PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu.
Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan
oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan.
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu
terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada
24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi
masa nifas. Selama ini perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab kematian ibu
yang pertama, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan rujukan, maka
infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian ibu.
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum : Untuk memenuhi tugas mata kuliah askeb IV tentang
patologi kebidanan
2. Tujuan Khusus :
1. Mengetahui pengertian tromboflebitis.
2. Mengetahui klasifikasi dari tromboflebitis.
3. Mengetahui etiologi tromboflebitis.
4. Mengetahui patofisiologi tromboflebitis.
5. Mengetahui manifestasi dari tromboflebitis.
6. Mengetahui jenis pemeriksaan penunjang dari tromboflebitis.
7. Mengetahui penatalaksanaan untuk kasus tromboflebitis.
8. Mengetahui pola pengobatan tromboflebitis.
D. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode pustaka, yaitu
dengan mencari referensi melalui buku bacaan. Selain itu penulis juga
menggunakan cara browsing di internet untuk menambah wawasan dan informasi
seputar materi makalah.
E. MANFAAT
Bagi institusi pendidikan : menambah informasi, wacana dan referensi tentang
tromboflebitis.
2
Bagi penulis : dapat mempelajari sedalam mungkin mengenai tromboflebitis.
Selain itu penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dari media elektrik
maupun dari buku.
Bagi pembaca : menambah ilmu dan gambaran tentang tromboflebitis.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
B. Klasifikasi
1. Tromboflebitis Femoralis
Yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua vena femoralis.
Hal ini disebabkan oleh adanya trombosis atau embosis yang disebabkan karena
adanya perubahan atau kerusakan pada pembuluh darah, susunan darah, laju peredaran
darah, atau karena pengaruh infeksi atau vena seksi.
2. Tromboflebitis Pelvik
4
C. Etiologi
D. Patofisiologi
Patofisiologi Tromboflebitis
Terjadinya thrombus :
5
b. Perubahan komposisi darah (hyperkoagulabilitas)
(1) Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan (flebitis kimia)
a. PH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko flebitis
tinggi. Obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara
lain kalium klorida, vancomycin, amphotrecin B, cephalosporins, diazepam,
midazolam dan banyak obat khemoterapi.
b. Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama
pencampuran.
c. Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat
dianjurkan untuk larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L. Hindarkan
vena pada punggung tangan jika mungkin, terutama pada pasien usia lanjut
d. Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding
politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan lebih halus, lebih thermoplastik
dan lentur. Risiko tertinggi untuk flebitis dimiliki kateter yang terbuat dari
polivinil klorida atau polietilen.
(2) Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi.
(Kanula yang dimasukkan ada daerah lekukan sering menghasilkan flebitis mekanis.
Ukuran kanula harus dipilih sesuai dengan ukuran vena dan difiksasi dengan baik).
6
e. Teknik pemasangan kanula yang buruk
E. Manifestasi klinis
1. Pelvic tromboflebitis
a. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping,
timbul pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
1).Menggigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit)
dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada
waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
2).Suhu badan naik turun secara tajam (36°C menjadi 40ºC) yang diikuti
penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis).
d. Gambaran darah
7
1).Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi,
dapat segera terjadi leukopenia).
2).Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya
menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
e. Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak
terkena adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan dalam.
f. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru (infark, abses,
pneumonia), pada ginjal sinistra yang diiikuti proteinurina, hematuria, pada
persedian.
2. Tromboflebitis femoralis
a. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu
mendadak naik kira-kira pada hari ke 10-20 yang disertai dengan menggigil dan
nyeri sekali.
b. Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-
tanda sebagai berikut:
1) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak,
lebih panas dibandingkan dengan kaki lainnya.
2) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada
paha bagian atas.
6) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau
dengan meregangkan tendo akhiles (tanda homan positif).
8
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonograf Doppler
2. Pemeriksaan hematokrit
Mengidentifikasi Hemokonsentrasi
3. Pemeriksaan Koagulasi
Menunjukkan hiperkoagulabilitas
4. Biakan darah
dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan
dilokalisasi dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak
kompeten
6. Venografi
G. Penatalaksanaan
1. Pelvic tromboflebitis
b. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan
mencegah terjadinya emboli pulmonum
9
c. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau
dugaan adanya emboli pulmonum
d. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika
emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun
sedang dilakukan hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan.
2. Tromboflebitis femoralis
h. Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
10
i. Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai
instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak
menekan kaki Pasien sehingga aliran darah tidak terhambat.
k. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan
pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat
adanya peningkatan atau penurunan ukuran.
H. Pola Pengobatan
Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk
mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen).
Untuk mempercepat penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal,
dilakukan pengangkatan trombus dan kemudian pemakaian perban kompresi
selama beberapa hari.
11
Jika terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena
dalam dan terlepas. Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan
pembedahan darurat guna mengikat vena permukaan. Untuk rekomendasi lebih
spesifik, lihat kondisi tertentu. Secara umum, pengobatan dapat mencakup sebagai
berikut: Obat analgesik (nyeri obat), antikoagulan atau pengencer darah untuk
mencegah pembentukan gumpalan baru, Trombolitik untuk melarutkan bekuan
yang sudah ada, non-steroid obat anti inflamasi (OAINS), seperti ibuprofen untuk
mengurangi rasa sakit dan peradangan, antibiotik (jika infeksi hadir).
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada tanggal 10 September 2013 Ny. S P1A0 umur 23 tahun yang saat ini berada pada
masa nifas minggu kedua datang ke klinik Keluarga Sehat. Ibu mengatakan sudah 1
minggu yang lalu mengalami demam, nyeri pada tungkai sebelah kiri, nyeri pada saat
ditekuk, dan merasakan bengak pada kaki kirinya. Pada hasil pemeriksaan, keadaan
umum kurang baik, kesadaran composmentis, TTV TD: 120/ 80 mmhg, nadi 85 x/
menit, suhu 38°C, Respirasi 19x/ menit. TFU sudah tidak teraba, pemeriksaan kandung
kemih kosong, lokea sanguilenta kurang lebih 10 cc, tidak ada luka robekan pada
perineum. Pada pemeriksaan sistematis kaki sebelah kiri bengkak , tegang, putih dan
dingin. Hasil pemeriksaan tungkai dengan metode hofman sign positif, ibu menjerit
menahan sakit.
Data Subyektif:
Ibu mengatakan saat ini berada pada masa nifas minggu kedua setelah persalinan.
Persalinannya ditolong oleh bidan, sudah 1 minggu yang lalu ibu mengalami demam, nyeri
pada tungkai sebelah kiri, nyeri pada saat ditekuk, dan merasakan bengak pada kaki
kirinya.
Data Obyektif:
Keadaan umum kurang baik, kesadaran composmentis, TTV TD: 120/ 80 mmhg, nadi
85 x/ menit, suhu 38°C, Respirasi 19x/ menit. TFU sudah tidak teraba, pemeriksaan
kandung kemih kosong, lokea sanguilenta kurang lebih 10 cc, tidak ada luka robekan pada
perineum. Pada pemeriksaan sistematis kaki sebelah kiri bengkak , tegang, putih dan
dingin. Hasil pemeriksaan tungkai dengan metode hofman sign positif, ibu menjerit
menahan sakit.
Assessment:
Masalah: Rasa nyeri di tungkai ibu tidak dapat melakukan aktivitas terutama mengurus
bayinya.
Kebutuhan: Atasi rasa sakit yang dialami ibuk, beri dukungan ibu.
13
Masalah potensial: sepsis puerpuralis.
Planing:
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Klasifikasi
a. Tromboflebitis Femoralis
b. Tromboflebitis Pelvik
3. Manifestasi klinis :
Pelvic tromboflebitis
a. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping,
timbul pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
1) Menggigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit)
dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada
waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
2) Suhu badan naik turun secara tajam (36°C menjadi 40ºC) yang diikuti
penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis).
d. Gambaran darah
15
1) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi,
dapat segera terjadi leukopenia).
2) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum
mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah
anaerob.
3) Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling
banyak terkena adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan
dalam.
4) Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru (infark, abses,
pneumonia), pada ginjal sinistra yang diiikuti proteinurina, hematuria, pada
persedian.
Tromboflebitis femoralis
a. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu
mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan
nyeri sekali.
b. Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-
tanda sebagai berikut:
1) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih
panas dibandingkan dengan kaki lainnya.
2) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada
paha bagian atas.
5) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya
terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan
pergelangan kaki kemudian melus dari bawah ke atas.
16
6) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan
meregangkan tendo akhiles (tanda homan positif).
4. Pengobatan
5. Komplikasi
a. Tromboflebitis pelvica
2) septikemia
3) emfisema
b. Tromboflebitis femoralis
B. Saran
1. Kepada klien agar lebih mengetahui tentang tromboflebitis baik pengertian maupun
gejalanya, sehingga apabila dijumpai tanda gejala tromboflebitis tersebut maka klien
segera ke tempat pelayanan kesehatan.
2. Kepada tenaga kesehatan terutama bidan agar dapat memberi penanganan segara bila
menemui kasus tromboflebitis, sehingga tidak terjadi komplikasi yang berlanjut.
3. Kepada pembaca agar memahami apa itu tromboflebitis dan pencegahan yang dapat
dilakukan, sehingga pembaca dapat menerapkan prinsip preventif sebelum
kuratif.
17
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F. Gary. dkk. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Djojosugito, Ahmad. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka.
FKUI. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka.
18