“HERPES ZOOSTER”
Disusun Oleh:
Nama : Astri Hardiyanti Rahim
NIM : N 111 18 008
PEMBIMBING KLINIK
dr. ASRAWATI SOFYAN, SP.KK
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. K
Umur : 24 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Dewi Sartika
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Tgl pemeriksaan : 14 November 2018
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama :
Timbul vesikel multiple di daerah dada
b. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Undata dengan
keluhan timbul vesikel terletak unilateral di dada kiri menjalar ke
punggung kiri semenjak 2 minggu yang lalu. Awalnya lesi timbul makula
eritem kemudian berkembang menjadi vesikel jernih. Pasien mengaku
lesi terasa gatal dan nyeri. Pasien tidak pernah memiliki keluhan yang
sama sebelumnya. Tidak ada keluhan yang sama diderita dilingkungan
tempat tinggal pasien. Sakit kepala (+), Demam (+)
c. Riwayat penyakit dahulu:
DM(-), Hipertensi (-), Alergi (-), Tb Paru (+)
d. Riwayat penyakit keluarga:
Dikeluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami hal serupa
2
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1. Keadaan umum : Buruk
2. Status Gizi : Kurang
3. Kesadaran : Apatis
Tanda-tanda Vital
TD : Tidak dilakukan
Nadi : Tidak dilakukan
Respirasi : Tidak dilakukan
Suhu : Tidak dilakukan
Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit : Tampak vesikel jernih dan berwarna keabu-abuan
berukuran lentikular sampai numular multiple
dengan batas sirkumskrip terletak unilateral di
dada kiri menjalar ke punggung kiri dengan dasar
eritema disertai erosi.
Lokalisasi:
1. Kepala : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
2. Leher : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
3. Dada dan punggung : Tampak vesikel jernih dan berwarna keabu-abuan
berukuran lentikular sampai numular multiple
dengan batas sirkumskrip terletak unilateral di dada
kiri menjalar ke punggung kiri dengan dasar
eritema disertai erosi.
4. Perut : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
5. Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
6. Inguinal : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
7. Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
8. Ekstremitas atas : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
9. Ekstremitas bawah : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
3
IV. GAMBAR
V. RESUME
Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Undata dengan keluhan
timbul vesikel terletak unilateral di dada kiri menjalar ke punggung kiri semenjak
2 minggu yang lalu. Awalnya lesi timbul makula eritem kemudian berkembang
menjadi vesikel jernih. Pasien mengaku lesi terasa gatal dan nyeri. Sakit kepala
(+), Demam (+)
Pada pemeriksaan fisik tampak lesi vesikel jernih dan berwarna keabu-abuan
berukuran lentikular sampai numular multiple dengan batas sirkumskrip terletak
unilateral di dada kiri menjalar ke punggung kiri dengan dasar eritema disertai
erosi.
4
herpes simpleks tipe I kerusakan kulit terjadi zoster.
dan II langsung tanpa
didahului proses
sensitasi
Etiologi VHS tipe I dan II Pajanan yang bersifat Virus Varisela
merupakan virus DNA iritan. zooster
VHS tipe 2
-Pinggang ke bawah
terutama di daerah
genital.
5
Pemeriksaan -Tes Tzank -Uji Tempel -Darahrutin, penurunan
Penunjang Dengan pewarnaan -Open Test leukosit
Giemsa dapat ditemukan
sel datia berinti banyak -Tes Tzank ditemukan
dan bdan inklusi sel datia berinti banyak.
intranukleur.
6
VII. ANJURAN PEMERIKSAAN
1. Identifikasi antigen/asam nukleat dengan metode PCR.
2. Tzank test pada fase erupsi vesikel (tidak spesifik) menunjukkan
gambaran multinucleated giant cells.
3. PENATALAKSANAAN
1. Non-medikamentosa
Terapi suportif dilakukan dengan menghindari gesekan kulit yang
mengakibatkan pecahnya vesikel, pemberian nutrisi TKTP,
istirahat dan mencegah kontak dengan orang lain.
Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi. Aspirin dihindari
oleh karena dapat menyebabkan Reye’s syndrome
2. Medikamentosa
Topikal
o Krim Fusycom
Terapi Obat Sistemik Per Oral :
o Asiklovir 5 x 400 mg
o Cefadroxyl 2 x 500 mg
4. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungtionam : ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
7
PEMBAHASAN
Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Undata dengan keluhan
timbul bercak putih di daerah kedua punggung tangan dan lengan bawah yang
dialami sudah 3 bulan. Awalnya pasien tidak menyadari terdapat bercak putih
pada punggung tangan. Pasien mengaku ukuran dan jumlah bercak yang pertama
kali timbul tidak berbeda dengan bercak sekarang. Pasien tidak merasakan nyeri
dan gatal pada bercak. Demam (+), Sakit Kepala (+). Bercak mengganggu
aktivitas pasien. Tidak ada yang mengalami keluhan serupa di lingkungan tempat
tinggal pasien.
Pada pemeriksaan fisik tampak lesi dengan makula putih susu homogen/
(hipopigmentasi) multiple dengan susunan tidak teratur asimetris , sirkumskrip
lokalisata didaerah kedua punggung tangan dan lengan bawah.
Herpes Zoster adalah infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus
Variselazoster (VZV). Herpes zoster atau shingles merupakan manifestasi klinis
karena reaktivasi virus varisela zoster (VZV). Selama terjadi infeksi varisela,
VZV meninggalkan lesi di kulit dan permukaan mukosa menuju ujung saraf
sensorik. Kemudian menuju ganglion dorsalis. Dalam ganglion, virus memasuki
masa laten dan tidak mengadakan multiplikasi lagi.
Reaktivasi terjadi jika sistem imun tubuh menurun. Karakteristik penyakit
ini ditandai dengan adanya ruam vesikular unilateral yang berkelompok dengan
nyeri yang radikular sekitar dermatom.Varisela merupakan infeksi primer yang
terjadi pertama kali pada individu yang berkontak dengan virus varicella zoster.
Varisela zoster mengalami reaktivasi, menyebabkan infeksi rekuren yang dikenal
dengan nama herpes zoster.5
Herpes zoster adalah akibat dariinfeksi VZV yang mengalami reaktivasi
setelah masa dorman di ganglion dorsalis. Mula-mula penderita mengalami
demam atau panas, sakit kepala, lemas dan fotofobia akut disertai nyeri yang
terbatas pada satu sisi tubuh saja. Pada fase akut selanjutnya muncul makula kecil
eritematosa di bagian tubuh yang nyeri, dalam 1-2 hari akan berubah cepat
menjadi papul dan kemudian berkembang menjadi vesikel, semakin hari
8
menyebar dan membesar, dapat disertai dengan rasa gatal dan nyeri yang tak
tertahankan.
Kemunculan vesikel baru lebih dari satu minggu hal tersebut berhubungan
dengan sindrom imunodefisiensi. Cairan vesikel akan menjadi keruh disebabkan
masuknya sel radang sehingga akan menjadi pustula. Lesi kemudian akan
mengering yang diawali pada bagian tengah sehingga terbentuk umbilikasi dan
akhirnya akan menjadi krusta dalam waktu yang bervariasi antara 2-12 hari,
krusta akan lepas dalam waktu 1-3 minggu, dan sembuh dalam waktu 3-4 minggu.
Untuk menegakkan diagnosis secara pasti dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium polymerase chain reaction (PCR) merupakan tes yang paling sensitif
dan spesifik dengan sensitifitas berkisar 97-100%, membutuhkan setidaknya satu
hari untuk mendapatkan hasilnya. Dengan metode ini dapat digunakan berbagai
jenis preparat seperti scraping dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta
dapat juga digunakan sebagai preparat. Tes ini dapat menemukan asam nukleat
dari virus varicella zoster. Dapat juga dilakukan pemeriksaan direct fluorescent
assay (DFA) hasil dari pemeriksan ini cepat untuk mendiagnosis herpes
zoster.Preparat diambil dari scraping dasar vesikel. Tes ini dapat menemukan
antigen virus varicella zoster dan dapat membedakan antara virus herpes zoster
dan virus herpes simpleks dengan sensitivitas 90%.
Dapat dilakukan pemeriksan tes Tzank, preparat diambil dari discraping
dasar vesikel yang masih baru kemudian diwarnai dengan Hematoxylin Eosin,
Giemsa, Wright toluidine blue. Preparat diperiksa dengan menggunakan
mikroskop cahaya. Hasil positif akan menunjukkan sel giant multinuleat. Tes ini
tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes simpleks
virus. Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%. Pemeriksaan kultur virus
merupakan pemeriksaan yang sangat spesifik tetapi hasilnya ditunggu 1-2 minggu
dan VZV hanya terdeteksi 60%-70% dari specimen.6
Tujuan utama terapi pada pasien herpes zoster yaitu untuk mempercepat
penyembuhan, mencegah kearah yang lebih parah, mengurangi rasa nyeri akut
dan kronis dan mengurangi komplikasi. Terapi antiviral yang dapat diberikan
asiklovir, famciclovir, valacyclovir, obat ini dapat menghambat polymerase VZV.
9
Secara umum obat ini aman dan ditoleransi aman pemberian pada orang tua. Efek
samping biasanya mual, muntah, diare, sakit kepala pada 8%17% pasien.
Asiklovir diberikan 5 kali 800 mg sehari selama 7 – 10 hari atau famciclovir
diberikan 250-500 mg 3 kali sehari selama 7 hari. Obat ini diekresikan di ginjal
sehingga dosisnya harus disesuaikan karena memungkinkan terjadinya insufisiensi
ginjal atau alternatif obat lain yaitu valacyclovir diberikan sebanyak 1000 mg 3
kali sehari. Dosis harus disesuaikan pada pasien dengan insufisiensi ginjal,
trombotik trombositopeni purpura atau hemolitik uremik sindrom dan dosis 8000
mg sehari pada pasien dengan defisiensi sistem imun.4-6
Antibiotik diberikan bila ada infeksi sekunder misalnya kulit menjadi
bernanah dan terkelupas. Untuk pengobatan secara topical diberikan tergantung
stadium herpes zoster. Pemberian bedak dapat diberikan jika masih dalam stadium
vesikel tujuannya supaya vesikel tidak pecah sehingga tidak terjadi infeksi
sekunder. Dilakukan kompres terbuka bila terjadi erosif dan dapat diberikan salep
antibiotik bila terjadi ulserasi.
Pada kasus diberikan asiklovir 5x800 mg per hari diminum secara oral
selama 7 hari, pemberian secara topical bedak salisil 1% dan mentol 0,5 %
dioleskan dua kali sehari pada lesi kering. KIE (komunikasi, informasi, edukasi)
diberikan untuk mencegah penularan, menjaga lesi tetap kering, dan menjaga
kebersihan lesi untuk mengurangi resiko superinfeksi bakteri.4-6
10
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Boediardja Siti Aisah. Ilmu kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Balai
Penerbit FKUI: Jakarta. 2017
4. Lowell AG., Stevent IK., Barbara AG., Amy SP., David JL., Klaus W.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Eighth Edition. New
York: Mc Graw-Hill. 2012
6. Dworkin R, Robert WJ, Judith B, John WG, Myron JL, Miroslav B, dkk.
Recommendation for the Management of Herpes Zoster. Clinical
Infectious Diseases 2007; 44: S1-26.
12