Anda di halaman 1dari 11

IMPLUS DAN MOMENTUM

Kelompok 5

Nama Kelompok :
1. Sabinus Tukan ( 1701050057)
2. Theresia Deviana Tina (1701050006)
3. Yonrit Gabriel Tanesib (1701050050)

PROGRAM STUDI PENDIDKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNUVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019

1
A. Momentum
Bila anda berada di dalam sebuah bus yang sedang bergerak cepat, kemudian direm
mendadak, anda merasakan bahwa badan anda terlempar ke depan. Hal ini akibat adanya
sifat kelembamam, yaitu sifat untuk mempertahankan keadaan semula yaitu dalam keadaan
bergerak. Hal yang sama juga dirasakan oleh si sopir yang berusaha mengerem bus tersebut.
Apabila penumpang busnya lebih banyak, pada saat sopir bus memberhentikan/mengerem
bus secara mendadak, harus memberikan gaya yang lebih besar. Dalam materi ini akan
dibicarakan mengenai momentum, yang merupakan salah satu besaran yang dimiliki oleh
setiap benda yang bergerak.
Di dalam fisika, dikenal dua macam momentum, yaitu Momentum Linear (p) dan
Momentum Angular (L). Pada materi ini hanya akan dibahas momentum linear. Selain
momentum linear akan dibahas juga besaran Impuls gaya (I) dan hukum kekekalan
momentum linear, serta tumbukan.
1. Pengertian Momentum
Istilah momentum yang akan dipelajari pada materi ini adalah momentum linear (p),
yang didefinisikan sebagai berikut : Momentum suatu benda yang bergerak adalah hasil
perkalian antara massa benda dan kecepatannya. Oleh karena itu, setiap benda yang
bergerak memiliki momentum. Momentum dapat didefinisikan sebagai perkalian antara
massa benda dengan kecepatan benda tersebut. Ia merupakan besaran turunan dari
massa, panjang, dan waktu. Momentum adalah besaran turunan yang muncul karena ada
benda bermassa yang bergerak. Dalam fisika besaran turunan ini dilambangkan dengan
huruf (p). Berikut rumus momentum :

p=m.v
Keterangan : p = Momentum (Kgm/s)
m = Massa (Kg)
v = Kecepatan (m/s)
Dari rumus diatas, p adalah momentum (besaran vektor), m massa (besaran skalar)
dan v kecepatan (besaran vektor). Bila dilihat persaman diatas, arah dari momentum
selalu searah dengan arah kecepatannya. Dari rumus momentum di atas dapat
disimpulkan momentum suatu benda akan semakin besar jika massa dan kecepatannya
semakin bear. Ini juga berlaku sebaliknya, semakin kecil massa atau kecepatan suatu

2
benda maka akan semakin kecil pula momentumnya. Ilmu fisika mengenal yang
namanya hukum kekalan momentum yang berbunyi :

“Momentum sebelum dan sesudah tumbukan akan selalu sama”

Misalkan ada dua benda yang memiliki kecepatan dan massa masing-masing
bertumbukan dan setelah tumbukan masing-masing benda mempunyai kecepatan yang
berbeda maka menurut hukum kekekalan momentum.

m1V1 + m2V2 = m1V’1 + m2V’2

2. Satuan Momentum
Menurut Sistem Internasional (SI) Satuan momentum p = satuan massa x satuan
kecepatan (kg x m/s) = kg.m/s. Jadi, satuan momentum dalam SI adalah : kg.m/s.
Momentum adalah besaran vektor, oleh karena itu jika ada beberapa vektor
momentum dijumlahkan, harus dijumlahkan secara vektor. Misalkan ada dua buah
vektor momentum p1 dan p2 membentuk sudut α, maka jumlah momentum kedua
vektor harus dijumlahkan secara vektor, seperti yang terlihat dari gambar vektor
gambar 1. Besar vektor p dirumuskan sebagai berikut :

Gambar 1 : Penjumlahan momentum mengikuti aturan penjumlahan vector

3
B. Implus
Perhatikann sobat, ketika bola kalian tendang pasti terjadi kontak kaki dengan bola, saat itu
pula gaya dari kaki akan bekerja pada bola dalam tempo atau waktu yang sangat singkat.
Waktunya hanya sepersekian sekon, selama terjadi kontak kaki sobat dengan bola.
Bekerjanya gaya tersebut terhadap bola dalam waktu yang sangat singkat itulah yang disebut
impuls. Lebih sederhananya, impuls adalah perkalian gaya (F) dengan selang waktu (t).
Impuls bekerja di awal sehingga membuat sebuah benda bergerak dan mempunyai
momentum.
I = F . Δt

Keterangan : I = Implus

F = Gaya (N)

Δt = Selang waktu (s)

Besar gaya disini konstan. Bila besar gaya tidak konstan maka penulisannya akan berbeda
(akan dipelajari nanti). Oleh karena itu dapat menggambarkan kurva yang menyatakan
hubungan antara F dengan t. Bila pada benda bekerja gaya konstan F dari selang waktu t 1 ke
t2 maka kurva antara F dan t adalah :

Luasan yang diarsir sebesar Fx (t2 – t1 ) atau I, yang sama dengan Impuls gaya. Impuls gaya
merupakan besaran vektor, oleh karena itu perhatikan arahnya.
1. Satuan Implus

4
Satuan Impuls I = (satuan gaya x satuan waktu)
Satuan I = Newton x sekon = N . s = kg.m/s2 . s =kg .m/s
2. Implus Sama Dengan Perubahan Momentum
Sebuah benda bermassa m mula-mula bergerak dengan kecepatan v1 dan kemudian
pada benda bekerja gaya sebesar F searah kecepatan awal selama ∆t, dan kecepatan
benda menjadi v2 . Untuk menjabarkan hubungan antara Impuls dengan perubahan
momentum, akan kita ambil arah gerak mula-mula sebagai arah positif dengan
menggunakan Hukum Newton II.
F=ma
= m (v2 – v1 ) ∆t
F ∆t = m v2 - m v1
Ruas kiri merupakan impuls gaya dan ruas kanan menunjukkan perubahan momentum.
Impuls gaya pada suatu benda sama dengan perubahan momentum benda tersebut.
Secara matematis dituliskan sebagai:
F ∆t = m v2 - m v1
I = p2 - p1
I = ∆p

C. Tumbukan
Tumbukan merupakan peristiwa bertemunya dua buah benda yang bergerak. Saat tumbukan
selalau berlaku hukum kekekalan momentum tapi tidak selalu berlaku hukum kekekalan
energi kinetik. Mungkin sebagian energi kinetik diubah menjadi energi panas akibat adanya
tumbukan. Dikenal 3 jenis tumbukan.
1. Tumbukan Lenting Sempurna
Dua buah benda bisa dibilang mengalami tumbukan lenting sempurna bila tidak ada
kehilangan energi kinetik ketika terjadi tumbukan. Energi kinetik sebelum dan sesudah
tumbukan sama demikian juga dengan momentum dari sistem tersebut. Dalam
tumbukan lenting sempurna secara matematis bisa dirumuskan :
v1 + v`1 = v2 + v`2

2. Tumbukan Lenting Sebagian

5
Dua buah benda dikatakan mengalami tumbukan lenting sebagaian bila ada kehilangan
energi kinetik setelah tumbukan. Secara matematis kecepatan masing-masing benda
sebelum dan sesudah tumbukan dapat diliha pada rumus berikut :
ev1 + v1 = ev2 + v2
e pada persamaan di atas adalah koefiseien retitusi yang nilainya bergerak antara 0
sampai 1. Contoh tumbukan lenting sebagian yang pernah sobat hitung jumpai adalah
bola bekel yang jatuh dan memantul berulang-ulang hingga akhirnya berhenti. Karena
ada nilai e maka tinggi pantulann jadi lebih rendah dari pada tinggi mula-mul. Secara
matemtis tinggi pantulna ke-n tumbukan adalah
hn = ho.e2n
3. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali
Dua buah benda dikatakan mengalami tumbukan tidak lenting sama sekali jika setelah
tumbukan kedua benda tersebut menjadi satu dan setelah tumbukan kedua benda tersebut
memiliki kecepatan yang sama. Momentum sebelum dan sesudah tumbukan juga bernilai
sama. Secara matematis dirumuskan:
m1v1 + m2v2 =(m1 + m2)v`
Contoh peristiwa tumbukan ini sering dijumpai dalam ayunan balistik.

Sebuah perluru dengan massa m ditembakkan dengan kecepatan v sehingga menumbuk


sebuah balok yang terikat oleh tali. Jika setelah tumbukan keduanya menyaut dan
mencapati tinggi maksimum H (titik puncah saat balok dan peluru berhenti). Maka kita
dapatkan persamaan :

mv = (m+M) √2gh

6
4. Tumbukan Dan Hukum Kekekalan Momentum
Pada sebuah tumbukan selalu melibatkan paling sedikit dua buah benda. Misal bola biliar
A dan B. Sesaat sebelum tumbukan bola A, bergerak mendatar ke kanan dengan
momentum mAvA , dan bola B bergerak kekiri dengan momentum mBvB.

Momemtum sebelum tumbukan adalah :

P = mAvA + mBvB

dan momentum sesudah tumbukan

P' = mAv'A + mBv'B


Sesuai dengan hukum kekelan energi maka pada momentum juga berlaku hukum
kekekalan dimana momentum benda sebelum dan sesudah tumbukan sama. Oleh karena
itu dapat diambil kesimpulan bahwa Pada peristiwa tumbukan, jumlah momentum benda-
benda sebelum dan sesudah tumbukan tetap asalkan tidak ada gaya luar yang bekerja
pada benda-benda tersebut. Pernyataan ini yang dikenal sebagai Hukum Kekekalan
Momentum Linier. Secara matematis untuk dua benda yang bertumbukan dapat
dituliskan :
PA + PB = P'A + P'B

atau

mAvA + mBvB = mAv'A + mBv'B

7
D. Aplikasi Implus Dan Momentum
1. Prinsip Peluncuran Roket
Bila kita meniup balon, kemudian balon dilepaskan, akan kita amati bahwa balon
tersebut akan terdorong ke arah yang berlawanan dari arah udara yang keluar dari
balon. Prinsip terdorongnya roket akibat pancaran bahan bakar yang terbakar keluar,
mirip dengan terdorongnya balon tersebut. Bahan bakar yang ada di roket terbakar dan
keluar/menyembur, mengakibatkan roket terdorong ke atas. Gaya rata-rata yang
dikerjakan gas pada roket disebut gaya dorong. Pada roket ini momentum sistem
sebelum dan sesudah gas keluar tetap, dengan kata lain berlaku hukum kekekalan
momentum

Agar supaya ketinggian yang dicapai roket makin besar, biasanya dipakai roket dengan
beberapa tingkat. Perhatikan gambar (a),(b) dan (c). Pada gambar (a) : menunjukkan
sebuah roket yang terbang vertikal keatas dengan kecepatan v, massa mula-mula m.
Pada gambar (b) : setelah waktu ∆t, bahan bakar keluar sebanyak dm, kecepatan gas
relatif terhadap bumi v', dan relatif terhadap roket vr, Pada momentum berlaku :
F . ∆t = Psesudah gas keluar – Psebelum gas keluar = (m - dm)(v + dv) + v' dm – mv
F . ∆t = mv + mdv – vdm – dmdv + v' dm-mv = mdv + dm(v' –v)
karena dmdv mendekati nol lihat gambar (c)
vr = v' – v
v' = vr + v
sehingga :

8
F . ∆t = mdv +dm(vr + v –v) = mdv + vr dm

Contoh Soal
1. Sebuah peluru bermassa 20 gram, ditembakkan mengenai sebuah balok pada ayunan
balistik yang massanya 1 kg. Jika peluru tertancap pada balok hingga mereka mencapai
tinggi maksimal 25 cm. Berapa kecepatan peluru mula-mula peluru tersebut?
a. 170 m/s
b. 185 m/s
c. 215 m/s
d. 162.8 m/s
e. 157.5 m/s
Pembahasan :
Diket : m = 20 gram
M = 1 Kg
h = 25 cm
Penyelesaian :
mv = (m + M)√2gh
(0,02).v = (0,02 + 1) √2.(10).(0,25)
(0,02).v = 1,02 √5
v = (1,02 + √5)/0,02
v = 162,8 m/s

2. Lionel messi mengambil tendangan bebas tepat di garis area pinalti lawan. Jika ia
menendang dengan gaya 300 N dan kakinya bersentuhan dengan bola dalam waktu 0,15
sekon. Hitunglah berapa besar impuls yang terjadi?
a. 50 Ns
b. 60 Ns
c. 45 Ns
d. 55 Ns

9
e. 52 Ns
Pembahasan :
Diket : F = 300 N
Δt = 0,15 s
Penyelesaian :
I = F . Δt
= (300 N)(0,15 s)
= 45 Ns

3. Sebuah bola bermassa 0,1 kg mula-mula diam, kemudian setelah dipukul dengan tongkat
dan kecepatan bola menjadi 20 m/s. hitunglah besarnya implus dari gaya pemukul
tersebut?
a. 3 Ns
b. 2 Ns
c. 5 Ns
d. 7 Ns
e. 9 Ns
Pembahasan :
Diket : m = 0,1 kg
v1 = 0 m/s (karena mula-mula diam)
v2 = 20 m/s
Penyelesaian :
I = p2 – p1
= m (v2 – v1)
= 0,1 kg (20 m/s – 0 m/s)
= 2 Ns

4. Sebuah bola bermassa 0,2 kg dalam keadaan diam, kemudian pukul sehingga bola
meluncur dengan kelajuan 150 m/s. bila lamanya pemukul menyentuh bola 0,1 detik,
maka besar gaya pemukul adalah?
a. 100 N

10
b. 200 N
c. 300 N
d. 400 N
e. 500 N
Pembahasan :
Diket : m = 0,2 kg
v1 = 0 m/s
v2 = 150 m/s
Δt = 0,1 s
Dit : F = …….?
Jawab : Ingat, rumus implus :
I = F . Δt
I = m(v2 – v1)
Dari rumus tersebut, maka diperoleh :
F.Δt = m (v2 – v1)
F (0,1) = 0,2 (150 – 0)
F (0,1) = 30
30
F = 0,1

= 300 N

11

Anda mungkin juga menyukai