Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu.
Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan
oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan.

Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu
terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada
24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi
masa nifas. Selama ini perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab kematian ibu
yang pertama, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan rujukan, maka
infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian ibu.

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat


genitalia dalam masa nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab
apapun. Mobilitas puereuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 38ºC atau lebih
selama 2 hari, dalam 10 hari pertama postpatum. Kecuali pada hari pertama. Suhu
diukur 4x sehari secara oral (dari mulut). Infeksi diklasifikasikan menjadi Infeksi
terbatas lokasinya pada perineum, vulva, serviks, endometrium dan Infeksi yang
menyebar ketempat lain melaui: pembuluh darah vena, pembuluh limfe dan
endometrium (Rustam Muchtar, 1998).Tromboflebitis adalah penjalaran infeksi
melalui vena sering terjadi dan merupakan penyebab penting dari kematian karena
infeksi puerperslis (obstetric patologis FKUI, 2005).

Sebagian besar kejadian dan kesakitan yang disebabkan oleh tromboflebitis


sama seperti kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan paska persalinan yang
terjadi dua puluh empat jam setelah kelahiran bayi. Karena itu penting sekali
memantau tromboflebitis secara ketat. Jika sudah ada tanda-tanda yang menyerupai
tromboflebitis segera periksa apakah memang gejala tromboflebitis atau hanya gejala
radang biasa.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan tromboflebitis?


2. Apa saja klasifikasi dari tromboflebitis?
3. Apa saja etiologi tromboflebitis?
4. Bagaimana patofisiologi tromboflebitis?
5. Bagaimana manifestasi dari tromboflebitis?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari tromboflebitis?
7. Bagaimana penatalaksanaan untuk kasus tromboflebitis?
8. Bagaimana pola pengobatan tromboflebitis?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum : Untuk memenuhi tugas mata kuliah askeb IV tentang
patologi kebidanan
2. Tujuan Khusus :
1. Mengetahui pengertian tromboflebitis.
2. Mengetahui klasifikasi dari tromboflebitis.
3. Mengetahui etiologi tromboflebitis.
4. Mengetahui patofisiologi tromboflebitis.
5. Mengetahui manifestasi dari tromboflebitis.
6. Mengetahui jenis pemeriksaan penunjang dari tromboflebitis.
7. Mengetahui penatalaksanaan untuk kasus tromboflebitis.
8. Mengetahui pola pengobatan tromboflebitis.

D. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode pustaka, yaitu
dengan mencari referensi melalui buku bacaan. Selain itu penulis juga
menggunakan cara browsing di internet untuk menambah wawasan dan informasi
seputar materi makalah.

E. MANFAAT
 Bagi institusi pendidikan : menambah informasi, wacana dan referensi tentang
tromboflebitis.
2
 Bagi penulis : dapat mempelajari sedalam mungkin mengenai tromboflebitis.
Selain itu penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dari media elektrik
maupun dari buku.
 Bagi pembaca : menambah ilmu dan gambaran tentang tromboflebitis.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Tromboflebitis merupakan trombosis yang diawali dengan peradangan.


Definisi tromboflebitis secara umum, adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam
vena sekunder akibat inflamasi/ trauma dinding vena atau karena obstruksi vena
sebagian.

Definisi tromboflebitis menurut Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal


(2002), tromboflebitis adalah perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang
mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan cabang-cabangnya.

Jadi tromboflebitis adalah radang vena yang berhubungan dengan


pembentukan trombus. Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh
darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tromboflebitis cenderung terjadi pada
periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat
peningkatan fibrinogen.

B. Klasifikasi

1. Tromboflebitis Femoralis

Yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua vena femoralis.
Hal ini disebabkan oleh adanya trombosis atau embosis yang disebabkan karena
adanya perubahan atau kerusakan pada pembuluh darah, susunan darah, laju peredaran
darah, atau karena pengaruh infeksi atau vena seksi.

2. Tromboflebitis Pelvik

Mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena


ovarika, vena uterina dan vena hipogastrika. Vena yang paling sering terkena adalah
vena ovarika dektra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletak di bagian
atas uterus. Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ialah ke vena renalis, sedang
perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra ialah ke vena kava inferior. Perluasan
infeksi dari vena uterina ialah ke vena iliaka komunis. Bakteri yang biasanya berkaitan
dengan tromboflebitis streptokokus anaerob dan bakteriodes.

4
C. Etiologi

Secara umum etiologi tromboflebitis adalah sebagai berikut:

1. Perluasan infeksi endometrium


2. Mempunyai varises pada vena
3. Obesitas

Faktor Predisposisi Tromboflebitis

1. Pertambahan usia, semakin tua maka semakin beresiko terjadi tromboflebitis.


2. Kurang gizi
3. Anemia
4. Higyene kurang
5. Kelelahan
6. Proses persalinan bermasalah
a. Partus lama
b. Koreoamnionitis traumatic
c. Persalinan traumatic
d. Kurang baiknya pencegahan infeksi
e. Manipulasi yang berlebihan
7. Pernah mengalami tromboflebitis sebelumnya

D. Patofisiologi

Patofisiologi Tromboflebitis

Terjadinya thrombus :

a. Abnormalitas dinding pembuluh darah

Formasi trombus merupakan akibat dari statis vena, gangguan koagubilitas


darah atau kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis vena lazim dialami oleh
orang-orang yang imobilisasi maupun yang istirahat di tempat tidur dengan gerakan
otot yang tidak memadai untuk mendorong aliran darah. Stasis vena juga mudah terjadi
pada orang yang berdiri terlalu lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian
ketat, obesitas, tumor maupun wanita hamil.

5
b. Perubahan komposisi darah (hyperkoagulabilitas)

Hyperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma kelahiran juga


mempermudah terjadinya trombosis. Banyak faktor telah dianggap terlibat dalam
patogenesis flebitis karena infus intravena, antara lain:

(1) Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan (flebitis kimia)

a. PH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko flebitis
tinggi. Obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara
lain kalium klorida, vancomycin, amphotrecin B, cephalosporins, diazepam,
midazolam dan banyak obat khemoterapi.

b. Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama
pencampuran.

c. Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat
dianjurkan untuk larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L. Hindarkan
vena pada punggung tangan jika mungkin, terutama pada pasien usia lanjut

d. Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding
politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan lebih halus, lebih thermoplastik
dan lentur. Risiko tertinggi untuk flebitis dimiliki kateter yang terbuat dari
polivinil klorida atau polietilen.

(2) Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi.
(Kanula yang dimasukkan ada daerah lekukan sering menghasilkan flebitis mekanis.
Ukuran kanula harus dipilih sesuai dengan ukuran vena dan difiksasi dengan baik).

(3) Agen infeksius.

Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis bakteri meliputi:

a. Teknik pencucian tangan yang buruk

b. Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak.

c. Pembungkus yang bocor atau robek mengundang bakteri.

d. Teknik aseptik tidak baik

6
e. Teknik pemasangan kanula yang buruk

f. Kanula dipasang terlalu lama

g. Tempat suntik jarang diinspeksi visual

c. Gangguan aliran darah

E. Manifestasi klinis

Penderita tromboflebitis umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah


vena (nyeri yang terlokalisasi), nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan (timbul
dengan cepat diatas vena) dan terasa hangat sampai panas. Juga dinyatakan adanya
oedema atau pembengkakan agak luas, nyeri bila terjadi atau menggerakkan lengan,
juga pada gerakan-gerakan otot tertentu. Pada perabaan, selain nyeri tekan, diraba pula
pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempat-tempat dimana terdapat katup vena,
kadang-kadang diraba fluktuasi. Sebagai tanda adanya hambatan aliran vena dan
menggembungnya vena di daerah katup. Fluktuasi ini dapat pula terjadi karena
pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada penderita-penderita ini, tetapi biasanya
pada orang dewasa hanya dirasakan sebagai malaise.

1. Pelvic tromboflebitis

a. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping,
timbul pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.

b. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:

1).Menggigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit)
dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada
waktu menggigil penderita hampir tidak panas.

2).Suhu badan naik turun secara tajam (36°C menjadi 40ºC) yang diikuti
penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis).

3).Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan.

c. Abses pada pelvis

d. Gambaran darah

7
1).Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi,
dapat segera terjadi leukopenia).

2).Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya
menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.

e. Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak
terkena adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan dalam.

f. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru (infark, abses,
pneumonia), pada ginjal sinistra yang diiikuti proteinurina, hematuria, pada
persedian.

2. Tromboflebitis femoralis

a. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu
mendadak naik kira-kira pada hari ke 10-20 yang disertai dengan menggigil dan
nyeri sekali.

b. Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-
tanda sebagai berikut:

1) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak,
lebih panas dibandingkan dengan kaki lainnya.

2) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada
paha bagian atas.

3) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.

4) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak,


tegang, putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.

5) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada


umumnya terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari
jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian melus dari bawah ke atas.

6) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau
dengan meregangkan tendo akhiles (tanda homan positif).

8
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonograf Doppler

Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan


katub pada vena profunda,vena penghubung dan vena yang mengalami pervorasi.

2. Pemeriksaan hematokrit

Mengidentifikasi Hemokonsentrasi

3. Pemeriksaan Koagulasi

Menunjukkan hiperkoagulabilitas

4. Biakan darah

Pemeriksaan Baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme


yang penting untuk di antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan anaerob.
Staphilokokus aureus ,Eschercia coli dan Bakteriodes

5. Pemindai ultrasuond dupleks

dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan
dilokalisasi dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak
kompeten

6. Venografi

Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan


gambaran pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis.

G. Penatalaksanaan

1. Pelvic tromboflebitis

a. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan


menggunakan teknik aseptik yang baik

b. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan
mencegah terjadinya emboli pulmonum

9
c. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau
dugaan adanya emboli pulmonum

d. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika
emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun
sedang dilakukan hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan.

2. Tromboflebitis femoralis

a. Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.

b. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas


bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah.
Jauhkan tekanan dari daerah untuk mengurangi rasa sakit dan
mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut.

c. Tinggikan daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan.


Pastikan Pasien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan
menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas
pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada
betis.

d. Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki


varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu
mencegah kondisi stasis.

e. Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum


bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit
dibawahnya.

f. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.

g. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan


diberikan.

h. Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.

10
i. Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai
instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak
menekan kaki Pasien sehingga aliran darah tidak terhambat.

j. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang


terkena.

k. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan
pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat
adanya peningkatan atau penurunan ukuran.

l. Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal


untuk mengkaji pendarahan jika Pasien dalam terapi antikoagulan.

m. Adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada


gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan
episiotomi.

n. Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada


masa menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.

o. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.

p. Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan


melalui terapi sub kutan Jelaskan kepada Pasien bahwa untuk kehamilan
selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi
untuk memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat telah
dilakukan.

H. Pola Pengobatan
Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk
mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen).
Untuk mempercepat penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal,
dilakukan pengangkatan trombus dan kemudian pemakaian perban kompresi
selama beberapa hari.

11
Jika terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena
dalam dan terlepas. Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan
pembedahan darurat guna mengikat vena permukaan. Untuk rekomendasi lebih
spesifik, lihat kondisi tertentu. Secara umum, pengobatan dapat mencakup sebagai
berikut: Obat analgesik (nyeri obat), antikoagulan atau pengencer darah untuk
mencegah pembentukan gumpalan baru, Trombolitik untuk melarutkan bekuan
yang sudah ada, non-steroid obat anti inflamasi (OAINS), seperti ibuprofen untuk
mengurangi rasa sakit dan peradangan, antibiotik (jika infeksi hadir).

12
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada tanggal 10 September 2013 Ny. S P1A0 umur 23 tahun yang saat ini berada pada
masa nifas minggu kedua datang ke klinik Keluarga Sehat. Ibu mengatakan sudah 1
minggu yang lalu mengalami demam, nyeri pada tungkai sebelah kiri, nyeri pada saat
ditekuk, dan merasakan bengak pada kaki kirinya. Pada hasil pemeriksaan, keadaan
umum kurang baik, kesadaran composmentis, TTV TD: 120/ 80 mmhg, nadi 85 x/
menit, suhu 38°C, Respirasi 19x/ menit. TFU sudah tidak teraba, pemeriksaan kandung
kemih kosong, lokea sanguilenta kurang lebih 10 cc, tidak ada luka robekan pada
perineum. Pada pemeriksaan sistematis kaki sebelah kiri bengkak , tegang, putih dan
dingin. Hasil pemeriksaan tungkai dengan metode hofman sign positif, ibu menjerit
menahan sakit.

Data Subyektif:

Ibu mengatakan saat ini berada pada masa nifas minggu kedua setelah persalinan.
Persalinannya ditolong oleh bidan, sudah 1 minggu yang lalu ibu mengalami demam, nyeri
pada tungkai sebelah kiri, nyeri pada saat ditekuk, dan merasakan bengak pada kaki
kirinya.

Data Obyektif:

Keadaan umum kurang baik, kesadaran composmentis, TTV TD: 120/ 80 mmhg, nadi
85 x/ menit, suhu 38°C, Respirasi 19x/ menit. TFU sudah tidak teraba, pemeriksaan
kandung kemih kosong, lokea sanguilenta kurang lebih 10 cc, tidak ada luka robekan pada
perineum. Pada pemeriksaan sistematis kaki sebelah kiri bengkak , tegang, putih dan
dingin. Hasil pemeriksaan tungkai dengan metode hofman sign positif, ibu menjerit
menahan sakit.

Assessment:

Ny. S P1A0 umur 23 tahun 2 minggu post partum dengan tromboplebithis

Masalah: Rasa nyeri di tungkai ibu tidak dapat melakukan aktivitas terutama mengurus
bayinya.

Kebutuhan: Atasi rasa sakit yang dialami ibuk, beri dukungan ibu.

13
Masalah potensial: sepsis puerpuralis.

Tindakan segera : segera kolaborasi dengan dokter obsgyn

Planing:

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan :


TD: 120/ 80 mmHg, nadi 85 x/ menit, suhu 38ºC, Respirasi 19x/ menit . Pada
lutut terdapat sumbatan pada pembuluh darah sehingga merasakan sakit pada
daerah lutut
H: Ibu mengerti pnjelasan yang diberikan bidan
2. Memberitahu ibu penyebab tromboplebitis, yaitu disebabkan karena adanya
sumbatan aliran darah pada pmbuluh darah vena sehingga kaki tampak merah, sakit
dan bengkak. Menjelaskan kepada ibu hasil konsultasi dengan dokter,bahwa ibu
perlu pengobatan dengan penisilin dilarutkan dalam larutan glukosa 5 % atau linger
laktat melalui infuse sesuai intruksi dokter.
H: Ibu mengerti pnjelasan yang diberikan bidan
3. Memberitahu ibu cara mengatasi keluhan rasa sakit pada daerah lutut yang bengkak
yang terkena tromboplebitis yaitu dengan cara meninggikan kaki pada saat duduk,
menggunakan kaos kaki panjang yang elastic selama mungkin dan dikompres
hangat agar rasa sakitnya hilang.
H: Ibu mengerti pnjelasan yang diberikan bidan
4. Memberitahu ibu cara mengatasi demam yaitu dengan cara kompres hangat pada
daerah kening dan lipat ketiak agar panas ibu turun dengan cepat
H: Ibu mengerti pnjelasan yang diberikan bidan
5. Menganjurkan ibu untuk banyak minum yaitu minimal 8 gelas sedang perhari
untuk mencegah dihidrasi
H: Ibu mengerti pnjelasan yang diberikan bidan
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan aktivitas secara bertahap jangan langsung
melakukan aktivitas yang berat karena hal tersebut dapat memperparah keadaan
ibu.
H: Ibu mengerti pnjelasan yang diberikan bidan
7. Mendokumentasikan asuhan dan hasil pemeriksaan pada cataan soap
H: pendokumentasian telah dilakukan

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tromboflebitis adalah radang vena yang berhubungan dengan pembentukan


trombus. Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai
pembentukan pembekuan darah. Tromboflebitis cebderung terjadi pada periode
pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat
peningkatan fibrinogen .

2. Klasifikasi

a. Tromboflebitis Femoralis

b. Tromboflebitis Pelvik

3. Manifestasi klinis :

Pelvic tromboflebitis

a. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping,
timbul pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.

b. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:

1) Menggigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit)
dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada
waktu menggigil penderita hampir tidak panas.

2) Suhu badan naik turun secara tajam (36°C menjadi 40ºC) yang diikuti
penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis).

3) Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan.

c. Abses pada pelvis

d. Gambaran darah

15
1) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi,
dapat segera terjadi leukopenia).

2) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum
mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah
anaerob.

3) Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling
banyak terkena adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan
dalam.

4) Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru (infark, abses,
pneumonia), pada ginjal sinistra yang diiikuti proteinurina, hematuria, pada
persedian.

Tromboflebitis femoralis

a. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu
mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan
nyeri sekali.

b. Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-
tanda sebagai berikut:

1) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih
panas dibandingkan dengan kaki lainnya.

2) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada
paha bagian atas.

3) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.

4) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak,


tegang, putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.

5) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya
terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan
pergelangan kaki kemudian melus dari bawah ke atas.

16
6) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan
meregangkan tendo akhiles (tanda homan positif).

4. Pengobatan

Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk mengurangi nyeri


bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen). Untuk mempercepat
penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal, dilakukan pengangkatan
trombus dan kemudian pemakaian perban kompresi selama beberapa hari.

5. Komplikasi

a. Tromboflebitis pelvica

Komplikasi potensial dari tromboflebitis pelvica antara lain adalah:

1) emboli paru septik

2) septikemia

3) emfisema

b. Tromboflebitis femoralis

Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius adalah


emboli paru.

B. Saran

1. Kepada klien agar lebih mengetahui tentang tromboflebitis baik pengertian maupun
gejalanya, sehingga apabila dijumpai tanda gejala tromboflebitis tersebut maka klien
segera ke tempat pelayanan kesehatan.

2. Kepada tenaga kesehatan terutama bidan agar dapat memberi penanganan segara bila
menemui kasus tromboflebitis, sehingga tidak terjadi komplikasi yang berlanjut.

3. Kepada pembaca agar memahami apa itu tromboflebitis dan pencegahan yang dapat
dilakukan, sehingga pembaca dapat menerapkan prinsip preventif sebelum
kuratif.

17
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary. dkk. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Djojosugito, Ahmad. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka.

FKUI. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.

18

Anda mungkin juga menyukai