Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 2

ANALISIS PENENTUAN DEBIT (CURAH HUJAN)

OLEH :

ANDRIYANI SUBEKTI

(D12113704)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2014
ANALISIS PENENTUAN DEBIT (CURAH HUJAN)

Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai
dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal
dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis
dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (Bappeda
Jabar).

A. DEBIT ANDALAN

Debit andalan pada umunya dianalisis sebagai debit rata-rata untuk periode 10 harian, tengah
bulanan atau bulanan. Kemungkinan tak terpenuhi ditetapkan 20% (kering) untuk menilai tersedianya
air berkenaan dengan kebutuhan pengambilan (diversion requirement) Debit andalan (dependable
flow)adalah debit minimum (terkecil) sungai yang masih dimungkinkan untuk keamanan operasional
suatu bangunan air. Definisi lainnya mengenai debit andalan adalah debit minimum sungai untuk
kemungkinan terpenuhi yang sudah ditentukan dan dapat dipakai untuk irigasi. Untuk penentuan debit
andalan ada 3 metode analisis yang dapat dipakai yaitu :

Analisis frekuensi data debit

Neraca air

pengamatan

Menurut Soemarto (1987), pengamatan besarnya keandalan yang diambil untuk penyelesaian
optimum penggunaan air di beberapa macam kegiatan dapat dilihat pada tabel 2.6.

Tabel 2.6 Nilai Debit Andalan Untuk Berbagai Macam Kegiatan

Kegiatan Keandalan

Penyediaan Air Minum 99%

Penyediaan Air Industry 95%-98%

Penyediaan Air Irigasi


Daerah Beriklim Setengah Lembab 70%-85%

Daerah Beriklim Kering 80%-95%

Pembangkit Listrik Tenaga Air 85%-90%

Sumber : Soemarto (1987)

1. ANALISIS NERACA AIR

Pengertian dan Definisi dari Neraca air adalah air yang diterima dikurangi air yang hilang, sama
dengan air yang tersimpan. Nilai neraca air dapat menjadi positif (+) atau negative (-).

Air yang diterima misalnya curah hujan, dan adanya irigasi sedangkan air yang hilang misalnya
evaporasi dan transpirasi, intersepsi, dan air yang mengalir di sungai, dan akhirnya ke laut.
Air merupakan komponen yang penting dalam kehidupan. Namun air yang melimpah pada saat turun
hujan dapat mengakibatkan banjir yang membawa bencana.

Soedarsono (1987:2) mengatakan bahwa. “Neraca air adalah hubungan antara aliran ke dalam
(inflow) dan aliran ke luar (outflow) di suatu daerah untuk suatu periode tertentu”. Penafsiran kuantitatif
dari daur hidrologi dapat dicapai dengan suatu persamaan umum yang disebut persamaan neraca air.

Persamaan yang menggambarkan prinsip bahwa selang waktu tertentu, masukan air total suatu ruang
tertentu harus sama dengan keluaran total ditambah perubahan bersih dalam cadangan.

Dalam siklus hidrologi, penjelasan mengenai hubungan anatara aliran ke dalam (inflow) dan aliran
keluar (outflow) di suatu daerah untuk suatu periode tertentu disebut neraca air atau keseimbangan
air (water balance). Bentuk persamaan water balance adalah :

P = Ea + ΔGS + TRO …………………………………………………………(7)

Dengan :

P = presipitasi

Ea = evapotranspirasi

ΔGS = perubahan groundwater storage

TRO = total run off

Dengan menggunakan model neraca air (water balance) harga-harga debit bulanan dapat dihitung
dari curah hujan bulanan, evapotranspirasi, kelembaban tanah dan tampungan air tanah.

A. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Neraca Air


Secara umum analisis hidrologi merupakan satu bagian analisis awal dalam perancangan bangunan-
bangunan hidrolik. Pengertian yang terkandung didalamnya adalah informasi dan besaran-besaran yang
diperoleh dalam analisis hidrologi merupakan masukan penting dalam analisis selanjutnya. Bangunan
hidrolik dalam bidang teknik sipil dapat berupa gorong-gorong,saluran, sipon, bendung, waduk,
bendungan, dsb. Bangunan-bangunan tersebut sangat tergantung dari tujuan pembangunan dan
informasi yang diperoleh dari analisis hidrologi. Sebelum informasi yang jelas tentang sifat-sifat dan
besaran hidroliknya. Demikian pula, pada dasarnya bangunan-bangunan tersebut di atas dirancang
berdasar suatu patokan perancangan yang benar, yang diharapkan akan dapat menghasilkan rancangan
yang merumuskan. Pengertian memuaskan dalam hal ini adalah bahwa bangunan hidrolik tersebut
harus dapat berfungsi baik struktural maupun fungsional dalam jangka waktu yang ditetapkan.

Beberapa contoh di bawah ini memberikan gambaran lebih lanjut mengenai pentingnya
pengetahuan hidrologi dan khususnya pengertian akan pengetahuan keseimbangan air waduk, irigasi
jembatan dll.

2. METODE MOCK

Perhitungan debit andalan dengan cara empiris di Indonesia umumnya menggunakan beberapa
metode, yaitu metode Mock, NRECA dan Tank Model. Secara umum analisis debit menggunakan
metodeempiris dari Dr. FJ. Mock (1973) merupakan analisis keseimbangan air untuk menghitung harga
debit bulanan berdasarkantranformasi data curah hujan bulanan dan data klimatologi. Berikut ini adalah
tabel notasi dan satuan yang dipakai untuk data iklim.

Tabel 2.7 Notasi dan Satuan Parameter Iklim

Data Meteorologi Notasi Satuan

Presipitasi P Milimeter (mm)

Temperatur T Derajat Celcius (ºC)

Penyinaran Matahari S Persen (%)

Kelembaban Relatif H Persen (%)

Kecepatan Angin W mile per hari (mile/hr)

Sumber : Sudirman (2002)


Prinsip metode Mock menyatakan bahwa hujan yang jatuhpada daerah tangkapan air, sebagian
akan hilang akibatevapotranspirasi, sebagian akan langsung menjadi direct runoff dan sebagian lagi akan
masuk ke dalam tanah atau terjadi infiltrasi. Infiltrasi ini mula-mula akan menjenuhkan permukaan
tanah, kemudian terjadi perkolasi ke air tanah danakan keluar sebagai base flow. Hal ini terdapat
keseimbangan antara air hujan yang jatuh dengan evapotranspirasi, direct runoff dan infiltrasi, dimana
infiltrasi ini kemudian berupa soil moisture dan ground water discharge. Aliran dalam sungai adalah
jumlah aliran yang langsung di permukaan tanah dan base flow.

Curah hujan rata-rata bulanan di daerah pengaliran sungai dihitung berdasarkan data
pengukuran curah hujan dan evapotranspirasi yang sebenarnya dari data meteorologi dengan
menggunakan metode Penman dan karakteristik vegetasi. Perbedaan antara curah hujan dan
evapotranspirasi mengakibatkan limpasan air hujan langsung (direct runoff) aliran dasar/air tanah dan
limpasan air hujan lebat (storm runoff) .

Berikut ini adalah parameter-parameter yang harus dicari dalam melakukan perhitungan debit
andalan dengan menggunakan metode FJ. Mock.

A. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi merupakan faktor penting dalam memprediksi debit dari data curah hujan dan
klimatologi dengan menggunakan metode Mock. Alasannya adalah karena evapotranspirasi ini
memberikan nilai yang besar untuk terjadinya debit dari suatu daerah aliran sungai. Rumus
evapotranspirasi yang digunakan pada metode Mock menggunakan metode Penman. Data terukur yang
dibutuhkan yaitu Letak lintang (LL),Suhu udara (T),Kecerahan matahari (n/N),Kecepatan angin
(u),Kelembaban relatif (RH),Rumusnya adalah sebagai berikut :

ETo = c × ETo*

ETo* = W(0,75 × Rs – Rn1) + (1 – W) × (f(u)) × (ea – ed)………….……(8)

Dimana :

c = factor koreksi penman

W = factor penimbangan untuk suhu dan elevasi daerah

Rs = jumlah radiasi gelombang pendek

Rs = (0,25 + 0,54 n/N) × Ra ……………………………………………(9)

Ra = radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfer (mm/hari)

n = rata-rata cahaya matahari sebenarnya dalam satu hari (jam)

N = lama cahaya matahari maksimum yang mungkin dalam satu hari (jam)

Rn = radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)


Rn = f(t) × f(ed) × f(n/N)………………………………………………(10)

f(t) = fungsi suhu

f(ed) = fungsi tekanan uap

f(n/N) = fungsi kecerahan matahari

f(u) = 0,27 (1 + u × 0,864)………………………………..…………….(11)

f(u) = fungsi kecepatan angin

f(n/N) = 0,1 + 0,9 n/N…………………………………………..…………(12)

ea – ed = defisit tekanan uap yaitu selisish antara tekanan uap jenuh (ea) pada T rata-rata dalam
(mbar) dan tekanan uap sebenarnya (ed) dalam (mbar)

ea=ed = ea × RH/100………………………………………………………(13)

Formulasi inilah yang dipakai dalam Metode Mock untuk menghitung besarnya evapotranspirasi
potensial. Besarnya evapotranspirasi potensial ini dinyatakan dalam mm/hari.

B. Kelebihan Air (Water Surplus)

Besarnya air lebih dapat mengikuti formula sebagai berikut :

WS = ΔS – tampungan air ………………………………………………(14)

Dimana :

WS = water surplus

S = R – Ea

Tampungan Tanah = Perbedaan kelembaban tanah

C. Limpasan total

Air hujan yang telah mengalami evapotranspirasi dan disimpan dalam tanah lembab selanjutnya
melimpas di permukaan (surface run off) dan mengalami perkolasi. Berikutnya, menurut Mock besarnya
infiltrasi adalah water surplus (WS) dikalikan dengan koefisien infiltrasi (if), atau :

Infiltrasi (I) = WS × if …………………………………………………………..(15)

Koefisien infiltrasi ditentukan oleh kondisi porositas dan kemiringan daerah pengaliran. Lahan
yang bersifat porous umumnya memiliki koefisien yang cenderung besar. Namun jika kemiringan
tanahnya terjal dimana air tidak sempat mengalami infiltrasi dan perkolasi ke dalam tanah, maka
koefisien infiltrasinya bernilai kecil.
Infiltrasi terus terjadi sampai mencapai zona tampungan air tanah (ground water storage,
disingkat GS). keadaan perjalanan air di permukaan tanah dan di dalam tanah diperlihatkan dalam
gambar

Dalam metode ini, besarnya groundwater storage (GS) dipengaruhi oleh Infiltrasi (I). Semakin besar
infiltrasi maka groundwater storage semakin besar pula, dan begitu sebaliknya.

Konstanta resesi aliran bulanan (K). Konstanta resesi aliran bulanan (montly flow recession
constan) disimbolkan dengan K adalah proporsi dari air tanah bulan lalu yang masih ada bulan sekarang.
Nilai K ini cenderung lebih besar pada bulan basah. Nilai k diambil antara 0 – 1,0.

Groundwater storage bulan sebelumnya (GSom). Nilai ini diasumsikan sebagi konstanta awal,
dengan anggapan bahwa water balance merupakan siklus tertutup yang ditinjau selama rentang waktu
menerus tahunan tertentu. Dengan demikian maka nilai asumsi awal bulan pertama tahun pertama
harus dibuat sama dengan nilai bulan terakhit tahun terakhir.

Dari ketiga faktor diatas, mock merumuskan sebagai berikut :

GS = {0,5 × (1 + K) × I} + {K × GSom}………………………………(16)

Seperti telah dijelaskan, metode Mock adalah metode memprediksi debit didasarkan
pada water balance. Oleh sebab itu, batasan-batasan water balance ini harus dipenuhi. Salah satunya
adalah bahwa perubahan groundwater storage (ΔGS) selama rentang waktu tahunan tertentu adalah
nol, atau (misalnya untuk 1 tahun) :

Perubahan groundwater storage (ΔGS) adalah selisih antara groundwater storage bulan yang
ditinjau dengan groundwater storage bulan sebelumnya. Perubahan groundwater storage ini penting
bagi terbentuknya aliran dasar sungai (base flow, disingkat BF). Dalam hal ini base flow merupakan
selisih antara infiltrasi dengan perubahan groundwater storage, dalam bentuk persamaan :

BF = I – ΔGS…………………………………………………………………..(17)

Jika pada suatu bulan ΔGS bernilai negatif (terjadi karena GS bulan yang ditinjau lebih kecil dari
bulan sebelumnya), maka base flow akan lebih besar dari nilai infiltrasinya. Karena water
balance merupakan siklus tertutup dengan periode tahunan tertentu (misalnya 1 tahun) maka
perubahan groundwater storage (ΔGS) selama 1 tahun adalah nol. Dari persamaan di atas maka dalam 1
tahun jumlah base flow akan sama dengan jumlah infiltrasi.

Selain base flow, komponen debit yang lain adalah direct run off (limpasan langsung)
atau surface fun off (limpasan permukaan). Limpasan permukaan berasal dari water surplus yang telah
mengalami infiltrasi. Jadi direct run off dihitung dengan persamaan :

DRO = WS – I……………………………………………………………(18)

Setelah base flow dan direct run off komponen pembentuk debit yang lain adalah storm run off,
yaitu limpasan langsung ke sungai yang terjadi selama hujan deras. Storm run off ini hanya beberapa
persen saja dari hujan.. storm run off hanya dimasukkan ke dalam total run off, bila presipitasi kurang
dari nilai maksimum soil moisture capacity. Menurut Mock storm run off dipengaruhi oleh percentage
factor, disimbolkan dengan PF. Percentage factor adalah persen hujan yang menjadi limpasan. Besarnya
PF oleh Mock disarankan 5% – 10%, namun tidak menutup kemungkinan untuk meningkat secara tidak
beraturan hingga mencapai 37,3%. Dalam perhitungan debit ini, Mock menetapkan bahwa :

Jika presipitasi (P) > maksimum soil moisture capacity maka nilai storm run off = 0. Jika P <
maksimum soil moisture capacity maka storm run off adalah jumlah curah hujan dalam satu bulan yang
bersangkutan dikali percentage factor, atau : SRO = P × PF

Dengan demikian maka total run off (TRO) yang merupakan komponen-komponen pembentuk
debit sungai (stream flow) adalah jumlah antara base flow, direct run off dan storm run off, atau :

TRO = BF + DRO + SRO……………………………………………….……(19)

Total run off ini dinyatan dalam mm/bulan. Maka jika TRO ini dikalikan dengan catchment
area (luas daerah tangkapan air) dalam km2 dengan suatu angka konversi tertentu didapatkan besaran
debit dalam m3/det.

D. Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan air irigasi merupakan jumlah air irigasi yang digunakan oleh lahan dan tanaman pada
selang waktu dan jumlah tertentu. Kebutuhan air untuk padi meliputi kebutuhan air untuk pengolahan
tanah, pembibitan, penggenangan dan untuk pertumbuhan sampai saat panen. Sedangkan untuk
tanaman bukan padi (palawija) hanya untuk pertumbuhannya saja.

Kebutuhan air irigasi adalah jumlah air yang diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan
air tanaman dengan luasan tertentu. Kebutuhan air ini meliputi kebutuhan untuk evapotranspirasi,
perkolasi dan perembesan saluran. Kebutuhan air untuk palawija hanya untuk pertumbuhannya saja
yang dinyatakan dengan evapotranspirasi tanaman. Akan tetapi untuk tanaman padi kebutuhan air
meliputi kebutuhan untuk evapotranspirasi, pengolahan lahan, pertumbuhan sampai saat panen, serta
kebutuhan air untuk mengganti air yang hilang karena adanya perkolasi serta penggenangan dilahan
(Linsley dan Franzini, 1979).

Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor :

-Kebutuhan untuk penyiapan lahan

-Kebutuhan air konsumtif untuk tanaman

-Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air

-Perkolasi

-Efisiensi air irigasi

-Luas areal irigasi


-Curah hujan efektif

Kebutuhan total air di sawah mencakup faktor diatas, Persamaan untuk menghitung kebutuhan bersih
air irigasi di sawah :

IG = × A ………………………………………..…………….(20)

Dengan :

IG = kebutuhan air (m3)

IR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari)

ETc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari)

RW = kebutuhan air untuk penggantian lapisan air (mm/hari)

P = perkolasi (mm/hari)

ER = hujan efektif (mm/hari)

EI = efisiensi irigasi

A = luas areal irigasi (m2)

1. Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan (IR)

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya sangat menentukan kebutuhan maksimum air
irigasi. Bertujuan untuk mempermudah pembajakan dan menyiapkan kelembaban tanah guna
pertumbuhan tanaman. Metode ini didasarkan pada kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air
akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan selama periode penyiapan lahan.
Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penyiapan lahan dan jumlah air yang diperlukan untuk
penyiapan lahan. Untuk perhitungan kebutuhan air irigasi untuki penyiapan lahan dapat digunakan
metode yang dikembangkan Van De Goor dan Zijlstra (1968). Persamaannya ditulis sebagai berikut.

IR = M ……………………………………………………….(21)

Dengan :

IR = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (mm/hari)

M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang telah
dijenuhkan

= Eo + P ……………………………………………………………………(22)

Eo = 1,1 x Eto ………………………………………………………………….(23)


P = perkolasi (mm/hari)

k = (M x T)/S ………………………………………………………………..(24)

T = jangka waktu penyiapan lahan (hari)

S = kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm

Perhitungan kebutuhan air untuk penyiapan lahan digunakan T = 30 hari dan S = 250 mm untuk
penyiapan lahan padi pertama S = 200 mm untuk penyiapan lahan padi kedua. Ini sudah termasuk
banyaknya air untuk penggenangan setelah transplantasi, yaitu sebesar sebesar 50 mm serta kebutuhan
untuk persemaian.

2. Keutuhan Air Untuk Konsumtif (ETc)

Kebutuhan air konsumtif diartikan sebagai kebutuhan air untuk tanaman di lahan dengan
memasukkan faktor koefisien tanaman (kc). Persamaan umum yang digunakan sebagai berikut:

Etc = Eto x kc …………………………………………………………….(25)

Dengan:

Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari),

Eto = evapotranspirasi (mm/hari),

Kc = koefisien tanaman.

Kebutuhan air konsumtif ini dibutuhkan untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan. Air
dapat menguap melalui permukaan air atau tanah maupun melalui tanaman. Bila kedua proses tersebut
terjadi bersama-sama, terjadilah proses evapotranspirasi, yaitu gabungan antara penguapan air bebas
(evaporasi) dan penguapan melalui tanaman (transpirasi). Dengan demikian besarnya kebutuhan air
konsumtif ini adalah sebesar air yang hilang akibat proses evapotranspirasi dikalikan dengan koefisien
tanaman.

Evapotranspirasi dapat dihitung dengan metode Penman berdasarkan data klimatologi


setempat. Nilai koefisien tanaman (kc) mengikuti cara ndeco atau prosidan seperti tercantum dalam
dirjen pengairan (1985), yaitu varietas biasa dengan masa pertumbuhan tanaman padi selama 3,5 bulan.

3.Kebutuhan Air Untuk Penggantian Lapisan Air (RW)

Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air ditetapkan berdasarkan Standar Perencanaan
Irigasi (1986). Penggantian lapisan air dilakukan sebanyak dua kali dalam sebulan, masing-masing
dengan ketebalan 50 mm (50 mm/bulan atau 3,3 mm/hari) dan dua bulan setelah transplantasi.
Perkolasi adalah masuknya air dari daerah tak jenuh ke dalam daerah jenuh air, pada proses ini
air tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat tanah daerah
tinjauan yang dipengaruhi oleh karakteristik geomorfologis dan pola pemanfaatan lahannya.

4.Curah Hujan Efektif (ER)

SCurah hujan efektif diperoleh dari data hujan data stasiun pengamatan hujan terdekat. Data
hujan andalan 80%, sedangkan hujan efektif harian yang dipakai adalah sebesar 70% dari hujan andalan
80% seperti diberikan pada Standar Perencanaan Irigasi (1986).

Re = 0,7 × R80

Dimana :

Re = curah hujan efektif (mm/hari)

R80 = curah hujan minimum tengah bulanan dengan kemungkinan terpenuhi 80 %.

5. Efisiensi Irigasi (EI)

Untuk tujuan-tujuan perencanaan, dianggap bahwa 1/4 sampai 1/3 dari jumlah air yang diambil
akan hilang sebelum air itu sampai disawah. Kehilangan ini disebabkan oleh kegiatan eksploitasi,
evaporasi dan perembesan. Kehilangan akibat evaporasi dan perembesan umumnya kecil jika
dibandingkan dengan jumlah kehilangan akibat kegiatan eksploitasi. Penghitungan rembesan hanya
dilakukan apabila kelulusan tanah cukup tinggi (KP-03, 1986). Pada umumnya kehilangan air dijaringan
irigasi dapat dibagi-bagi, berdasarkan KP-03 adalah sebagai berikut :

- 15-22,5% dipetak tersier, antara bangunan sadap tersier dan sawah

- 7,5-12,5% disaluran sekunder

- 7,5-15,5% disaluran utama.

6.Luasan Areal Irigasi (A)

Yang dimaksud dengan luas areal irigasi disini adalah luas semua lahan pertanian yang
kebutuhan airnya dilayani oleh suatu sistem irigasi tertentu. Yang termasuk dalam sistem irigasi
mencakup irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana maupun irigasi desa.

Anda mungkin juga menyukai