Anda di halaman 1dari 10

Materi kuliah bidan - Fisiologis

Kehamilan
I. DIAGNOSIS KEHAMILAN

Dibutuhkan kemampuan mengenal tanda (signs) dan gejala (symptoms) kehamilan


ditambah dengan interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium.
Secara klinis tanda-tanda kehamilan dibagi dalam dua kategori, yaitu :
1. Tanda kehamilan yang tidak pasti (uncertain signs)
Walaupun ada, tidak berarti pasti hamil, namun pada orang hamil tanda
ini pasti ada. Untuk tanda kehamilan tidak pasti ini, dikenal juga dengan
istilah probable signs dan presumptive signs. Probable signs merupakan
gejala yang bersifat subjektif dan hanya dapat dirasakan pasien,
sedangkan presumptive signs merupakan tanda yang bersifat objektif
yakni dapat diukur, diperiksa, dan dilihat oleh pemeriksa. Adapun yang
termasuk uncertain signs adalah :
a. Amenorrhea
Tidak ada haid/terlambat haid pada wanita usia subur. Terlambat haid
juga dapat terjadi pada kondisi stress, pemakaian obat-obatan,
penyakit kronis atau gangguan kelenjar hipofisis-hipotalamus.
b. Mual (nausea) dan muntah (vomitus)
Mual dan muntah disebabkan karena adanya peningkatan kadar
hormon hCG dari plasenta dan karena motilitas lambung menurun
akibat meningkatnya kadar hormon progesterone dalam darah.
c. Mastodinia
Rasa kencang dan nyeri pada payudara yang disebabkan oleh
payudara membesar. Pembesaran payudara disebabkan oleh stimulasi
hormon estrogen, progesterone, hormon plasenta laktogen (HPL), dan
sedikit prolaktin. Mastodinia dapat pula terjadi pada masa pra-
menstruasi.
d. Quickening
Persepsi gerakan janin yang pertama kali dirasakan oleh ibu. 18
minggu pada multigravida, 20 minggu pada primigravida. Ada yang
disebut dengan pseudocysis yaitu keadaan dimana seorang wanita
mengalami hamil palsu.
e. Poliuria
Frekuensi miksi bertambah terutama pada waktu malam hari. Keluhan
ini disebabkan karena uterus yang membesar mendesak vesica
urinaria sehingga daya tampung vesica urinaria berkurang.

f. Konstipasi
Ini terjadi karena pengaruh progesteron yang menyebabkan relaksasi
otot polos usus, menyebabkan tonus otot polos berkurang, sukar
kontraksi sehingga sukar BAB.
g. Perubahan Berat Badan
Pada kehamilan 2-3 bulan sering terjadi penurunan berat badan karena
mual dan muntah dan nafsu makan berkurang. Setelah lebih dari 3
bulan berat badan mulai meningkat karena nafsu makan makin baik.
h. Suhu Basal Meningkat
Suhu basal adalah suhu yang diukur pada pagi hari sebelum
melakukan aktivitas. Pada orang normal suhu basal berada pada
kisaran 36,5-370C, pada saat ovulasi terjadi kenaikan sebesar 0,5 0C.
Jika terjadi kehamilan, sesudah ovulasi suhu tetap tinggi terus antara
37,2-37,80C (selama lebih dari 3 minggu). Kenaikan suhu basal ini
disebabkan karena efek thermogenik progesteron.
i. Pigmentasi
Muncul pada minggu ke-16 kehamilan. Terjadinya pigmentasi
disebabkan karena stimulasi MSH (Melanocyte Stimulating Hormone).
Pigmentasi ditandai dengan :
 Cloasma Gravidarum : deposit pigmen yang berlebihan pada pipi,
hidung dan dahi
 Pada areola dan papilla mamae warna kulit menjadi lebih hitam
 Striae gravidarum : perubahan warna seperti jaringan parut pada
kulit daerah abdomen , garis-garis hitam (linea nigra). Kadang-
kadang terjadi teleangiektasia karena pengaruh estrogen yang
tinggi.
j. Perubahan Mammae
Akibat stimulasi hormon Prolaktin dan HPL, sehingga dengan
pemijatan ringan dapat mengeluarkan kolostrum pada usia kehamilan
> 16 minggu.
k. Perubahan pada Organ Pelvis
 Livide (kebiruan) pada cerviks uteri dan dinding vagina. Karena
sirkulasi bertambah tetapi aliran balik berkurang sehingga terjadi
bendungan vena pada bulbus vestibule vagina (Chadwick sign :
dinding vagina kebiru-biruan), demikian halnya dengan dinding
vagina bagian dalam juga mengalami hal serupa (Jacquimier’s
sign).
 Munculnya Heggar’s sign yaitu perlunakan daerah isthmus uteri
atau segmen bawah rahim sehingga daerah tersebut pada
penekanan mempunyai kesan lebih tipis dan uterus mudah
difleksikan.Tanda ini mulai terlihat pada minggu ke-6 dan menjadi
nyata pada minggu ke-7 sampai dengan minggu ke-8.
 Munculnya Ladin’s sign yaitu suatu pelembutan atau perlunakan
yang terjadi pada daerah cervicouterine junctionatau bagian tengah
dinding uterus bagian dalam.
 McDonald’s sign yaitu fundus uteri menjadi lebih mudah untuk
difleksikan dari bagian cervix yang biasanya terjadi pada minggu
ke-7 sampai 8 kehamilan.
 Goodell’s sign yaitu pelembutan atau perlunakan pada bagian
cerviks uteri .
 Terjadinya pelembutan atau perlunakan yang tidak merata pada
tempat terjadinya implantasi (Vorn Fernwald’s sign) atau jika
tempat implantasinya di daerah cornu uteri maka akan terjadi
pembesaran asimetris pada tempat implantasinya dan kemudian
menimbulkan perlunakan dengan pemeriksaan toucher (Piscasek’s
sign)
l. Pembesaran perut
Nyata setelah minggu ke-6 karena pada saat ini uterus telah keluar dari
rongga pelvis dan menjadi organ rongga perut.
m. Epulis
Di bawah pengaruh estrogen dan progesteron, gusi mengalami
pembengkakan sehingga mudah berdarah.
2. Tanda kehamilan pasti (certain signs)
Kalau ada tanda ini dipastikan hamil, sedangkan kalau tidak ada pasti
tidak hamil. Adapun tanda kehamilan pasti antara lain :
a. Adanya denyut jantung janin (DJJ)
Adanya DJJ dapat diketahui sebagai berikut :
 Stetoskop Laennec pada minggu ke-17 sampai 18
 Stetoskop ultrasonik/Doppler pada minggu ke-12
 USG pada minggu ke-7 sampai ke-8
 Fetal EKG, dapat direkam pada minggu ke-12
b. Pemeriksaan USG (ultrasonografi)
Pada minggu ke-6 sampai ke-7 dapat dilihat gestasional sac, minggu
ke-7 sampai 8 dilihat dan didengar DJJ, minggu ke-8 sampai 9 dilihat
gerakan janin, minggu ke-9 sampai 10 dilihat plasenta, dan pada
minggu ke-12 sudah dapat diukur diameter biparietal kepala janin
untuk menentukan HPL
c. Palpasi
Yang harus ditentukan adalah outlet janin , biasanya menjadi jelas
setelah minggu ke-22.
d. Rontgenografi
Gambaran tulang-tulang janin tampak setelah minggu ke-12 sampai
minggu ke-14. Pemeriksaan ini dilakukan hanya atas indikasi yang
mendesak sekali janin sangat peka terhadap sinar X.
e. Tes Laboratorium
Yang paling popular adalah tes inhibisi koagulasi yaitu mendeteksi
adanya hCG yang dibentuk oleh sinsitiotrofoblas dalam urin. Tes
deteksi hCG yang terkenal adalah PP test.
II. PERUBAHAN ENDOKRIN PADA KEHAMILAN
Perubahan fisiologi pada kehamilan dikendalikan oleh perubahan sekresi
hormon.
a. Progesteron
Corpus Luteum pada ovarium menyediakan progesteron sampai usia
kehamilan 10 minggu. Setelah itu produksi progesteron plasenta
mendominasi sistem ibu. Progesteron aktif di dalam uterus, dimana
progesteron memelihara bagian desidua uterus dan merelaksasi otot
polos miometrium. Progesteron juga memiliki efek perifer pada otot polos
vaskuler dan organ lain harus beradaptasi terhadap kebutuhan saat
kehamilan
b. Estrogen
Estrogen utama dalam kehamilan adalah estriol. Pada awal kehamilan,
kadar estron dan estradiol meningkat, tetapi kadar estriol belum
meningkat sampai minggu ke-9. Estrogen memiliki efek merangsang
pertumbuhan, dan secara mencolok mendorong pertumbuhan
endometrium. Estrogen juga merangsang retensi cairan dan
meningkatkan kemampuan jaringan ikat menahan air dengan
mempengaruhi komposisi jaringan tersebut.

c. Human Chorionic Gonadotropin (hCG)


hCG mula-mula diproduksi oleh sel lapisan luar blastokista yang
kemudian sel ini berdiferensiasi menjadi trofoblas, dan kemudian menjadi
plasenta. Sinsitiotrofoblas yang berkembang dari trofoblas terus
menghasilkan hCG. Biasanya hCG didalam sirkulasi darah ibu pada usia
kehamilan 8-10 minggu pasca fertilisasi. Pembentukan hCG maksimal
pada 60-90 hari, kemudian turun ke kadar rendah yang menetap selama
kehamilan.
hCG memiliki sifat dapat merangsang hormon tiroksin dari kelenjar tiroid,
mempengaruhi nafsu makan dan pengendapan lemak, dan juga
memepengaruhi rasa haus dan pengeluaran antidiuretik hormon (ADH).
Selain itu hCG juga dapat meningkatkan pertumbuhan miometrium dan
menghambat kontraktilitas otot polos termasuk otot polos miometrium.
d. Human Placental Lactogen (hPL)
hPL merupakan hormon protein yang diproduksi secara eksklusif oleh
plasenta. Seiring dengan penurunan kadar hCG, terjadi peningkatan
sekresi hPL. hPL bersifat antagonistik terhadap insulin dan menyebabkan
peningkatan glukosa darah (hiperglikemik). Efek diabetogenik hPL
menyebabkan perubahan metabolisme glukosa dan lemak yang
menguntungkan bagi janin.
e. Relaksin
Hormon ini mungkin disintesis di ovarium dan disimpan dalam plasenta.
Kadar relaksin paling tinggi pada trimester I kehamilan. Relaksin memiliki
peran dalam pelunakan ligamentum elastik tulang-tulang pelvis dan telah
digunakan secara klinis pada pematangan serviks selama induksi
kehamilan. Peran pasti relaksin pada kehamilan belum jelas, tetapi zat ini
nampaknya dapat menghambat aktivitas uterus pada awal kehamilan.
f. Hormon adrenal dan hipofisis
Ukuran dan aktivitas kelenjar adrenal meningkat selama kehamilan.
Estrogen merangsang pembentukan kortisol oleh adrenal dengan
menghambat metabolisme kortisol. Peningkatan kadar kortisol dalam
darah dapat menimbulkan efek positif pada penyakit tertentu seperti artitis
reumatoid dan ekzema. Produksi prolaktin hipofisis juga meningkat
secara cepat sebagai akibat rangsangan estrogen pada wanita hamil.

g. Hormon Tiroksin
Estrogen, hCG dan perubahan fungsi hepar dan ginjal menyebabkan
kadar T3 dan T4 dan globulin pengikat tiroksin (tiroksin binding globulin)
berubah. Keadaan hamil menjadi mirip dengan kondisi hipertiroidisme
pada beberapa aspek misalnya terjadi peningkatan suhu tubuh,
peningkatan nafsu makan, dan peningkatan rasa lelah.
III. PERUBAHAN ANATOMIS DAN FISIOLOGIS SISTEM REPRODUKSI
a. Uterus
Intinya uterus mengalami peningkatan ukuran dan perubahan bentuk.
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh
estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Endometrium
menebal menjadi desidua. Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan dan
progesteron berperan untuk elastisitas atau kelenturan uterus sehingga
menyebabkan relaksasi.
Taksiran kasar pembesaran uterus pada palpasi tinggi fundus uteri (TFU)
adalah sebagai berikut :

Tidak hamil/normal sebesar telur ayam


Kehamilan 8 minggu sebesar telur bebek
Kehamilan 12 minggu 3 jari diatas sympisis
Kehamilan 16 minggu pertengahan sympisis-pusat
Kehamilan 20 minggu 3 jari dibawah pusat
Kehamilan 24 minggu Setinggi pusat
Kehamilan 28 minggu 3 jari diatas pusat
Kehamilan 32 minggu pertengahan pusat-processus xyphoideus
Kehamilan 36 minggu Setinggi processus xyphoideus
Kehamilan 40 minggu 1-2 jari dibawah processus xyphoideus

Serviks uteri mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan


perlunakan akibat progesteron sehingga menimbulkan tanda Hegar
(Hegar’s sign), warna menjadi livid kebiruan. Sekresi lendir serviks
meningkat pada kehamilan memberikan gejala keputihan.
b. Decidua
Decidua adalah nama yang diberikan kepada endometrium selama
kehamilan. Progesteron dan estrogen pada awalnya diproduksi oleh
corpus luteum yang menyebabkan decidua menjadi lebih tebal, lebih
vaskuler, dan lebih kaya di fundus. Saat placenta telah terbentuk, maka
plasenta dapat menghasilkan hormon sendiri dan corpus luteum tidak lagi
dipertahankan oleh hCG yang dihasilkan sel sinsitiotrofoblas. Corpus
luteum mengecil dan akan berubah menjadi corpus albicans.
c. Miometrium
Estrogen berperan penting dalam pertumbuhan otot di dalam
uterus. Pada usia kehamilan 8 minggu, uterus mulai menghasilkan
gelombang kecil dari kontraksi yang dikenal sebagai kontraksi Braxton
Hicks. Pada umumnya kontraksi ini tanpa rasa sakit walaupun beberapa
wanita mengeluhkan nyeri dengan intensitas rendah.
d. Serviks
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon
estrogen. Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka
serviks mengandung lebih banyak jaringan ikat, hanya 10% jaringan otot.
Dibawah pengaruh hormon progesteron, sel epitel kelenjar yang terdapat
di sepanjang canalis cervisis uteri menghasilkan secret sehingga
membentuk suatu penyumbatan serviks yang disebut operculum atau
mucous plug sehingga melindungi cavum uteri dari infeksi.
e. Vagina
Estrogen menyebabkan perubahan di dalam lapisan otot dan epitel
vagina, lapisan otot-otot sekitar vagina juga hipertrofi, sehingga beberapa
ligamentum sekitar vagina menjadi lebih elastis. Dibawah pengaruh
estrogen, epitel kelenjar sepanjang vagina aktif mengeluarkan sekret
sehingga memberi gambaran seperti keputihan (leucorrhoea). Sel lapisan
epithelium juga mengalami peningkatan glikogen. Sel itu berinteraksi
dengan baksil Doderlein’s (Lactobacillus sp), suatu bakteri yang hidup
normal bersama organisme lain pada vagina, dan menghasilkan suatu
lingkungan yang lebih asam sebagai proteksi ekstra terhadap beberapa
organisme sepertiCandida albicans. Selain itu vagina juga lebih vaskuler,
sehingga muncul warna merah kebiruan (livid) terutama pada bulbus
vestibule yang menimbulkan tanda chadwick’s sign). Warna porsio pun
tampak livid (Jacquimier’s sign). Peningkatan aliran darah berarti denyut
arteri uterus dapat dirasakan melalui forniks lateralis (Oslander’s sign).
f. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat corpus luteum graviditas
sampai terbentuk plasenta pada kira-kira 16 minggu kehamilan.

g. Mammae
Payudara akan membesar dan tegang akibat stimulasi hormon
somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum
mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem saluran
(ductus dan ductulus), sedangkan progesteron menambah sel-sel asinus
(alveolus) pula dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel, sehingga
terjadi perubahan kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin. Papilla mammae
(putting susu) akan membesar, lebih tegak, dan tampak lebih hitam,
seperti seluruh areola mammae karena hiperpigmentasi dibawah
stimulasi MSH.
IV. PENINGKATAN BERAT BADAN SELAMA KEHAMILAN
Massa 10 minggu 20 minggu 30 minggu 40 minggu
(gr) (gr) (gr) (gr)
Fetus (bayi) 5 300 1500 3500
Plasenta 20 170 430 650
Cairan amnion 30 350 750 800
Uterus 140 320 600 970
Mammae 45 180 360 405
Plasma darah 100 600 1300 1250
Cairan interstitial 0 30 80 1580
Jaringan lemak maternal 310 2050 3480 3345
Total 650 4000 8500 12500

V. ADAPTASI FISIOLOGIS SISTEM KARDIOVASKULER PADA KEHAMILAN


a. Volume Darah
Volume darah total meningkat sebesar 30-50%, dan bisa lebih pada
kehamilan multipel. Kapasitas pengangkut oksigen harus dipertahankan
saat terjadinya peningkatan volume darah yang bersirkulasi. Absorpsi
besi (Fe) meningkat untuk memenuhi kebutuhan akan peningkatan
hemoglobin selama terjadi penambahan volume darah (hemodilusi).
Perubahan estrogen dan progesteron menyebabkan peningkatan
resistensi vaskuler yang diikuti oleh peningkatan retensi natrium dan air
serta ekspansi volume darah (plasma) atau hemodilusi.
b. Curah jantung (Cardiac Output)
Volume darah dan curah jantung meningkat sejajar. Curah jantung
meningkat sekitar 30-50%, suatu peningkatan rerata 1,5 liter per menit
dari 4,5 liter/mnt menjadi 6 liter/mnt. Curah jantung meningkat cepat pada
trimester I dan dipertahankan selama kehamilan. Peningkatan curah
jantung lebih besar lagi pada kehamilan multipel. Curah jantung
dipengaruhi oleh postur, saat wanita hamil berbaring terlentang,
uterusnya dapat menekan vena cava inferior yang menyebabkan
penurunan curah jantung. Saat persalinan, curah jantung meningkat
sebesar 2 liter per mnt.
Pada kehamilan frekuensi denyut jantung (FDJ) maupun volume
sekuncup jantung meningkat. FDJ meningkat segera setelah implantasi
rata-rata 20% (15 denyutan per menit) yakni dari 70 kali per mnt menjadi
80 kali per mnt. Sementara volume sekuncup jantung biasanya meningkat
sekitar 10% dari 64 ml menjadi 71 ml. Estrogen dapat merangsang
peningkatan penimbunan komponen sel miokardium dan meningkatkan
kontraktilitas miokardium.
c. Tekanan Darah
Kehamilan normal tidak banyak berpengaruh pada tekanan darah.
Sekalipun dalam kehamilan terjadi peningkatan curah jantung dan
resistensi vascular, tekanan sistolik ternyata tidak banyak berubah.
Namun, tekanan diastolic cenderung lebih rendah pada dua trimester
pertama dan kembali ke tingkat sebelum hamil pada trimester ketiga.
Pada akhir kehamilan, sebagian besar wanita mengalami pembengkakan
(oedema) di tungkai bawah akibat kombinasi efek progesteron yang
melemaskan tonus vascular perifer, terhambatnya aliran balik vena oleh
uterus (vena cava syndrome), dan gaya gravitasi.
VI. ADAPTASI FISIOLOGIS SISTEM HEMATOLOGIS PADA KEHAMILAN
Wanita hamil mengalami anemia ringan. Produksi hemoglobin dan massa total
eritrosit pada ibu meningkat selama kehamilan akibat meningkatnya produksi
eritropoetin. Volume vaskuler maternal meningkat sangat banyak. Hal ini
menyebabkan anemia delusional ringan yang melindungi ibu dari kehilangan
hemoglobin yang berlebihan saat persalinan.
Wanita hamil juga dapat mengalami leukositosis (peningkatan jumlah leukosit)
ringan yang dapat menjadi jelas selama persalinan dan pasca persalinan. Wanita
hamil juga dapat mengalami hiperkoagulabilitas. Peningkatan koagulabilitas terjadi
karena adanya peningkatan sintesis prokoagulan di hepar. Sampai 8% wanita akan
mengalami trombositopenia ringan (< 150.000 platelet/ml).

Berikut ini ringkasan perubahan hematologis pada kehamilan :


Perubahan Kehamilan Catatan
Volume Plasma Meningkat sampai sekitar 50% Lebih besar pada
dari 2600 ml menjadi 3900 ml kehamilan kedua dan
berikutnya, berkolerasi
dengan berat lahir
Massa eritrosit Meningkat (sekitar 18%) Meningkat lebih besar
apabila ibu mendapat
suplemen zat besi (bisa
sampai 30%)
Leukosit Baik jumlah sel maupun aktivitas Peningkatan inisial terjadi
metabolik meningkat awal kehamilan dan
serupa dengan respons
terhadap stress lain
Protein plasma Menurun Penurunan tekanan
osmotic koloid plasma
merupakan predisposisi
terjadinya edema
Faktor pembekuan Meningkat Faktor fibrinolitik justru
berkurang
Trombosit Menurun Koagulabilitas darah
meningkat

VII. ADAPTASI FISIOLOGIS SISTEM RESPIRASI PADA KEHAMILAN


Usaha pernafasan ibu harus meningkat pada kehamilan untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan metabolik jaringan ibu dan janin. Pada akhir kehamilan,
konsumsi oksigen meningkat sebesar 16-20%. Sistem respirasi juga
dipengaruhi oleh volume uterus yang terus membesar. Diafragma melakukan
sebagian kerja respirasi, pernafasan lebih bersifat torakhalis dari pada abdominalis.
Seiring dengan peningkatan kadar progesteron selama kehamilan, peningkatan
responsivitas terhadap pCO2 menyebabkan volume tidal dan volume ventilasi per
menit meningkat. Karena itu, hiperventilasi merupakan hal normal pada kehamilan.
Konsumsi oksigen meningkat, namun tekanan oksigen arteri tidak mengalami
perubahan.
Tekanan parsial oksigen pada ibu sedikit meningkat (dari 95-100 menjadi 101-106
mmHg) dan kadar karbondioksida menurun (dari 35-40 mmHg menjadi 26-34
mmHg). Penurunan kadar karbondioksida pada kehamilan menyebabkan alkalosis
respiratorik ringan. Terjadi kompensasi metabolik berupa peningkatan kadar
ekskresi ion bikarbonat oleh ginjal. Selain itu, progesteron juga memiliki efek local
yaitu merelaksasi otot polos jalan nafas (bronkus dan bronkiolus) dan pembuluh
darah paru. Banyak wanita hamil mengalami dispnea, yang menimbulkan rasa tidak
nyaman dan kecemasan, sering pada awal kehamilan sebelum terjadi perubahan
tekanan intraabdominal. Hal ini berkaitan dengan pCO2 dan mungkin disebabkan
hiperventilasi.
VIII. ADAPTASI FISIOLOGIS SISTEM EKSKRESI PADA KEHAMILAN
Selama kehamilan, ginjal meningkatkan ekskresi produk sisa sebagai respons
terhadap peningkatan metabolisme ibu dan janin, sementara retensi cairan dan
elektrolit berubah sebagai respons terhadap perubahan kardiovaskuler. Peningkatan
volume darah sirkulasi dan hemodilusi pada kehamilan dicapai melalui peningkatan
reabsorpsi natrium di tubulus ginjal.
Pada kehamilan, anatomi makroskopik sistem ginjal mengalami perubahan. Ginjal
membesar akibat peningkatan aliran darah ginjal dan volume vaskuler. Peningkatan
aliran darah ginjal menyebabkan peningkatan laju filtrasi glomerulus (glomerular
filtration rate-GFR) sejak awal kehamilan. Peningkatan GFR menyebabkan
peningkatan kadar natrium, glukosa, dan asam amino di dalam filtrate, namun
reabsorpsi tubulus ginjal juga meningkat sehingga sebagian besar beban natrium
yang meningkat tersebut direabsorpsi. Retensi natrium menyebabkan retensi cairan
(penimbunan air).
Selama kehamilan, fungsi vesica urinaria juga terpengaruh. Frekuensi berkemih
meningkat pada awal kehamilan karena uterus yang sedang tumbuh di dalam cavum
pelvis menimbulkan tekanan pada vesica urinaria di bawahnya. Dinding vesica
urinaria menjadi lebih edema dan hiperemis, yang meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi dan trauma.
IX. ADAPTASI FISIOLOGIS SISTEM PENCERNAAN PADA KEHAMILAN
Progesteron merelaksasi otot polos sehingga mempengaruhi seluruh saluran
gastrointestinal selama kehamilan. Pengosongan lambung menjadi lambat, begitu
juga pergerakan zat-zat yang dicerna di sepanjang saluran gastrointestinal.
Pengosongan kandung empedu menjadi lebih lama dan cairan empedu cenderung
untuk mengendap di dalam saluran empedu dan duktus koledukus. Gangguan
ringan pada saluran gastrointestinal sangat sering dijumpai dalam kehamilan.
Gangguan ini meliputi mual, muntah, konstipasi dan nyeri dada.
Gusi menjadi lebih hiperemis, edema dan spongy karena efek estrogen pada aliran
darah dan konsistensi jaringan lunak. Gusi menjadi mudah berdarah dan lebih peka
terhadap makanan yang kasar dan tindakan menggosok gigi yang kuat. Kadang
timbul nyeri pada ulu hati (heartburn), suatu rasa/sensasi panas atau terbakar di
midsternum, sering terjadi pada 30-70% wanita hamil. Efek progesteron pada tonus
sfingter esophagus bawah menyebabkan kompetensi sfingter terganggu sehingga
meningkatkan kemungkinan regurgitasi asam lambung ke esophagus.
Sekresi HCl lambung cenderung menurun, sehingga kadang terjadi remisi/perbaikan
gejala ulkus peptikum selama kehamilan. Sekresi pepsin juga menurun, begitupun
tonus dan motilitas lambung juga menurun pada kehamilan.
X. ADAPTASI FISIOLOGIS SISTEM INTEGUMENTUM PADA KEHAMILAN
Sejumlah perubahan dapat ditemukan pada penampilan seorang wanita hamil.
Peningkatan hormon melanotrofik (melanotrophic hormone-MH) atau dikenal juga
dengan MSH yang bersirkulasi menyebabkan terjadinya peningkatan pigmentasi
kulit. Pada awal kehamilan, putting susu dan areola mamae bertambah hitam/gelap.
Terbentuk satu garis gelap dari pusar sampai pubis yang disebut linea nigra yang
memperlihatkan garis pelipatan dan fusi abdomen pada masa embrio. Kloasma
gravidarum, pigmentasi berbercak yang biasanya berbentuk kupu-kupu (mask of
pregnancy) di sekitar mata dan dahi. Freckles (lentigo) dan jaringan parut yang baru
terbentuk mungkin bertambah gelap.
XI. PENENTUAN USIA KEHAMILAN
Beberapa cara penetapan usia kehamilan adalah dengan menggunakan riwayat
haid (menstruasi), pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan sonografi.
a. Penggunaan riwayat haid
Jika seorang ibu memiliki siklus haid teratur dan ia melakukan
pemeriksaan kehamilan sedini mungkin, maka HPHT dapat digunakan
untuk mengestimasi usia kehamilan. Pada umumnya konsepsi dianggap
terjadi pada hari ke-14 pada siklus 28 hari.
b. Pemeriksaan klinis
 Besar uterus
Pada kehamilan muda (sampai dengan usia 12 minggu), besar uterus
ditentukan dengan pemeriksaan bimanual, sedangkan pada
kehamilan trimester II dan selanjutnya, besar uterus dilakukan melalui
pemeriksaan tinggi fundus uteri (TFU).
 Pergerakan janin
Pada primigravida, pergerakan janin umumnya dirasakan saat usia
kehamilan mencapai 19-21 minggu, sedangkan pada multigravida
sudah terasa pada usia 17-19 minggu.
 Mendengar DJJ
Pada usia kehamilan 12 minggu, DJJ sudah dapat didengar dengan
memakai fetal Doppler. Sementara itu dengan menggunakan
stetoskop monoaural (Laennec), DJJ dapat didengar pada usia
kehamilan 17-18 minggu.
c. Pemeriksaan sonografi
Pengukuran kantong gestasi (KG) dan panjang janin (CRL-crown rump
length) dapat digunakan pada trimester I (sampai dengan 12 minggu),
dengan deviasi akurasi 2-5 hari. Pada usia kehamilan > 13 minggu, janin
sudah mengalami fleksi sehingga ukuran CRL tidak dapat digunakan lagi.
Pada kehamilan trimester II dan III harus memakai ukuran lain, misalnya
diameter biparietal kepala janin (BPD), lingkar kepala, lingkar perut,
lingkar dada, dan panjang femur. Untuk usia kehamilan 14-18 minggu,
BPD dapat mengestimasi usia kehamilan dengan tingkat deviasi 9 hari.
Sedangkan pengukuran lingkaran kepala mengestimasi usia kehamilan
dengan deviasi 4 hari.
Perkiraan Tanggal Kelahiran
Perkiraan tanggal kelahiran (expected date of delivery) yang selama ini banyak
digunakan adalah berdasarkan pada Rumus Naegle yang didasarkan pada hari
pertama haid terakhir (HPHT) yaitu dengan menambahkan 7 pada tanggal HPHT
(tanggal +7), dan mengurangi 3 atau menambahkan 9 pada bulan HPHT ( bulan -
3/+9), dan menambahkan 1 / tidak ditambahkan pada tahun (+1/+0). Rumus Naegle
hanya memiliki akurasi bagi wanita yang memiliki siklus haid 28 hari, padahal kini
sebagian besar wanita tidak memiliki siklus haid yang teratur.

Anda mungkin juga menyukai