𝜇𝑔 𝑗𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝑘𝑒 0,443

𝐹 ∙𝐷𝑜 0,8 𝑥 10.277


[𝐴𝑈𝐶]𝑡∞
𝑡0 = 𝑉𝑑 ∙𝑘𝑒 = 305,108 ×0,443

8221,6
= 135,162 = 60,827 𝜇𝑔 𝑗𝑎𝑚/𝑚𝐿

[𝐴𝑈𝐶]𝑡∞
𝑡𝑛
%AUCekstrapolasi = × 100%
∑𝐴𝑈𝐶

3,521
= 40,62 × 100%

= 8,6 %

Dari hasil %AUCekstrapolasi yang diperoleh adalah 8,6% yang

menunjukkanbahwa data diatas valid karena kurang dari 20%.

AYU MELINDA ANDRI


15020140081

Anda mungkin juga menyukai