Anda di halaman 1dari 19

Makalah Imunologi

“SITOKIN”
DOSEN : Melova Amir, Dr.Dra.M.Sc.

Disusun oleh :

Feri Ahkmat Waseso (14330116)


Muslimah (14330139)
Amalia Eka Saputri (15330013)

JURUSAN FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkah dan limpah-

Nya maka kami dapat menyelesaikan makalah Imunologi yang berjudul “Sitokin”.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna.Oleh karena itu, kami

mengharapkan saran dan kritik membangun yang ditunjukan demi kesempurnan makalah

ini.Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Oktober 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. ..................................................................................................................2


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN. ............................................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang. ............................................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah. ....................................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian. ........................................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ................................................................................................ 6

2.1 Sifat Umum Sitokin. .................................................................................................. 6

2.2 Antagonis Sitokin.. .................................................................................................... 6

2.3 Fungsi Sitokin. ........................................................................................................... 8

2.4 Sitokin Pada Hematopoiesis. ..................................................................................... 9

2.5 Peran Sitokin Pada Imunitas Nonspesifik................................................................ 10

2.6 Peran Sitokin Pada Imunitas Spesifik ...................................................................... 13

2.7 Penyakit Yang Berhubungan Dengan Sitokin. ........................................................ 14

2.8 Sitokin Dalam Pengobatan. ..................................................................................... 15

BAB III PEMBAHASAN. ......................................................................................................... 16

BAB IV PENUTUP. ................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA. ................................................................................................................ 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti diketahui hampir semua sistem biologi memerlukan komunikasi antar sel untuk
pertumbuhan dan pengaturannya. Pada sistem imun komunikasi antar sel umumnya
melibatkan sitokin. Mediator ini diperlukan untuk proliperasi dan diferensiasi sel-sel
hematopoitik dan untuk mengatur dan menentukan respon imun. Sitokin dalam menjalankan
fungsinya sebagai mediator saling berinteraksi antara sitokin sendiri dan interaksi ini dapat
berjalan sinergis atau antagonis. Oleh karena interaksi tersebut, konsep kerja sitokin sebagai
suatu “network”.

Sitokin merupakan protein atau glikoprotein yang diproduksi oleh leukosit dan sel-sel
berinti lainnya. Bekerja sebagai penghubung kimia antar sel dan tidak bertindak sebagai
molekul efektor. Sitokin mempunyai berbagai macam fungsi, namun pada umumnya sitokin
bertindak sebagai pengatur pertahanan tubuh untuk melawan hal-hal yang bersifat patogen
dan menimbulkan respons inflamasi. Hampir seluruh sitokin akan disekresi dan sebagian
dapat ditemukan pada membran sel, sisanya disimpan dalam matriks ekstraseluler.

Sitokin dibagi menjadi beberapa famili menurut reseptornya, yaitu famili IL-2/IL-4,- IL-
6/IL-12, Interferon, TNF, IL-l, Transformatisasi factor pertumbuhan (TGF) dan Kemokin.
Pada umumnya sitokin merupakan faktor pembantu pertumbuhan dan diferensiasi. Sebagian
besar sitokin bekerja pada selsel dalam sistim Hemapoetik.

Pengetahuan tentang komponen seluler dan molekuler respon imun terhadap mikroba
penyebab infeksi dan, khususnya, peran yang dilakukan oleh sitokin dalam regulasi dan
homeostasis sel hematopoitik, telah membuka wacana kita untuk mendapatkan bentuk baru
pengobatan. Beberapa sitokin telah dimanfaatkan sebagai agen terapetik untuk memodulasi
respon imun dan secara seleksi mempromosi hematopoisis. Salah satu penggunaan sitokin
dalam bidang farmasi adalah sebagai pengobatan kanker.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan pengertian sitokin?
2. Apa fungsi dari sitokin?

4
3. Jelaskan peran sitokin dalam imunitas spesifik?
4. Jelaskan peran sitokin dalam imunitas nonspesifik?
5. Jelaskan sitokin dalam pengobatan?
6. Penyakit apa saja yang berhubungan dengan sitokin?
7. Jelaskan sitokin pada hematopoiesis?

1.3 Tujuan
Untuk memudahkan para pembaca khususnya mahasiswa/mahasiswi agar mengerti dan
memahami tentang apa itu sitokin, fungsi sitokin di dalam tubuh manusia, dan hubungan
kadar sitokin interleukin.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Istilah limfokin pertama kali digunakan pada tahun 1960 untuk golongan protein yang
diproduksi limfosit B dan T yang diaktifkan. Sel-sel lain seperti makrofag, eosinofil, sel mast,
sel endotel, dan epitel juga memproduksi protein golongan tersebut. Oleh karena itu istilah
yang lebih tepat adalah sitokin. Sitokin merupakan protein sistem imun yang mengatur
interaksi antar sel dan memacu reaktivitas imun, baik pada imunitas nonspesifik maupun
spesifik.

2.1 Sifat Umum Sitokin

Sitokin dapat memberikan efek langsung dan tidak langsung. Sitokin yang berefek
langsung memiliki ciri :

 Lebih dari satu efek terhadap berbagai jenis sel (pleiptropi)


 Autoregulasi (fungsi autokrin)
 Terhadap sel yang letaknya tidak jauh (fungsi parakin)
Sedangkan Sitokin yang berefek tidak langsung mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
 Menginduksi ekspresi reseptor untuk sitokin lain atau bekerja sama dengan
sitokin lain dalam merangsang sel (sinergisme)
 Mencegah ekspresi reseptor atau produksi sitokin (antagonisme)

Sitokin sendiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Sitokin adalah polipeptida yang diproduksi sebagai respons terhadap rangsang


mikroba dan antigen lainnya dan antigen lainnya dan berperan sebagai mediator
pada reaksi imun dan inflamasi.
2) Sekresi sitokin terjadi cepat dan hanya sebentar, tidak disimpan sebagai molekul
preformed. Kerjanya sering pleiotropik (satu sitokin bekerja terhadap berbagai
jenis sel yang menimbulkan berbagai efek) dan redundan (berbagai sitokin
menunjukkan efek yang sama). Oleh karena itu, efek antagonis satu sitokin tidak
akan menunjukkan hasil nyata karena ada kompensasi dari sitokin yang lain.
3) Sitokin sering berpengaruh terhadap sintesis dan efek sitokin yang lain.
4) Efek sitokin dapat lokal atau sistemik.
5) Sinyal luar mengatur ekspresi reseptor sitokin atau respons sel terhadap sitokin

6
6) Efek sitokin terjadi melalui ikatan dengan reseptornya pada membran sel sasaran
7) Respons selular terhadap kebanyakan sitokin terdiri atas perubahan ekpresi gen
terhadap sel sasaran yang menimbulkan ekspresi fungsi baru dan kadang
proliferasi sel sasaran.

Sitokin merupakan protein pembawa pesan kimiawi, atau perantara dalam komunikasi
antarsel yang sangat poten, aktif pada kadar yang sangat rendah (10-10-10-15 mol/l dapat
merangsang sel sasaran). Reseptor yang diekspresikan dan afinitasnya merupakan faktor
kunci respons selular.

2.2 Antagonis Sitokin

Sejumlah protein mencegah aktivitas biologis sitokin. Sitokin tersebut berikatan direk
dengan reseptor sitokin tetapi tidak dapat mengaktifkan sel, atau berikatan direk dengan
sitokin yang mencegah aktivitasnya. Contoh yang menghambat adalah antagonis IL-1R (IL-
1Ra) yang berikatan IL-1R tetapi tidak memiliki aktivitas. Produksi IL-1Ra diduga berperan
dalam regulasi respons intensitas inflamasi. Inhibitor sitokin ditemukan dalam darah dan
cairan ekstraselular.

Beberapa virus dapat mengembangkan strategi untuk menghindari aktivitas sitokin.


Strategi antisitokin tersebut merupakan bukti biologis pentingnya sitokin dalam menimbulkan
respons imun yang efektif terhadap mikroba. Molekul yang diproduksi virus yang
menyerupai sitokin memungkinkan virus untuk memanipulasi respons imun yang membantu
masa hidup patogen.

Tabel 1. Kemiripan viruus dengan sitokin dan reseptor sitokinnya

VIRUS PRODUK
Leporipoksivirus (virus miksoma) Resptor IFN-γ larut
Beberapa poksvirus Reseptor IFN-γ larut
Vaksinia, virus varisela Reseptor IFN-β larut
EBV Homolog IL-10
Virus Herpes 8 Homolog iL-6, juga homolog kemokin MIPI
dan MIP II 3 reseptor kemokin homolog
Virus Sitomegalo yang berbeda, satu diantaranya mengikat tiga
kemokin larut yang berbeda (RANTES,

7
MCP-1 dan MIP-1α

2.3 Fungsi Sitokin

Sitokin berperan dalam imunitas nonspesifik dan spesifik dan mengawali, mempengaruhi
dan meningkatkan respons imun nonspesifik. Pada imunitas nonspesifik, sitokin diproduksi
makrofag dan sel NK (natural killer), berperan pada inflamasi dini, merangsang poliferasi,
diferensiasi dan aktivasi sel efektor khusus seperti makrofag. Pada imunitas spesifik sitokin
yang diproduksi sel T mengaktifkan sel-sel imun spesifik.

Ada dua macam respon imun yang terjadi apabila ada mikroba yang masuk ke dalam
tubuh, yaitu innate dan adaptif respon. Sel yang berperan dalam innate respon adalah sel
fagosit (netropil, monosit dan makrofag). Sel yang melepaskan mediator inflamasi (basofil,
sel mast dan eosinofil) serta sel natural killer. Komponen lain dalam innate response ini
adalah komplemen, acutephase protein dan sitokin seperti interferon 4. Adaptive response
meliputi proliferasi antigen-specific sel T dan sel B, yang terjadi apabila reseptor permukaan
sel ini berikatan dengan antigen. Sel khusus yang disebut dengan antigen-presenting cells
(APC) mempresentasikan antigen pada MHC dan berikatan dengan reseptor limfosit. Sel B
akan memproduksi imunoglobulin, yang merupakan antibodi yang spesifik terhadap antigen
yang dipresentasikan oleh sel APC.

Sedangkan sel T dapat melakukan eradikasi mikroba intraseluler dan membantu sel B
untuk memproduksi antibodi.17 Sel T CD4 merupakan cytokine-secreting helper cells,
sedangkan sel T CD8 merupakan cytotoxic killer cells. Sel T CD4 secaca umum dibagi
menjadi dua golongan yaitu T helper tipe 1 (Th-1) dan T helper tipe 2 (Th-2). Sitokin yang
disekresi oleh Th-1 adalah IL-2 dan IFN-y sedangkan sitokin yang disekresi Th-2 adalah IL-
4, IL-5, IL-6 dan IL-10. Sitokin-sitokin ini juga mempunyai peranan dalam sistem kontrol.
Sekresi IFN-g akan menghambat sel Th-2 sedangkan sekresi IL-10 akan menghambat sel Th-
1.17,18 Sitokin mempunyai peranan yang penting untuk menentukan tipe respon imunitas
tubuh yang efektil untuk melawan agent infeksius. Sekresi IL-12 oleh APC akan
menyebabkan sekresi IFN- dari Th-1. Sitokin akan mengaktivasi makrofag dengan efisien
untuk membunuh kuman intraseluler, Secara sederhana digambarkan bahwa produksi sitokin
oleh Th-1 memfasilitasi CMI termasuk aktivasi makrofag dan T-cell-mediated
cytotoxicity17.

8
Ada tiga kategori fungsi sitokin dalam system imun yaitu:

a) sitokin sebagai mediator dan regulator respon imun alami


b) sitokin sebagai mediator dan regulator respon imun didapat
c) sitokin sebagai stimulator hematopoiesis.

Sitokin yang berperan sebagai mediator dan regulator respon imun alami dihasilkan
terutama fagosit mononuklear seperti makrofag dan sel dendrit dan sebagian kecil oleh
limfositT dan sel NK. Sitokin-sitokin tersebut diproduksi sebagai respon terhadap agen
molekul tertentu seperti LPS (Hpopoysaccharide), peptidoglykan monomers, teicoid acid dan
DNA double stranded. Beberapa sitokin yang penting adalah tumor necrosis factor (TNF),
IL-1, interferon gamma (IFN gamma), IL-6, IL-10,1L-12. Sitokin-sitokin yang berfungsi
sebagai mediator dan regulator respon imun didapat terutama diproduksi oleh limfosit T yang
telah mengenal suatu antigen spesifik untuk sel tersebut. Sitokine ini mengatur proliferasi dan
diferensiasi limfosit pada fase pengenalan antigen dan mengaktifkan sel efector. Bakteri atau
antigen yang berbeda akan merangsang sel T helper CD4+ untuk berdeferensiasi menjadi Th-
1 dan Th-2 yang mengahasilkan sitokin yang berbeda pula. Beberapa diantaranya yang
penting adalah : IL- 2, IL-4, IL-5, TGF (tranforming growth factor), IFN gamma, IL-13.
Sedangkan sitokin yang merangsang hematopoiesis yaitu sitokine diperlukan untuk mengatur
hematopoiesis dalam sumsum tulang. Beberapa sitokin yang diproduksi selama respon
imunitas alami dan didapat, merangsang pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel progenitor
sumsum tulang. CSF , IL-3, GM-CSF, G-CSF merupakan beberapa sitokin yang penting
untuk proses hemopoiesis.

2.4 Sitokin pada Hematopoiesis

Segolongan sitokin yang disebut CSF (cairan serebrospinal) berperan dalam


hematopoiesis pada manusia yaitu GM-CSF, G-CSF dan M-CSF. Sitokin golongan ini
berperan dalam perkembangan, diferensiasi dan ekspansi sel-sel mieloid. Pada dasarnya
sitokin tersebut merangsang diferensiasi sel progenitor dalam sumsum tilang menjadi sel
yang spesifik dan berperan pada pertahanan terhadap infeksi. Reaksi imun dan inflamasi yang
memerlukan pengerahan leukosit akan juga memacu produksi sitokin.

9
2.5 Peran Sitokin dalam Imunitas nonspesifik

Respoms imun nonspesifik dini yang penting terhadap virus dan bakteri berupa sekresi
sitokin yang diperlukan untuk fungsi banyak sel efektor. Interaksi antigen dan makrofag dan
yang menimbulkan aktivasi Th menimbulkan pelepasan sejumlah sitokin dan menimbulkan
jaring interaksi kompleks dalam respons imun.

SITOKIN Sumber Utama Sasaran Utama dan Efek Biologik


IL-1 Makrofag, endotel, beberapa sel Endotel : aktivasi (inflamasi,
epitel koagulasi)
Hipotalamus: panas
Hati : APP
IL-6 Makrofag, sel endotel, sel T Hati : sintesis APP
Sel B : proliferasi sel plasma
IL-10 Makrofag, Sel T terutama Th2 Makrofag, sel dendritik : mencegah
produksi IL-21 dan ekspresi
kostimulator dan MHC-II
IL-12 Makrofag, sel dendritik Sel T: diferensiasi Th1
Sel NK dan sel T : sintesis IFN-γ,
meningkatkan aktivitas sitolitik
IL-15 Makrofag, sel lain Sel NK : proliferasi
Sel T : proliferasi (sel memori
CD8+)
IL-18 Makrofag Sel NK dan sel T : sintesis IFN-γ
IFN-α, IFN-α : makrofag Semua sel : antivirus, peningkatan
IFN-β IFN-β : fibroblas ekspresi MHC-I
Sel NK : aktivasi
IFN-γ Th1 Aktivasi sel NK dan makrofag,
induksi MHC II
Kemokin Makrofag, sel endotel, sel T, Leukosit : kemotaksis, aktivasi,
fibroblas, trombosit migrasi ke jaringan
TNF Makrofag, sel T Sel endotel : aktivasi (inflamasi,
koagulasi)
Neutrofil : aktivasi

10
Hipotalamus : panas
Hati : sintesis APP
Otot, lemak : katabolisme
(kaheksia)
Banyak jenis sel : apoptosis

1) TNF (Tumor Necrosis Factor)


TNF merupakan sitokin utama pada respons inflamasi akut terhadap bakteri negatif-
gram dan mikroba lain. Infeksi yang berat dapat memicu produksi TNF dalam jumlah
besar yang menimbulkan reaksi sistemik .
TNF disebut TNF-α atas dasar historis dan untuk membedakannya dari TNF-β atau
limfotoksin. Sumber utama TNF adalah fagosit mononuklear dan sel T yang diaktifkan
antigen, sel NK dan sel mast. Pada kadar rendah, TNF bekerja terhadap leukosit dan
endotel, menginduksi inflamasi akut. Pada kadar sedang, TNF berperan dalam inflamasi
sistemik. Pada kadar tinggi, TF menimbulkan kelainan patologik syok septik.
2) IL-1
Fungsi utama IL-1 adalah sama dengan TNF, yaiu mediator inflamasi yang
merupakan respons terhadap infeksi dan rangsangan lain. Bersama TNF berperan pada
imunitas nonspesifik. Sumber utama IL-1 juga sama dengan TNF yaitu fagosit
mononuklear yang diaktifkan.
3) Il-6
IL-6 berfungsi dalam imunitas nonspesifik, diproduksi fagosit mononuklear, sel
endotel vaskular, fibroblas dan sel lain sebagai respons terhadap mikroba dan sitokin lain.
Dalam imunitas nonspesifik, IL-6 merangsang hepatosit untuk memproduksi APP dan
bersama CSF merangsang progenitor di sumsum tulang untuk memproduksi neutrofil.
Dalam imunitas spesifik, IL-6 merangsang pertumbuhan dan diferensiasi sel B menjadi sel
mast yang memproduksi antibodi.
4) IL-10
IL-10 merupakan inhibitor makrofag dan sel dendritik yang berperan dalam
mengontrol reaksi imun nonspesifik dan imun selular. IL-10 diproduksi terutama oleh
makrofag yang diaktifkan. IL-10 mencegah produksi IL-12 oleh makrofag dan sel
dendritik yang diaktifkan. IL-10 mencegah ekspresi kostimulatori molekul MHC-II pada
makrofag dan sel dendritik.

11
5) IL-12
IL-12 merupakan mediator utama imunitas nonspesifik dini terhadap mikroba
intraselular dan merupakan induktor kunci dalam imunitas selular spesifik terhadap
mikroba. Sumber utama IL-12 adalah fagosit mono nuklear dan sel dendritik yang
diaktifkan.
6) IFN tipe I
IFN tipe I (IFN-α dan IFN-β) berperan dalam imunitas nonspesifik dini pada infeksi
virus. Nama interferon berasal dari kemampuannya dalam intervensi infeksi virus. Efek
IFN tipe I adalh proteksi terhadap infeksi virus dan meningkatkan imunitas selular
terhadap mikroba intraselular. IFN tipe I mencegah replikasi virus, meningkatkan ekspresi
molekul MHC-I, merangsang perkembangan Th1, mencegah proliferasi banyak jenis sel
antara lain limfosit in vitro.
IFN tipe I diproduksi oleh sel terinfeksi virus dan makrofag. Interferon adalah sitokin
berupa glikoprotein yang diproduksi makrofag yang diaktifkan, sel NK dan berbagai sel
tubuh yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap infeksi virus. IFN
mempunyai sifat antivirus dan dapat menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi virus
menjadi resisten terhadap virus.
7) IL-15
IL-15 diproduksi fagosit mononuklear dan mungkin jenis sel lain sebagai respons
terhadap infeksi virus, LPS dan sinyal lain yang memacu imunitas nonspesifik. IL-15
merupakan faktor pertumbuhan dan faktor hidup terutama untuk sel CD8+ yang hidup
lama.
8) IL-18
IL-18 memiliki stuktur yang homolog dengan IL-1, namun mempunyai efek yang
berlainan. IL-18 diproduksi makrofag sebagai respons terhadap LPS dan produk mikroba
lain, merangsang sel NK dan sel T untuk memproduksi IFN-γ. Jadi IL-18 adalah induktor
imunitas selular bersama IL-21.
9) IL-19, IL-20, IL-22, IL-23, IL-24
Beberapa sitokin lain telah dapat diidentifikasi dan diketahui sebagai homolog dengan
IL-10. Diduga sitokin-sitokin ini berperan pada inflamasi kulit. Fungsi IL-19 belum
diketahui secara jelas. IL-21 homolog dengan IL-15, merangsang proliferasi sel NK. IL-23
serupa dengan IL-12, dapat merangsang respons imun selular.
10) Sitokin lain

12
Interleukin lain seperti : IL-25, IL-26, IL-27, IL-28, IL-29, IL-30, IL-31, IL-32,
BCAF dan sebagainya dapat dilihat pada Apendiks B.

2.6 Peran Sitokin pada Imunitas Spesifik

Sitokin berperan dalam proliferasi dan diferensiasi limfosit setelah antigen dikenal dalam
fase aktivasi pada respons spesifik dan selanjutnya berperan dalam aktivasi dan proliferasi sel
efektor khusus.

1) IL-2
IL-2 adalah faktor pertumbuhan untuk sel T yang dirangsang dan berperan pada
ekspansi klon sel T setelah antigen dikenal. IL-2 meningkatkan proliferasi dan
diferensiasi sel imun lain (sel NK, sel B). IL-2 meningkatkan kematian apoptosis sel T
yang diaktifkan antigen melalui Fas. Fas adalah golongan reseptor TNF yang
diekspresikan pada permukaan sel T.
IL-2 merangsang proliferasi dan diferensiasi sel T, sel B dan NK. IL-2 juga
mencegah respons imun terhadap antigen sendiri melalui peningkatan apoptosis sel T
melalui Fas dan merangsang aktivitas sel T regulatori.
2) IL-4
IL-4 merupakan stimulus utama produksi IgE dan perkembangan Th2 dari sel CD4+
naif. IL-4 merupakan sitokin petanda sel Th2. IL-4 merangsang sel B meningkatkan
produksi IgG dan IgE dan ekspresi MHC-II. IL-4 merangsang isotipe sel B dalam
pengalihan IgE, diferensiasi sel T naif ke subset Th2. IL-4 mencegah aktivasi makrofag
yang diinduksi IFN-γ dan merupakan GF untuk sel mast terutama dalam kombinasi
dengan IL-3.
3) IL-5
IL-5 merupakan aktivator pematangan dan diferensiasi eosinofil utama dan berperan
dalam hubungan antara aktivasi sel T dan inflamasi eosinofil. IL-5 diproduksi subset sel
Th2 (CD4+) dan sel mast yang diaktifkan. IL-5 mengaktifkan eosinofil.
4) IFN-γ
IFN-γ yang diproduksi berbagai sel sistem imun merupakan sitokin utama MAC dan
berperan terutama dalam imunitas nonspesifik dan spesifik selular. IFN-γ adalah sitokin
yang mengaktifkan makrofag untuk membunuh fagosit. IFN-γ merangsang ekspresi
MHC-I dan MHC-II dan kostimulator APC. IFN-γ meningkatkan diferensiasi sel CD4+
naif ke subset sel Th1 dan mencegah proliferasi sel Th2.

13
5) TGF-β
Efek utama TGF-β adalah mencegah proliferasi dan aktivasi limfosit dan leukosit
lain. TGF-β merangsang produksi IgA melalui induksi dan pengalihan sel B.
6) Limfotoksin
LT diproduksi sel T yang diaktifkan dan sel lain. LT mengaktifkan sel endotel dan
neutrofil, merupakan mediator pada inflamasi akut dan menghubungkan sel T dengan
inflamasi. Efek ini sama dengan TNF.
7) IL-13
IL-13 memiliki struktur homolog dengan IL-4 yang diproduksi sel CD4+ Th2. IL-13-
R ditemukan terutama pada sel nonlimfoid seperti makrofag. Efek utamanya adalah
mencegah aktivasi dan sebagai antagonis IFN-γ. IL-13 merangsang produksi mukus oleh
sel epitel paru dan berperan pada asma.
8) IL-16
IL-16 diproduksi sel T yang berperan sebagai kemoatraktan spesifik eosinofil.
9) IL-17
IL-17 diproduksi sel T memori yang diaktifkan dan menginduksi produksi sitokin
proinflamasi lain seperti TNF, IL-1 dan kemokin.
10) IL-25
IL-25 memiliki struktur seperti IL-17, disekresi sel Th2 dan merangsang produksi
sitokin Th2 lainnya seperti IL-4, IL-5 dan IL-13. IL-17 dan IL-25 diduga berperan dalam
meningkatkan reaksi inflamasi yang sel T dependen bentuk lain.

2.7 Penyakit yang berhubungan dengan Sitokin

1) Penyakit keseimbangan Th1-Th2


Subset sel Th1-Th2 saling berpengaruh dan diantara kedua subset ada regulasi
silang. Contohnya adalah mengenai adanya reaksi silang sitokin adalah lepra yang
disebabkan M.Lepra, patogen intraselular yang bertahan hidup dalam fagosom makrofag.
2) Syok Septik
Gangguan dalam jaring regulator kompleks yang mengatur ekspersi sitokin dan
reseptornya dapat menimbulkan sejumlah penyakit seperti renjatan septik yang sering
ditemukan dan potensial menyebabkan kematian. Gejalanya berupa tekanan darah
menurun, demam, diare dan pembekuan darah yang luas di berbagai organ. Renjatan
diduga terjadi akibat endotoksin dinding bakteri yang berikatan dengan TLR pada SD

14
dan makrofag yang memacu produksi IL-1 dan TNF-α berlebihan dan menimbulkan
renjatan septik.
3) Sitokin pada Kanker Limfoid dan Mieloid
Kelainan pada produksi sitokin atau reseptornya berhubungan dengan beberapa jenis
kanker.

2.8 Sitokin dalam Pengobatan

Dengan teknik rekombinan DNA, sitokin dapat diproduksi dalam jumlah besar. Sitokin
dapat digunakan sebagai pengganti komponen sistem imun yang imunokompromais atau
untuk mengerahkan sel-sel yang diperlukan dalam menanggulangi defisiensi imun primer
atau sekunder, merangsang sel sistem imun dalam respons terhadap tumor, infeksi bakteri
atau virus yang berlebihan. Rekombinan anti-sitokin telah diproduksi dan digunakan untuk
mengontrol penyakit autoimun dan keadaan dengan sistem imun yang terlalu aktif/patologik
seperti alergi.

Sitokin dapat digunakan bersamaan dengan imunoterapi. Limfosit dari penderita dengan
tumor dapat dibiakkan dalam lingkungan IL-2 untuk mengaktifkan LAK yang sitotoksik
terutama sel NK. Kemudian sel tersebut diinfuskan kembali ke penderita dengan tumor tadi.

15
BAB III

PEMBAHASAN

Sitokin merupakan protein atau glikoprotein yang diproduksi oleh leukosit dan sel-sel
berinti lainnya. Bekerja sebagai penghubung kimia antar sel dan tidak bertindak sebagai
molekul efektor. Sitokin mempunyai berbagai macam fungsi, namun pada umumnya sitokin
bertindak sebagai pengatur pertahanan tubuh untuk melawan hal-hal yang bersifat patogen
dan menimbulkan respons inflamasi. Hampir seluruh sitokin akan disekresi dan sebagian
dapat ditemukan pada membran sel, sisanya disimpan dalam matriks ekstraseluler.3 Sitokin
dibagi menjadi beberapa famili menurut reseptornya, yaitu famili IL-2/IL-4,- IL-6/IL-12,
Interferon, TNF, IL-l, Transformatisasi factor pertumbuhan (TGF) dan Kemokin.4 Pada
umumnya sitokin merupakan faktor pembantu pertumbuhan dan diferensiasi. Sebagian besar
sitokin bekerja pada selsel dalam sistim Hemapoitik.

Beberapa fungsi utama sitokin yaitu:

1) Pleiotrophy, mempunyai fungsi lebih dari satu. Contohnya : fungsi IL-6 adalah

merangsang hepatosit untuk memproduksi protein fase akut dan juga bertindak

sebagai faktorpertumbuhan untuk sel B.

2) Redundancy, yaitu persamaan efek imunologis dari berbagai sitokin. Contohnya, IL-2

dan IL-5 dapat merangsang proliferasi limfosit T.

3) Potency, Umwnrtya sitokin bekerja dalam kisaran monomolar sampai fentomolar.

4) Cascade, dilepaskan secara berurutan dan sinergis, tetapi aksinya dapat dihambat oleh

sitokin lainnya.

Ada dua macam respon imun yang terjadi apabila ada mikroba yang masuk ke dalam
tubuh, yaitu innate dan adaptif respon. Sel yang berperan dalam innate respon adalah sel
fagosit (netropil, monosit dan makrofag). Sel yang melepaskan mediator inflamasi (basofil,
sel mast dan eosinofil) serta sel natural killer. Komponel lain dalam innate response ini
adalah komplemen, acutephase protein dan sitokin soperti interferon4. Respons meliputi

16
proliferasi antigen-specifik sel T dan sel B, yang terjadi apabila reseptor permukaan sel ini
berikatan dengan antigen. Sel khusus yang disebut dengan antigen-presenting cells (APC)
mempresentasikan antigen pada MHC dan berikatan dengan reseptor limfosit. Sel B akan
memproduksi imunoglobulin, yang merupakan antibodi yang spesifik terhadap antigen yang
dipresentasikan oleh sel APC.

Sedangkan sel T dapat melakukan eradikasi mikroba intraseluler dan membantu sel B
untuk memproduksi antibody17, Sel T CD4 merupakan cytokine-secreting helper cells,
sedangkan sel T CD8 merupakan cytotoxic killer cells. Sel T CD4 secaca umum dibagi
menjadi dua golongan yaitu T helper tipe 1 (Th-1) dan T helper tipe 2 (Th-2). Sitokin yang
disekresi oleh Th-1 adalah IL-2 dan IFN-y sedangkan sitokin yang disekresi Th-2 adalah IL-
4, IL-5, IL-6 dan IL-10. Sitokin-sitokin ini juga mempunyai peranan dalam sistem kontrol.
Sekresi IFN-g akan menghambat sel Th-2 sedangkan sekresi IL-10 akan menghambat sel Th-
1, 17,18 Sitokin mempunyai peranan yang penting untuk menentukan tipe respon imunitas
tubuh yang efektil untuk melawan agent infeksius. Sekresi IL-12 oleh APC akan
menyebabkan sekresi IFN- dari Th-1. Sitokin akan mengaktivasi makrofag dengan efisien
untuk membunuh kuman intraseluler, Secara sederhada digambarkan bahwa produksi sitokin
oleh Th-1 memfasilitasi CMI termasuk aktivasi makrofag dan T-cell-mediated
cytotoxicity17.

Ada tiga kategori fungsi sitokin dalam system imun yaitu:

a) sitokin sebagai mediator dan regulator respon imun alami


b) sitokin sebagai mediator dan regulator respon imun didapat
c) sitokin sebagai stimulator hematopoiesis.

17
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN
Sitokin adalah keluarga protein sebagai mediator dan regulator respon imun alami dan
didapat. Sitokin bekerja saling berinteraksi satu sama lain sehingga membentuk konsep
"network ". Sitokin yang sama diproduksi oleh banyak sel. Dan sitokin tertentu bisa bekerja
pada banyak sel. Sitokine diproduksi sebagai respon terhadap inflamasi dan antigen, pada
umumnya bekerja seperti autokrin, parakrin dengan mengikat reseptor yang mempunyai
affinitas tinggi pada sel target. IL-2 merupakan sitokin yang penting untuk komunikasi antara
subset limfosit dan sel natural killer dan diduga bahwa fungsi Th-1 –mediated lebih sensitif
terhadap hemostasis besi di tubuh. Pada defisiensi besi terjadi gangguan imunitas sehiler dan
imunitas non-spesifik dan salah satu mekanismenya diduga melalui penurunan produksi
interleukin seperti IL-2.

18
DAFTAR PUSTAKA

BUKU IMUNOLOGI DASAR

19

Anda mungkin juga menyukai