Efusi Pleura 3
Efusi Pleura 3
1Definisi
2.2 Anatomi
A. Thorax
9
Yang dimaksud Thorax adalah sebuah rongga yang berisikan
viscera thoracis, merupakan bagian sistem kardiovaskuler dan
respirasi. Selain itu cavitas thoracis dilalui oleh struktur-struktur masuk
dan keluar dari cavitas ini. Apertura thoracis superior merupakan
lubang yang terbuka, sedangkan apertura thoracis inferior ditempati
oleh diafragma thoracis. Dinding cavitas thoracis memiliki peranan
penting yaitu sebgai pelindung cavitas thoracis, alat respirasi, dan pada
facies externanya terdapat mamma. Dinding thorax dibentuk oleh :
Skeleton :
1. Vertebra thoracalis berjumlah 12 buah
2. Costae sebanyak 12 pasang
3. Sternum
B. Mediastinum
10
Gambar 2.2 Anatomi Mediastinum
Mediastinum adalah struktur yang terletak dibagian tengah cavitas
thoracis, berada diantara pleura parietalis sinister dan pleura parietalis
dexter. Meluas dari sternum dibagian dorsal. Disebalah cranial dibatasi
oleh apertura thoracis superior dan di caudal oleh apertura thoracis
inferior. Angulus sterni dan tepi caudal corpus vertebra thoracalis IV
membagi mediastinum menjadi 2, yaitu :
1. Mediastinum Superius : Berisi v.cava superior,
v.brachiocephalicae, arcus aortae, oesophagus, trachea, n.vagus,
n.laryngeus recurrens, n. phrenicus, serta thymus.
2. Mediatinum Inferius :
a. Mediastinum Anterius : Thymus, jaringan penyambung
longgar, lig.sternopericardiaca, nodi lymphoidea, dan lemak.
b. Mediastinum Medium : Jantung, pericardium, arcus v.azygos,
bronchi principales, radix pembuluh darah besar.
c. Mediastinum Posterius : Aortae thoracica, oesophagus,
v.azygos dan hemiazygos, n.vagus, ductus thoracicus.
11
Gambar 2.3 Pembagian mediastinum2
12
Bentuknya dipengaruhi oleh organ-organ yang berada disekitarnya.
Bentuknya conus dengan bagian-bagian seperti :
1) Apex
2) Basis
3) Facies costalis
4) Facies mediastinalis
5) Margo anterior
6) Margo inferior
7) Margo pulmonis
Pulmo dexter dibentuk oleh 3 lobus dan 10 segmen, yaitu lobus
superior dengan 3 segmen, lobus inferior dengan 2 segmen dan lobus
inferior dengan 5 segmen. Pulmo sinister dibentuk oleh 2 lobus dan 8
segmen, yaitu lobus superior dengan 4 segmen dan lobus inferior
dengan 4 segmen.
Pleura adalah suatu membrane serosa yang membungkus pulmo,
mempunyai asal yang sama dengan peritoneum. Terdiri atas pleura
parietalis dan pleura visceralis. Diantara kedua lapisan pleura tersebut
terbentuk suatu rongga (celah) tertutup, disebut cavum pleurae, yang
memungkinkan pulmo bergerak bebas sewaktu respirasi. Di dalam
celah tersebut terdapat sedikit cairan serosa yang membuat pleura
parietalis dan visceralis licin sehingga mencegah terjadinya gesekan.
Pleura parietalis melapisi facies interior cavitas thoracis dan pleura
2
visceralis langsung melekat pada pulmo.
2.3 Patofisiologi
13
rongga pleura. Cairan pleura tersebut terakumulasi ketika
pembentukan cairan pleura lebih dari pada absorbsi cairan pleura,
misalnya reaksi radang yang meningkatkan permeabilitas vaskuler.
Selain itu, hipoprotonemia dapat menyebabkan efusi pleura karena
14
kapiler yaitu, pergerakan cairan bergantung pada selisih perbedaan
antara tekanan hidrostatik darah yang cenderung mendorong
cairan keluar dan tekanan onkotik dari protein plasma yang
cenderung menahan cairan agar tetap di dalam. Selisih perbedaan
absorbsi cairan pleura melalui pleura viseralis lebih besar daripada
selisih perbedaan pembentukan cairan parietalis dan permukaan
pleura viseralis lebih besar daripada plura parietalis sehingga pada
ruang pleura dalam keadaan normal hanya terdapat beberapa
milliliter cairan.
Faktor ketiga yang mendukung tekanan negatif intrapleura adalah
kekuatan pompa limfatik. Sejumlah kecil protein secara normal
memasuki ruang pleura tetapi akan dikeluarkan oleh sistem limfatik
dalam pleura parietalis. Ketiga faktor ini kemudian, mengatur dan
mempertahankan tekanan negatif intra pleura normal.
2. Penurunan kemampuan absorbsi sistem limfatik
Hal ini disebabkan karena beberapa hal antara lain: obstruksi
stomata, gangguan kontraksi saluran limfe, infiltrasi pada kelenjar
getah bening, peningkatan tekanan vena sentral tempat masuknya
saluran limfe dan tekanan osmotic koloid yang menurun dalam
darah, misalnya pada hipoalbuminemi. Sistem limfatik punya
kemampuan absorbsi sampai dengan 20 kali jumlah cairan yang
terbentuk.
Pada orang sehat pleura terletak pada posisi yang sangat dekat satu
sama lain dan hanya dipisahkan oleh cairan serous yang sangat sedikit,
yang berfungsi untuk melicinkan dan membuat keduanya bergesekan
dengan mudah selama bernafas. Sedikitnya cairan serous
menyebabkan keseimbangan diantara transudat dari kapiler pleura dan
reabsorbsi oleh vena dan jaringan limfatik di selaput visceral dan
parietal. Jumlah cairan yang abnormal dapatterkumpul jika tekana
nvena meningkat karena dekompensasi cordis atau tekanan vena cava
oleh tumor intrathorax. Selain itu, hypoprotonemia dapat menyebabkan
efusi pleura karena rendahnya tekanan osmotik di kapailer darah.
15
Eksudat pleura lebih pekat, tidak terlalu jernih, dan agak
menggumpal. Cairan pleura jenis ini biasanya terjadi karena rusaknya
dinding kapiler melalui proses suatu penyakit, seperti pneumonia atau
TBC, atau karena adanya percampuran dengan drainase limfatik, atau
dengan neoplasma. Bila efusi cepat permulaanya, banyak leukosit
terbentuk, dimana pada umumnya limfatik akan mendominasi. Efusi
yang disebabkan oleh inflamasi pleura selalu sekunder terhadap proses
inflamasi yang melibatkan paru, mediastinum, esophagus atau ruang
subdiafragmatik. Pada tahap awal, ada serabut pleura yang kering tapi
ada sedikit peningkatan cairan pleura.selama lesi berkembang, selalu
ada peningkatan cairan pleura. Cairan eksudat ini sesuai dengan yang
sudah di jelaskan sebelumnya. Pada tahap awal, cairan pleura yang
berupa eksudat ini bening, memiliki banyak fibrinogen, dan sering
disebut serous atau serofibrinous. Pada tahap selanjutnya akan menjadi
kurang jernih, lebih gelap dan konsistensinya kental karena
meningkatkanya kandungan sel PMN.
Efusi pleura tanpa peradangan menghasilkan cairan serous yang
jernih, pucat, berwarna jerami, dan tidak menggumpal, cairan ini
merupakan transudat., biasanya terjadi pada penyakit yang dapat
mengurangi tekanan osmotic darah atau retensi Na, kebanyakan
ditemukan pada pasien yang menderita oedemumum sekunder terhadap
penyakit yang melibatkan jantung, ginjal, atau hati. Bila cairan di ruang
pleura terdiri dari darah, kondisi ini merujuk pada hemothorax. Biasanya
hal ini disebabkan oleh kecelakaan penetrasi traumatik dari dinding dada
dan menyobek arteri intercostalis, tapi bisa juga terjadi secara spontan
6
saat subpleural rupture atau sobeknya adhesi pleural.
16
1. Meningkatnya tekanan intravaskuler dari pleura
meningkatkan pembentukan cairan pleura melalui pengaruh terhadap
hukum Starling. Keadaan ni dapat terjadi pada gagal jantung kanan,
gagal jantung kiri dan sindroma vena kava superior.
2. Tekanan intra pleura yang sangat rendah seperti terdapat
pada atelektasis, baik karena obstruksi bronkus atau penebalan
pleura visceralis.
3. Meningkatnya kadar protein dalam cairan pleura dapat
menarik lebih banyak cairan masuk ke dalam rongga pleura
4. Hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal bisa
menyebabkan transudasi cairan dari kapiler pleura ke arah rongga
pleura
5. Obstruksi dari saluran limfe pada pleum parietalis. Saluran
limfe bermuara pada vena untuk sistemik. Peningkatan dari
tekanan vena sistemik akan menghambat pengosongan cairan
limfe, gangguan kontraksi saluran limfe, infiltrasi pada kelenjar
getah bening.
Efusi pleura akan menghambat fungsi paru dengan membatasi
pengembangannya. Derajat gangguan fungsi dan kelemahan bergantung
pada ukuran dan cepatnya perkembangan penyakit. Bila cairan tertimbun
secara perlahan-lahan maka jumlah cairan yang cukup besar mungkin
akan terkumpul dengan sedikit gangguan fisik yang nyata.
2.4 Gejala Klinis
19
2. Iritasi bagian central diafragma pleura yang dipersarafi nervus
phrenicus menyebabkan nyeri menjalar ke daerah leher dan bahu.
2.5 Diagnosis
1) Anamnesis dan pemeriksaan klinis
Gejala yang ditimbulkan akibat efusi pleura antara lain sesak
napas, nyeri dada yang bersifat pleuritik, batuk, demam, menggigil.
Manifestasi klinis efusi pleura tergantung kepada penyakit yang
mendasarinya. Pemeriksaan fisik bisa normal jika jumlah cairan kurang
dari 300 mL. Selanjutnya, jika fungsi pernapasan dan pengembangan
paru dan dinding dada masih normal biasanya jarang menimbulkan
hipoksemia yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh penurunan ventilasi
diastolik.2
Ada tiga gejala yang paling umum dijumpai pada efusi pleura
yaitu nyeri dada, batuk, dan sesak napas. Nyeri dada yang disebabkan
efusi pleura oleh karena penumpukan cairan di dalam rongga pleura.
Nyeri dada yang ditimbulkan oleh efusi pleura bersifat pleuritic pain.
Nyeri pleuritik menunjukkan iritasi lokal dari pleura parietal, yang
banyak terdapat serabut saraf. Karena dipersarafi oleh nervus frenikus,
maka keterlibatan pleura mediastinal menghasilkan nyeri dada dengan
nyeri bahu ipsilateral. Nyeri juga bisa menjalar hingga ke perut melalui
persarafan interkostalis. Sedangkan batuk kemungkinan akibat iritasi
3
bronkial disebabkan kompresi parenkim paru.
Efusi pleura dengan ukuran yang besar dapat mengakibatkan
peningkatan ukuran hemitoraks serta menyebabkan ruang interkostal
menggembung pada sisi yang terjadi efusi. Pada palpasi akan didapati
20
taktil fremitus berkurang atau menghilang sama sekali disebabkan cairan
tersebut memisahkan paru – paru dari dinding dada dan menyerap getaran
dari paru – paru. Pada perkusi didapati beda, dan akan berubah saat
pasien berubah posisi jika cairan bisa mengalir bebas. Pada auskultasi
akan didapati suara napas yang menghilang tergantung ukuran efusi.
Egofoni dapat terdengar di batas paling atas dari efusi sebagai akibat dari
penyebab jaringan paru yang atelektasis. Gesekan pleura dapat dijumpai
jika terjadi iritasi di pleura, tetapi kadang juga sulit dijumpai dari
21
Gambaran yang tidak seperti biasa mencerminkan adanya lakulasi, abses
atau massa. Foto toraks lateral dekubitus terbalik akan menarik cairan ke
arah mediastinum dan memungkinkan untuk melihat parenkim paru untuk
melihat apakah ada infiltrat atau massa yang ada di balik perselubungan
tersebut.5
Dengan adanya penyakit dan scar paru, perlengketan jaringan
dapat menyebabkan cairan terperangkap di permukaan pleura parietal,
visceral atau interlobar.6 Karena perlengketan ini menyebabkan
penumpukan cairan, maka bentuk efusi terlokalisir sering digambarkan
sebagai D-shape, sedangkan cairan yang terlokalisir di daerah fisura akan
berbentuk lentikular.2
Berdasarkan foto toraks, efusi pleura terbagi atas small, moderate
dan large. Dikatakan efusi pleura small jika cairan yang mengisi rongga
5
pleura kurang dari sepertiga hemitoraks. Efusi pleura moderate jika
cairan yang mengisi rongga pleura lebih dari sepertiga tetapi kurang dari
setengah hemitoraks. Sedangkan efusi pleura dikatakan large jika cairan
yang mengisi rongga pleura lebih dari setengah hemitoraks. 6 Selain itu
efusi pleura juga dapat dinilai sebagai efusi pleura masif jika cairan sudah
memenuhi satu hemitoraks serta menyebabkan pergeseran mediastinum
ke arah kontralateral, menekan diafragma ipsilateral, dan kompresi paru,
jika tidak ada lesi endobronkial yang menyebabkan atelektasis dan fixed
2
mediastinum.
Pada kasus efusi pleura masif, seluruh hemitoraks akan terdapat
bayangan opasitas. Pada foto tersebut, pergeseran mediastinum dapat
mengidentifikasi penyebab efusi pleura tersebut. Dengan tidak adanya
paru atau mediastinum yang sakit, akumulasi cairan yang besar akan
mendorong mediastinum ke kontralateral. Ketika mediastinum bergeser
ke arah efusi kemungkinan kelainannya adalah di paru dan bronkus utama
atau adanya obstruksi atau keduanya. Ketika mediastinum tetap di medial
22
Gambar 2.5 (a) Efusi pleura kiri pada foto toraks tampak dari postero
anterior dan lateral (b). Meniscus sign dapat terlihat dari kedua posisi
3
tersebut.
23
2.6 Tatalaksana
Prinsip terapi pasien dengan efusi pleura adalah atasi dahulu sesak napas
dengan cara membersihkan jalan napas dan beri oksigen, kemudian obati
7
penyakit yag mendasari. Kemudian mengeluarkan isi abnormal di dalam cavum
pleura dan berusaha mengembalikan fungsi tekanan negatif yang terdapat di
dalam cavum pleura. Beberapa pilihan untuk terapi pada efusi pleura adalah
9
sebagai berikut:
1) Water Seal Drainage (tube thoracostomy): modalitas terapi yang bekerja
dengan menghubungkan cavum pleura berisi cairan abnormal dengan botol
sebagai perangkat WSD yang nantinya akan menarik keluar isi cairan
abnormal yang ada di dalam cavum pleura dan mengembalikan cavum pleura
seperti semula, menyebabkan berkurangnya kompresi terhadap paru yang
tertekan dan paru akan kembali mengembang.
2) Thoracocentesis: modalitas terapi yang bekerja dengan cara melakukan
aspirasi menggunakan jarum yang ditusukkan biasanya pada linea axillaris
media spatium intercostalis.
3) Aspirasi dilakukan dengan menggunakan jarum dan spuit, atau dapat juga
menggunakan kateter. Aspirasi dilakukan dengan batas maksimal 1000 –
1500 cc untuk menghindari komplikasi reekspansi edema pulmonum dan
pneumothoraks akibat terapi.
4) Pleurodesis : modalitas terapi yang bekerja dengan cara memasukkan
substansi kimiawi pada dinding bagian dalam pleura parietal, dengan tujuan
merekatkan hubungan antara pleura visceral dan pleura parietal. Dengan
harapan celah pada cavum pleura akan sangat sempit dan tidak bisa terisi
oleh substansi abnormal. Dan dengan harapan supaya paru yang kolaps bisa
26
DAFTAR PUSTAKA
3. Roberts JR, Custalow CB, Thomsen TW and Hedges JR. Roberts and
Hedges’ Clinical Procedures in Emergency medicine, Sixth Edition.
Elsevier Saunders. Philadelpia. 2014.
5. Alsagaff, Hood dan H. Abdul Mukty. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya: Airlangga University Press
10. William Herring, MD. Learning Radiology Recognizing The Basics 3rd
Edition. 2017. USA. Elsevier