Disusun
Oleh
Kelompok 5
Profesi ners
2019
BAB I
PENDAHULUAN
tentang kesehatan tahun 2009 bertujuan untuk meninggakatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakan,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara social dan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu penyakit mematikan didunia dan
saat ini terdaftar sebagai pemyakit pembunuh ke III setelah penyakit kanker dan jantung.
Penyakit ini sangat terkait dengan pola hidup seseorang, (Rusdi 2009). Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik yang menetap yaitu 140 mmHg atau lebih, dan tekanan
darah diastolic 90 mmHg atau lebih, berdasarkan pemeriksaan minimal 3x dalam waktu yang
berbeda, Lemon 2008. Hipertensi dibedakan menjadi dua tipe yaitu hipertensi primer dan
sekunder, hiprtensi primer adalah yang tidak di ketahui penyebabnya, berkontribusi 90% dari
semua kasus hipertensi tipe ini muncul antara umur 30-50 tahun.
Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk hipertensi telah menjadi penyakit yang
mematikan banyak penduduk di negara maju dan negara berkembang lebih dari delapan
dekade terakhir. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal, baik tekanan systolic dan atau diastolic. Di Indonesia,
hipertensi merupakan penyebab kematian ke-3 setelah stroke dan tuberkulosis (Triyanto,
2014).
menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem saraf simpatis dan
menstimulasi naiknya semua fungsi yang diturunkan oleh saraf simpatis. Masing-
masing saraf parasimpatis dan simpatis saling berpengaruh maka dengan bertambahnya
salah satu aktivitas sistem yang satu akan menghambat atau menekan fungsi yang lain
(Utami, 1993).
sebesar 37,4%.Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5juta orang setiap
tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orangmenderita tekanan darah tinggi.(3)
Jawa Timur berada pada urutan ke-6. Prevalensi hipertensi diPulau Jawa adalah 41,9%,
tetapi yang terdiagnosis oleh tenagakesehatan dan/atau riwayat minum obat hanya
Treatment on High Blood Pressure VII (JNC VII), hampir satu miliar penduduk dunia
National Basic Health Survey (2013) dalam Kartika (2014) prevalensi hipertensi di
Indonesia pada usia 35-44 tahun adalah 24,8 %, usia 45-54 tahun sebanyak 35,6 %, usia
55-64 tahun 45,9 %, usia 65-74 tahun 57,6 % dan usia lebih dari 75 tahun adalah 63,8
%.Hipertensi atau darah tinggih juga masih menjadi ancaman serius yang berdampak
pada produktifitas hidup sesorang di malang, berdasarkan data rumah sakit saiful anwar
(RSSA) malang. Penyakit ini paling banyak diidap oleh pasien rawat jalan, yakni
mencapai 15.478 orang yang berbobot ke RSSA pada triwulan III 2009, ( Radar malang
2010).
farmakologis salah satunya dengan relaksasi otot progresif (Triyanto, 2014). Relaksasi
otot progresif adalah latihan untuk mendapatkan sensasi rileks dengan menegangkan
suatu kelompok otot dan menghentikan tegangan (Mashudi, 2010). Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Valentine, dkk. (2014), di dapatkan hasil bahwa dengan relaksasi
otot progresif terbukti tekanan darah pada penderita hipertensi dapat menurun.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Patel, dkk. (2012) juga menunjukkan adanya
relaksasi otot progresif. Sedangkan menurut Kumutha, dkk. (2014) relaksasi otot
progresif dapat menurunkan stress dan tekanan darah pada lansia yang menderita
hipertensi.
Dari hasil observasi pendahuluan pada bulan Januari 2019 di PKM Kepanjen,
pentingnya mengontrol tekanan darah agar selalu stabil, maka peneliti tertarik
Apakah ada pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah sebelum pemberian latihan relaksasi otot
b. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah setelah diberikan latihan relaksasi otot
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
b. Bagi Fisioterapi
progresif sebagai tindakan non farmakologi terhadap penurunan tekanan darah pada
Dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya mengenai
TINJAUAN PUSTAKA
resiko terhadap stroke, cacat jantung atau serangan jantung dan kerusakan ginjal
(Millestone, 2000).
Berusia < 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darah pada waktu
berbaring 130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia > 45 tahun
No Tekanan darah
Kategori Tekanan darah sistolik
diastolic
normal
mmHg mmHg
2.1.5 Komplikasi
peningkatan tekanan darah sangat tinggi dalam waktu lama. Organ-organ yang
1. Otak
menurun, selain stroke komplikasi pada organ otak akibat hipertensi ini
2. Mata
3. Gagal jantung
Gagal jantung, yaitu suatu keadaan ketika jantung tidak kuat untuk
memompa darah keseluruh tubuh sehingga banyak organ lain rusak karena
kekurangan darah dan tidak kuatnya otot jantung dalam memompa darah
kembali ke jantung.
4. Arteriosklerosis
pada dinding arteri ini terjadi karena terlalu besarnya tekanan, karena
5. Aterosklerosis
pembuluh darah arteri, penumpukan lemak dalam jumlah besar disebut plak.
yang melewati jantung, otak dan ginjal, juga pada pembuluh darah besar
6. Areurisma
pembuluh darah akibat melemah atau tidak elastisnya pembuluh darah akibat
daraharteri yang melalui otak dan pembuluh darah aorta yang melalui perut.
pasokan darah pada otot jantung. Apabila arteri ini mengalami gangguan
kekurangan darah.
Bilik kiri jantung atau serambi kiri jantung adalah ruang pompa
utama jantung akibat otot yang bekerja terlalu berat ketika memompakan
sehingga jantung akan rusak dan akan bekerja lebih kuat lagi dalam
memompakan darah.
9. Gagal ginjal
Apabila tidak berfungsi, bahan sisa makanan akan menumpuk dalam darah
dan ginjal akan mengecil dan berhenti berfungsi (Marliani L, 2007 : 28 –
29).
berikut : sakit kepala hebat, muntah hebat berulang, kejang, gangguan kesadaran
sampai lama, pada mata gejala yang timbul adalah gangguan penglihatan mulai
akan menyebabkan gejala tersebut : sesak nafas, sakit dada yang menjalar ke
lengan kiri, bunyi jantung yang tidak teratur, pembengkakan pada kaki, sakit
perut berkepanjangan.
Kerusakan pada organ ginjal ditandai dengan : sakit yang hebat daerah
karena faktor genetik, jika seorang dari keluarga mempunyai hipertensi 25%
Hipertensi yang lebih banyak dijumpai pada kembar identik dari pada
penyebab hipertensi. Faktor resiko lain yang dominan adalah stress (Marliani L,
2007).
2.1.7.1 Faktor Hipertensi Yang Dapat Diubah
1. Obesitas
a. Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan
kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA (NIH,
1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang denganIndeks Massa Tubuh (IMT)
>30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32%untuk wanita, dibandingkan dengan
prevalensi 18% untuk pria dan 17% untukwanita bagi yang memiliki IMT <25 (status
kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinyaresistensi insulin dan
b. Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi
volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi
yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan
aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.
2. Alkohol
Alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat maupun tepi. Apabila saraf simpatis
terganggu, maka pengaturan tekanan darah akan mengalami gangguan pula. Pada
seorang yang sering minum minuman dengan kadar alkohol tinggi, tekanan darah
Kekentalan darah ini memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi, agar darah
dapat sampai ke jaringan yang membutuhkan dengan cukup. Ini berarti terjadi
3. Merokok
dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risikoterjadinya stenosis arteri renal
and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak
ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36%merupakan perokok pemula,
5% subyek merokok 1-14 batang rokok perharidan 8% subyek yang merokok lebih dari
15 batang perhari. Subyek terusditeliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan
dalam penelitian iniyaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan
b. Rokok mengandung ribuan zat kimia yang berbahaya bagi tubuh, seperti tar, nikotin
memaksa jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi. Nikotin dapat memacu
menit, dan meningkatkan tekanan darah 10 sampai 20 skala. Hal ini berakibat volume
darah menjadi lebih kental dan menempel di dinding pembuluh darah. Penyempitan
pembuluh darah memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi, sehingga tekanan
darah meningkat.
Selain orang yang merokok (perokok aktif), orang yang tidak merokok tetapi
menghisap asap rokok juga memiliki resiko hipertensi. Orang ini disebut perokok pasif.
4. Stress
adrenalin. Hormon ini dapat menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan
tekanan darah.
Saraf simpatis di pusat saraf pada orang yang stres atau mengalami tekanan
mental bekerja keras. Bisa dimaklumi, mengapa orang yang stres atau mengalami
Hipertensi akan mudah muncul pada orang yang sering stres dan mengalami
1. Genetik
kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada pada kembar monozigot (satu sel telur)
daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat
genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi
terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan
dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala hipertensi dengan
kemungkinan komplikasinya.
dengan orang tua dengan hipertensimempunyai risiko dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi dari padaorang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi. 14 Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat
2. Jenis Kelamin
3. Ras
EtnisHipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit
putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pastipenyebabnya. Namun pada orang
kulit hitam ditemukan kadar renin yanglebih rendah dan sensitifitas terhadap
Hipertensi bisa di atasi dengan modifikasi gaya hidup, pengobatan dengan anti
hipertensi diberikan jika modifikasi gaya hidup tidak berhasil. Dengan demikian
hipertensi mungkin dapat dikendalikan dengan terapi tanpa obat (non farmakoterapi)
atau terapi dengan obat (farmakoterapi). Semua pasien tanpa memperhatikan apakah
terapi dengan obat dibutuhkan, sebaiknya dipertimbangkan juga untuk terapi tanpa obat
dengan cara antara lain: mengendalikan berat badan, menjaga kondisi tubuh agar tetap
tinggi seminimal mungkin agar tidak mengganggu kualitas hidup pasien. Artinya,
tekanan darah harus diturunkan serendah mungkin yang tidak mengganggu fungsi
demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau
jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, telinga berdengung,
rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing (Arif Mansjoer,
2000).
2.1.10 Gejala klinis
Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda pada hipertensi,
bergantung pada tingginya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda dan
kadang-kadang tanda baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target
seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala lain yang disebabkan oleh
komplikasi hipertensi seperti gangguan neorologi, gagal jantung, dan gangguan fungsi
ginjal tidak jarang dijumpai gagal jantung. Dan gangguan penglihatan banyak dijumpai
pada hipertensi berat atau hipertensi maligna yang umumnya juga disertai oleh fungsi
Gangguan serebral yang disebabkan oleh hipertensi dapat berupa kejang atau gejala
akibat perdarahan pembuluh darah otak yang berupa kelumpuhan, gangguan kesadaran
bahkan sampai koma. Timbulnya gejala tersebut merupakan pertanda bahwa tekanan
1. Umum
a. Non farmakologik
Non farmakologik yaitu tindakan-tindakan upaya untuk mengurangi faktor resiko yang
asupan garam (natrium), kalsium dan magnesium, sayuran, serta olah raga dinamik
seperti lari, berenang, dan bersepeda. Salah satu anjuran yang umumnya sulit dilakukan
anjuran hidup tanpa stres (relaks) terutama dalam kondisi kehidupan pada penderita
hipertensi ringan dan dicoba selam enam bulan dengan tetap diamati bila pada akhir
periode pengamatan tekanan darah ternyata tetap atau malah lebih tinggi maka dapat
ditambahkan, namun bila tekanan darah menurun terapi ini dapat diteruskan.
2. Farmakologik
Farmakologik yaitu pemberian obat atau obat-obat anti hipertensi yang telah terbukti
kegunaannya dan keamanannya bagi penderita. Banyak golongan obat yang tersedia
dan mampu memanipulasi tekanan darah , baik yang bekerja secara sistemik maupun
perifer dan baik dalam bentuk cairan suntik untuk keadaan darurat seperti hipertensi
klinis maupun dalam bentuk tablet oral dimana akhir-akhir ini terdapat kecenderungan
kearah penggunaan dosis tunggal atau dosis 2 x perhari demi meningkatkan compiensi
terapi.
Pemilihan obat yang akan dipakai pada seorang penderita dewasa ini tidak lagi
berdasarkan metode step core yang kaku, tetapi justru disesuaikan dengan keadaan
penderita sakit (farloret) untuk mengurangi efek samping dan komplikasi obat atau
penyakit yang mungkin sudah ada atau yang akan timbul pada penderita misalnya
hipertensi dengan diabetes, asma bronchial, insufiensi ginjal, penyakit jantung koroner.
2. Khusus
Upaya terapi khusus terutama dilakukan untuk penderita hipertensi sekunder yang
jumlahnya kurang lebih 10% dari penderita hipertensi total. Pada penderita hipertensi
sekunder, secara teoritis kelainan dapat dikoreksi dengan obat yang edial berdasarkan
pada sifat farmakologik dan farmakolodinamik serta pengalaman masa lalu sehingga
tertentu. Pada keadaan ini, tanda-tanda etiologi yang menyertai hipertensi seperti gejala
gagal ginjal, peokromositoma Stenosis arteri renalis, tumor otak perlu dikenali
sehingga penderia dapat dirujuk lebih dini dan terapi yang tepat dapat dilakukan dengan
1. Pola makan.
asupan natrium, baik yang berasal dari garam dapur maupun dari bahan makanan yang
mengandung natrium yang tinggi, kedua mengurangi konsumsi bahan makanan yang
mengandung serat makanan. Pengaturan makanan ini secara popular disebut diet rendah
1) Tinggi garam
(penahanan) garam dan air dalam jaringan tubuh, sehingga dapat menurunkan tekanan
darah dan mencegah terjadinya komplikasi. Menu rendah garam harus mengandung
zat-zat gizi yang cukup, baik jumlah kalori, protein, mineral maupun vitamin,
sedangkan lemak dibatasi. Garam mempunyai sifat menahan air, mengkonsumsi garam
sebaiknya jumlah jumlah garam yang dikonsumsi dibatasi. Dalam melakukan diet
rendah garam harus diperhatikan pula makanan yang mengandung natrium tinggi yaitu
makanan olahan yang menggunakan soda kue (sodim bikorbonat), bumbu penyedap
mentega. Contoh makanan olahan yang mengandung natrium yang tinggi yang harus
dibatasi adalah : Roti, Biskuit,cake, kue, asinan, vetsin, ikan asin, telur asin, dan untuk
mempertinggi cita rasa masakan dapat menggunakan bumbu-bumbu lain yang tidak
mengandung natrium misalnya : Gula, cuka, cabe, bawang merah, bawang putih, jahe,
kunyit, laos.
2) Tinggi kolesterol
Kolesterol adalah derajat lemak yang dibentuk dalam tubuh hanya 30% yang diperoleh
dari makanan, kolesterol merupakan bahan pembentuk beberapa jenis hormon antara
lain hormone steroid, hormone sek, bahan pembentuk garam empedu dan merupakan
provitamin D. jadi kolesterol sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh, kadar kolesterol
Namun apabila kadar kolesterol darah terlalu tinggi maka akan mengganggu kesehatan,
kolesterol dapat melekat pada dinding lapisan dalam dari pembuluh darah sehingga
aterosklerosis itu terjadi diarteri koronaria yang mensuplai darah ke otot jantung maka
terjadi dipembuluh darah otak maka akan mengakibatkan stroke, dan bila terjadi
dipembuluh darah ginjal akan mengakibatkan gagal ginjal. Diet rendah kolesterol
bertujuan menurunkan kadar kolesterol darah hingga mencapai < 200/mg/dl dan
misalnya otak, lidah, jantung, jeroan termasuk usus, babat, limpa, hati, kepiting, udang,
cumi, kerang dan kuning telur. Oleh karena itu bahan makanan ini harus dihindari,
penggunaan telur dalam menu dibatasi 3 telur dalam seminggu. Dewasa ini ada produk
telur rendah kolesterol sehingga para penderita hipertensi dapat mengkonsumsi telur
lebih bebas, lemak jenuh cenderung menaikkan kadar kolesterol darah, oleh karena itu
pemakainnya harus dibatasi, lemak jenuh yang berasal dari hewan adalah : lemak
(gajih) hewan ternak, daging hewan ternak: sapi, kerbau, kambing, susu, keju, mentega,
penggunaan susu penuh (full cream) dapat diganti dengan susu rendah lemak ( susu
slaim). Lemak jenuh yang berasal dari tanaman adalah kelapa dan hasil olahannya yaitu
santan dan minyak kelapa, lemak tidak jenuh mengandung asam lemak tidak jenuh
tunggal atau ganda disebut juga asam lemak esensial yang cenderung menurunkan
kadar kolesterol darah. Bahan makanan yang banyak mengandung lemak tidak jenuh
adalah : minyak kedelai, minyak kacang tanah, minyak jagung, minyak biji bunga
matahari, minyak wijen dan minyak zaitun. Ikan dan minyak ikan juga dianjurkan
1. Stres
Stres adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak bisa dihindari, stres atau
hipertensi, dan stres dipercaya sebagai faktor psikologis yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Klien hipertensi dianjurkan sedapat mungkin menghindari sikap tegang
dan berlatih agar dapat bersikap sabar, iklas dan mensyukuri segala hal yang yang
mampu dicapai, dan hal ini dapat dilakukan dengan teknik releksasi seperti berekreasi,
menghindari pekerjaan yang terlalu berat. Di dalam dinding jantung dan beberapa
pembuluh darah terdapat suatu reseptor yang selalu memantau perubahan tekanan darah
dalam arteri maupun vena. Jika mendeteksi perubahan reseptor ini akan mengirim
sinyal keotak agar tekanan darah kembali normal, otak menanggapi sinyal tersebut
dengan dilepaskannya hormon dan enzim yang mempengaruhi kerja jantung, pembuluh
Tahapan stres : gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena
perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat. Dan baru dirasakan bilamana
tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari, baik di
2001 ).
2. Merokok
pembuluh darah menebal secara bertahap yang dapat menyulitkan jantung untuk
jantung bekerja lebih keras untuk menggantikan pasokan oksigen ke jaringan tubuh.
Kerja jantung yang lebih berat tentu dapat meningkatkan tekanan darah, berbagai
(Marliani. L, 2007 ).
1) Jenis- Jenis Rokok.
bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan
- Rokok Putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi
- Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh
yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
- Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh
dan menyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek dan aroma tertentu.
- Sigaret Kretek Tangan (SKT) : yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau
- Sigaret Kretek Mesin (SKM) : :rokok yang proses pembuatannya mengunakan mesin.
(4) Rokok berdasarkan pengunaan filter:
- Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pengkalnya terdapat gabus.
- Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.
2) Tipe Perokok
Mereka yang dikatakan perokok sangat berat adalah bila mengkunsumsi rokok
lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi.
Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun
pagi berkisar antara 6-30 menit. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 batang
dengan selang waktu 31-60 menit. Setelah bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan
rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.
(1) Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif . Dengan merokok seseorang
merasakan penambahan rasa yang positif, menambahkan ada 3 sub tipe ini :
a. Perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah
c. Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok
pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau
sedangkan untuk menhisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau
rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rikok
Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari
(3) Perilaku merekok yang pecandu, mereka yang sudah pecandu akan menambah dosis
rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.
Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walaupun tengah malam
menginginkannya.
(4) Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama
sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar
sudah menjadi kebiasaannya rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok
sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan
tanpa disadari. Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-
METODE PENELITIAN
pre dan post test pada saat pemberian implementasi relaksasi otot progresif pada pasien
penelitian one group pre and posttest desain yaitu penelitian yang hanya menggunakan
15 januari 2019.
Variabel bebas adalah relaksasi otot progresif dan variabel terikat adalah hipertensi.
1. kuesioner
2. tensi
3.3 Kerangka kerja
Sampel
Informed consent
Pengumpulan data
Kesimpulan
Gambar 3.1 Kerangka kerja : pengaruh relaksasi otot progresif dengan hipertensi di
Puskesmas kapejen.
3.4 Populasi, Sampling dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang diteliti (Sugiyono,
2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh klien yang menderita hipertensi
3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Sampel dari penelitian ini adalah
sebagian klien yang mengalami tekanan darah tinggi di wilayah kerja puskesmas Kepanjen
N
n
1 N (d ) 2
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
(Nursalam, 2018 )
N
n=
1 N (d) 2
20
=
1 20 (0,1) 2
20
=
1 20 (0,01)
20
=
1 0.2
= 16
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih
sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan atau
populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003). Kriteria
c. Usia 40 – 71 tahun.
2. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu
(Notoatmodjo, 2005).
Variabel independent adalah variabel yang mempengaruhi variabel yang lain atau
bebas (Arikunto, 2010).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah relaksasi otot
progresif.
Variabel dependent adalah variabel dipengaruhi oleh variabel lain atau terikat
daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana
(Nursalam, 2003 ).
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil jawaban kuesioner dari responden lalu,
diubah dalam bentuk skor nilai. Kemudian data yang diperoleh diolah melalui program SPSS
Meneliti kembali apakah jawaban yang diberikan responden sudah cukup benar untuk
diproses lebih lanjut, editing dilakukan pengumpulan data dilapangan sehingga jika
2) Coding (Pengkodean)
Pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori
yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang
memberikan pentunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data yang di analisis.Hal
ini di maksudkan untuk mempermudah dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Kode
yang digunakan :
Kode responden
R1 : responden pertama
R2 : responden kedua
R3 : responden ketiga,dst
3) Scoring
Scoring merupakan penentuan jumlah skor, dimana untuk variabel pengetahuan (Y1),
skor 1 jika jawaban benar, dan skor 0 jika jawaban salah.Skor untuk variabel sikap (Y 2)
skor 1 jika jawaban setuju, dan skor 0 jika jawaban tidak setuju.
4) Tabulating
Pekerjaan menyusun tabel-tabel, mulai dari penyusunan tabel utama yang bersisi
seluruh data informasi yang berhasil di kumpulkan dengan daftar pertanyaan sampai
tabel khusus yang telah benar-benar ditentukan setelah berbentuk tabel maka tabel
dua variabel yang diteliti dengan menggunakan uji statistik koefisien korelasi
6 bi 2
ρ=
n(n 2 - 1)
Keterangan
Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden
PEMBAHASAN
66,52±4,21 tahun, kelompok control adalah 65,96±4,72 tahun. rata-rata umur kedua
mengikuti terapi relaksasi otot progresif dalam sampai selesai. Kuntjoro (2002) proses menua
pada adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, termasuk tekanan
darah yang tidak stabil. Penelitian Agrina (2011) umur penderita hipertensi dipuskesmas
baik dari kelompok perlakuan maupun control dikaitkan dengan kejadian hipertensi.
Tambayong (2006) menjelaskan insiden hipertensi lebih tinggi dari laki-laki dikarenakan
fungsi hormon esterogen pada wanita usia pertengahan mulai menurun, dimana hormon ini
berperan dalam meningkatkan kadar HDL (High Density Lipoprotein), yang merupakan
Puskesmas malang.
Sebagian besar responden telah menderita hipertensi antara 6-10 tahun. Stanley (2007)
mengemukakan hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar
resiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai resiko terkena hipertensi.
Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya, kebanyakan orang hipertensinya
meningkat ketika berumur lima puluhan dan enam puluhan.7 Pendadapat Stanley (2007) ini
sejalan dengan kondisi responden bahwa responden sudah sejak lama menderita hipertensi
seperti pada saat menjadi anggota puskesmas kepanjen . Hasil penelitian Bety (2011)
3.6.1 Tekanan Darah Responden Sebelum Diberikan Terapi Relaksasi Otot Progresif
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang mendapatkan terapi relaksasi otot
progresif rata-rata tekanan darah sistolik kelompok perlakuan sebesar 159,20±9,09 mmHg
dan rata-rata tekanan darah diastolik sebesar 91,40±4,45mmHg sebelum dilakukan terapi.
Rata-rata tekanan darah sistolik pre test kelompok control sebesar 160,40±10,59 mmHg dan
rata-rata tekanan darah diastolik sebesar 156,80±11,445 mmHg. Menurut Depkes RI (2014)
tekanan darah sistolik 160-179 mmHg dan tekanan darah diastolik 100-109 mmHg masuk
dalam klasifikasi hipertensi derajat 2. Hipertensi pada lansia terjadi karena adanya perubahan
struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer yang bertanggung jawab pada
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya aorta
dan arteri besar kurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung, mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer & Bare, 2002). Penelitian Kumutha (2014) menyebutkan lansia sebelum diberikan
terapi relaksasi otot progresif dalam mayoritas mengalami hipertensi sedang dalam penelitian
Rata-rata tekanan darah sistolik kelompok perlakuan setelah diberi terapi sebesar
138,40±8,00 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 84,00±5,00 mmHg. Rata rata
tekanan darah sistolik pada post test sebesar 156,80±11,45mmHg dan tekanan darah8
diastolik sebesar 91,20±5,25 mmHg. Tekanan darah kelompok perlakuan setelah diberi terapi
relaksasi otot progresif banyak dalam hipertensi derajat I, sementara kelompok control pada
post test tetap banyak di hipertensi derajat II. Penurunan tekanan darah responden baik
kelompok perlakuan setalah diberikan terapi relaksasi relaksasi otot progresif 3x/minggu
selama 2 minggu atau 6 kali pertemuan. Joint National Committee 7 memberikan panduan
hipertensi derajat 1 dengan nilai 140-159 mmHg. Penelitian Wahyuni (2016) menunjukkan
adanya penurunan rata-rata tekanan darah sistolik, pada pre test sebesar 168,82 ± 24,29
mmHg, dan post test 167,91 ± 24,40 mmHg. Rata rata tekanan darah sistolik, pada pre test
sebesar 89,86 ± 15,78 mmHg, dan post test 88,05 ± 16,22 mmHg setelah latihan pengaturan
pernafasan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi primer di Posyandu
3.7. Analisis bivariat Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap Tekanan Darah pada
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh menunjukkan kelompok perlakuan padapost test rata-
rata tekanan darah sistolik sebesar 138,40±8,00mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar
84,00±5,00 mmHg. Arti dari sistolik sendiri adalah tekanan darah pada saat jantung
memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung mengkerut) sedangkan diastolik
adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali
(pembuluh nadi mengempis kosong). Menurut WHO, di dalam guidelines : tekanan darah
sistolik 140-159 mmHg masuk dalam Hipertensi derajat I dan ≥160 mmHg masuk dalam
Hipertensi derajat II. Berdasarkan hasil uji statistic pada kelompok perlakuan menunjukkan
adanya perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah
melakukan relaksasi otot progresif selama 3 kali latihan selama 2 minggu. latihan relaksasi
otot progresif yang mana gerakan-gerakan didalamnya juga bertujuan untuk menurunkan
kecemasan, stres, dan menurunkan tingkat depresi. Penurunan tersebut akan menstimulasi
kerja sistem saraf perifer (autonom nervous system) terutama parasimpatis yang
penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastotik (Pollock, & Wilmore, 2008).9
dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen, menyebabkan
jantung tidak perlu berdenyut lebih cepat untuk dapat memompa darah dalam jumlah tertentu
seperti sewaktu sebelum berolahraga teratur (Sherwood, 2006). Terdapat hubungan langsung
antara peningkatan pemasukan oksigen saat mengerahkan tenaga dengan peningkatan denyut
jantung. Denyut jantung meningkat pada saat tubuh melakukan aktivitas lebih dan pemafasan
juga meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada metabolisme tubuh. Pada
prinsipnya semakin rendah kecepatan denyut jantung waktu istirahat, maka semakin baik
bentuk jantung. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung waktu istirahat harus
menurun (Suhardjono, 2014). Tekanan darah menggambarkan interelasi dari curah jantung,
tahanan vaskuler perifer, volume darah, viskositas darah dan elastisitas arteri. Tekanan darah
bergantung pada curah jantung dan tahanan perifer. Faktor-faktor yang turut mempengaruhi
tekanan darah adalah faktor genetik, usia, stres, dan gaya hidup. Tekanan darah dewasa
cenderung meningkat dengan pertambahan usia. Ansietas, takut, nyeri dan stress emosi
PENUTUP
4.1 Simpulan
masing relaksasi otot progresif semuanya dalam hipertensi derajat I, tekanan darah responden
kelompok control pada post banyak dalam hipertensi derajat II. Jadi terdapat pengaruh
4.2 Saran
Bagi responden Diharapkan responden untuk dapat melakukan dan mengikuti relaksasi
otot progresif secara teratur sehingga tekanan darah tetap dalam kondisi stabil10
Bagi perawat Berdasarkan hasil penelitian, masih banyak lansia yang mengalami
hipertensi, Diharapkan perawat dapat memberikan latihan relaksasi otot progresif kepada
anggota posyandu secara teratur dan terjadwal sehingga tekanan darah pada lansia tetap
Bagi peneliti lain Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi serta
dapat dikembangkan dengan menambah variabel lain yang berhubungan dengan relaksasi
Alimul, A. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika : Jakarta
Amir, Nurmiati. 2007. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia. Diagnosis dan Penatalaksanaan
http://lib.atmajaya.ac.id/defult.aspx?tabID=61&id=107144&src=a.
Anonymous. 2009. 2025, Pertumbuhan Jumlah Lansia Indonesia Terbesar dii Dunia.
Nopember 2011
Benson, H.M.D. 2002. Dasar – dasar Respon Relaksasi: Bagaimana menggabungkan respon
Brunner & Suddarth. 2003. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Vol. 1. Jakarta : EGC
Campbell, SS and Murphy, PJ. 1998. Relesionship Between Sleep and Body Temperature In
Middle Age and Older Subject. Dalam Carol. 2000. Lippincot. Philadelphia
Carol, AM. 2003. Nursing Care of Older Adult : Theory and Practice. Third Edition.
Lippincot. Philadelphia
Davis, Martha. 2005. Relaxation Therapy. Availebel Online at http://www.mayday.coh.org.
Davis, M, Eshelman, E. R. dan Matthew Mckay. 2005. Panduan Relaksasi dan Reduksi
Strees Edisi III. Alih Bahasa : Budi Ana Keliat dan Achir Yani. Jakarta : EGC
Dempsey, Ann. 2007. Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan edisi 4. Jakarta : EGC
Diahwati, Hess, Touty, Jeff. 2005. Gerontology and Healthy Aging second edition. Mosby,
Infomedika
Rafknowledge. 2004. Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya, PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta
Riyanto, A. 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta
Stanley, Mickey. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta, EGC
Nopember 2011
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta, EGC
Nopember