Digital - 20367021-PR-Nurina Fatmawati PDF
Digital - 20367021-PR-Nurina Fatmawati PDF
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
ii
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Agar obat
yang dihasilkan berkualitas, mempunyai efikasi yang baik, bermutu, dan aman
serta konsisten maka dibutuhkan suatu pedoman bagi industri farmasi tentang
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Apoteker dituntut untuk mempunyai
wawasan, pengetahuan yang luas dan pengalaman praktis yang memadai serta
kemampuan dalam memimpin agar dapat mengatasi permasalahanpermasalahan
yang ada di industri farmasi. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilakukan
pada 17 Juni – 12 Juli Dan 14 Agustus – 30 Agustus 2013 Di PT. Kalbe Farma,
Tbk. Kawasan Industri Delta Silicon JL M.H. Thamrin Blok A3-1, Lippo
Cikarang, Bekasi Dalam rangka pembinaan terhadap generasi baru di bidang
industri farmasi.
Kata Kunci :. Praktek Kerja Profesi Apoteker, Industri Farmasi, Cara Pembuatan
Obat yang Baik
Tugas umum : viii + 56 halaman; 1lampiran
Tugas khusu : iv + 21 halaman; 10 lampiran
Daftar Acuan Tugas Umum : 4 (2009 - 2012)
Daftar Acuan Tugas Khusus : 3 (2010 - 2013)
Universitas Indonesia
Health is good health, physically, mentally, spiritually and socially to enable more
people to live socially and economically productive. Pharmaceutical Industry is an
entity that has a permit from the Minister Health to the manufacture of drugs or
drug ingredients. In order for the resulting drug quality, have good efficacy,
quality, and safe and consistent we need a guide for the pharmaceutical industry
on the Good Manufacturing Practices (GMP). Pharmacists are required to have
insight, extensive knowledge and good practical experience and ability to lead in
order to overcome the problems of the pharmaceutical industry. Pharmacists
Internship Program (PIP) conducted on 17 June to 12 July and 14 August to 30
August 2013 at PT. Kalbe Farma Tbk. Delta Silicon Industrial Estate Jl. MH
Thamrin Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi to develop the new generations in
the pharmaceutical industry.
Universitas Indonesia
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
di PT. Kalbe Farma, Tbk. dan menyelesaikan laporan PKPA ini. Pelaksanaan
PKPA dan penulisan laporan PKPA ini diajukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Pada penulisan laporan ini, penulis
mendapat arahan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Anne Prima Heryanti, S.Si, Apt., selaku pembimbing dan Manager
Departemen Quality Assurance PT. Kalbe Farma, Tbk., yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama melaksanakan
PKPA.
2. Dr. Iskandarsyah, M.Sc, Apt., selaku pembimbing yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan laporan PKPA.
3. Dwitiya, S.Farm, Apt., dan Dinda, S.Farm, Apt., selaku pembimbing dan
Supervisor Quality Assurance PT. Kalbe Farma, Tbk., yang telah memberikan
arahan, bimbingan, perhatian, ilmu, dan dukungan kepada penulis selama
melaksanakan kegiatan PKPA.
4. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi UI.
5. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M. S., Apt. selaku Pj.S. Dekan Fakultas Farmasi
UI sampai dengan 20 Desember 2013
6. Dr. Harmita, Apt selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melaksanakan PKPA.
7. Keluarga atas dukungan, perhatian, dan doa yang diberikan kepada penulis
selama melaksanakan kegiatan di Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
8. Seluruh rekan Apoteker UI angkatan LXXVII, khususnya Bulqiyah, Elis,
Anisa, Ajeng, Nabila, Findarti, Arlika, Nurina, Ali, Riyon dan Achsar yang
iv Universitas Indonesia
Penulis
v Universitas Indonesia
LAMPIRAN ..........................................................................................................57
vi Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan PKPA di PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah untuk:
a. Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan aspek-aspek
CPOB di PT. Kalbe Farma, Tbk.
b. Memahami peran dan tugas apoteker dalam industri farmasi
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) dan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi.
Persyaratan agar mendapatkan persetujuan prinsip, yaitu :
a. Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Fotokopi KTP/identitas direksi dan komisaris perusahaan.
c. Susunan direksi dan komisaris.
d. Pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang farmasi.
e. Fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan.
f. Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha berdasarkan Undang-Undang Gangguan
(HO).
g. Fotokopi Surat Tanda Daftar Perusahaan.
h. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan.
i. Fotokopi NPWP.
j. Persetujuan lokasi dari pemerintah daerah provinsi.
k. Persetujuan RIP dari Kepala Badan.
l. Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat.
m. Surat asli pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker
penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu.
n. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung jawab
produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
CPOB diterapkan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai
dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. CPOB mencakup seluruh aspek
produksi dan pengawasan mutu. CPOB merupakan pedoman yang sangat penting
tidak hanya bagi industri farmasi dan regulator, tetapi juga bagi konsumen dalam
memenuhi kebutuhannya akan pengobatan yang aman, berkhasiat dan berkualitas.
Terdapat 12 aspek dalam CPOB, yaitu:
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pengawasan mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.
Industri farmasi bertanggungjawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing. Seluruh personil
hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal yang
berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
d. Daerah pengolahan produk steril dipisahkan dari daerah produksi lain serta
dirancang dan dibangun secara khusus.
e. Produk antibiotika tertentu, hormon tertentu, sitotoksik tertentu, bahan aktif
berpotensi tinggi hendaklah diproduksi di bangunan terpisah.
f. Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai, dan langit-langit)
hendaklah licin, bebas dari keretakan, dan sambungan yang terbuka serta
mudah dibersihkan dan bila perlu mudah didesinfeksi.
g. Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak kontrol serta
ventilasi yang baik.
h. Area produksi diventilasi secara efektif dengan fasilitas pengendali udara.
2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya
berdampak buruk pada mutu produk.
Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian
yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan untuk mengukur,
menimbang, mencatat dan mengendalikan hendaklah dikalibrasi dan diperiksa
pada interval waktu tertentu dengan metode yang ditetapkan.
Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko
kesalahan atau kontaminasi. Antara masing-masing peralatan hendaklah
ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan dan
memastikan tidak terjadi kekeliruan dan kecampurbauran produk.
Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau
pencemaran yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.
Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan, dan bila perlu disanitasi
dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi atau sisa bahan dari proses
sebelumnya yang akan memengaruhi mutu produk.
Universitas Indonesia
2.2.6 Produksi
Kegiatan produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
Universitas Indonesia
2.2.8. Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit & Persetujuan Pemasok
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB
ditetapkan. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi
Universitas Indonesia
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
Universitas Indonesia
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi
induk/formula pembuatan, prosedur, metode, instruksi, laporan, dan catatan harus
bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah
sangat penting.
Universitas Indonesia
13 Universitas Indonesia
Selain itu, PT Kalbe Farma, Tbk. juga membuat suatu core value (nilai inti)
yang berfungsi menunjang penerapan visi dan misi yaitu berupa Kalbe Panca
Sradha dan dijadikan landasan oleh seluruh karyawan dalam menjalankan kinerja
sehari-hari:
1. Trust is the glue of life
Saling percaya adalah perekat diantara kami
2. Mindfulness is the foundation of our action
Kesadaran penuh adalah dasar setiap tindakan kami
3. Innovation is the key to our success
Inovasi adalah kunci keberhasilan kami
4. Strive to be the best
Bertekad untuk menjadi yang terbaik
5. Interconnectedness is a universal way of life
Saling keterkaitan adalah panduan hidup kami
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Lantai 2 digunakan untuk ruang produksi line 6, line 7, line 8A, 8B dan line 8
extension.
d. Lantai 3 digunakan untuk ruang purified water generator, pure steam
generator, water for injection generator, dan oil free air compressor.
Lantai ruang produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. dicat menggunakan cat
epoksi agar mudah dibersihkan, dibuat melengkung (tidak memiliki sudut) agar
tidak menjadi tempat berkumpulnya debu, serta bingkai jendelanya dibuat miring
dengan maksud agar mudah dibersihkan dan juga tidak menjadi tempat
berkumpulnya debu. Berdasarkan CPOB tahun 2012, ruangan di industri farmasi
dibagi menjadi 5 jenis area berdasarkan perbedaan tingkat kebersihannya, yaitu
kelas A, B, C, D dan E. Kelas A, B, C, dan D digunakan untuk produksi sediaan
steril dan kelas E untuk produksi sediaan nonsteril. PT. Kalbe Farma, Tbk. telah
menyesuaikan kembali klasifikasi ruangan sesuai dengan pedoman CPOB 2012.
Meskipun demikian dalam kesehariannya area produksi steril (kelas A, B, C, dan
D) masih disebut sebagai area putih (white area), area produksi nonsteril (kelas E)
disebut area abu-abu (grey area), dan area pengemasan sekunder disebut area
hitam (black area).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
bawah grup Pharma Kalbe, yaitu PT. Kalbe Farma, Tbk., PT. Dankos Farma, PT.
Hexpharm Jaya, dan PT. Fima. Grup PPIC ini menjadi penghubung antara bagian
pemasaran dan distributor, yaitu PT. Enseval Putra Megatrading dengan divisi
produksi masing-masing situs. Departemen PPIC berada dibawah koordinasi
Assistant Director Plant. PPIC manajer membawahi PPIC specialist, sedangkan
PPIC specialist membawahi tiga bagian yaitu Inventory Plannning Control (IPC),
Production Planning Control (PPC), dan Toll Manufacturing. Secara umum tugas
dari departemen ini adalah sebagai berikut:
a) Merencanakan, mempersiapkan, dan mengendalikan proses produksi mulai dari
bahan baku sampai obat jadi.
b) Melakukan kegiatan toll manufacturing, meliputi:
1) Toll in, yaitu permintaan produksi dari perusahaan lain yang bisa dipenuhi
karena masih tersedia kapasitas.
2) Toll out, yaitu permintaan bantuan produksi ke perusahaan lain karena tidak
memiliki fasilitas produksi produk bersangkutan atau karena kapasitas tidak
mencukupi.
c) Membuat laporan ke instansi terkait, antara lain hasil produksi, pemakaian
material seperti prekursor dan narkotik/psikotropik.
Universitas Indonesia
batch size, average selling out, pending order, dan day of inventory (DOI).
ROFO merupakan jumlah perkiraan penjualan selama 6 bulan mendatang
dalam satuan unit. RPP merupakan rencana produksi yang dibuat setiap 6
bulan mendatang dalam satuan bets.
2) Mengirim RPP ke bagian IPC untuk dijadikan dasar penyusunan Rencana
Pemakaian Material (RPM) setiap bulan.
3) Membuat rencana produksi bulanan (RPB) yang berisikan jumlah bets dan
target yang harus dicapai oleh Departemen Produksi selama satu bulan.
4) Mengevaluasi pencapaian rencana produksi bulan lalu untuk perencanaan
rencana produksi bulan berikutnya
c. Toll Manufacturing bertugas mengoordinasi produk-produk toll out dan toll in
untuk menjamin agar kebutuhan sales dan marketing tetap dapat dipenuhi oleh
rekanan yang telah ditentukan oleh perusahaan apabila kapasitas produksi tidak
tersedia/tidak mencukupi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Analisis Efisiensi
Fokus pada pemenuhan kebutuhan dan harapan pelanggan internal, minimasi
biaya, minimasi variasi, dan waktu siklus.
c. Analyze the Process
Pada tahap analisis, amati kondisi proses exsisting, proses yang tidak efektif,
tidak efisien, dan proses yang buruk.
d. Improve the Process
Aktivitas improvement tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Continual
Improvement membentuk pemahaman yang fundamental pada customer
requirement, kapabilitas proses, dan root cause gap yang terjadi. Contohnya
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas produk atau jasa, maka aktivitas
improvement yang dilakukan adalah berfokus pada pengurangan variasi, error,
serta cacat.
e. Implement changes
f. Standardize and monitor
Universitas Indonesia
Seksi ini bertanggung jawab dalam menjamin bahwa material yang digunakan
untuk produksi sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Pada bahan baku,
terdapat kode-kode yang menunjukkan identitas bahan baku tersebut. Misalnya
kode 12 menunjukkan bahan yang tergolong mahal, 13 menunjukkan zat aktif,
14 menunjukkan eksipien, 15 menunjukkan bahan baku cairan, kode 19
meninjukkan material repack. Pada material repack hanya dilakukan
pemeriksaan fisik berdasarkan sertifikat analisa dan perubahan kemasan serta
label.
b) Seksi Wadah dan Kemasan (Packaging Material)
Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan terhadap semua wadah dan
kemasan dengan prosedur berdasarkan MA yang telah ditetapkan oleh
Departemen R&D.
c) Seksi Obat Jadi
Seksi ini bertanggung jawab dalam menjamin bahwa wadah dan kemasan yang
digunakan untuk pengemasan produk sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan. Beberapa material yang diuji antra lain, aluminium foil, ampul,
vial, botol, dus, blister, dan lain sebagainya.
d) Seksi Stabilita
Seksi ini bertugas memeriksa stabilita post marketing dari produk yang sudah
jadi. Memeriksa batas kadaluarsa, jangka waktu penggunaan kemasan, dan
kondisi penyimpanan tertentu.
e) Laboratorium Mikrobiologi
Seksi ini bertugas melakukan pemeriksaan mikrobiologi material dan obat
sesuai dengan MA yang telah ditetapkan oleh Departemen R&D. Pemeriksaan
yang dilakukan yaitu: potensi antibiotika, uji sterilitas, uji pirogen dan
endotoksin, pemeriksaan angka total mikroba, pemeriksaan untuk uji sampel
stabilitas, pemeriksaan sampel pertinggal, dan pemeriksaan hasil validasi
pembersihan mesin. Selain mendukung seksi bahan baku, seksi wadah dan
kemasan, dan seksi obat jadi, laboratorium mikrobiologi juga mendukung
bagian validasi dalam pemeriksaan ruangan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Departemen Produksi
Departemen QC memeriksa kualitas produk ruahan berdasarkan sampling yang
dilakukan oleh Departemen Produksi (IPC mandiri). Untuk In Process Control
(IPC) dilakukan oleh Departemen Produksi karena bagian produksi di PT.
Kalbe Farma, Tbk. dianggap sudah mampu untuk melakukan IPC sendiri dan
Departemen QC melakukan pemeriksaan composit sample dari hasil suatu
proses produksi.
d. Departemen Pembelian (Purchasing)
Hubungan Departemen QC dengan bagian pembelian melibatkan bagian
Analytical Development dan Formulasi. Bagian pembelian akan membeli
bahan baku maupun bahan kemas dari pemasok baru setelah memperoleh
persetujuan dari bagian Analytical Development dan Formulasi. Selanjutnya,
bahan baku dan bahan kemas yang dibeli dari source baru diperiksa
kualitasnya oleh Departemen QC menggunakan metode analisa yang
ditetapkan oleh bagian Analytical Development.
e. Departemen Marketing
Departemen QC memberikan informasi ke Departemen Marketing tentang
release batch number pertama produk baru dan pemberitahuan perubahan
kemasan.
3.4.6.2 Quality Assurance (QA)
Departemen QA dipimpin oleh seorang QA Manajer yang bertanggung
jawab langsung kepada QO Manajer. Secara umum QA dibagi menjadi empat
kelompok besar yaitu Audit Proses, Post Marketing, Validasi, dan GMP
Compliance.
a. Audit Proses
Bagian audit memiliki beberapa tugas, yaitu audit proses, audit produk, audit
vendor, penanganan masalah di produksi, dan monitoring penyimpangan.
Audit proses dilakukan untuk memastikan proses produksi berjalan sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan. Proses yang dimaksud bukan hanya
proses pembuatannya, tetapi mulai dari penerimaan bahan baku. IPC (In
Process Control) juga termasuk dalam audit proses ini. Inspektor akan datang
ke bagian gudang dan produksi secara langsung untuk mengamati apakah pada
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a. System Compliance
Bagian ini memiliki tanggung jawab dalam Management Review, Audit
Development, Corrective Action/Preventive Action (CAPA), dan Standard
Development.
b. Document Compliance
Secara umum tugas QS dalam Document Compliance adalah apabila terdapat
dokumen baru atau perubahan pada dokumen lama, dokumen baru atau
dokumen yang telah diubah tersebut harus dikaji terlebih dahulu oleh QS.
Selanjutnya QS akan mengkaji dampak perubahan terhadap departemen lain.
Setelah dokumen diperbaiki disetujui oleh QS, perlu dilakukan pelatihan pada
semua personil yang terkait. Setelah itu, dokumen tersebut baru bisa
didistribusikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
c. Occupational Health, Safety & Environment (OHSE) compliance
OHSE dikoordinasi oleh System Compliance yang bertugas untuk memastikan
kinerja sistem manajemen K3 & lingkungan telah diterapkan dengan baik.
Selain itu OHSE juga bertugas untuk melakukan identifikasi, mencegah, dan
mengatasi hazard (bahaya) yang akan timbul akibat tidak memahami standar
prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Cara yang dilakukan antara
lain: eliminasi, substitusi, engineering control, visual control dan
administration Control, alat pelindung diri (APD).
d. Plan Do Check Action (PDCA)
Divisi ini bertugas untuk memeriksa setiap kegiatan kerja yang akan
dilaksanakan oleh departemen-departemen yang ada di PT. Kalbe Farma, Tbk.
Pada umumnya mereka akan mengikuti setiap rapat kerja yang ada dan
mengevaluasi kinerja program serta status kemajuannya.
e. Continual Improvement Program Development
Bagian Program Development memiliki tugas yang terbagi menjadi dua, yaitu
Program Development & Maintenance dan Training Development
Maintenance. Bagian ini bertanggung jawab untuk merancang dan
melaksanakan sistem pelatihan bagi karyawan, khususnya karyawan baru,
sebagai sarana untuk meningkatkan budaya kualitas karyawan sehingga
tercipta produk yang berkualitas. Program-program pengembangan yang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3. Ruang tolak, ruangan atau area yang terpisah yang menyimpan bahan baku
dan wadah yang ditolak oleh QC.
Penataan barang di gudang bahan baku dan wadah menggunakan system
racking secara alfabetis dan numerik. Setiap rak terdapat beberapa level (tingkat
vertikal) dan beberapa kolom (horizontal), serta didata secara komputerisasi
menggunakan sistem Oracle yang memuat lokasi peletakan material dalam rak.
Cara penyimpanan barang di gudang pada dasarnya disusun antara lain
berdasarkan hal-hal berikut:
1. kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan (suhu, cahaya, dan kelembaban).
2. kedekatan dengan pelanggan (gudang timbang atau produksi).
3. bentuk material dan sifat bahan baku (flammable atau non flammable).
4. untuk barang-barang toll out didekatkan area toll out.
5. berdasarkan status (karantina, baik, atau tolak).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
36 Universitas Indonesia
kemas) hingga ke produk jadi yang siap dipasarkan. Pemeriksaan yang dilakukan
meliputi pemeriksaan fisik, kimia, dan mikrobiologi.
Pemastian mutu yang dilaksanakan bertujuan untuk menghindari atau
meminimalisasi resiko terhadap produk. Pelaksanaan CPOB itu sendiri dipastikan
dengan melakukan pengawasan mutu. Pengawasan mutu ini meliputi berbagai
macam aspek seperti produk yang sesuai standar, bangunan dan fasilitas yang
memadai, dan sebagainya.
4.2 Personalia
Dalam suatu industri farmasi, personil yang terlibat dalam industri tersebut
harus memenuhi persyaratan, baik secara kuantitas maupun kualitas. CPOB
mensyaratkan jumlah personil yang memadai dan terkualifikasi untuk
melaksanakan semua tugas. Setiap personil harus memiliki kesehatan mental dan
fisik yang baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara professional.
Sikap dan kesadaran tinggi setiap personil juga diperlukan dalam mewujudkan
pelaksanaan CPOB.
PT. Kalbe Farma, Tbk. Memiliki personil yang terlatih secara teknis dengan
jumlah memadai untuk melaksanakan kegiatan produksi, pengawasan dan
pemastian mutu. Kegiatan dilakukan mengikuti prosedur dan spesifikasi yang
telah ditentukan secara efektif dan efisien. Departemen produksi, QA, dan QC
dipimpin oleh apoteker yang bersifat independen. Apoteker-apoteker ini diberi
wewenang penuh dan sarana yang cukup untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara efektif.
Peningkatan kesadaran dan pemahaman karyawan terhadap CPOB di PT.
Kalbe Farma, Tbk. dilakukan melalui program pelatihan Kualitas Lima Aspek
(KUA LIMA) yang meliputi K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), dan 5R
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Aspek KUA LIMA meliputi produk,
manusia, bahan dan peralatan, metode, serta lingkungan kerja. Uraian lima aspek
dalam KUA LIMA adalah:
a. Produk yang senantiasa berorientasi pada pasar
b. Sumber daya manusia yang selalu mengutamakan kualitas
c. Peralatan, bahan, dan teknologi yang memadai
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pergerakan barang dan manusia diatur dalam lalu lintas yang berbeda untuk
mencegah kemungkinan terjadinya kontaminasi silang. Penghubung antar ruang
atau kelas yang berbeda adalah ruang buffer atau ruang antara, sedangkan untuk
barang digunakan penghubung berupa kotak penghubung (pass box). Khusus
perpindahan antara grey area dengan white area terdapat air lock yang dilengkapi
air shower. Setiap ruang produksi memiliki koridor sebagai lalu lintas umum
karyawan atau bahan. Pada area produksi terdapat ruang staging yang digunakan
sebagai tempat penyimpanan kemasan dan bahan baku. Selain itu, terdapat pula
ruang work in process (WIP) untuk staging produk ruahan dan produk antara.
Desain pada permukaan lantai, dinding, langit-langit, dan pintu dibuat
sedemikian rupa agar kedap air, tidak terdapat sambungan, dan mudah untuk
dibersihkan. Permukaan lantai ruang produksi menggunakan beton yang dilapisi
epoksi, sudut-sudut ruangan dibuat melengkung, sambungan dilapisi oleh silicon
rubber, dinding dan langit-langitnya dilapisi cat minyak. Penutup fitting lampu,
titik ventilasi, dan instalasi lainnya dibuat rata dengan langit-langit sehingga
meminimalkan adanya celah yang dapat menahan debu. Sarana-sarana penunjang
produksi, seperti Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC), pipa
saluran air, Air Handling Unit (AHU), kabel listrik diletakkan di ruangan khusus
di antara setiap lantai ruangan produksi yang disebut mezzanine. Beberapa
ruangan juga dilengkapi dengan pengumpul debu (dust collector) untuk
mengendalikan jumlah partikel sesuai dengan kelas ruangan masing-masing.
Bangunan pada PT. Kalbe Farma, Tbk. menerapkan sistem line (jalur
produksi). Satu line mencakup semua tahap pengolahan sampai dengan
pengemasan produk sehingga kontaminasi silang dapat dihindari. Ruang produksi
di PT. Kalbe Farma, Tbk. diklasifikasikan sesuai dengan ASEAN GMP, yaitu
kelas I dan II (white area), kelas III (grey area), dan kelas IV (black area).
Apabila dikaitkan dengan CPOB, kelas black area merupakan kelas E, kelas grey
area merupakan kelas C (untuk produksi steril), D (untuk produksi non-steril),
dan kelas white area merupakan kelas A, B (produksi steril). Sebagai penghubung
antara kelas ruangan yang satu dengan yang lain disediakan ruang antara atau
ruang buffer dan loker karyawan. Setiap kelas ruangan memiliki persyaratan
jumlah partikel dan jumlah mikroba tertentu, serta tekanan udara yang berbeda
Universitas Indonesia
4.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk.
memiliki rancang-bangun dan konstruksi yang kuat, ukuran yang memadai, serta
ditempatkan pada posisi yang tepat. Masing-masing alat diberi penandaan agar
memudahkan dalam identifikasinya. Pemasangan dan penempatan peralatan diatur
Universitas Indonesia
sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berjalan secara efektif dan
efisien. Bahan yang digunakan untuk peralatan selama proses produksi sebagian
besar adalah baja tahan karat (stainless steel). Peralatan yang digunakan selalu
dirawat secara berkala agar tetap berfungsi dengan baik dan konsisten serta
mencegah terjadinya pencemaran yang dapat merubah identitas dan mutu atau
kemurnian produk.
Peralatan yang digunakan pada tiap line produksi disesuaikan dengan
produk yang dihasilkan dan ukuran bets dari masing-masing produk. Penempatan
peralatan produksi dilakukan mengikuti alur proses kerja sehingga produksi dapat
dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Pemisahan peralatan dilakukan untuk
menghindari kontaminasi silang antara produk satu dengan produk yang lain.
Pencegahan terhadap kontaminasi debu yang dihasilkan pada saat proses produksi
dilakukan dengan menggunakan pengumpul debu. Peralatan juga diberi
penandaan status penggunaan alat tersebut untuk menghindari kesalahan
penggunaan alat.
Tiap mesin diletakkan dalam ruang sesuai dengan proses yang sedang
berlangsung. Bila terdapat lebih dari satu alat dalam satu ruangan maka peralatan
diletakkan tidak berdekatan agar proses kerja dilakukan dengan leluasa dan
mencegah terjadinya kontaminasi silang dan pencampuran antar bahan maupun
produk ruahan.
Keakuratan peralatan selalu dijaga dengan melakukan validasi, kalibrasi,
dan kualifikasi secara teratur oleh Departemen Pemastian Mutu bekerja sama
dengan lembaga metrologi setempat. Peralatan dan mesin baru harus melalui
tahapan kualifikasi terlebih dahulu, yaitu kualifikasi instalasi, kualifikasi operasi
dan kualifikasi kinerja. Pada peralatan lama dilakukan kualifikasi secara periodik,
yaitu setiap 3 tahun. Kalibrasi dilakukan pada periode tertentu yang sudah
ditetapkan dan tercatat dalam Jadwal Kalibrasi Alat. Kalibrasi dilakukan terhadap
peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, dan menguji. Sertifikat
Penerimaan dikeluarkan untuk mesin yang telah melewati tahapan-tahapan
tersebut dan menyatakan bahwa mesin tersebut telah memenuhi syarat.
Pemeliharaan peralatan menjadi tanggung jawab Departemen Produksi
dan Departemen Teknik, yaitu Bagian Perencanaan Perawatan. Bagian ini
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
bulan sekali. Peralatan line 6 ada yang disterilisasi, tidak hanya sanitasi. Sanitasi
ruangan di line 6 dilakukan 24 jam sekali dengan cara fogging selama 4 jam.
Sanitasi peralatan dilakukan setiap terjadi pergantian jenis produk. Pembersihan
rutin juga dilakukan pada alat yang sudah lama tidak digunakan. Peralatan yang
dapat dipindahkan dicuci di ruang pencucian pada grey area, sedangkan peralatan
yang tidak dapat dipindahkan dicuci di ruangan tempat peralatan tersebut berada.
Ruangan tersebut telah dilengkapi dengan saluran khusus untuk pembuangan
limbah dari pencucian alat. Pembersihan alat dan mesin tersebut dilakukan
berdasarkan prosedur tetap yang telah ditetapkan oleh Pemastian Mutu.
Semua ruang di line produksi memiliki status tertentu yang diwujudkan
dalam bentuk tulisan yang ditempelkan pada pintu ruangan, meliputi label
”TELAH DIBERSIHKAN”, ”SEDANG PROSES”, atau ”UNTUK
DIBERSIHKAN”. Hanya ruang dengan label ”TELAH DIBERSIHKAN” yang
dapat digunakan untuk proses produksi. Sedangkan, label untuk alat/mesin
meliputi label ”SIAP PAKAI”, ”SEDANG PROSES”, ”UNTUK
DIBERSIHKAN”, atau ”SEDANG RUSAK”. Hanya alat berlabel ”SIAP
PAKAI” saja yang dapat digunakan untuk proses produksi.
Pada black area pakaian yang digunakan terdiri dari baju dan celana
berwarna putih yang dilengkapi dengan penutup kepala dan sandal karet. Untuk
masuk ke grey area ataupun white area, karyawan melalui ruang penyangga di
mana tekanan udara di ruang buffer lebih kecil daripada ruang produksi sehingga
mencegah adanya kontaminasi. Perlengkapan yang digunakan selama berada di
grey area berupa baju terusan yang dilengkapi dengan penutup kepala yang
dirangkap pada baju black area, masker, dan sepatu khusus dengan bagian depan
tertutup atau menggunakan penutup sepatu (shoes cover). Sarung tangan
digunakan jika bersentuhan langsung dengan produk, sedangkan penutup telinga
digunakan untuk operator yang bekerja dengan mesin-mesin yang mengeluarkan
bunyi bising. Khusus grey area pada line 6 baju terusan yang digunakan berwarna
merah muda, sedangkan pada line lainnya berwarna putih. Pada white area,
personel yang diperbolehkan masuk ke ruangan white area hanyalah personel
yang telah terkualifikasi. Personel yang akan masuk ke white area harus
mengganti baju grey area dengan baju white area dengan baju terusan bebas serat
Universitas Indonesia
dengan penutup kepala, sarung tangan, masker, penutup mata, dan sepatu khusus.
Pakaian kotor di simpan terpisah dalam wadah tertutup dan di cuci secara berkala
dua kali dalam seminggu. Peraturan ini berlaku untuk semua orang, termasuk
pimpinan dan tamu pabrik.
4.6 Produksi
Departemen Produksi bertanggung jawab untuk memproduksi produk sesuai
dengan target dan JPB (Jadwal Produksi Bulanan) yang ditetapkan bersama
dengan Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan. Proses
produksi dilaksanakan berdasarkan Prosedur Pengolahan Induk (PPI) yang
disusun oleh R&D dan Process Development dan dikeluarkan oleh Departemen
Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan. Formula dan proses yang
digunakan telah tervalidasi melalui beberapa tahap, seperti percobaan pada skala
laboratorium dan produksi, pravalidasi, dan validasi. Penggunaan PPI bertujuan
untuk memberikan jaminan bahwa produk senantiasa dibuat melalui prosedur
yang tetap dan tervalidasi sehingga kualitas produk selalu terjaga. Selain itu,
penggunaan PPI juga ditujukan untuk memudahkan penelusuran pada proses
produksinya jika ditemukan masalah pada suatu produk. Semua proses produksi
dikerjakan sesuai dengan PPI dan bila ada perubahan dalam proses dilaporkan
dalam Deviation Report (DR) di dalam Catatan Produksi Bets (CPB). Untuk
produk yang telah rilis, pengolahan ulang produk dilakukan melalui pengajuan
Formulir Usulan Pengolahan Ulang (FUPU) dengan persetujuan dari QA.
Pencegahan terjadinya pencemaran silang dan pencampuran bahan
diupayakan melalui pembagian proses produksi dalam line produksi. Proses
dikerjakan dalam ruang yang terpisah sesuai dengan tahapan proses dan terdapat
ruang penyangga di antara kelas yang berbeda. Setiap line produksi mempunyai
ruang timbang yang terpisah. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencemaran
di ruang timbang. Setiap line juga dilengkapi dengan AHU, pengumpul debu, dan
pengaturan tekanan dalam upaya pencegahan pencemaran, baik kimia maupun
mikroba. Selain itu, terdapat persyaratan penggunaan pakaian yang berbeda-beda
pada tiap kelas.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
memenuhi spesifikasi kualitas yang ditetapkan dalam batas waktu dan biaya yang
telah ditentukan. Apoteker yang menjadi supervisor produksi akan mengatur dan
memastikan obat dibuat menurut prosedur pembuatan yang telah ditentukan dan
sesuai jadwal; memeriksa catatan pengolahan batch telah diisi dengan benar; serta
membimbing karyawan dalam bidang teknis dan mengatur ketertiban atau disiplin
karyawan.
Universitas Indonesia
dan diletakkan di dekat alat untuk memudahkan operator atau personel lain dalam
menggunakan alat yang bersangkutan.
Alat pelindung diri (APD) disediakan untuk keselamatan personil, seperti
masker, kaca mata pelindung, sarung tangan, dan pembasuh mata. Baku
pembanding disimpan dalam kondisi yang sesuai. Pada wadahnya terdapat label
informasi mengenai nama zat, nama penyalur, kadar, tanggal bahan datang, dan
jenis stok. Hal ini telah sesuai dengan aturan CPOB.
Ruang laboratorium untuk pemeriksaan di bagian Pengawasan Mutu telah
sesuai dengan aturan CPOB, seperti persyaratan spesifikasi ruangan, desain
ruangan, dan tempat pembuangan limbah. Laboratorium memiliki letak yang
terpisah dengan ruang produksi. Ruang laboratorium mikrobiologi juga terpisah
dari ruang laboratorium lainnya. Pada laboratorium ini disediakan peralatan yang
ditujukan untuk pengujian mutu obat.
4.8. Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok
Untuk menilai kesesuaian seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu
dalam industri farmasi dengan ketentuan CPOB serta mengevaluasi dan
menentukan tindakan apa yang harus diambil sebagai langkah korektif jika terjadi
suatu penyimpangan, maka diperlukan adanya langkah mandiri dari industri
tersebut, yaitu dengan melaksanakan inspeksi diri dan audit mutu. CPOB
mensyaratkan agar kegiatan ini dilakukan secara teratur.
PT. Kalbe Farma, Tbk. telah melaksanakan program inspeksi diri melalui
Departemen Pemastian Mutu. Inspeksi tersebut mencakup kesesuaian dengan
sistem atau regulasi yang berlaku dan penilaian aspek produksi melalui inspeksi
proses yang dilakukan secara berkala. Pelaksanaan inspeksi diri di PT. Kalbe
Farma, Tbk. diwujudkan dalam bentuk audit internal yang dilakukan secara rutin.
Audit internal dilakukan dua kali dalam setahun oleh suatu tim internal PT. Kalbe
Farma, Tbk. yang telah terlatih dan tersertifikasi. Pelaporannya meliputi hasil
audit, penilaian dan kesimpulan, serta usulan tindakan perbaikan. Berdasarkan
laporan audit, manajemen perusahaan akan mengevaluasi dan mengambil
tindakan perbaikan yang diperlukan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
terkait sesuai dengan jenis keluhan yang diterima. Misalnya keluhan menyangkut
mutu ditangani oleh bagian Pengawasan Mutu, sedangkan keluhan dan laporan
mengenai efek samping dan reaksi obat ditangani oleh bagian medis di bagian
pemasaran. Atas dasar hasil evaluasi dan penelitian terhadap keluhan yang ada,
bagian Pascapemasaran membuat jawaban atas keluhan dan bila perlu meminta
saran dari pihak terkait. Tindak lanjut yang dilakukan adalah tindakan
perbaikan/pencegahan atau bila ternyata keluhan yang dikirimkan dapat
merugikan pelanggan bisa dilakukan penarikan kembali. Hasil evaluasi dan tindak
lanjut yang dilakukan kemudian dilaporkan kepada bagian terkait dalam
perusahaan antara lain: Bagian Pemasaran, Bagian Pengawasan Mutu, Bagian
Produksi dan direksi.
Penarikan kembali obat dapat berupa penarikan kembali satu atau lebih bets
atau seluruh obat jadi tertentu. Penarikan kembali produk bisa dilakukan sebagai
tindak lanjut dari evaluasi terhadap adanya keluhan. Penarikan berdasarkan
evaluasi dilakukan bila produk tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar
pertimbangan efek samping. Selain itu, penarikan kembali produk bisa terjadi
karena adanya Surat Perintah Penarikan Produk yang dikeluarkan oleh Badan
POM (SPPP BPOM). Dengan adanya SPPP BPOM maka perlu dilakukan
evaluasi terhadap contoh pertinggal (retained sample) sesuai nomor bets yang
dimaksud. Jika hasil evaluasi sesuai dengan SPPP BPOM, bagian Pengawasan
Mutu akan menindaklanjuti pelaksanaan penarikan yaitu pembuatan SPPP ke
pelanggan yang dilakukan dalam waktu satu minggu. Setelah penarikan produk,
dilakukan tindak lanjut berupa pemusnahan ataupun pengerjaan ulang. Selain itu
perlu dibuat laporan penarikan produk yang ditujukan ke Badan POM. Penarikan
produk dari produsen dilakukan dengan prosedur yang sama dengan penarikan
karena adanya SPPP BPOM. Pemusnahan produk hasil penarikan dilaksanakan
dengan memakai jasa pihak dari luar PT. Kalbe Farma, Tbk.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa,
atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan
keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.
Produk obat yang dikembalikan akan diganti oleh PT. Kalbe Farma, Tbk. Jika
Universitas Indonesia
4.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah aspek esensial dalam industri farmasi dalam rangka
memenuhi persyaratan CPOB. PT. Kalbe Farma, Tbk membagi dokumentasi
menjadi empat tingkatan yaitu manual perusahaan, prosedur perusahaan, dokumen
pendukung, dan rekaman perusahaan. Dokumentasi di PT. Kalbe Farma, Tbk
dibuat dan disusun oleh departemen yang berkaitan dengan jenis dokumen yang
dibuat. Dokumentasi seperti spesifikasi dan metode analisa pemeriksaan bahan
atau produk disusun oleh Departemen R&D bagian Analytical Development,
sedangkan dokumen hasil pemeriksaan mutu dibuat oleh Departemen Pengawasan
Mutu (QC). Dokumen formula, prosedur, metode, dan instruksi dalam proses
produksi disusun oleh bagian Departemen R&D dalam bentuk PPI. Pelaksanaan
proses produksi didokumentasikan oleh departemen produksi yang ditulis dalam
PPI yang telah disediakan. Dokumen pelaksanaan produksi akan diperiksa oleh
bagian Penjaminan Mutu (QA) dan rekaman bets akan ditangani oleh bagian
Pemastian Mutu (QA) dalam bentuk Catatan Pengolahan Bets (CPB). Dokumen
rekaman bets ini harus disimpan minimal 1 tahun setelah waktu kadaluarsa
produk jadi.
Penataan dokumen secara sistematis telah dilakukan oleh PT. Kalbe
Farma, Tbk. Penataan ini dilakukan untuk memudahkan dalam pencarian
dokumen. Penataan dan pengelolaan dokumen dilakukan oleh Departemen
Universitas Indonesia
Quality System (QS) dan juga oleh departemen lain yang terkait. Di samping
sistem dokumen secara manual, PT. Kalbe Farma, Tbk. juga menggunakan system
dokumen yang dibangun dalam suatu sistem jaringan komputer yang terintegrasi
antarbagian sehingga mudah diakses oleh masing-masing bagian yang
membutuhkan. Sistem dokumentasi ini dinamakan Oracle.
Oleh karena banyaknya dokumen dan keterbatasan tempat, PT. Kalbe
Farma, Tbk. menggunakan jasa eksternal dokumentasi PT. Arsip Geoservis
Indonesia (AGI). Bila suatu saat dibutuhkan, dokumen dapat dipanggil
berdasarkan nomor kotak dan nomor bets. Waktu pengiriman yang diperlukan
juga tidak terlalu lama. Bila pemanggilan dilakukan pada pagi hari, maka di siang
harinya dokumen yang diperlukan tersebut sudah datang.
Universitas Indonesia
memantau kualitas produk yang dihasilkan oleh rekanan tol keluar maka
dilakukan Audit Rekanan tol keluar secara berkala.
Audit merupakan syarat kerjasama untuk perusahaan yang akan menerima
tol keluar PT. Kalbe Farma, Tbk. Audit dilaksanakan dua tahun sekali bila
diperlukan. Evaluasi prestasi rekanan tol keluar pemanufakturan dilakukan setiap
enam bulan sekali agar dapat mengevaluasi kinerja rekanan sesuai dengan
keinginan perusahaan. Evaluasi ini meliputi penyerahan, penyimpangan kualitas
dan kelengkapan dokumen.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1. Kesimpulan
a. PT. Kalbe Farma, Tbk. telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) dalam rangkaian pembuatan obatnya, yaitu dalam aspek manajemen
mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene,
produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, audit mutu, audit dan persetujuan
pemasok, penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk,
dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, kualifikasi dan
validasi.
b. Seorang apoteker dalam industri farmasi memiliki peranan yang penting, yaitu
sebagai kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu dan kepala
bagian pemastian mutu. Ilmu dan keterampilan yang dimiliki apoteker harus
dibaktikan secara menyeluruh dalam pekerjaan profesinya di suatu industri
farmasi. Penerapan ilmu dan keterampilan apoteker secara total akan
meningkatkan kualitas produk obat yang dihasilkan oleh industri farmasi
semakin baik dari waktu ke waktu.
5.2. Saran
a. PT. Kalbe Farma, Tbk yang telah menerapkan sistem yang baik, terutama
dalam manajemen proses produksi, pengawasan mutu, dan pemastian mutunya
sebaiknya terus meningkatkan pengkajian dan evaluasi terhadap efektivitas
sistem yang dikelola PT. Kalbe Farma, Tbk. Dengan demikian, kinerja setiap
bagian dalam perusahaan dapat ditingkatkan lebih baik.
b. PT. Kalbe Farma, Tbk. sebaiknya terus meningkatkan pemahaman setiap
karyawannya akan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam kaitannya
dengan bidang kerjanya dan secara mendasar. Pemahaman ini pun harus terus
diperbaharui menyesuaikan dengan pembaharuan dari lembaga regulator, yaitu
Badan POM.
55 Universitas Indonesia
PT. Kalbe Farma, Tbk. (2011). Laporan Tahunan PT. Kalbe Farma. Jakarta.
56 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
TUGAS KHUSUS
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JANUARI 2014
TUGAS KHUSUS
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JANUARI 2014
ii
iii Un
iv Universitas Indonesia
Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk
memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan
pemakaiannya. Annual Product Review (APR) merupakan salah satu cara pemastian mutu
untuk menjamin kualitas produk. Penyusunan Annual Product Review (APR) dilakukan
terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk melihat tren
konsistensi proses dan kesesuaian dengan aspek yang ditetapkan serta mengidentifikasi
perbaikan yang diperlukan b a i k untuk produk maupun proses. Pengkajian mutu produk
secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan, dengan
mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya (Badan POM RI, 2012).
Review dilakukan terhadap seluruh catatan produksi batch produk yang diproduksi
dalam periode 1 tahun, dimulai dari bulan Januari sampai Desember pada tahun sebelumnya
minimal 10 batch (PT. Kalbe Farma, Tbk, 2010). Salah satu produk obat dari PT. Kalbe Farma,
Tbk. adalah tablet X. Perlu dilakukan penyusunan APR (Annual Product Review) untuk
melihat tren kualitas produk tersebut pada tahun 2012. Hasil review tersebut diharapkan dapat
digunakan sebagai dasar untuk rekomendasi perbaikan jika hal tersebut diperlukan pada tahun
berikutnya.
1.2 Tujuan
a. Menyusun APR (Annual Product Review) tablet X
b. Melihat tren kualitas produk tahunan tablet X sebagai acuan untuk rekomendasi
perbaikan produk tablet X pada tahun berikutnya.
1 Universitas Indonesia
2 Universitas Indonesia
g. kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang tidak
diinginkan;
h. kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat yang
terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan;
i. kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau peralatan yang
sebelumnya;
j. kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru
mendapatkan persetujuan pendaftaran dan variasi persetujuan
pendaftaran;
k. status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan misal sistem tata udara, air,
gas bertekanan, dan lain-lain; dan
l. kajian terhadap Kesepakatan Teknis untuk memastikannya selalu mutakhir.
Industri farmasi hendaklah melakukan evaluasi terhadap hasil kajian, dan suatu
penilaian hendaklah dibuat untuk menentukan apakah tindakan perbaikan dan
pencegahan ataupun validasi ulang hendaklah dilakukan. Alasan tindakan
perbaikan hendaklah didokumentasikan. Tindakan pencegahan dan perbaikan yang
telah disetujui hendaklah diselesaikan secara efektif dan tepat waktu. Hendaklah
tersedia prosedur manajemen untuk manajemen yang sedang berlangsung dan
pengkajian aktivitas serta efektivitas prosedur tersebut yang diverifikasi pada saat
inspeksi diri. Bila dapat dibenarkan secara ilmiah, pengkajian mutu dapat
dikelompokkan menurut jenis produk, misal sediaan padat, sediaan cair, produk
steril, dan lain-lain (Badan POM RI, 2012).
Universitas Indonesia
PT. Kalbe Farma, Tbk memiliki bagian validasi proses, validasi pembersihan, validasi fasilitas
dan utilitas, validasi computer, dan annual product review (PT. Kalbe Farma, Tbk, 2010).
APR (Annual Product Review) harus dilakukan untuk setiap produk komersial. Tujuan dari
pembuatan APR ini adalah untuk memverifikasi konsistensi dari proses manufaktur, menilai
tren, menentukan kebutuhan untuk perubahan spesifikasi, produksi, manufaktur dan atau
pengendalian prosedur dan mengevaluasi kebutuhan untuk revalidasi. Di satu sisi Annual
Product Review (APR) berfungsi sebagai “validasi berkelanjutan” dan di sisi lain, data dan
hasil yang diperoleh merupakan pra-syarat penting untuk perbaikan produk dalam menjaga
kestabilannya untuk keseluruhan batch. Pada prinsipnya, standar kualitas produk harus di
evaluasi minimal 1 tahun sekali berdasarkan spesifikasi yang ada.
Dengan pelaksanaan Annual Product Review (APR) diharapkan memiliki manfaat yang besar
bagi industri farmasi yang melakukannya, diantaranya:
Selama pengkajian data produk pada jangka waktu tertentu, akan ditemukan titik terang
berupa alasan yang tepat perlunya perubahan spesifikasi produk, contoh: jika selama APR
Universitas Indonesia
ditemukan bahwa banyak tablet yang dikompres tidak memenuhi spesifikasi kelembaban
tertentu, hal ini mengindikasi bahwa perubahan spesifikasi diperlukan. Tentunya, perubahan
spesifikasi harus ditinjau terhadap persyaratan kualitas produk dan proses. Selain itu, jika nilai
kelembaban meningkat, maka hal ini merupakan penyimpangan hasil validasi batch tertentu.
Sehingga, diperlukan pemeriksaan untuk menentukan diantara parameter (proses, bahan baku,
atau prosedur) manakah yang telah mengalami perubahan.
2.3.2 Sebagai dasar pertimbangan apabila akan dilakukan perubahan prosedur atau kontrol
Misalnya, jika kita menemukan beberapa kesalahan proses yang terjadi selama setahun
karena operator pelaksana yang tidak benar dalam mengatur suhu pendinginan saat formulasi,
maka perubahan prosedur diperlukan, seperti adanya pengaturan suhu dilakukan dua kali untuk
proses verifikasi atau perubahan kontrol terhadap instrumen yang digunakan dalam
pengukuran suhu. Idealnya, penyimpangan tersebut harus sudah teridentifikasi di awal pada
saat proses inspeksi. Namun, hal ini baru terlihat ketika proses pengkajian tahunan, karena
pada saat inspeksi produk yang dihasilkan belum ada, sehingga belum bisa dilihat perbedaan
yang signifikan antara produk batch yang satu dengan yang lain. Inilah suatu kelebihan dari
Annual Product Review (APR) yaitu mampu mengidentifikasi perbedaan hasil secara
keseluruhan akibat penyimpangan awal yang tidak terdeteksi.
Misal, kita memiliki sejumlah produk cairan beragam, kemudian dilakukan sampling
pada bagian awal, tengah, dan akhir untuk mengukur potensinya. Data Annual Product Review
Universitas Indonesia
(APR) menyatakan bahwa variasi dari sampel diabaikan, dan hasilnya konsisten. Maka,
pengurangan dalam pengujian sampling di titik-titik tertentu untuk cairan tunggal dapat
dilakukan. Tentunya, dengan persetujuan pengaturan yang tepat. Dengan begitu, akan terlintas
adanya peluang pengurangan biaya pada sampling, dan data Annual Product Review (APR)
yang telah disusun dapat berfungsi sebagai fakta pendukung.
Universitas Indonesia
Tujuan penyusunan APR adalah untuk melihat tren kualitas produk tahunan (mencakup
kapabilitas, ketangguhan proses dan formula, spesifikasi/parameter produk, stabilita dan waktu
daluarsa, adakomplain/tidak,dan sebagainya) sehingga dapat menjadi acuan langkah-langkah
selanjutnya, seperti contoh: perbaikan formula, parameter proses, dan lainnya (PT. Kalbe
Farma, Tbk, 2010).
Tanggung jawab dalam penyusunan APR berada pada:
Universitas Indonesia
Berdasarkan perhitungan nilai Ppk dan Cpk dapat ditarik kesimpulan terhadap
pemenuhan spesifikasi dengan interpretasi nilai kapabilita proses dibawah ini:
Universitas Indonesia
1. Cpk ≥ 1.3:
Jika terjadi peningkatan variasi di masa mendatang, kecil kemungkinannya menyimpang
dari spesifikasi.
3. 1.1 ≤ Cpk < 1.3:
Kondisi ideal, variasi dalam batas yang diijinkan.
4. 1.0 ≤ Cpk < 1.1
Perubahan sedikit dalam proses produksi mengakibatkan munculnya penyimpangan.
5. 0.9 ≤ Cpk < 1.0
Produk cacat (penyimpangan produk) kadangkala muncul, proses harus diperiksa lebih
ketat untuk mengeliminasi cacat atau penyimpangan.
6. Cpk< 0.9:
Produk cacat (penyimpangan produk) terjadi secara teratur, proses tak terkontrol harus
diperiksa bagaimana proses kerja, atau design spesifikasi perlu ditinjau ulang.
7. Ppk < 1.00:
Performa proses tidak baik.
Produk tangguh adalah produk yang memenuhi kriteria dibawah ini, yaitu:
a. Produk yang tidak ditemukan penyimpangan selama proses produksi yang
menunjukkan ketidakkonsistenan proses.
b. Produk yang menunjukkan kapabilita proses (pemenuhan terhadap spesifikasi) yang
baik, yang dapat dilihat dari tidak terdapatnya hasil IPC dan Final Testing yang
keluar dari spesifikasi awal (tidak terdapat perubahan spesifikasi), nilai Ppk (data
harus terdistribusi normal) ≥ 1.0 dan nilai Cpk (data harus terdistribusi normal dan
data stabil) ≥ 1.0.
Produk tidak tangguh adalah produk yang tidak memenuhi kriteria produk tangguh (PT. Kalbe
Farma, Tbk. 2010).
Universitas Indonesia
10 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Grafik dapat dilihat di lampiran 4.1, 4.2, dan 4.3. Analisis kapabilitas
diperoleh nilai Ppk = 1,47 dan nilai Cpk = 1,46 untuk grafik 1, Ppk = 2,3
dan Cpk = 2,35 untuk grafik 2, serta Ppk = 2,7 dan Cpk = 2,73 untuk
grafik 3. Nilai Ppk pada semua grafik menunjukkan performa proses saat
ini baik dan nilai Cpk menunjukkan jika terjadi peningkatan variasi di
masa mendatang, kecil kemungkinan untuk terjadi penyimpangan terhadap
spesifikasi yang ditetapkan. Artinya, proses yang terjadi pada masing-
masing batch tersebut dapat dikatakan tangguh.
Grafik dapat dilihat di lampiran 4.4, 4.5, dan 4.6. Analisis kapabilitas
proses diperoleh nilai Ppk = 1,77 dan nilai Cpk = 1,67 untuk grafik 1,
Ppk = 9,81 dan Cpk = 14,83 untuk grafik 2, serta Ppk = 15,42 dan Cpk
= 17,83 untuk grafik 3. Nilai Ppk pada semua grafik menunjukkan
performa proses saat ini baik dan nilai Cpk menunjukkan jika terjadi
peningkatan variasi di masa mendatang, kecil kemungkinan untuk
terjadi penyimpangan terhadap spesifikasi yang ditetapkan. Artinya,
Universitas Indonesia
Grafik dapat dilihat di lampiran 4.7, 4.8. dan 4.9. Diperoleh nilai Ppk
= 1,41 dan nilai Cpk = 1,8 untuk grafik 4.7. Nilai Ppk menunjukkan
performa proses saat ini baik dan nilai Cpk menunjukkan jika terjadi
peningkatan variasi di masa mendatang, kecil kemungkinan untuk
terjadi penyimpangan terhadap spesifikasi yang ditetapkan. Artinya,
proses yang terjadi pada masing-masing batch tersebut dapat
dikatakan tangguh. Diperoleh nilai Ppk = 0,73 dan nilai Cpk = 1,16
untuk grafik 4.8. Nilai Ppk menunjukkan bahwa penyimpangan
produk terjadi secara teratur dan proses tidak terkontrol. Harus
diperiksa bagaimana proses kerja, atau desain spesifikasi perlu
ditinjau ulang. Nilai Cpk menunjukkan bahwa dapat dicapai kondisi
yang ideal, dimana variasi masih berada dalam batas yang diizinkan.
Artinya, proses yang terjadi pada masing-masing batch tersebut
belum bisa dikatakan tangguh. Diperoleh nilai Ppk = 1,32 dan nilai
Cpk = 1,27 untuk grafik 4.9. Nilai Ppk menunjukkan performa proses
saat ini baik dan variasi masih berada dalam batas yang diizinkan.
Artinya, proses yang terjadi pada masing-masing batch tersebut dapat
dikatakan tangguh.
Universitas Indonesia
B 423057-426060 5 - 10 Kp 5-8,15 Kp
C 427061-432064 5- 10 Kp 4,17-8,21 Kp
Grafik dapat dilihat di lampiran 4.13, 4.14, dan 4.15. Diperoleh nilai
Ppk = 0,49 dan nilai Cpk = 0,79 untuk grafik 4.13. Nilai ini
menunjukkan bahwa produk masih memerlukan monitoring atau
perbaikan. Hal ini terbukti dari adanya nilai kekerasan tablet yang
menyimpang dari syarat pada BN 422055 (ditemukan 2 dari 12 sampel
yang TMS. Diperoleh nilai Ppk = 0,93 dan nilai Cpk = 1,06 untuk
grafik 4.14. Nilai Ppk menunjukkan bahwa produk masih memerlukan
Universitas Indonesia
Grafik dapat dilihat pada lampiran 4.16, 4.17, dan 4.18. Diperoleh nilai
Ppk = 1,7 dan nilai Cpk = 2,07 untuk grafik 4.16 serta Ppk = 3,77 dan
Cpk = 3,19 untuk grafik 4.17. Nilai Ppk pada semua grafik
menunjukkan performa proses saat ini baik dan nilai Cpk menunjukkan
jika terjadi peningkatan variasi di masa mendatang, kecil kemungkinan
untuk terjadi penyimpangan terhadap spesifikasi yang ditetapkan.
Artinya, proses yang terjadi pada masing-masing batch tersebut dapat
dikatakan tangguh. Diperoleh nilai Ppk = 1,29 dan nilai Cpk = 1,28
untuk grafik 4.18. Nilai ini menunjukkan bahwa dapat dicapai kondisi
yang ideal, dimana variasi masih berada dalam batas yang diizinkan.
Artinya, proses yang terjadi pada masing-masing batch tersebut dapat
dikatakan tangguh.
d. Penetapan kadar Ambroxol HCl dalam Tablet X yang dihasilkan
memenuhi persyaratan, yaitu:
Prosedur No. Batch Syarat Hasil
Produksi
A 421054-422056 90,0 – 110,0% 96,5-102 %
Universitas Indonesia
Grafik dapat dilihat pada lampiran 4.19, 4.20 dan 4.21. Diperoleh nilai
Ppk = 1,62 dan nilai Cpk = 2,36 untuk grafik 4.19, Ppk = 2,5 dan Cpk
= 11,89 untuk grafik 4.20, serta Ppk = 1,65 dan Cpk = 1,55 untuk
grafik 4.21. Nilai Ppk pada semua grafik menunjukkan performa
proses saat ini baik dan nilai Cpk menunjukkan jika terjadi
peningkatan variasi di masa mendatang, kecil kemungkinan untuk
terjadi penyimpangan terhadap spesifikasi yang ditetapkan. Artinya,
proses yang terjadi pada masing-masing batch tersebut dapat dikatakan
tangguh.
e. Penetapan disolusi Ambroxol HCl dalam Tablet X Tablet memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu:
Prosedur No. Batch Syarat Hasil
Produksi
A 421054-422056 10 menit ≥ 80 % 101-108 %
Grafik dapat dilihat di lampiran 4.22, 4.23, dan 4.24. Diperoleh nilai
Ppk = 3,26 dan nilai Cpk = 2,73 untuk grafik 4.22. Nilai Ppk
menunjukkan performa proses saat ini baik dan nilai Cpk menunjukkan
jika terjadi peningkatan variasi di masa mendatang, kecil kemungkinan
untuk terjadi penyimpangan terhadap spesifikasi yang ditetapkan.
Artinya, proses yang terjadi pada masing-masing batch tersebut dapat
dikatakan tangguh. Diperoleh nilai Ppk = 1 dan nilai Cpk = 2,67 untuk
grafik 4.23 dan 4.24. Nilai Ppk menunjukkan bahwa adanya sedikit
perubahan dalam proses produksi mengakibatkan munculnya
penyimpangan. Nilai Cpk menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan
variasi di masa mendatang, kecil kemungkinan untuk menyimpang
terhadap spesifikasi yang ditetapkan. Artinya, proses yang terjadi pada
masing-masing batch tersebut dapat dikatakan tangguh.
Universitas Indonesia
B 423057-426060 AV ≤ 15 % 3,9-4,9 %
C 427061-432064 AV ≤ 15 % 3,1-6,4 %
Grafik dapat dilihat di lampiran 4.26, 4.27, dan 4.28. iperoleh nilai Ppk
= 1,62 dan nilai Cpk = 2,36 untuk grafik 1, Ppk = 2,5 dan Cpk = 11,89
untuk grafik 2, serta Ppk = 1,65 dan Cpk = 1,55 untuk grafik 3. Nilai
Ppk pada semua grafik menunjukkan performa proses saat ini baik dan
nilai Cpk menunjukkan jika terjadi peningkatan variasi di masa
mendatang, kecil kemungkinan untuk terjadi penyimpangan terhadap
spesifikasi yang ditetapkan. Artinya, proses yang terjadi pada masing-
masing batch tersebut dapat dikatakan tangguh. Nilai P pada grafik 1 =
0,276. Nilai P pada grafik 2 = 0,811. Nilai P pada grafik 3 = 0,786.
g. Keseragaman Kadar Ambroxol HCl 10 titik dalam Tablet X untuk BN
427061-430063 (BN validasi) memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan, yaitu:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1. Kesimpulan
a. APR (Annual Product Review) PT. Kalbe Farma, Tbk merupakan
laporan terstruktur dan menyeluruh berisi semua data mengenai
proses produksi , sistem analitis, stabilitas, pengaduan, perubahan,
sistem deviasi, recall dan data pelanggan yang dikaitkan dengan
produk farmasi pada bulan Januari hingga Desember tahun tertentu
untuk memantau kualitas dari produk tersebut dan meningkatkan
kualitasnya, apabila diperlukan. Penyusunan APR tablet X
mencakup: review, Tren analisis QC dan produksi tablet X, product
review, laporan uji stabilita dan deviation report. Parameter kritis
untuk tablet X adalah bobot tablet, kekerasan tablet, tebal tablet,
friability tablet, waktu hancur tablet, penetapan kadar Ambroxol, laju
disolusi rata-rata tablet.
b. Dari hasil pengolahan data pada 11 batch record tablet X pada tahun
2012 didapat bahwa semua parameter kritis QC dan Produksi
memenuhi persyaratan, namun variasi nilai kekerasan tablet yang
tinggi disebabkan sifat dari produk, sehingga direkomendasikan untuk
memperbesar rentang persyaratan untuk kekerasan tablet.
5.2. Saran
Terhambatnya ketersediaan CPB (Catatan Produksi Batch) karena
disimpan pada vendor dokumen menyebabkan pengumpulan data terhambat.
Pembuatan list peminjaman dan komunikasi antar sub divisi perlu ditingkatkan
agar pengadaan CPB (Catatan Produksi Batch) yang disimpan di vendor dokumen
dapat optimal.
20 Universitas Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia.
PT. Kalbe Farma, Tbk. (2010). Supporting Document: Annual Product Review.
Cikarang: PT. Kalbe Farma, Tbk.
21 Universitas Indonesia
Gambar 4.1 Grafik bobot individu tren analisis produksi prosedur produksi A
Gambar 4.2 Grafik bobot individu tren analisis produksi prosedur produksi B
Universitas Indonesia
Gambar 4.3 Grafik bobot individu tren analisis produksi prosedur produksi C
Universitas Indonesia
Gambar 4.4 Grafik waktu hancur tren analisis produksi prosedur produksi A
Gambar 4.5 Grafik waktu hancur tren analisis produksi prosedur produksi B
Universitas Indonesia
Gambar 4.6 Grafik waktu hancur tren analisis produksi prosedur produksi C
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia