Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“Seni dan IPTEK Dalam Islam”

DOSEN PENGAMPU :

Nurmayani, M.Ag

DISUSUN OLEH :

Kelompok 6

1. Aldi Alamsyah Hasibuan (7171210001)


2. Ayu Indah Lestari (7171210002)
3. Pinayungan Siagian (7173210026)
4. Novi arika (7173510052)
5. Nurkhalijah (7173510055)
6. Wanda Anisya Putri (7173510071)
7. Khairul Azmi Prata (7173510040)

MANAJEMEN KELAS A

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat

dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.

Adapun yang menjadi judul tugas kami adalah “Seni dan IPTEK dalam Islam”.

Tujuan kami menulis makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu

kami “Nurmayani, M.Ag” dalam mata kuliah “Pendidikan Agama Islam”.

Jika dalam penulisan makalah kami terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan

dalam penulisannya, maka kepada para pembaca, kami memohon maaf sebesar-besarnya atas

koreksi-koreksi yang telah dilakukan. Hal tersebut semata-mata agar menjadi suatu evaluasi

dalam pembuatan tugas ini.

Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan tugas ini dapat memberikan manfaat

berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Medan, 18 Februari 2019

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................. 1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Seni dalam Islam............................................................................................. 1

B. IPTEK dalam Islam........................................................................................ 7

BAB III : PENUTUP

A. SIMPULAN..................................................................................................... 14

B. SARAN............................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dizaman modern yang canggih seperti saat ini, kemajuan akan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) dan seni, sangatlah berpengaruh terhadap segala aspek dalam kehidupan
manusia. Tidak dapat dipungkiri, keberadaan IPTEK dan seni tidak pernah lepas dengan
keberadaan manusia. Manusia sebagai subjek dari berkembangnya ilmu pengetahuan itu
sendiri. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka berkembanglah pula teknologi dan
seni.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh perdaban
barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia.
Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan iptek
modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban barat tanpa
dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak negatif yang diakibatkanya.

Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah SWT.
Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa, dan menuntut
ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda Rasulullah SAW: “ menuntut ilmu
adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Ilmu adalah
kehidupanya islam dan kehidupanya keimanan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Seni dan IPTEK dalam Islam?

C. Tujuan Penulisan

Mengetahui Seni dan IPTEK dalam Islam.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Seni dalam Islam

1. Pengertian Seni

Dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa seni adalah penjelmaan rasa indah yang
terkandung dalam jiwa manusia, yang dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke
dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengar (seni suara), indera pendengar
(seni lukis), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari, drama). Dilihat dari ruh
ajaran Islam dan kaedahnya Islam tidak melarang sesuatu yang baik, indah dan kenikmatan
yang diterima akal sehat. Seni merupakan fitrah yang Allah ciptakan dalam diri manusia.

Pandangan Islam tentang seni. Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan
menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya ini. Allah melalui
kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusia memandang seluruh jagat raya dengan segala
keserasian dan keindahannya. Allah berfirman: “Maka apakah mereka tidak melihat ke langit
yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada
baginya sedikit pun retak-retak?” [QS 50: 6].

Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi
Muhammad SAW kepada para sahabatnya. Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah
saw. bersabda : “Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terbetik sifat sombong
seberat atom.” Ada orang berkata,” Sesungguhnya seseorang senang berpakaian bagus dan
bersandal bagus.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan.
Sedangkan sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR.
Muslim).

Bahkan salah satu mukjizat Al-Qur’an adalah bahasanya yang sangat indah, sehingga
para sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya merasa kalah berhadapan dengan
keindahan sastranya, keunggulan pola redaksinya, spesifikasi irama, serta alur bahasanya,
hingga sebagian mereka menyebutnya sebagai sihir. Dalam membacanya, kita dituntut untuk
menggabungkan keindahan suara dan akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus.

5
2. Cabang Seni Menurut Islam

1. Seni Musik

Sejumlah ulama sepakat bahwa bentuk seni musik (nyanyian) yang memalingkan dari
tujuan baik maka hukumnya haram, kemudian jika memainkan musik dengan Sruling
hukumnya makhruh karena dulu Sruling digunakan oleh kaum Zindik untuk
menyelewengkan pendengaran orang terhadap orang yang sedang membaca Al-Quran,
dan melarang musik – musik yang bersekongkol dengan dunia mabuk, disko dan dunia
setan lainnya.

2. Seni Pahat / Patung / Lukis

Para ulama berpendapat bahwa tingkat pengharaman itu semakin bertambah manakala
patung tersebut berbentuk orang yang diagungkan seperti Al-Masih. Sedang boneka
untuk mainan anak-anak diperbolehkan. Adapun mengenai filosofis ulama mesir al-
Allammah Syaikhk Muhammad Baqith al-Muthi’i berpendapat bahwa fotografi itu
hukumnya mubah, karena aktivitas fotogrfi tidak termasuk dalam aktivitas mencipta
sebagaimana yang disinyalir dalam ungkapan hadist…”(mencipta seperti ciptaanKu….),
karena foto itu hanya menahan bayangan.

3. Seni Tari

Namun di kalangan ulama persoalan seni tari ini masih menjadi perdebatan antara
yang membolehkan dengan syarat sesuai dengan adab-adab Islam, ataupun yang sama
sekali tidak membolehkan. Hal ini berdasarkan fenomena yang ada di masyarakat bahwa
seni tari yang dikenal saat ini cenderung mengarah kepada tindakan tabarruj
(memamerkan diri di kalangan yang bukan mahrom), maupun ikhthilath (campur baur
laki-laki dan wanita dalam satu majelis tanpa mengindahkan adab-adab Islam).

4. Seni Penulisan (Satra)

Manakala seni penulisan telah dikaitkan dengan seni kesusatetraan. Seni


kesusasteraan memang mendapat sambutan yang sangat hangat di kalangan umat Islam
dan itu terjadi karena kesusateraan Islam bersumberkan Al-Quran dan al-Sunnah yang
mana kesusasteraan Al-Quran dapat dilihat dari dua aspek yaitu keindahan bahasa dan
dari segi isinya.

6
B. IPTEK dalam Islam

1. Pengertian IPTEK

Dalam sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dengan ilmu sangat berbeda maknanya.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan panca indra,
intuisi dan firasat sedangkan, ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi,
disistematisasi dan diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji
kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara etimologis kata ilmu berarti
kejelasan, oleh karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan.
Dalam Al-Qur’an, ilmu digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek
pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan. Dalam kajian filsafat, setiap ilmu membatasi
diri pada salah satu bidang kajian. Sebab itu seseorang yang memperdalam ilmu tertentu
disebut sebagai spesialis, sedangkan orang yang banyak tahu tetapi tidak mendalam disebut
generalis.

Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari
analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW.

‫علَّ َم‬ َ ‫) الَّذِي‬3( ‫) ا ْق َرأْ َو َربُّكَ ْاْل َ ْك َر ُم‬2( ‫ق‬


َ )4( ‫علَّ َم ِب ْالقَلَ ِم‬ ٍ َ‫عل‬ ِ ْ َ‫) َخلَق‬1( َ‫ا ْق َرأْ ِباس ِْم َر ِبكَ الَّذِي َخلَق‬
َ ‫اْل ْن‬
َ ‫سانَ ِم ْن‬
ْ)5(‫سانَ َما لَ ْم يَ ْع َلم‬ ِْ
َ ‫اْل ْن‬

Artinya: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu, Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmulah yang paling
pemurah. Yang telah mengajari manusia dengan perantaraan kalam. Dia telah mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Al-‘alaq: 1-5)

Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya,
teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu
pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan
netral. Dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk
merusak dan potensi kekuasaan. Disinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan
teknologi. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), teknologi diartikan sebagai
“kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta dan berdasarkan proses
teknis”.

7
Teknologi juga dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi
manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negative berupa ketimpangan-ketimpangan
dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta.
Dalam pemikiran islam, ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh
dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya
berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan sunah rasul. Atas dasar itu ilmu dalam pemikiran islam
ada yang bersifat abadi (mutlak) karena bersumber dari allah. Ada pula ilmu yang bersifat
perolehan (nisbi) karena bersumber dari akal pikiran manusia.

2. Integrasi Iman, ilmu dan Amal dalam Islam

Diakui bahwa iptek, disatu sisi telah memberikan “berkah” dan anugerah yang luar biasa
bagi kehidupan umat manusia. Namun disisi lain, iptek telah mendatangkan “petaka” yang
pada gilirannya mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Kemajuan dalam bidang iptek telah
menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan uamt manusia. Perubahan ini, selain
sangat cepat memiliki daya jangkau yang amat luas. Hampir tidak ada segi-segi kehidupan
yang tidak tersentuh oleh perubahan. Perubahan ini pada kenyataannya telah menimbulkan
pergeseran nilai nilai dalam kehidupan umat manusia, termasuk di dalamnya nilai-nilai
agama, moral, dan kemanusiaan.
Dalam pandangan islam, antara agama islam, ilmu pengetahuan, teknologi dan sains
terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi kedalam suatu system yang
disebut Dinul Islam. Didalamnya terdapat tiga unsur pokok, yaitu aqidah, syari’ah, dan
akhlak dengan kata lain iman, ilmu dan amal saleh. Didalam Al-Qur’an surat Ibrahim, Allah
SWT telah memberikan ilustrasi indah tentang integrasi antara iman, ilmu dan amal :
Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
(Dinul Islam)seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh menghujam ke bumi dan
cabangnya menjulang kelangit. Pohon itu mengeluarkan buahnya setiap musim dengan
seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia agar
mereka selalu ingat. (QS.Ibrahim;24-25).

8
Secara lebih spesifik, integrasi Imtaq dan iptek ini diperlukan karena empat alasan :
1. IPTEK akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan
hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan takwa kepada Allah SWT.
Sebaliknya, tanpa asas Imtaq, iptek bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang
bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian, iptek
hanya absah secara metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi.
2. Pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan pola dan
gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat
berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita.
3. Dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan sepotong roti (kebutuhan jasmani),
tetapi juga membutuhkan Imtaq dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh
karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi
pincang dan berat sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah
menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan bathin, dunia dan akhirat.
4. Imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar manusia menggapai
kebahagiaan hidup. Tanpa dasar Imtaq, segala atribut duniawi, seperti harta, pangkat,
iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih
kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Tuhan,
hanya akan mengahsilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan
palsu.

“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang
datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia
tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah
memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat
perhitungan-Nya”. (Q.S. An-Nur:39).
Maka integrasi Imtaq dan iptek harus diupayakan dalam format yang tepat sehingga
keduanya berjalan seimbang (hand in hand) dan dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia
(hasanah fi al-Dunya) dan kebaikan akhirat (hasanah fi al-akhirah) seperti do’a yang setiap
saat kita panjatkan kepada Tuhan:
“Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan Kami, berilah Kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka” (Q.S. Al-
Baqarah :201).

9
Pemikiran teoritis bertugas mencari dan menemukan kebenaran, sedangkan pemikiran
praksis bertugas mewujudkan kebenaran yang ditemukan itu dalam kehidupan nyata sehingga
tugas dan kerja intelektual pada hakekatnya tidak pernah terpisah dari realitas kehidupan
umat dan bangsa. Dalam paradigma ini, ilmu dan pengembangan ilmu tidak pernah bebas
nilai. Pengembangan iptek harus diberi nilai rabbani (nilai ketuhanan dan nilai Imtaq), sejalan
dengan semangat wahyu pertama, iqra’ bismi rabbik. Ini berarti pengembangan iptek tidak
boleh dilepaskan dari Imtaq. Pengembangan iptek harus dilakukan untuk kemaslahatan
kemanusiaan yang sebesar-besarnya dan dilakukan dalam kerangka ibadah kepada Allah
SWT.

3. Kewajiban Menuntut dan Mengamalkan Ilmu

Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah.
Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur’an dan Al-
Hadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh-sungguh
perpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist. Ilmu adalah kunci sukses manusia. Dalam
kaitan ini patut di simak ungkapan Imam asy-Syafii berikut ini :

“Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah berilmu. Barangsiapa yang


menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu. Barangsiapa yang menginginkan
keduanya, maka hendaklah dengan ilmu”.

Allah mengatakan bahwa menuntut ilmu adalah wajib. Tidak boleh semua kaum
Muslim berjihad (menjadi tentara atau melakukan aktivitas yang lain) dijalan Allah, tetapi
mesti ada yang tinggal untuk menjadi orang alim yang menuntun mereka. Allah berfirman di
dalam surah at-Taubah ayat 122:

َ ‫َو َما َكانَ ْال ُمؤْ ِمنُونَ ِل َين ِف ُرواْ َكآفَّةً فَلَ ْوالَ نَ َف َر ِمن ُك ِل ِف ْرقَ ٍة ِم ْن ُه ْم‬
ِ ‫طآئِفَةٌ ِل َيتَفَقَّ ُهواْ فِي الد‬
ْ‫ِين َو ِليُنذ ُِروا‬
﴾١٢٢﴿ َ‫قَ ْو َم ُه ْم ِإذَا َر َجعُواْ ِإ َل ْي ِه ْم َل َعلَّ ُه ْم َي ْحذَ ُرون‬

Artinya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.

10
Dari ayat diatas Allah menunjukkan besarnya keutamaan ilmu, lebih-lebih ilmu yang
mendatangkan keimanan kepada Allah. Selanjutnya, ditempat lain Allah swt. juga berfirman
dalamsurah az-Zariyat pada ayat 56 :

ِ ‫نس ِإ َّل ِل َي ْعبُد‬


﴾٥٦﴿ ‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْٱل ِج َن َو‬
َ ‫ٱْل‬
Artinya : “Dan aku (Allah) tidaklah menjadikan jin dan manusia itu melainkan ilmu Tauhid
mereka menyembah kepadaku”.

Ayat diatas menunjukkan agungnya keutamaan ibadat, sehhingga disebutkan bahwa


tiada lain maksud dan tujuan dalam menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah
kepada-Nya. Namun, ilmu adalah media untuk menemukan bagaimana cara beribadat yang
benar. Apabila memiliki pada keadaan lahiriahnya, seolah-olah antara ilmu dan ibadah
laksana kendaraan dan tujuan ynag akan dituju. Tanpa ada media untuk menyampaikan
kepada alamat yang akan didatangi maka manusia tidak akan pernah sampai pada tujuan.

Orang yang menyampaikan ilmu kepada orang lain akan mendapatkan pahala seperti
pahala orang yang mengikuti ajaran dan ajakannya. Sabda, Nabi saw. Menjelaskan bahwa
siapa yang menunjukkan (jalan) kebaikan kepada orang lain maka ia menerima pahala seperti
pahala orang yang melakukannya. Rasul saw. juga menjelaskan bahwa sekalipun lebih dari
satu orang yang mengikutinya, ia memperoleh pahala seperti pahala yang mereka peroleh
seluruhnya tanpa ada pengurangan sedikitpun.

Kewajiban Mengamalkan Ilmu

Banyak orang menuntut ilmu yang tidak diamalkan, ilmunya menjadi sia-sia hanya
digunakan untuk menunjukan kehebatan dan keutamaan dirinya,serta untuk tujuan yang
berbau keduniaan. Amalkan ilmumu bila engkau ingin selamat dari adzab Allah. Dalam
mengamalkan ilmu kita harus memperhatikan hal-hal berikut, di antaranya:

1. Jangan melihat tempat dan waktu dalam mengamalkan ilmu

2. Meskipun sedikit amalkan ilmumu,

Dikisahkan, sesungguhnya Al-Junaid setelah meninggal dunia ada seorang yang


bermimpi bertemu dia,lalu ia bertanya kepada Al-Junaid : “Wahai Abu Qasim (imam
junaid), bagaimana keadaanmu setelah meninggal?, Al-Junaid menjawab”,Aduh …

11
kebaikan yang aku lakukan hilang semuanya,dan seluruh isyarah amal-amal itu juga
hilang tidak ada manfa’atnya sedikitpun ,kecuali beberapa rakaat yang aku lakukan di
tengah malam”. Keterangan Al- Junaid membuktikan bahwa derajat seseorang disisi
Allah itu tidak dilihat dari banyaknya ilmu yang dipelajari dan dikuasai,melainkan dilihat
dari pengamalannya. Meskipun ilmunya sedikit lalu diamalkan itu lebih baik dan berarti
dari pada memiliki ilmu yang banyak tetapi tidak diamalkan.

3. Janganlah menunggu masa tua dalam mengamalkan ilmu.

4. Jangan beranggapan ilmu itu bisa mengangkat derajat mu bila tanpa diamalkan.

Keutamaan Orang Berilmu

Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan
masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan terhormat
yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah SWT dan
makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai “al-Raasikhun fil Ilm” (Al Imran : 7), “Ulul al-
Ilmi”(Al Imran : 18), “Ulul al-Bab” (Al Imran : 190), “al-Basir” dan “as-Sami' “ (Hud :
24), “al-A'limun” (al-A'nkabut : 43),“al-Ulama” (Fatir : 28), “al-Ahya' “ (Fatir : 35) dan
berbagai nama baik dan gelar mulia lain.

Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman: "Allah menyatakan
bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan
keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian
itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana".

Dalam ayat ini ditegaskan pada golongan orang berilmu bahwa mereka
amat istimewa di sisi Allah SWT. Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang
menjadi saksi Keesaan Allah SWT. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap
kalangan yang menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-
keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam
Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua (mahluk) yang dapat
melaknati." (Al-Baqarah: 159).

12
Rasulullah SAW juga bersabda: "Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, akan
dikendali mulutnya oleh Allah pada hari kiamat dengan kendali dari api neraka." (HR Ibnu
Hibban di dalam kitab sahih beliau. Juga diriwayatkan oleh Al-Hakim. Al Hakim dan adz-
Dzahabi berpendapat bahwa hadits ini sahih) Jadi setiap orang yang berilmu harus
mengamalkan ilmunya agar ilmu yang ia peroleh dapat bermanfaat. Misalnya dengan cara
mengajar atau mengamalkan pengetahuanya untuk hal-hal yang bermanfaat.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu pengetahuan dalam Al-Quran adalah proses pencapaian segala sesuatu yang
diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra sehingga memperoleh kejelasan. Teknologi
merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan
yang obyektif. Seni adalah hasil ungkapan akal budi serta ekspresi jiwa manusia dengan
segala prosesnya. Seni identik dengan keindahan dimana keindahan yang hakiki identik
dengan kebenaran. Apabila manusia berlaku adil dengan semua makhluk hidup dialam ini,
maka disinilah letak kebenaran norma moral yang baik karena manusia hidup tidak hanya
untuk beribadah kepada Allah. Dalam pandangan Islam, antara iman, ilmu pengetahuan,
teknologi danseni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam
suatu sistem yang disebut Dienul Islam.

Perkembangan iptek dan seni, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek dan seni. Dari uraian di atas dapat
dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek dan seni setidaknya ada
2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu
pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek dan seni.
Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya
dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek dan seni.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca memahami bagaimana


sebenarnya paradigma islam itu dalam menyaikapi Ilmu pengetahuan, Teknologi dan seni
tersebut. Selain itu, para pembaca juga diharapkan mampu memahami bagaimana integrasi
Imtaq (Iman dan Taqwa) dalam Iptek dan seni tersebut. Karena semakin berkembangnya
zaman, keberadaan Iptek dan seni sangat berpengaruh terhadap kepribadian hidup manusia.
Untuk itu diperlukan pegangan yang berfungsi sebagai pengendali akan adanya perubahan-
perubahan tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Husnel. 2018. Islam Kaffah. Medan: Perdana Publishing

Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Departemen Agama RI,: Jakarta
1999-200

Pendidikan Agama Islam, Wahyuddin, DKK,: Grasindo, September 2009.

David Ali,SH., Prof. Muhammad. 2013.Pendidikan Agama Islam. PT.Raja Grafindo Persada
: Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai