Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya zaman, segala aspek kehidupan


seolah – olah dituntut untuk melakukan perubahan – perubahan. Perubahan
– perubahan tersebut tentunya bertujuan menuju kearah yang lebih baik dari
sebelumnya. Termasuk terjadi dalam aspek pendidikan, ini ditunjukkan
dengan selalu munculnya kurikulum – kurikulum baru yang menggantikan
atau memperbaiki kurikulum yang sebelumnya. Kurikulum sebagaimana
ditegaskan dalam pasal 1 ayat 19 UU No.20 Tahun 2003 adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Perubahan kurikulum seringkali membuat beberapa guru yang belum
memahami metode pembelajarannya merasa kesulitan. Di sisi lain terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan guru harus tetap menerapkan sebagian
metode yang terdapat pada kurikulum sebelumnya.
Pendidikan saat ini menerapkan kurikulum 2013 yang merupakan
lanjutan dari pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah
dirintis pada tahun 2004 dan KTSP pada tahun 2006 yang mencakup
kompetensi kognitif, psikomotorik, dan afektif secara tepadu.
Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah yaitu mengenai proses perlunya proses pembelajaran yang
dipadu dengan kaidah – kaidah pendekatan saintifik/ilmiah. Kemendikbud
(2013 : 3). Hal ini perlu adanya perubahan mindset guru dari metode
pembelajaram kurikulum lama menuju metode pembelajaran yang
diterapkan dalam K13. Makalah ini membahas tentang bagaimana seluk
beluk mengenai metode belajar melalui pendekatan saintifik yang
diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan di masa sekarang ini.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pendekatan saintifik?
2. Apa saja karakteristik pendekatan saintifik?
3. Apa saja langkah–langkah pendekatan saintifik?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan pendekatan saintifik?
5. Apa tujuan pendekatan saintifik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari pendekatan saintifik.
2. Untuk mengetahui karakteristik pendekatan saintifik.
3. Untuk mengetahui langkah – langkah pendekatan saintifik.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan saintifik.
5. Untuk mengetahui tujuan pendekatan saintifik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pendekatan Saintifik

Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut


pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum,di
dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Pada dasarnya terdapat 2
jenis pendekatan dalam pembelajaran, yaitu Pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student centred approach) dan pendekatan yang
berpusat pada guru (teacher centred approach). Contoh dari pendekatan
yang berpusat pada siswa (student center) adalah pendekatan saintifik
(scientific approach).1

Pendekatan saintifik atau biasa disebut dengan pendekatan ilmiah


diperkenalkan pertama kali dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat
sejak akhir abad 19, sebagai penekanan pada metode laboratorium
formalistik yang mengarah pada fakta–fakta ilmiah (Hudson:1996,
Rudolph,2005). Pendekatan ini memudahkan guru atau pengembang
kurikulum dalam memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan
memecah proses menjadi langkah–langkah yang lebih terperinci dan
memuat instruksi untuk peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran
(Maria Varelas and Michael Ford:2008,31). Hal inilah yang menjadi
alasan penggunaan pendekatan saintifik sebagai pendekatan dalam
kurikulum 2013.

1
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan (Jakarta:Kencana,2016),
hlm 127

3
Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran
mencakup pengembangan ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang dielaborasi untuk tiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi
tersebut, memiliki lintasan perolehan (proses psikologi) yang berbeda.
Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan
diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar,
menyaji, dan mencipta. Sedangkan sikap diperoleh melalui aktivitas
menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan.

A. Machin (2014: 28-35). Dalam publikasinya menyebut bahwa


pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan suatu proses
pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif membangun
konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan–tahapan mengamati,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Pendekatan saintifik ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana
saja, kapan saja, dan tidak bergantung pada informasi searah dari guru.
Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan
untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber
melalui berbagai cara, contohnya observasi.2

Pada hakikatnya pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah


merupakan suatu cara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan
dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Proses
pembelajaran harus terhindar dari sifat–sifat atau nilai–nilai non ilmiah.
Pendekatan non ilmiah yang dimaksud meliputi sesuatu yang semata–mata

2
Ika Maryani dan Laila Fatmawati. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar
(Yogyakarta:Deepublish,2018). hlm 1

4
berdasarkan intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba–coba,
dan asal berpikir kritis (Kemendikbud, 2013 : 142). Perubahan proses
pembelajaran dari peserta didik diberi tahu, menjadi peserta didik, mencari
tahu, dan proses penilaian dari berbasis output menjadi berbasis proses dan
output. Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian
otentik (authentic assessment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses,
dan hasil belajar secara utuh (Permen No. 65 Tahun 2013).3

Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang


berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika
atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira – kira, khayalan, legenda atau
dongeng. Penjelasan guru, respon peserta didik dan interaksi mereka
terbebas dari pemikiran subjektif. Pendekatan ini memberikan kesempatan
kepada siswa secara luas untuk melakukan eksplorasi dan elaborasi materi
yang dipelajari, di samping itu memberikan kepada peserta didik untuk
mengaktualisasikan kemampuannya melalui kegiatan pembelajaran yang
telah dirancang oleh guru.

B. Karakteristik Pendekatan Saintifik

Pembelajaran yang menerapkan pendekatan saintifik memiliki


kriteria sebagai berikut:
1. Berorientasi pada siswa
Pendekatan ini berpusat pada siswa (student center), jadi ini
menerapkan sistem dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa. Guru
memiliki peran sebagai fasilitator.
2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengontruksi konsep,
hukum, atau pun prinsip.
3. Dapat mengembangkan karakter siswa.

3
Ibid, hlm 3

5
4. Melibatkan proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat
tinggi.4
Dikutip dari Majid dan Rochmah (2014), proses pembelajaran
bersifat ilmiah jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Substansi atau meteri pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena
yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu.
2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-
peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pikiran
subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk berpikir secara
kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,
memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi
pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik agar mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama
lain dari substansi atau materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik agar mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangakan pola berpikir yang rasional dan
objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya.

Kriteria di atas bertautan erat dengan karakteristik pendekatan


saintifik yang diungkapkan oleh Abidin (2014) :
1. Objektif, artinya pembelajaran senatiasa dilakukan atas objek tertentu
dan peserta didik dibiasakan memberikan penilaian secara objektif.

4
JE Siswo Pangarso.Jurus Jitu Mendampingi Belajar Anak di Usia Emas.(Jakarta:Elex Media
Komputindo,2017)hlm 70

6
2. Faktual, artinya pembelajaran senantiasa dilakukan terhadap masalah
– masalah factual yang terjadi di sekitar peserta didik.
3. Sistematis, artinya pembelajaran dilakukan atas tahapan belajar yang
sistematis dan tahapan belajar belajar ini berfungsi sebagai panduan
pelaksanaan pembelajaran.
4. Bermetode, artinya dilaksanakan berdasarkan metode pembelajaran
ilmiah tertentu yang sudah teruji keefektifannya.
5. Cermat dan Tepat, artinya pembelajaran dilakukan untuk membina
kecermatan dan ketepatan peserta didik dalam mengkaji sebuah
fenomena atau objek belajar tertentu.5

C. Metode Pendekatan Saintifik

1. Mengamati (Observing)
Mengamati / observing adalah “kegiatan studi yang disengaja dan
sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala yang psikis
dengan jalan pengamatan dan pencatatan”. Kegiatan mengamati
dilakukan dengan tujuan untuk “mengerti ciri-ciri dan luasnya
signifikansi dari interrelasinya elemen-elemen / unsur-unsur
tingkahlaku manusia pada fenomena sosial yang serba kompleks dalam
pola-pola kultural tertentu”. Dalam kegiatan pembelajaran; siswa
mengamati objek yang akan dipelajari (Hosnan, 2014:40).
Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan
media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi
pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Dengan metode observasi
peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek
yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru
(Kurinasih dan Sani, 2013:142).

5
Ika Maryani dan Laila Fatmawati. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar
(Yogyakarta:Deepublish,2018). hlm 5

7
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81, hendaklah guru
membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk
melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak,
mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk
melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan
(melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda
atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih
kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan
menempuh langkah-langkah seperti berikut ini:
a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi
b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang
akan diobservasi
c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik
primer maupun sekunder
d. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan
untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi.
Kegiatan observasi dalam proses pembelajaran melibatkanpeserta
didik secara langsung. Dalam hal ini, guru harus memahami bentuk
keterlibatan peserta didik dalam observasi tersebut.
1) Observasi biasa (common observation). Pada observasi ini,
peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan
observasi. Peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan
pelaku, objek, atau situasi yang diamati.
2) Observasi terkendali (controlled observation). Observasi ini sama
halnya dengan observasi biasa, akan tetapi perbedaannya pada
pelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi
yang dikhususkan.

8
3) Observasi partisipatif (participant observation). Pada observasi
ini, peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku
atau objek yang diamati. Selama proses pembelajaran, peserta didik
dapat melakukan observasi dengan dua cara pelibatan diri, yaitu
observasi berstruktur dan observasi tidak berstruktur.6

2. Menanya (Questioning)
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013, adalah
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari
apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual
sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi
yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk
membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar
sepanjang hayat. Pada kegiatan pembelajaran ini, siswa melakukan
pembelajaran bertanya (Hosnan. 2014:49)
Langkah-langkah penerapan model questioning yang dapat
dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Model pertama
Model pertama ini, menentukan media kontekstual sesuai
materi dan dapat merangsang peserta didik untuk bertanya atau
mengembangkan pertanyaan. Kemudian memajang atau
membagikan media yang telah dipersiapkan dan memberikan
waktu kepada peserta didik untuk memperhatikan media tersebut.
Menugaskan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan guru dan membuat pertanyaan untuk dibahas.
Selanjutnya mengadakan kegiatan tanya jawab antara guru dan

6
Ika Maryani dan Laila Fatmawati. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar
(Yogyakarta:Deepublish,2018). hlm 13

9
peserta didik sekitar materi yang dibahas dengan mengacu pada
media pembelajaran.
b. Model kedua
Model ini adalah memilih salah satu KD yang sesuai, lalu
menentukan media kontekstual, sesuai KD dan dapat merangsang
peserta didik untuk bertanya atau mengembangkan pertanyaan.
Mengajak peserta didik untuk saling membuat pertanyaan dan
memberikan waktu kepada peserta didik untuk memperhatikan
media tersebut. Kemudian menukar pertanyaan dengan
kelompok/peserta didik lain dan mengadakan kegiatan tanya jawab
multi arahan yang dipandu oleh guru tentang materiyang dibahas
dengan mengacu pada media pembelajaran dan daftar pertanyaan
yang telah dibuat peserta didik.
c. Questions Students Have
Menurut Silberman dalam Hosnan, langkah-langkah strategi
Questions Students Have, yaitu membagikan kertas kosong kepada
peserta didik, dan meminta peserta didik menulis beberapa
pertanyaan yang mereka miliki tentang materi yang sedang
dipelajari. Kemudian memutar kertas tersebut dan diedarkan
kepada siswa berikutnya. Siswa tersebut membaca dan memberikan
tanda cek pada pertanyaan yang sesuai materi. Setelah itu, kertas
tersebut dikembalikan ke penanya, lalu guru memanggil beberapa
siswa berbagi pertanyaan mereka. Kertas tersebut dikumpulkan dan
pertanyaan-pertanyaan dipilih yang penting untuk dijawab dan
dibahas oleh guru. Questioning sebenarnya merupakan
pengembangan dari metode pembelajaran tanya jawab. Seperti
yang dikemukakan oleh Sudirman dalam Hosnan, bahwa metode
tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa,
siswa kepada guru, atau dari siswa ke siswa.

10
3. Mengumpulkan Informasi /mencoba (experimenting)
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari
bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu,
peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan
fenomena atau objek yang lebih diteliti, atau bahkan melakukan
eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi.
Dalam Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013, aktivitas
mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca
sumbr lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas
wawancara dengan narasumber, dan sebagainya. Adapun kompetensi
yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan,
menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai
cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar
sepanjang hayat (Hosnan, 2014:57).
Pembelajaran dengan metode eksperimen, meliputi tahap-
tahap berikut:
a. Percobaan awal; pembelajaran diawali dengan melakukan
percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati
fenomena.
b. Pengamatan; merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan
percobaan. Siswa diharapkan untukmengamati dan mencatat.
c. Hipotesis awal; siswa dapat merumuskan hipotesis sementara
berdasarkan hasil pengamatannya.
d. Verifikasi; kegiatan membuktikan kebenaran dari dugaan awal
yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok.
Siswa membuat kesimpulan dan dapat dilaporkan hasilnya.
e. Aplikasi konsep; setelah siswa merumuskan dan
menemukankonsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya.

11
f. Evaluasi; merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu
mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam
kehidupannya.

4. Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/Menalar (Assosiating)


Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan
pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk
mengembangkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku
aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik
harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang
logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi
untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud
merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu
tidak bermanfaat (Hosnan, 2014:67).
Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam
kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud
Nomor 81 ATahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada
yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola
dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang
diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat
aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan
berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

12
Adapun aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk
meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan
tahapan berikut ini:
a. Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap
sesuai dengan tuntutan kurikulum
b. Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau kuliah. Tugas
guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai
contoh-contoh.
c. Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang, dimulai dari yang
sederhana sampai yang kompleks
d. Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati
e. Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
f. Adanya pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat
menjadi kebiasaan
g. Evaluasi didasari atas perilaku yang nyata
h. Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan
memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.
Metode dalam kegiatan menalar ada metode induktif dandeduktif.
Metode induktif adalah metode yang digunakan dalam berfikir dengan
bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Generalisasi adalah bentuk dari
metode berfikir induktif. Sedangkan deduktif adalah metode berfikir
yang menerapkan hal-hal umum ke hal-hal yang khusus.

5. Mengomunikasikan Pembelajaran
Pada pendekatan saintifik, guru diharapkan memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengomunikasikan apa yang telah mereka
pelajari. Pada harapan peserta didik untuk mengomunikasikan apa
yang telah mereka pelajari. Pada tahapan ini, diharapkan peserta didik
mengomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara

13
bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil
kesimpulan yang telah dibuat bersama.
Kegiatan mengomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh
guru agar peserta didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban
yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki. Hal
ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada
standar proses. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di
28 kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau
kelompok peserta didik tersebut.
Kegiatan “mengomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun
2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap, jujur, teliti, toleransi, kemampuan berfikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Dalam
kegiatan mengomunikasikan peserta didik diharapkan sudah dapat
mempresentasikan hasil temuannya unruk ditampilkan di depan
khalayak ramai sehingga rasa berani memberikan komentar, saran,
atau perbaikan mengenai apa saja dipresentasikan oleh rekannya
(Hosnan, 2014:76).
Beberapa hal yang dapat dilaksanakan dalam kegiatan
mengkomunikasikan adalah sebagai berikut:
1. Setiap kelompok bekerja sama untuk mendeskripsikan karakter dan
kegiatan yang telah disediakan oleh guru atau dalam buku
2. Setiap peserta didik memahami bagaimana mendeskripsikan hal-
hal yang ada disekitar mereka

14
3. Peserta didik/ kelompok peserta didik membacakan hasil kerja di
depan kelas, dan bergiliran
4. Setiap kelompok mendengarkan dengan baik, dan bisa memberikan
masukan tentang karakter atau kegiatan tersebut
5. Guru mengarahkan dan memastikan jalannya proses kegiatan agar
berjalan dengan baik dan semua peserta didik harus terlibat aktif
dalam kegiatan communicating
6. Setelah semua mempresentasikan hasil kerja, guru memberi
penjelasan tentang materi yang telah dipelajari dengan baik dan
benar.

D. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Saintifik

Dengan karakteristik yang terdapat dalam langkah-langkah


pembelajarannya, pendekatan saintifik memiliki kelebihan sebagai berikut:
1. Memandu siswa untuk memecahkan masalah melalui kegiatan
perencanaan yang matang, pengumpulan data, analisis data untuk
menghasilkan kesimpulan.
2. Menuntun siswa berpikir sistematis, kritis, kreatif, melakukan
aktivitas penelitian dan membangun konseptualisasi pengetahuan.
3. Membina kepekaan siswa terhadap problematika yang terjadi di
lingkungannya.
4. Membiasakan siswa menanggung resiko pembelajaran.
5. Membina kemampuan siswa dalam berargumentasi dan komunikasi.
6. Mengembangkan karakter siswa.

Namun demikian, di samping kelebihan-kelebihan di atas


pendekatan saintifik juga memiliki kekurangan atau kelemahan antara lain
sebagai berikut :
1. Dapat menghambat laju pembelajaran yang menyita waktu.

15
2. Kegagalan dan kesalahan dalam melakukan eksperimen akan
berakibat pada kesalahan penyimpulan.
3. Apabila terdapat siswa yang kurang berminat terhadap materi yang
dipelajari, dapat menyebabkan pembelajaran menjadi tidak efektif.

Dalam menyikapi beberapa kekurangan yang mungkin ditemui


dalam penerapan pendekatan saintifik di atas, tentu saja guru harus selalu
berupaya untuk meminimalisirnya. Misalnya untuk menghindari
kesalahan penyimpulan, guru perlu memantau sekaligus memberikan
bantuan (scaffolding) selama proses pembelajaran. Sedangkan untuk
antisipasi pembelajaran yang menyita waktu maupun untuk menarik
minat siswa, guru perlu melakukan persiapan matang termasuk dari segi
bahan ajar yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.

E. Tujuan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik harus menyentuh


tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasilnya adalah
peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi
manusia yang baik dan memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk
hidup secara layak dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasil belajar melahirkan peserta
didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan


kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses
kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan
pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan
masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras
mewujudkan ide-idenya.

16
Tujuan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan
berfikir tingkat tinggi siswa.
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah secara sistematik.
3. Terciptanya kondisi pembelajaran di masa siswa merasa bahwa
belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya
dalam menulis artikel ilmiah.
6. Untuk mengembangkan karakter siswa.
Berdasarkan penjelasan tujuan tersebut, hasil yang didapat dari
pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah peningkatan
keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi insan yang baik dan
memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak dari
peserta didik yang meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada hakikatnya pendekatan saintifik merupakan cara yang dilakukan


untuk mendapat pngetahuan denga metode ilmiah. pendekaakan saintifik ini
diterapkan pada kurikulum 2013 karena dianggap cocok sesuai dengan
karakteristik-karakteritik yang ada seperti berorientasi pada siswa, melibatkan
keterampilan proses sains dalam mengontruksi konsep, hukum, atau pun
prinsip, dapat mengembangkan karakter siswa, melibatkan proses kognitif
yang potensial dalam merangsang perkembangan intelektual, khususnya
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Tujuan dari adanya pendekatan saintifik dalam pembelajaran yakni
membentuk pribadi siswa yang intelektual tinggi, berpikir kristis, dan dapat
memecahkan suatu masalah baik sehingga terbentuknya suatu karakter siswa.
Dalam melakukan pendekatan saintifik ini ada beberapa metode yang
dapat dilakukan diantaranya yaitu pengamatan (observing), mengajukan
pertanyaan (questioning), mengumpulkan informasi/mencoba
(experimenting), menganalisis/ menalar (associating), dan
mengkomunikasikan (Comunicating) dengan membentuk jaringan/
networking. Namun dalam pendekatan saintifik juga terdapat kelebihan dan
kekurangan, sehingga perlunya komunikasi antara guru dan siswa.

B. Saran
Pendekatan saintifik sudah diterapkan pada lingkup pembelajaran,
diharapkan siswa dapat menggunakan metode ilmiah tersebut sebaik mungkin
sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya dapat memecahkan suatu
permasalahan dengan baik dan sistematik.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://ejournal.unikama.ac.id (diakses pada 30 Maret 2019 pukul 11.45)

https://kependidikan.com/pendekatan-saintifik/ (diakses pada 30 Maret 2019

pukul 14.52)

https://lib.unnes.ac.id/21319/1/3101411149-S.pdf (diakses pada 30 Maret 2019

pukul 16:28)

http://seminar.uny.ac.id (diakses pada 30 Maret 2019 pukul 18.54)

Sanjaya, Wina. 2016. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta:Kencana

Siregar, Pariang Sonang dan Rindi G.H. 2019. Implementasi Kurikulum 2013 di

Sekolah Dasar.Yogyakarta: Deepublish.

Maryani,Ika dan Laila F.2018. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran di

Sekolah Dasar.Yogyakarta:Deepublish

Pangarso, Siswo JE. 2017. Jurus Jitu Mendampingi Belajar Anak di Usia Emas.

Jakarta: Elex Media Komputindo

19

Anda mungkin juga menyukai