Anda di halaman 1dari 16

Pekanbaru, 21 Maret 2019

KARAKTERISTIK HABITAT
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

OLEH :
NAMA : FERNANDO SETIAWAN
NIM : 020724611
KELAS :B
ASISTEN : SATRIO NUGROHO
NIM : 160122007

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Habitat merupakan ruang dimana organisme hidup. Setiap habitat


memiliki karakteristik yang dapat dilihat dari berbagai aspek. Bagi hewan,
beberapa aspek yang penting dalam suatu habitat misalnya adalah topografi,
vegetasi, badan air dan penggunaan ruang oleh manusia. Topografi atau relief
permukaan lahan merupakan kondisi yang menunjukkan variasi ketinggian lahan
dalam habitat. Keberadaan dan pola tutupan vegetasi biasanya berpengaruh
terhadap kondisi lingkungan mikro, sebaran pakan atau mangsa dan sebaran
musuh alami. Suatu badan air bisa menjadi penghalang bagi pergerakannya atau
sebaliknya merupakan jalan bagi pergerakannya atau bahkan menjadi subhabitat
dari hewan yang bersangkutan. Sedangkan pola penggunaan ruang oleh manusia
dapat mempengaruhi kondisi alamiah yang ada. Penggunaan ruang yang sangat
intensif oleh manusia dapat mengganggu, merubah atau bahkan menghilangkan
sama sekali kondisi alamiah di bagian-bagian tertentu dari suatu habitat. Adanya
berbagai subhabitat dalam sebuah habitat menunjukkan adanya heterogenitas
dalam habitat yang dimaksud. Perbedaan struktur atau karakteristik fisik antar
masing-masing subhabitat menyebabkan adanya perbedaan kondisi lingkungan
dalam masing-masing subhabitat.
Karakteristik suatu habitat dapat divisualisasikan sebagai sebuah diagram
profil, dimana ditunjukkan berbagai subhabitat yang ada di dalamnya dan
bagaimana tata-letak mereka. Visualisasi ini membantu si peneliti memahami
bagaimana kondisi yang ada di lapangan. Hal inilah yang melatarbelakangi ntuk
dilakukannya praktikum karakteristik habitat kali ini.

1.2 Tujuan
1. Mempelajari cara menggambar diagram profil yang menunjukkan
karakteristik suatu habitat.
2. Mempelajari cara meliput variasi suhu lingkungan, baik secara spasial
maupun temporal, dalam sebuah habitat.
3. Mempelajari cara membuat deskripsi tertulis tentang karakteristik
suatu habitat berdasarkan parameter-parameter yang diamati dan
dicatat di lapangan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Habitat berasal dari kata dalam bahasa Latin yang berarti menempati,
adalah tempat suatu spesies tinggal dan berkembang. Pada dasarnya, habitat
adalah lingkungan paling tidak lingkungan fisiknya di sekeliling populasi suatu
spesies yang mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut.

Campbell (2004) mendefinisikan habitat sebagai sumberdaya dan kondisi


yang ada di suatu kawasan yang berdampak ditempati oleh suatu species. Habitat
merupakan organism-specific: ini menghubungkan kehadiran species, populasi,
atau idndividu (satwa atau tumbuhan) dengan sebuah kawasan fisik dan
karakteristik biologi. Habitat terdiri lebih dari sekedar vegatasi atau struktur
vegetasi; merupakan jumlah kebutuhan sumberdaya khusus suatu species.
Dimanapun suatu organisme diberi sumberdaya yang berdampak pada
kemampuan untuk bertahan hidup, itulah yang disebut dengan habitat.

Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup. Semua makhluk hidup


mempunyai tempat hidup yang disebut habitat (Odum, 1993). Kalau kita ingin
mencari atau ingin berjumpa dengan suatu organisme tertentu, maka kita harus
tahu lebih dahulu tempat hidupnya (habitat), sehingga ke habitat itulah kita pergi
untuk mencari atau berjumpa dengan organisme tersebut. Oleh sebab itu, habitat
suatu organisme bisa juga disebut alamat organisme itu.

Semua organisme atau makhluk hidup mempunyai habitat atau tempat


hidup. Contohnya, habitat paus dan ikan hiu adalah air laut, habitat ikan mas
adalah air tawar, habitat buaya muara adalah perairan payau, habitat monyet dan
harimau adalah hutan, habitat pohon bakau adalah daerah pasang surut, habitat
pohon butun dan kulapang adalah hutan pantai, habitat cemara gunung dan waru
gunung adalah hutan dataran tinggi, habitat manggis adalah hutan dataran rendah
dan hutan rawa, habitat ramin adalah hutan gambut dan daerah dataran rendah
lainnya, pohon-pohon anggota famili Dipterocarpaceae pada umumnya hidup di
daerah dataran rendah, pohon aren habitatnya di tanah dataran rendah hingga
daerah pegunungan, dan pohon durian habitatnya di dataran rendah.

Istilah habitat dapat juga dipakai untuk menunjukkan tempat tumbuh


sekelompok organisme dari berbagai spesies yang membentuk suatu komunitas.
Sebagai contoh untuk menyebut tempat hidup suatu padang rumput dapat
menggunakan habitat padang rumput, untuk hutan mangrove dapat menggunakan
istilah habitat hutan mangrove, untuk hutan pantai dapat menggunakan habitat
hutan pantai, untuk hutan rawa dapat menggunakan habitat hutan rawa, dan lain
sebagainya. Dalam hal seperti ini, maka habitat sekelompok organisme mencakup
organisme lain yang merupakan komponen lingkungan (komponen lingkungan
biotik) dan komponen lingkungan abiotik.
Habitat dalam batas tertentu sesuai dengan persyaratan makhluk hidup yang
menghuninya. Batas bawah persyaratan hidup itu disebut titik minimum dan batas
atas disebut titik maksimum. Antara dua kisaran itu terdapat titik optimum. Ketiga
titik itu yaitu titik minimum, titik maksimum dan titik optimum disebut titik
cardinal.
Apabila sifat habitat berubah sampai diluar titik minimum atau maksimum,
makhluk hidup itu akan mati atau harus pindah ke tempat lain. Misalnya jika
terjadi arus terus-menerus di pantai habitat bakau, dapat dipastikan bakau tersebut
tidak akan bertahan hidup . Apabila perubahannya lambat, misalnya terjadi selama
beberapa generasi, makhluk hidup umumnya dapat menyesuaikan diri dengan
kondisi baru di luar batas semula.Melalui proses adaptasi itu sebenarnya telah
terbentuk makhluk hidup yang mempunyai sifat lain yang disebut varietas baru
atau ras baru bahkan dapat terbentuk jenis baru.
Berdasarkan variasi habitat menurut waktu dibagi menjadi 4 macam yaitu :
a. Habitat yang konstan
Yaitu habitat yang kondisinya terus-menerus relatif baik atau kurang baik.
b. Habitat yang bersifat memusim
Yaitu habitat yang kondisinya relatif teratur berganti-ganti antara baik dan kurang
baik.
c. Habitat yang tidak menentu
Yaitu habitat yang mengalami suatu periode dengan kondisi baik yang lamanya
bervariasi diselang-selingi oleh periode dengan kondisi kurang baik yang lamanya
juga bervariasi sehingga kondisinya tidak dapat diramal.
d. Habitat yang ephemeral
Yaitu habitat yang mengalami periode dengan kondisi baik yang berlangsung
relatif singkat diikuti oleh suatu periode dengan kondisi yang kurang baik yang
berlangsungnya lama sekali. ( Goltenboth, 2012 ).
Habitat sebagai fungsi dari ruang dapat dikenal dengan :
a. Habitat yang berkesinambungan : meliputi area dengan kondisi baik luas sekali,
melebihi daerah yang dapat dijelajahi hewan.
b. Habitat yang terputus-putus : menunjukan area yang berkodisi baik dan tidak
berselang seling serta hewan dengan mudah dapat menyebar dari area baik yang
satu ke yang lainnya.
c. Habitat yang terisolasi : area yang terbatas dan terpisah jauh dari area lainnya
sehingga hewan tidak dapat mencapainya kecuali bila didukung faktor kebetulan.
3. METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan di Arboretum Universitas Riau pada tanggal 10
Maret 2019 dan di Laboratorium Ekologi Universitas Riau pada Tanggal
16 Maret 2019
3.2 Alat dan Bahan
1. Meteran panjang (100 m)
2. Meteran pendek (1 m)
3. Termometer
4. Jam tangan/penunjuk waktu lain
5. Kamera digital
6. Laptop
7. Penggaris metal
8. Kertas gambar
9. Pensil dan penghapus

3.3 Cara Kerja


1. Dipilih lokasi yang sebaiknya memiliki kondisi yang cukup heterogen,
artinya di lokasi ini terdapat beberapa subhabitat.
2. Dilakukan pengamatan kondisi lingkungan secara umum pada lokasi-
lokasi yang dikunjungi:
a. Bagaimana pola tutupan vegetasi
b. Tipe-tipe vegetasi yang ada
c. Ada-tidaknya semak atau pohon-pohon tunggal
d. Ada-tidaknya badan air (kolam, kanal, kubangan rawa)
e. Ada-tidaknya lahan terbangun
f. Ada-tidaknya tanah terbuka (tanpa tutupan vegetasi maupun
bangunan)
g. Ada-tidaknya relief (perbedaan ketinggian) pada bentang lahan yang
ada.
3. Dibuat sebuah transek (Transek 1) dengan merentang meteran sepanjang
100 m.
4. Dibuat nama untuk masing-masing subhabitat yang dilewati transek ini.
5. Difoto masing-masing subhabitat dengan kamera digital.
6. Dilakukan pengamatan dan pencatatan dari titik 0 m. Catat, misalnya
subhabitat 1 dari 0-12 m, subhabitat 2 (12-20), subhabitat 3 (20-60 m),
subhabitat 1 (60-70), subhabitat 2 (70-90 m, subhabitat 4 (90-100 m).
7. Dibuat gambar masing-masing subhabitat di sepanjang Transek 1
mengikuti skala tutupan masing-masing subhabitat pada transek ini dengan
mengikuti contoh dalam dasar teori.
8. Dibuat sebuah transek lain (Transk 2) yang paralel dengan Transek 1 serta
memiliki panjang sama.
9. Dilakukan pada Transek 2 apa yang tlah dilakukan pada transek 1.
10. Digambar diagram profil masing-masing transek dengan menggunakan
program aplikasi Paint.
11. Dibuat grafik yang menunjukkan proporsi (prosentase dari panjang total)
dari masing-masing subhabitat pada kedua transek dengan Microsoft
Excel. Dilakukan pengukuran suhu permukaan tanah dan suhu air (apabila
ada badan air) pada jam 08.00, 10.00, 12.00, 14.00 dan 16.00 dari
setidaknya dua subhabitat yang paling dominan (proporsi paling besar)
dan kontras satu sama lain (misalnya, terlindung vegetasi dan terbuka).
Lalu dibuat grafik suhu yang tercatat.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Hasil
Tabel 4.2.1 Subhabitat
Transek Semak (m) Jalan (m) Hutan Sekunder (m) Sungai (m)
Transek 3 0 16 71 51
Transek 4 27 120 50 3

Tabel 4.2.2 Pengukuran Suhu

Waktu
Transek Lokasi
8:00 10:00 12:00 14:00 16:00
Lahan
29 31 35 35 31
Terbuka
3 Lahan
28 29 30 33 29
Tertutup
Akuatik 28 30 35 35 31
Lahan
28 30 35 35 31
Terbuka
4 Lahan
28 30 31 33 29
Tertutup
Akuatik 28 28 29 32 31
Karakteristik Habitat
250

200 3
50

Proporsi
150
51
100
120
50 71

16 27
0 0
Transek 3 Transek 4
Transek

Semak (m) Jalan (m) Hutan Sekunder (m) Sungai (m)

Grafik 1. Karakteristik Habitat

PENGUKURAN SUHU
200
150
100
50
0
Lahan Lahan Akuatik Lahan Lahan Akuatik
Terbuka Tertutup Terbuka Tertutup
3 4

Waktu 8:00 Waktu 10:00 Waktu 12:00


Waktu 14:00 Waktu 16:00

Grafik 2. Pengukuran Suhu

4.2 Pembahasan

Praktikum dilakukan pada hari Minggu tanggal 9 Maret 2019. Praktikum


dilakukan di arboretum yang merupakan hutan sekunder yang berlokasi di
Universitas Riau. Transek yang dibuat berupa vegetasi yang ditutupi pepohonan
rindang dengan sungai kecil yang mengalir, cukup bnyak organisme yang
ditemukan seperti capung, tupai dan katak, hal ini menambah keanekaragaman
hayati yang terdapat di habitat tersebut

Untuk sub habitat yang diperoleh cukup beragam dari masing-masing


transek dimana pada umumnya hutan sekunder mencakup 50 meter lebih dari 200
meter transek yang dibuat, hal ini menjadikan hasil pengamatan terhadap
subhabitat umumnya dilakukan dihutan sekunder tersebut

Sedangkan untuk suhu lingkungan sendiri menunjukan kecenduran untuk


naik, puncaknya pada tengah hari dimana suhu di lahan terbuka dapat mencapai
350 C, sedangkan suhu terendah ada dilingkungan akuatik yang berkisar antara
280-290 C. Kenaikan suhu sendiri sepertinya dipengaruhi oleh jumlah cahaya
matahari yang masuk ke lingkungan transek.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Dari praktikum ini, didapatkan kesimpulan yaitu:

1. Dari transek yang dibuat dapat diperoleh beragam subhabitat yang mana setiap
subhabitat memiliki karakteristik masing-masing.

2. Suhu dari habitat dipengaruhi oleh jumlah cahaya matahari yang masuk ke
habitat tersebut

3. Grafik dapat mempermudah visualisasi dalam memahami karakteristik setiap


habitat

5.2 Saran
Pada praktikum kali ini jangan lupa untuk tetap fokus karena pemeriksaan
setiap parameter dilakukan setiap 2 jam sekali sehingga harus membutuhkan
kondisi tubuh yang fit dan prima, dan usahakan untuk setiap pengukuran
dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

Sukarsono. 2009. Pengantar Ekologi Hewan. Malang : Universitas


Muhammadiyah Malang Press

Campbell, N.A., Reece, J.B. & Mitchell, L.G. 1999. Biologi, Edisi Kelima.
Terjemahan Wasmen Manalu, Editor Amalia Safitri. 2004. Jakarta: Erlangga.

Goltenboth, F., Timotius, K.H., Milan, P.P. & Margraf, J. 2012. Ekologi Asia
Tenggara: Kepulauan Indonesia. Jakarta: Salemba Teknik
LAMPIRAN

Gambar 1. Pengukuran Suhu di Lapangan


Gambar 2. Kondisi Canopy di sekitar Lingkungan

Gambar 3. Kondisi Lingkungan Akuatik

Anda mungkin juga menyukai