Anda di halaman 1dari 12

TANGGUNG JAWAB NEGARA MENSEJAHTERAKAN MASYARAKAT

PENDAHULUAN

di zaman sekarang di dunia yang serba modern ini, di level globalisasi yang menjulang
tinggi dengan tingkat perekonomian dunia dan teknologi yang semakin meningkat dan modern,
masih saja dihiasi dengan fenomena yang sangat mengkhawatirkan, melihat tragedi yang
mewabah di Negara-negara berkembang yang memiliki sumber daya Alam yang pontensial
namun tidak berbanding lurus dengan upaya Negara dalam mensejahterakan dan memakmurkan
warga negaranya. Di Indonesia, sejak kemerdekaannya tahun 1945 tiap-tiap individu masyarakat
berhak untuk mendapat kemerdekaan dari segala aspek yang dipenuhi dari pemerintah itu
sendiri. Pemerintah dan masyarakat bergabung dan bekerjasama untuk memajukan bangsa
Negara Indonesia, sehingga mampu dan eksis sampai sekarang. Namun sangat disayangkan,
dewasa ini, masih banyak masalah-masalah sosial yang bermunculan yang masih berada pada
titik darurat. Muculnya masalah pelayanan kesehatan yang tidak merata, pendidikan yang baik
hanya milik para borjuis, ketimpangan sosial si miskin dan si kaya dan berbagai permasalahan
lainnya yang merajalela.

Berbicara tentang Negara, maka akan berkaitan dengan masyarakat didalamnya,


mencakup seluruh tugas dan tanggung jawab Negara, termasuk dalam pemelihara fakir miskin
dan anak terlantar juga merupakan masalah besar Negara dalam menetas kemiskinan dll,
mengingat fakir miskin dan anak terlantar di Indonesia sangat banyak ditemukan terutama pada
kota-kota besar. Di sudut lampu lalulintas bukan lagi pemandangan baru yang terlihat, seolah-
olah mereka tidak mempunyai hak hidup yang layak. Hal ini dikaranakan anggaran untuk mereka
habis dibagi-bagi oleh tikus berdasi yang ada di gedung bertingkat dan ruangan ber-AC yang
sehari-harinya ribut memperebutkan uang haram. Sepanjang dewan terhormat kita yang menajdi
wakil/representative dari rakyat masih seperti itu, maka bangsa Indonesia masih akan dipenuhi
dengan penyakit-penyakit sosial yang berujung pada kemunduran moral dan karakter bangsa.
Begitu pula dengan fasilitas umum yang dibangun untuk kenyamana masyarakat semata, tetapi
yang terjadi adalah fasilitas umum adalah alat untuk membunuh satu-persatu masyarakat. Hal itu
disebabkan oleh pemikiran para pejabat yang hanya mengutamakan kepentingan pribadi, bekerja
untuk uang semata alias korupsi bukan keselamatan rakyatnya.
Memenuhi hajat orang banyak memang bukanlah perkara mudah, namun penguasaan dan
pemanfaatan kekayaan alam merupakan tanggung jawab Negara untuk dikelola dengan baik dan
bijak karena kekayaan alamlah yang membuat penduduk hidup sejaterah. Jika kekayaan alam
tidak dipelihara dengan baik maka penduduk juga akan terkena dampaknya.

RUMUSAN PERMASALAHAN

1. Apa hak dan kewajiban warga negara?


2. Apa tugas dan tanggung jawab Negara terhadap rakyat?
3. Upaya-upaya apa yang pemerintah lakukan untuk mensejahterakan rakyat?

PEMBAHASAN

Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi
yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum, adalah
untuk memudahkan anggotanya (rakyat) mencapai tujuan bersama atau cita-citanya. Negara
memiliki kekuasaan yang kuat terhadap rakyatnya. Kekuasaan, dalam arti kemampuan seseorang
atau suatu kelompok untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok lain, dalam ilmu politik
biasanya dianggap bahwa memiliki tujuan demi kepentingan seluruh warganya. Dengan
demikian,kekuasaan yang dimiliki oleh sekelompok orang yang berperan sebagai penyelenggara.
Negara adalah semata - mata demi kesejahteraan warganya, negara merupakan aktor pertama dan
utama yang bertanggungjawab mencapai janji kesejahteraan kepada rakyatnya, terutama
memainkan peran distribusi sosial (kebijakan sosial) dan investasi ekonomi (kebijakan ekonomi).
(nursiati, 2012)

TUJUAN NEGARA

Tujuan merujuk pada sebuah suasana ideal yang harus dijelmakan oleh Negara, dengan
menggunakan organisasi pemerintah yang dilengkapi dengan kekuasaan. Tujuan dari pada
Negara-negara dapat berbeda berdasarkan filosofi, situasi-kondisi, dan sejarah dari masing-
masing Negara yang terbentuk itu. Tujuan dibentuknya Negara adalah untuk mensejahterakan
seluruh warga Negara, bukan individu tertentu. Dengan kesejahteraan semua masyarakat, maka
kesejahteraan individu tercapai dengan sendirinya; tujuan Negara lainnya adalah bagaimana
Negara bisa memanusiakan manusia; dan tujuan Negara sama dengan tujuan hidup manusia: agar
mencapai kebahagiaan (eudai-monia). “Maka Negara bertugas untuk mengusahakan
kebahagiaan para warganya (Aristoteles). (Suhelmi, 2001, p. 27)

Selain itu, tujuan Negara adalah memungkinkan rakyatnya “berkembang” serta


menyelenggarakan daya cipta sebebas mungkin (Roger H. Soltau). Serta ,menciptakan keadaan
dimana rakyatnya dapat mencapai terkabulnya keinginan-keinginan secara maksimal (Harold J.
Laski) dan, dapat dikatakan bahwa tujuan terakhir setiap Negara ialah menciptakan kebahagiaan
bagi rakyatnya. (Budiardjo, 1998, p. 9)

Pada umumnya setiap Negara terlepas dari ideologinya, memiliki tiga tujuan, yaitu (1)
tujuan asli (original), utama (primary) atau tujuan langsung (intermediate). Tujuan itu adalah
untuk melakukan pemeliharaan, ketertiban, keamanan dan keadilan. Apabila Negara tidak dapat
memenuhi tujuan ini, maka tidak dapat dibenarkan adanya tujuan Negara. Tujuan ini
mengutamakan kebahagiaan individu; (2) Tujuan yang sekunder ialah kesejahteraan warga
Negara seluruhnya. Negara harus memelihara kepentingan bersama dan seluruh individu dan
membantu kemajuan nasional. Tujuan ini mengutamakan kepentingan bersama dari seluruh
individu; dan (3) Tujuan Negara dalam bidang peradaban (civilization). Tujuan ini adalah yang
terakhir dan termulia bagi Negara. Tujuan ini bermaksud memajukan peradaban dan
menginginkan kemajuan Negara (wilford Garner). (Efriza, 2013)

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau
dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan.
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi
pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki
hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya
banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya.
Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak
daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat
akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini,
maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan
terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan. Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan
kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara
harus tahu hak dan kewajibannya. Seorang pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan
kewajibannya. Seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika
hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera.
Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak
bergerak untuk merubahnya. Karena para pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun
rakyat banyak menderita karena hal ini. Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan
materi daripada memikirkan rakyat, sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum
mendapatkan haknya. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang berdemokrasi harus
bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya untuk mendapatkan hak-hak dan tak
lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.

Dalam UUD 1945 pada pasal 28, menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk
untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, dan
sebagainya, syarat-syarat akan diatur dalam undang-undang. Pasal ini mencerminkan bahwa
negara Indonesia bersifat demokrasi. Pada para pejabat dan pemerintah untuk bersiap-siap hidup
setara dengan kita. Harus menjunjung bangsa Indonesia ini kepada kehidupan yang lebih baik
dan maju. Yaitu dengan menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan seimbang. Dengan
memperhatikan rakyat-rakyat kecil yang selama ini kurang mendapat kepedulian dan tidak
mendapatkan hak-haknya.

HAK WARGA NEGARA INDONESIA

– Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).

– Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).
– Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
(pasal 28B ayat 1).

– Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
Berkembang”

– Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak
mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan
kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)

– Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).

– Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).

– Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,

_ Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun. (pasal 28I ayat 1).

KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA

– Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :

segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

– Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan :
setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”

– Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan : Setiap orang
wajib menghormati hak asai manusia orang lain
– Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J ayat 2
menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.”

– Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945.
menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.”

TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP KESEJAHTERAAN RAKYAT

Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi
yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum, adalah
untuk memudahkan anggotanya (rakyat) mencapai tujuan bersama atau cita-citanya. Negara
memiliki kekuasaan yang kuat terhadap rakyatnya. Kekuasaan, dalam arti kemampuan seseorang
atau suatu kelompok untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok lain, dalam ilmu politik
biasanya dianggap bahwa memiliki tujuan demi kepentingan seluruh warganya. Dengan
demikian, kekuasaan yang dimiliki oleh sekelompok orang yang berperan sebagai
penyelenggara. Negara adalah semata-mata demi kesejahteraan warganya, negara merupakan
aktor pertama dan utama yang bertanggungjawab men¬capai janji kesejahteraan kepada
rakyatnya, terutama memainkan peran distribusi sosial (ke¬bijakan sosial) dan investasi ekonomi
(kebijakan ekonomi).

Fungsi dasar negara adalah mengatur untuk menciptakan law and order dan untuk
mencapai welfare atau kesejahteraan. Dalam pandangan teori klasik tentang negara, peran negara
dalam pembangunan, termasuk peran kesejahteraan, mencakup lima hal. Pertama, peran
ekstraksi, yakni mengumpulkan sumberdaya, misalnya memperoleh devisa dari ekspor,
eksploitasi sumberdaya alam, menarik pajak warga, atau menggali pendapatan asli daerah.
Kedua, peran regulasi, yakni melan¬carkan kebijakan dan peraturan yang digunakan untuk
mengatur dan men¬gurus barang-barang publik dan warga. Ketiga, peran konsumsi, yakni
menggunakan (alokasi) anggaran negara untuk membiayai birokrasi agar fungsi pelayanan
publik berjalan secara efektif dan profesional. Keempat, peran investasi ekonomi, yakni
mengeluarkan biaya untuk untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi (GNP, GDP dan PDR dan
membuka lapangan kerja bagi warga. Kelima, peran distribusi sosial, yakni negara mengeluarkan
belanja untuk membiayai pembangunan sosial atau kebijakan sosial. Wujud konkretnya adalah
pelayanan publik untuk memenuhi hak-hak dasar warga. Kelima peran klasik negara itu dapat
terlaksana dalam situasi normal dimana negara mempunyai kekuasaan politik yang besar dan
mempunyai basis materi (ekonomi) yang memadai. Negara menjadi pelaku tunggal yang
menjalankan peran mengumpulkan basis material sampai dengan membagi material itu kepada
rakyat. Dan, dalam mencapai kesejahteraan, dibutuhkan peran normal negara untuk menciptakan
pembangunan yang seimbang (balanced development), yaitu keseimbangan antara pembangunan
ekonomi dan pembangunan sosial. Melihat konsep negara sebagai penyelenggara kesejahteraan
rakyat, maka muncullah konsep welfare state (negara kesejahteraan) yang dalam sejarahnya
pertama kali muncul di Inggris dengan ditandatanganinya Undang-undang Kemiskinan (the poor
relief act) pada tahun 1598 (diamandemen beberapa kali) dilanjutkan pada saat dimulainya upaya
rekonstruksi sosial dan ekonomi pasca Perang Dunia I dan II tahun 1940-an. (Zarty, 2011)

UPAYA-UPAYA NEGARA/PEMERINTAH UNTUK MENSEJAHTERAKAN RAKYATNYA

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak Tahun 1997 telah menimbulkan dampak
yang luas bagi kehidupan masyarakat. Diawali dengan nilai tukar Rupiah yang terus melemah
terhadap Dollar AS, mengakibatkan kinerja kegiatan produksi menurun tajam karena sebagian
bahan bakunya berasal dari Luar Negeri. Kondisi ini kemudian menyebabkan banyak perusahaan
yang akhirnya gulung tikar. Tercatat sedikitnya dua puluh lima juta orang pengangguran baru
yang dihasilkan oleh krisis ini. Tentunya terdapat puluhan juta jiwa yang menggantungkan
dirinya pada pekerja-pekerja yang di-PHK itu. DarI data yang dikumpulkan Despos untuk
wilayah DKI Jakarta hingga Juli 1998, tercatat adanya peningkatan jumlah gelandangan dan
pengemis sebesar 30 %, WTS 30 %, pedagang asongan 75 %, dan anak jalanan 200 %.

Keadaan sosial yang telah menghasilkan banyak orang miskin baru ini merupakan
masalah sosial yang penting untuk segera diatasi. Jumlah siswa yang harus putus sekolah
meningkat tajam di saat wajib belajar sedang giat-giatnya digalakkan. Keadaan gizi dan
kesehatan masyarakat menurun sehingga mencapai titik yang memprihatinkan. Kenyataan ini
harus diantisipasi untuk menghindari terdapatnya “generasi yang hilang” beberapa dasawarsa
mendatang.

Dalam hubungan itu, perlu dikemukakan bahwa demokrasi dan kesejahteraan harus pula
ditempatkan dalam prinsip kewajiban negara (obligation of the state) untuk menghormati dan
melindungi hak-hak sipil dan politik maupun untuk memenuhi hak-hak ekonomi, sosial dan
budaya. Pandangan yang mengutamakan kesejahteraan dan menomorduakan demokrasi, dapat
ditinjau kelemahannya. Ditegaskan kembali, kewajiban negara tidak hanya terkait dengan
perluasan demokratisasi, namun juga serentak dengan itu rencana dan realisasi kesejahteraan
bagi semua orang. Tujuan ‘memajukan kesejahteraan umum’ sebagai amanah Pembukaan UUD
1945, dirumuskan dalam Bab XIV Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial. Bab ini
meliputi dua pasal yaitu Pasal 33 yang mengatur tentang perekonomian nasional dan Pasal 34
yang berhubungan dengan kesejahteraan sosial. Istilah kesejahteraan umum (general welfare)
mempunyai pengertian yang luas, didalamnya termasuk kesejahteraan yang bersifat sosial (social
welfare) dan kesejahteraan secara material (economic welfare). Istilah lain yang hampir sama
(sinonim) dengan kesejahteraan umum adalah istilah kesejahteraan rakyat (people welfare). Jadi,
pemakaian istilah kesejahteraan umum dalam Pembukaan UUD 1945, merupakan Pilihan yang
tepat dari Pendiri Bangsa. Tepat karena sesuai dengan maksudnya bahwa kesejahteraan dalam
arti lahir dan juga bathin, meliputi seluruh aspek kehidupan dalam lapangan apapun.

UPAYA MENSEJAHTERAKAN MASYARAKAT MELALUI PENYEDIAAN


PERUMAHAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) bersungguh - sungguh dalam


mensejahterakan masyarakat melalui Penyediaan Perumahan. Hal tersebut didasarkan pada
amanat di dalam undang-undang. Bentuk dari kesungguhan pemerintah ini bisa di lihat dari
adanya Raker “Dekonsestrasi Lingkup Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010”, yang
diadakan di Bali, tanggal 22-24 April 2010. Raker tersebut dilaksanakan dalam rangka
pelaksanaan Dekonsentarsi bidang perumahan dan permukiman kepada seluruh pemerintah
provinsi se Indonesia. Menteri Perumahan Rakyat, Suharso Monoarfa, di dalam pidato
sambutannya mengatakan bahwa Raker “Dekonsentrasi Lingkup Kementerian Perumahan
Rakyat Tahun 2010” ditujukan agar Pemerintah provinsi dapat melaksanakan kebijakan nasional
atas perumahan dan permukiman secara berkesinambungan, dan agar pemerintah provinsi
mampu melakukan pendataan dan monitoring terhadap pembangunan perumahan dan
permukiman. Sebab selama ini belum ada angka backlog yang riil yang dapat diperoleh. Angka
tersebut selama ini diperoleh dari para stake holder yaitu REI dan Apersi. Pendataan ini akan
sangat berpengaruh terhadap Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU)
bidang perumahan dan permukiman. Selain itu, untuk meningkatkan pemahaman aparat
Pemerintah Daerah melalui pelaksanaan sosialisasi kebijakan nasional dan regulasi bidang
perumahan dan permukiman.

Beberapa kebijakan di bidang perumahan dan permukiman yang diharapkan dapat


diimplementasikan di pemerintah daerah terkait dengan penyediaan rumah secara formal baik
landed hause dan rumah susun, target group program perumahan dan permukiman bagi penerima
manfaat, kebijakan terhadap kualitas perumahan yang rendah atau kumuh, sehingga dapat
membantu peningkatan kualitas secara kelompok. Adanya kebijakan kepastian pengembangan
kawasan di dalam suatu wilayah, reformasi pembiayaan perumahan dari subsidi langsung
menjadi tidak langsung dan agar suku bunga kredit perumahan dengan fasilitas likuiditas
diharapkan akan semakin rendah. Dekonsentrasi sendiri merupakan pelimpahan wewenang dari
Pemerintah kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dan atau kepada instansi vertikal di
wilayah tertentu. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan,
Kemenkeu, Mardiasmo, yang hadir sebagai pembicara di hari pertama, Kamis (22/4), di Bali.
Sementara, tugas-tugas lain yang akan dilimpahkan kepada pemerintah daerah selain
dekonsentrasi kepada pemerintah, pemerintah pusat juga melakukan tugas pembantuan kepada
pemerintah kabupaten/kota. (wulansari, 2010)

UPAYA LAIN DARI PEMERINTAH

Selain dari pada itu Program lain dari pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat
adalah adanya program pemerataan, baik program pemerataan penduduk, pembangunan,
pendidikan, pendapatan nasional dll. Dan didalam pemerintahan Jokowi Sekarang pemerintah
mengeluarkan Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, program UKM mandiri di
pedesaan serta pemberantasan korupsi menjadi salah satu program besar untuk mensejahterakan
masyarakat.
SOLUSI ISLAM

Sebenarnya sejumlah permasalahan yang mengemuka diatas adalah akibat ketidakjelasan


batas-batas kepemilikan. Islam dengan jelas mendudukkan konsep yang tepat tentang
kepemilikan (al milkiyah). Kepemilikan (property) hakikatnya seluruhnya adalah milik Allah
secara absolut. Allahlah Pemilik kepemilikan dan kekayaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman: “Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi serta apa saja yang ada di antara
keduanya” (TQS al-Maidah [5]:17).

Konsep Islam dalam masalah kepemilikan akan terlihat dalam buku Membangun Sistem
Ekonomi Alternatif; Perspektif Islam (Nizham al-Iqtishadi fi al-Islam) yang ditulis oleh
Taqiyuddin an-Nabhani. Dan secara lebih sistematis dipaparkan oleh Abdul Qadim Zallum
dalam bukunya Sistem Keuangan di Negara Khilafah (Al-Amwal fi Dawlah al Khilafah), yang
membagi konsep kepemilikan secara jelas; kepemilikan individu (private property), kepemilikan
publik (collective property), dan kepemilikan negara (state property).

Kepemilikan publik adalah seluruh kekayaan yang telah ditetapkan kepemilikannya oleh
Syari’ (Allah dan Rasul-Nya) bagi kaum Muslim, dan menjadikan harta tersebut sebagai milik
bersama kaum Muslim. Individu-individu dibolehkan mengambil manfaat dari harta tersebut,
namun, mereka dilarang untuk memilikinya secara pribadi. Ada tiga jenis kepemilikan publik:
(1) Sarana umum yang diperlukan oleh seluruh warga negara untuk keperluan sehari-hari seperti
air, saluran irigasi, hutan, sumber energi, pembangkit listrik, dan lain-lain, (2) Kekayaan yang
asalnya terlarang bagi individu untuk memilikinya, seperti jalan umum, laut, sungai, danau,
teluk, selat, kanal, lapangan, masjid, dan lain-lain, dan (3) Bahan tambang (sumber daya alam)
yang jumlahnya melimpah, baik berbentuk padat (seperti emas atau besi), cair (seperti minyak
bumi), atau gas (seperti gas alam). Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Kaum
muslim sama-sama membutuhkan tiga perkara: padang, air dan api. (HR Abu Dawud dan Ibn
Majah).

Walaupun akses terhadapnya terbuka bagi kaum Muslim, regulasinya diatur oleh negara.
Kekayaan ini merupakan salah satu sumber pendapatan Baitul Mal kaum Muslim, Khalifah
selaku pemimpin negara, bisa berijtihad dalam rangka mendistribusikan harta tersebut kepada
kaum muslimin demi kemaslahatan Islam dan kaum Muslim. Dan konsep ini tidak bisa tidak,
hanya bisa diterapkan oleh negara yang mampu menjamin pelaksanaannya yakni Daulah
Khilafah Islamiyyah. Walhasil, demikianlah Islam menyajikan konsep yang sempurna dalam
pengaturan kehidupan manusia. Tinggal apakah kita mau menaatinya atau tidak? Wallahu a’lam
bi ash-shawab. (Firdaus, 2008)

KESIMPULAN

Memajukan kesejahteraan umum merupakan salah satu tujuan dari pembentukan


Pemerintah Negara Indonesia, demikian yang termaktub dalam alinea keempat Pembukaan UUD
1945. Sehingga menjadi sebuah keharusan bagi Negara untuk menjalankan peraturan dalam
tugas dan tanggung jawabnya. Selain itu sangat diperlukan seorang pemimpin yang bijak karena
Negara bisa maju dan tetap eksis karena adanya hubungan yang saling membutuhkan dan
menguntungkan antara Negara dan masyarakatnya, sehingga roda pemerintahan bisa dijalankan
dengan maksimal dan rakyat bisa mendapatkan pelayanan yang baik dari Negara.
Bibliography
Budiardjo, M. (1998). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Efriza. (2013). Ilmu Politik, Dari Ilmu Politik Sampai Sistem Pemerintahan. Bandung: Alfabeta.

Firdaus, M. A. (2008, November). OTONOMI DAERAH: MENSEJAHTERAKAN RAKYAT?


Retrieved September 18, 2016, from Blogspot: http://irfansp.blogspot.co.id/2008/11/otonomi-
daerah-mensejahterakan-rakyat.html

nursiati, C. (2012, maret 02). Tugas dan tanggung jawab negara. Retrieved September 18, 2016,
from blogspot: http://chairuddinnursiati.blogspot.co.id/2012/03/tugas-dan-tanggung-jawab-
negara.html

Suhelmi, A. (2001). Pemikiran Politik Barat Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara,
Masyarakat dan Kekuasaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

wulansari, S. (2010, Juni 10). Upaya Negara Indonesia dalam Mensejahterakan Masyarakat.
Retrieved September 18, 2016, from blogspot:
http://sandrawulansari.blogspot.co.id/2010/10/upaya-negara-indonesia-dalam.html

Zarty, E. (2011, April 13). Hak dan Kewajiban Warga Negara serta Tugas dan Tanggung Jawab
Negara pada Rakyat. Retrieved September 18, 2016, from Wordpress:
https://evlyzarty.wordpress.com/2011/04/13/hak-dan-kewajiban-warga-negara-serta-tugas-dan-
tanggung-jawab-warga-negara-pada-rakyat/

Anda mungkin juga menyukai