SKRIPSI
Oleh
VONNY PRASETYA IRGANTARA
NIM 061111150
ABSTRACT
The aim of this researchis to know the histopathological changes of mice liver
which infected Toxoplasma gondii tachyzoites intravaginally. Experimental animal
used eight female mice 2-3 month were divided randomly into two group treatment
(n=9). P0 as a control group, gave NaCl physiology 0.2 ml intravaginally, and P1 was
treated with 1x10³ of Toxoplasma gondiitachyzoites.Eight days post infection, mice
sacrificed and liver of all mice were taken for histopathology preparations were made
for further observation. Each of the liver of mice (Mus musculus) processed by
Hematoxylin Eosin staining.The results of the observation and scoring degeneration
and necrosis of the entire liver histopathology preparations of mice (Mus musculus)
were analyzed statistically using the Mann whitney test.Base on the result of the
statistical analysis test showed that there were significantly different result of
degeneration and necrose in hepatocyte(p<0.05).
vi
kelancaran serta kemudahan yang diberikan sehingga penulis dapat menyusun dan
gondiisecaraintravagina”.
telahbersediameluangkanwaktudanpikiranuntukmembimbingpenulisdenganperhati
andankesabaranhinggaterselesaikanskripsiini.
M.S.selakuanggotapenguji.
vii
M.Siselakudosenpembimbingpatologi.
Segala hormat dan terima kasih tak terhingga penulis ucapkan kepada ayah
atasnasehat, bimbingan, motivasi, semangat dan doa yang tak pernah putus dalam
teman-teman yang namanya tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah
sehingga kritik dan saran demi perbaikan serta kesempurnaan sangat diharapkan,
Surabaya, 21Agustus2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xi
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
3.1 Acuan skoring hepar ...................................................................................... 31
4.2 Gambaran histopatologi hepar terhadap tingkat degenerasi pada setiap
perlakuan mencit (Mus musculus).................................................................. 35
4.3Gambaran histopatologi hepar terhadap tingkat nekrosis pada setiap
perlakuan mencit (Mus musculus).................................................................. 38
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Perhitungandosisinfeksi 103 takizoitToxoplasma gondii ............................. 57
2. Prosedur Pembuatan Sediaan Histopatologi Hepar...................................... 58
3. Skoring ......................................................................................................... 60
4. Hasil analisis data dengan SPSS 20.1 for windows...................................... 62
xiii
µm = mikrometer
et al = et alii
g = gram
l = liter
mg = miligram
ml = mililiter
mm = milimeter
µl = mikroliter
xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
mempunyai hospes definitif kucing dan family felidae lain, sedangkan hospes
perantara adalah semua hewan berdarah panas seperti ayam, sapi, kambing, babi dan
domba. Toxoplasma gondiijuga dapat menginfeksi burung, rodensia, ikan paus dan
di Indonesia dan menunjukkan prevalensi yang tinggi yaitu sekitar 43-88% pada
manusia sedangkan pada hewan berkisar 6-70% (Van Der Veen et al., 1974 ; Subekti
yang sedang hamil. Apabila infeksi toksoplasmosis terjadi secara kongenital dapat
Sasmita, 2006).
yang berinti. Dominasi sel dan jaringan yang diinfeksi oleh takizoit sangat ditentukan
oleh rute infeksi dan jenis inangnya (Subekti dan Arrasyid, 2006).Toxoplasma gondii
dapat menular melalui beberapa rute yaitu peroral dari makanan atau minuman yang
kurang matang, transmisi kongenital atau melalui plasenta, susu yang tidak
menyerang jaringan dan pada infeksi buatan secara intraperitoneal takizoit dapat
menyebabkan nekrosis hepar, lien dan pankreas. Hal ini disebabkan oleh multiplikasi
Toxoplasma gondii mempunyai tiga bentuk stadium antara lain takizoit, kista
jaringan dan ookista. Stadium takizoit merupakan salah satu stadium infektif yang
ditemukan selama infeksi akut (Soedarto, 2008).Beberapa uji coba mengenai akibat
disampaikan oleh Riganti et al. (2003) dan Amin (2013) melaporkan kerusakan pada
histiosit, limfosit kecil, fibrin dan nekrosis, selain itu terlihat juga adanya dilatasi dan
kongesti sinusoid, vena sentralis dan vena portae, pembengkakan sel kupfer,
perubahan degenerasi hepatosit, akumulasi histiosit dan sel limfosit kecil dalam
kapsula Glisson dan Acini, sedangkan uji coba pada mencit jantan yang dilihat dalam
aspek sistem reproduksi telah beberapa kali dilakukan salah satunya yang telah
dilaporkan oleh Ayu (2012) yang menyatakan bahwa takizoit Toxoplasma gondii
dapat menginfeksi spermatozoa mencit (Mus musculus) baik takizoit yang menempel
pada ekor maupun takizoit yang masuk ke dalam kepala spermatozoa dan
gondii dari anjing betina dan jantan. Hasilnya menunjukkan bahwa Toxoplasma
gondii dapat ditularkan secara seksual pada anjing domestik dan domba jantan
mulai dari takizoit menginvasi sel parekim hepar dan kadang pada sel Kuppfer,
kemudian takizoit memperbanyak diri di dalam parekim hepar setelah mencapai 16-
32 takizoit, sel yang diinvasi akan hancur dan membebaskan takizoit lalu menginvasi
sel parekim hepar. Hal tersebut berlangsung hingga membentuk daerah foki nekrosis
yang lebih luas dibatasi dengan sel parekim hepar yang sehat (Sasmita, 2006).
serius pada kehidupan (Martini, 1992). Gangguan kecil pada fungsi hepar dapat
dengan cepat menyebabkan perubahan umum baik secara patologi anatomi maupun
histologinya. Kelainan hepar yang bersifat lokal, sering ditemukan sebagai hasil dari
perlawanan organ terhadap mikroorganisme dan parasit yang masuk melalui absorbsi
ilmiah kepada masyarakat mengenai rute penularan dan kerusakan hepar akibat
1.6 Hipotesis
2.1.1 Klasifikasi
Phylum : Apicomplexa
Class : Sporozoa
Ordo : Eucoccidia
Famili : Sarcocystidae
Genus : Toxoplasma
2.1.2 Morfologi
dalam tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan
ookista (berisi sporozoit). Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung
yang runcing dan ujung lain agak membulat (Gambar 2.1). Ukuran panjang 4-8
mikron, lebar 2-4 mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di
tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti ribosom, nukleus, komplek
Takizoit dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari infeksi.
Bila infeksi menjadi kronis takizoit dalam jaringan akan membelah secara lambat
dan disebut bradizoit (Gambar 2.3). Bradizoit atau kista ini adalah bentuk kedua
dari Toxoplasma gondiiyang dibentuk di dalam sel hospes definitif dengan ukuran
yang berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa bradizoit dan
ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh
hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot
bergaris. Di otak bentuk kista lonjong atau bulat, tetapi di dalam otot bentuk kista
mengikuti bentuk sel otot (Sasmita, 2006 ; Gandahusada, 2004). Keberadaan kista
dibuktikan paling cepat 4-8 hari pascainfeksi di dalam jaringan hewan coba
(Sasmita, 2006). Kista jaringan (dahulu disebut pseudokista) bersifat infektif bila
tertelan oleh kucing (menyebabkan stadium seksual dalam usus dan produksi
ookista) atau bila termakan oleh hewan lain akan dihasilkan lebih banyak lagi
kista jaringan (Jewetz et al., 2008). Kista dapat bertahan selama beberapa bulan
atau tahun bahkan seumur hidup dan dapat bertahan beberapa hari pada hospes
x 11-14 µm akan keluar bersama feces. Ookista akan menghasilkan dua sporokista
2011). Ookista keluar bersama tinja dan puncak produksi ookista antara hari
kelima dan kedelapan setelah infeksi. Ookista dihasilkan tinja dalam tujuh sampai
Nama Toxoplasma gondii berasal dari dua suku kata, yaitu toxon (bahasa
Yunani) yang berarti busur (bow) yang mengacu pada bentuk sabit (crescent
shape) dari takizoit, nama gondii berasal dari kata Ctenodactylus gondii, seekor
rodensia dari Afrika Utara dimana parasit tersebut untuk pertama kali diisolasi
(ekstraintestinal) (Gambar 2.5). Siklus hidup secara seksual dan aseksual terjadi
pada hospes definitif, sedangkan pada mamalia atau hospes antara hanya
10
organisme berkembang dengan membelah diri pada hospes definitif yaitu pada
menembus sel epitel dan tumbuh menjadi trofozoit. Inti trofozoit membelah
daur seksual.
utama yaitu kucing dan sebagainya, yang berperan besar dalam penularan
toxoplasmosi pada hewan maupun manusia (Dubey dkk., 1998). Siklus hidup
kromosom haploid (Robert and Janovy, 2000). Merozoit masuk ke dalam sel
ookista, yang akan dikeluarkan bersama tinja kucing. Di luar tubuh kucing,
Bila ookista tertelan oleh mamalia seperti domba, babi, sapi dan tikus serta ayam
atau burung, maka di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi daur aseksual
11
terinfeksi maka berbagai stadium seksual di dalam sel epitel usus akan terbentuk
lagi. Jika hospes perantara yang dimakan kucing mengandung kista Toxoplasma
gondii, maka masa prepatennya 2 -3 hari. Tetapi bila ookista tertelan langsung
oleh kucing, maka masa prepatennya 20-24 hari. Dengan demikian kucing lebih
mudah terinfeksi oleh kista dari pada oleh ookista (Cox, 1982; Levine, 1990).
2.1.4 Penularan
atau melalui media utama, terjadi apabila manusia memakan daging mentah atau
kurang matang yang mengandung kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan
vektor lalat, kecoa, tikus dan melalui tangan yang tidak bersih. Tikus dan burung
sebagai hospes perantara yang merupakan binatang buruan kucing serta sejumlah
12
vektor seperti kecoa dan lalat yang dapat memindahkan ookista dari feses kucing
ke makanan. Ternak domba, sapi, babi, ayam dan kuda terinfeksi Toxoplasma
gondiikarena pakan dan air minum yang tercemar ookista dari feses kucing (Seitz,
2009).
sayuran dan buah-buahan serta bahan makanan lain yang terkontaminasi oleh
tanah yang mengandung ookista infektif dan apabila termakan akan menular ke
janin bila dalam keadaan bunting (Soedarto, 2008).Infeksi juga terjadi apabila di
lainnya yang terkontaminasi dengan Toxoplasma gondii. Selain itu Susanto dkk
(2008) juga menyatakan transplantasi organ, transfusi darah dan leukosit dari
terjadi secara vertikal atau kongenital melalui plasenta dari induk ke janin sewaktu
dalam kandungan atau diperoleh setelah lahir (Robert dan Janovy, 2000).
2.1.5 Patogenesis
proses yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, yaitu Toxoplasma gondiiyang
tertelan melalui makanan akan menembus epitel usus dan difagositasis oleh
Toxoplasma gondii akan menyerang seluruh sel berinti, membelah diri dan
menimbulkan lisis, sel tersebut didestruksi akan berhenti bila sel hospes telah
dilindungi oleh antibodi. Pada susunan syaraf dan mata, antibodi tidak dapat
13
masuk karena ada sawar (barier) sehingga destruksi akan terus berlangsung.
terjadi infeksi. Tahap ketiga merupakan fase kronik, kista terbentuk dan menyebar
dasarnya takizoit dapat menginfeksi hampir semua jenis set berinti berbagai jenis
hewan dan manusia bahkan juga insekta (Black dan Bootfiroyd, 2000; Hakansson
et al., 2001). Walaupun demikian, terdapat beberapa jenis sel dan organ yang
dominan diinfeksi oleh takizoit. Dominasi sel dan jaringan yang diinfeksi oleh
takizoit sangat ditentukan oleh rute infeksi dan jenis hospesnya (Subekti dan
Arrasyid, 2006).
antaranya adalah hepar, ginjal, otak, otot skeletal, diafragma, jantung, limpa, paru-
paru, kelenjar limfe mesenterik maupun perifer (Dubey et al., 1998 ; Mordue et
sedangkan infeksi yang paling berbahaya yaitu infeksi kongenital karena dapat
cacat. Toksoplasmosis juga dapat berbahaya terutama ada penderita AIDS yang
14
dapat menyebabkan kematian yang tinggi karena ensefelitas (Robet dan Janovy,
2002).
yang berat akibat menelan oosista akan mengakibatkan lesi pada usus sampai
terjadi kematian pada anak kucing atau hewan lain, sedangkan pada manusia
degenerasi sel pada parenkim hepar. Selama stadium akut parasit (takizoit) akan
mengalami replikasi dengan cepat dan siap mengadakan invasi serta melisiskan
Bentuk sub akut merupakan kelanjutan infeksi yang bersifat akut, dan
merupakan infeksi yang lebih nyata akibat kerusakan sistem saraf pusat serta
jaringan. Takizoit secara terus menerus akan merusak sel sehingga menyebabkan
kerusakan secara ekstensif pada paru-paru, hepar, jantung, otak, mata, dan
diperkirakan kerusakan juga terjadi di sistem saraf pusat karena sistem kekebalan
kista tersebut diduga karena adanya kekebalan humoral yang memicu terjadi kista
jaringan di dalam otak dengan disertai respons kekebalan seluler yang mengontrol
klinis yang nyata sehingga biasanya infeksi ini bersifat asimtomatik. Kista yang
15
dibebaskan dari kista yang pecah selama infeksi kronis akan menginfeksi sel-sel
baru dan dapat terjadi dalam periode yang lama (Robert dan Janovy, 2000).
kemudian terjadi nekrosis fokal pada organ lain (Dubey, 1999). Kista Toxoplasma
penghancuran atau kematian sel tubuh (lokus nekrosis) dan dari tempat ini pula
Penyebaran takizoit sampai pada organ yang jauh disebabkan oleh dua
faktor, pertama gerakan aktif dari takizoit maupun gerakan pasif dengan
dengan uji serologis prevalensinya tinggi. Hal ini diduga berkaitan dengan
virulensi parasit, kerentanan hospes terhadap infeksi, umur dan imunitas hospes
(Hartanti, 2011). Garis besarnya sesuai dengan cara penularan dan gejala
kongenital sebagian besar asimtomatis atau tanpa gejala. Keduanya dapat bersifat
16
akut dan kemudian menjadi kronik atau laten. Gejala yang nampak sering tidak
menimbulkan gejala. Tetapi bila seorang ibu yang sedang hamil mendapat infeksi
anak-anak umumnya ringan. Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada
toksoplasmosis dapatan adalah limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dan
gondiibiasanya tidak menunjukkan gejala klinis (Robert dan Janovy, 2000). Pada
2011).
bening daerah leher bagian belakang dan akan terjadi keradangan berbagai organ
17
makulopapuler yang mirip kelainan kulit, sedangkan pada jaringan paru dapat
Menurut Robert dan Janovy (2000), infeksi sub akut merupakan kelanjutan
dari infeksi akut, infeksi yang lebih nyata akibat kerusakan sistem saraf pusat
serta jaringan. Takizoit terus menerus akan merusak sel sehingga menyebabkan
kerusakan secara ekstensif pada paru, hepar, jantung, otak, mata dan diperkirakan
kerusakan juga terjadi di sistem saraf pusat karena sistem kekebalan pada jaringan
ini rendah.
2.1.7 Diagnosis
gejala sulit ditentukan karena gejala klinis yang asimtomatis atau tidak khas,
pengobatan memerlukan waktu lama, mahal dan kemungkinan efek toksik pada
tinja, jaringan otak, otot, air liur dan darah (Gandahusada, 2000; Sasmita, 2006).
atau jaringan berasal dari hewan coba yang diinkolasi dengan bahan infektif . Hal
ini lebih dijelaskan oleh Jewetz et al., (2008) pemeriksaan melalui spesimen dapat
18
coat dari sampel yang diberi heparin), sputum, sumsum tulang, cairan
serebrospinalis dan eksudat (materi biopsi dari kelenjar getah bening, tonsil dan
otot lurik) serta cairan ventrikel (pada infeksi neonatus) mugnkin diperlukan.
mendeteksi antibodi antara lain Complement Fixation Test (CFT), metode tes
warna Sabin dan Fielsmann, Emzyme Linked Immuno Sorbent Assay (ELISA),
antigennya dalam darah dan organ tubuh dapat dipergunakan tes Sabin-Fieldmann
jaringan tubuh seperti otot skelet, otot jantung, otak, limfogalndula mesenterika
dan mata. Parasit juga mugnkin ditemukan pada pemeriksaan langsusng atau
isolasi darah penderita, air liur, sputum, tinja, cairan serebrospinal dan cairan
amnion (Sasmita, 2006). Menurut Robert dan Janovy (2000), Montoya dan
Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mendeteksi asam nukleat (DNA), cara
hibridisasi dot blot yang spesifik juga dapat digunakan, karena selain sederhana,
19
2.2 Intravaginal
2.2.1 Pengertian
saluran reproduksi, hal ini dapat melalui kontak seksual atau kawin alam ataupun
organ. Seperti yang telah Arantes dan Lopes pelajari tentang inseminasi buatan
secara seksual pada anjing domestik dan domba jantan (Arantes et al., 2009 ;
secara seksual dengan menembus ke aliran darah dan menyebar dalam tubuh host.
Dalam siklus hidup Toxoplasma gondii, setelah parasit termakan dan terjadi
proliferasi takizoit selama tahap akut, parasit biasanya terlokalisasi pada organ
yang berbeda (Sharfian et al., 2003 ; Zare et al., 2006 ) termasuk organ reproduksi
laki-laki dan perempuan dari host intermediate (Martinez et al., 1996 ; Nistal et
al., 1986 ; Barreto et al., 2008 ; De Paepe et al., 1990 ; Crider et al., 1988 ;
Haskell et al., 1989 ; Suresh et al., 2007) dalam Dalimi et al. (2013). Hal ini
20
Toxoplasma gondiidapat menular melalui jalur seksual pada tikus (Dass et al.,
semen dari tikus jantan yang terinfeksi delapan minggu pasca-infeksi.Kista juga
diamati pada vagina tikus betina 12 jam setelah kawin dengan tikus jantan yang
terinfeksi danmengakibatkan infeksi pada tikus betina. Selain itu, kista parasit
itu, perbandingan perilaku kawin pada tikus yang terinfeksi dan tidak terinfeksi
dari hewan yang terinfeksi dengan manipulasi perilaku birahi atau manipulasi
hormonal, ini berarti bahwa tikus betina tidak terinfeksi disukai oleh tikus jantan
vagina, dari vagina protozoa akan bermigrasi menuju uterus melewati servix dan
setelah itu Trichomonas sp. dapat menghilang dari vagina atau menetap di dalam
ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Takizoit di dalam tubuh induk semang
21
menembus sel dan membelah diri secara endodiogeni. Pembelahan ini terjadi
setiap 4-5 jam disemua tipe sel dan pada akhirnya akan mengakibatkan kerusakan
dan nekrosis pada sel (Stickland, 1991; Suwanti dkk., 1999; Sasmita, 2006).
vaskularisasi ganda, yaitu dari vena porta dan venahepatika. Melalui vena porta
masuk darah yang berasal dari saluran pencernaandan organ abdomen lain yaitu
nutrisi yang baru diserap dan siap untuk diproses lebih lanjut oleh hepar (Lilis,
2008). Takizoit mulai menginvasi sel parekim hepar dimulai dari penetrasi dari
usus menuju organ hepar melalui pembuluh darah vena sentralis mekanisme
kerusakan pada hepatosit mulai dari takizoit menginvasi sel parekim hepar dan
2.3 Hepar
2.3.1 Pengertian
bagi kehidupan. Hepar terletak pada bagian paling kranial dari abdomen tepat di
karena mensekresi cairan empedu yang dialirkan ke dalam duodenum. Selain itu
juga merupakan kelenjar endokrin dan penyaring darah. Hepar mempunyai fungsi
antara lain pembentukan dan sekresi empedu, metabolisme kolestrol dan lemak
detoksifikasi berbagai macam obat dan racun dan membersihkan bakteri dalam
22
Hepar mencit terdiri dari 4 lobus yang menyatu pada bagian dorsal, yaitu
lobus median yang dibagi menjadi kiri dan kanan oleh bifurkatio, lobus lateral
kiri, lobus lateral kanan yang dibagi secara horisontal menjadi anterior dan
posterior dan lobus kaudal yang terdiri dari bagian dorsal dan ventral (Harada et
al., 1999). Organ ini diselubungi oleh kapsula fibrosa yang dilindungi peritoneum
visceral (Martini, 1992). Lobus hepar terdiri dari banyak unit fungsi hepar yang
disebut lobulus. Tiap lobulus terdiri dari prisma polihedral jaringan hepatika yang
Lobulus berisi sel epitel khusus yang disebut hepatosit yang tersusun tidak teratur,
(Gambar 2.5). Pada kapiler terdapat celah garis endotel yang disebut sinusoid
yang merupakan tempat perlintasan darah. Pada sinusoid terdapat sel fagositosis
yang disebut sel Kuppfer yang berfungsi menghancurkan leukosit dan sel darah
merah yang rusak, bakteri dan benda asing lain pada aliran pembuluh darah vena
dari traktus gastrointestinalis (Tortora, 2005). Lobulus hepar dibagi menjadi tiga
portal dibentuk oleh kira-kira tiga sampai enam lobulus (Frappier, 1998).
23
Gambar 2.6 Histologi Hepar.Vena sentralis (a), sinusoid (b), hepatosit (c) dan sel
endotel (d). Sumber: Dellmann dan Eurell (2006).
Perbandingan aliran darah ke parenkim sama dengan bagian hepar lainnya. Bila
aliran darah dan saluran empedu rusak pada salah satu bagian, parenkim dari
terjadinya gangguan serius pada kehidupan (Martini, 1992). Gangguan kecil pada
fungsi hepar dapat dengan cepat menyebabkan perubahan umum baik secara
patologi anatomi maupun histologinya. Kelainan hepar yang bersifat lokal, sering
24
2.4 Mencit
mencit liar. Banyak keunggulan yang dimiliki oleh mencit sebagai hewan
percobaan, yaitu memiliki keasaan fisiologis dengan manusia, siklus hidup yang
relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifatnya tinggi dan
Menurut Jordan dan Vena (1980) dalam Ayu, 2012 klasifikasi mencit
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
25
Mencit membutuhkan makanan setiap hari sekitar 3-5 g dan air minum
berkisar 4-8 ml. Mencit (Mus musculus) dewasa memiliki berat badan sekitar 20-
40 g pada hewan jantan, sedangkan pada hewan betina 18-35 g (Smith et al.,
1998).
Mencit merupakan salah satu hewan coba yang sangat peka terhadap
Toxoplasma gondii. Pada mencit bentuk takizoit dapat membelah diri secara aktif,
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang mencit untuk
tempat pemeliharaan berupa dua buah kandang dari bahan plastik beserta penutup
untuk insisi dan pembuatan sedian histopatologi meliputi, gunting bedah, skapel
steril, pinset steril, object glass, cover glass, karton sebagai alas pada saat
26
27
pembedahan, penjepit, pot kecil sebagai tempat penyimpan organ, kamera dan
mikroskop.
(Mus musculus) galur Balb/c betina umur 2-3 bulan. Mencit dengan umur tersebut
Mencit yang digunakan mempunyai berat badan antara 20-25 gram untuk
Yani 68-70 Surabaya.Mencit yang dipilih adalah mencit yang sehat dengan ciri-
ciri bulu bersih bercahaya, mata jernih bersinar, tingkah laku normal dan berat
Besar sampel yang akan digunakan ditentukan dengan rumus Federer dalam
sesuai dengan rumus penentuan jumlah sampel oleh Kusriningrum (2008), yang
t ( n – 1 ) ≥ 15
Keterangan :
t : Jumlah perlakuan
n : Jumlah ulangan
dimasukkan ke dalam dua buah kandang dengan setiap kandang berisi sembilan
ekor mencit kemudian selama satu minggu diadaptasikan dalam kandang plastik
28
beserta tutup kawat ram dengan hanya memberi pakan berupa pellet dan minum
secara ad libitum agar dapat menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan yang
baru, pakan dan minum diberikan secukupnya pagi dan sore hari selain itu
gondii dilakukan pada dua ekor mencit Balb/c berumur berat badan 20-25 gram
intraperitoneal dengan dosis injeksi1 x 10³ takizoit tiap mencit. Takizoit dipanen
Cervicalis I dan II, kemudian dilakukan insisi pada bagian abdomen, lalu kulit
hasil panen diencerkan dengan NaCl fisiologis dalam mikrotube. Hasil dari
29
Sehari setelah proses adaptasi, ke-18 ekor mencit betinasehat dibagi secara
menggunakan cara dislokasi pada antara os. Cervicalis I dan II, kemudian mencit
30
hepar mencit yang digambarkan oleh degenerasi dan nekrosis dari masing-masing
perlakuan. Pengamatan pada lima lapang pandang yang berbeda. Dimulai dari
sudut kiri, kanan, bagian atas, bagian bawah dan bagian tengah dari preparat
skoring dari Mordue, 2001 yang telah dimodifikasi yaitu dengan cara mengamati
satu lapang pandang yang dibagi menjadi 4 bagian, jika satu bagian terdapat satu
sel yang mengalami degenerasi atau nekrosis, maka bagian yang diamati tersebut
diberi skor 1, jika degenerasi atau nekrosis yang terjadi pada dua bagian dari satu
lapang pandang tersebut, maka bagian tersebut diberi skor 2, jika degenerasi atau
nekrosis terjadi pada ketiga bagian dari satu lapang pandang tersebut, maka
bagian tersebut diberi skor 3, jika pada keempat bagian tersebut terdapat
degenerasi atau nekrosis, maka satu lapang pandang tersebut diberi skor 4.
31
Nilai kerusakan hepar mencit yang berupa degenerasi yaitu terjadi proses
penimbunan atau akumulasi cairan atau zat lain dalam organel seldan nekrosis
yang meliputi perubahan morfologi pada inti sel berupa piknotis, karioreksis dan
Jenis kelamin mencit, umur mencit, berat mencit, strain mencit, pakan, air
minum, strain mencit BALB/c dan kandang mencit beserta penutup jala kawat.
32
terhadap 18 ekor mencit betina yang terbagi dalam dua perlakuan (t=2) dan tiap
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) karena hanya ada satu sumber
Data yang diperoleh berupa data semi kuantitatif yaitu metode analisis
risiko yang menggunakan angka skala untuk setiap kategori kualitatif atau skor
(Lampiran 2). Data hasil yang diperoleh berupa skor nilai dari tingkat perubahan
gambaran histopatologi hepar mencit disusun dalam bentuk tabel untuk kemudian
33
P0 : Diberi Nacl 20 µl sebagai Kontrol secara P1 : Diinfeksi Takizoit Toxoplasma gondii1 x10³
intravagina dengan menggunakan mikro pipet secara intravagina dengan menggunakan mikro pipet
Pembuatan Preparat
Analisis Data
Gambaran histopatologi hepar mencit normal dapat dilihat pada Gambar 4.1
berikut.
34
35
berupa degenerasi hepatosit. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4.1,
Tabel 4.1 Gambaran histopatologi hepar terhadap tingkat degenerasi pada setiap
perlakuan mencit (Mus musculus).
P0 1,3778ª±0,15635
P1 2,9111b ± 0,33333
Keterangan :
P0 =20 µl/ekorNaCl fisiologis steril secara intravagina
P1 = 20 µl/ekortakizoit Toxoplasma gondiiberisi 2 x 10³ secara intravagina
dengan menggunakan mikropipet
perbedaan yang nyata dalam histopatologi hepar mencit berupa degenerasi untuk
analisis statistik dengan uji Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat hasil
pewarnaan H.E pembesaran 400x dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut.
36
P0
P1
37
mengandung vakuola jernih yang merupakan bentukan lemak, air atau glikogen.
Vakuola jernih ini dapat mendesak inti sel ke pinggir yang tampak pada
pemeriksaan mikroskopis.
P1
berupa droplet atau vakuola lemak yang berwarna bening, ukuran bervariasi bisa
lebih dari satu vakuola dalam satu sitoplasma sehingga inti sel bergeser.
38
berupa nekrosis hepatosit. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4.2, Gambar
Tabel 4.2 Gambaran histopatologi hepar terhadap tingkat nekrosis pada setiap
perlakuan mencit (Mus musculus).
P0 1,1778a ±0,15635
P1 2,3778b ± 0,61192
perbedaan yang nyata dalam histopatologi hepar mencit berupa nekrosis untuk
analisis statistik dengan uji Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat hasil
pewarnaan H.E pembesaran 400x dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut.
39
P0
P1
40
dengan pewarnaan H.E pembesaran 1000x dapat dilihat pada Gambar 4.7 berikut.
BAB 5 PEMBAHASAN
berupa degenerasi dan nekrosis pada hepatositmencit (Mus musculus). Hasil skoring
hepatosit. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kerusakan yang
perbedaan yang nyata pada degenerasi dan nekrosis pada kelompok P1, karena nilai
skoring pada kelompok P1 terjadi perubahan yang sangat signifikan pada kedua aspek
organ hepar adalah melalui vagina menuju ke uterus, disekitar uterus terdapat banyak
dahulumelalui vena porta dimana jantung sebagai organ utama sirkulasi darah,
sebagian besar aliran darah dari jantung mengalir melalui pembuluhdarahdari usus
dan lien kemudian dikumpulkan oleh vena porta (pembuluh gerbang) mengalir ke
hepar dan dari hepar melalui vena hepatika ke kava inferior, di dalam hepar, vena ini
41
42
arteria hepatika. Arteri ini mengantarkan darah dari aorta ke hepar dan menjelajahi
seluruh organ ini, siklusini disebut sistem siklus porta, dari jalur inilah takizoit
berinti, membelah diri dan menimbulkan lisis, sel tersebut didestruksi akan berhenti
bila sel hospes telah dilindungi oleh antibodi(Chahaya, 2003). Infeksi ini bersifat
akut, sehingga menyebabkan degenerasi sel pada parenkim hepar dan selama stadium
akut parasit (takizoit) akan mengalami replikasi dengan cepat dan siap mengadakan
invasi serta melisiskan sel hospes(Gandahusada, 2000; Roberts dan Janovy, 2000).
Hepatosit di zona satu (sekitar portalis) adalah zona paling dekat dengan
sumber pasokan darah, semakin jauh dari portal pasokan oksigen akan semakin
mudah mengalami jejas dan nekrosis. Apabila darah dari vena portal banyak
membawa racun/toksin, maka zona pertama yang paling dekat dengan sumber
pasokan darah yang pertama kali terkena zat toksit tersebut sehingga kerusakan sel
haliniterjadikarenamekanismedimulaidaripemberianinfeksisecaraintravagina,
43
leukosit yang menyebar ke berbagai jaringan melaui aliran darahbergerak dari tempat
organ yang dilewati oleh sistem sirkulasi darah, termasuk hepar,namun pada
penelitian ini belum ditemukan fase bradizoit atau kista Toxoplasma gondii hal
merupakan tipe paling patogenik dan mampu mengakibatkan kematian secara cepat
pada mencit yang diberi dosis rendah. Toxoplasma gondii tipe RH juga memiliki
kemampuan menyebar ke dalam jaringan yang memiliki inti sel dan mampu
bermigrasi secara cepat dari jaringan ke jaringan, setelah mencapai pada organ hepar,
takizoit akan dapat menembus dinding hepatosit, kemudian akan merusak organel
disertai perubahan morfologis akibat jejas nonfatal pada sel atau sebagai reaksi sel
terhadap jejas yang masih reversible. Bentuk perubahan degeneratif sel adalah
pembengkakan sel, penimbunan lipid intrasel dan partikel yang lain (Arimbi dkk,
ditandaidenganseltampakmembengkak, halinikarenaseltidakmampumempertahankan
44
menunjukkanbahwaselmengalamidegenerasimelemakberupa droplet
ukuranbervariasidanbilaterdapatvakuoladenganjumlah yang
terjadi karena asam lemak sampai ke hepar melalui plasma dalam dua bentuk yaitu
trigliserida dari sel penyimpanan lemak dan dari usus. Beberapa faktor kerusakan
pada sistem sintesa atau sekresi seperti karena adanya gangguan hepar, hepatotoksin,
degenerasi sel tetapi tidak signifikan dibanding dengan perubahan yang terjadi pada
kelompok perlakuan P1. Terjadinya degenerasi ini akibat adanya jejas atau infeksi
pada Gambar 4.6. Nekrosis adalah kematian sel atau jaringan yang bersifat
irreversibel pada organisme hidup dan nekrosis merupakan proses patologis yang
45
sering disebabkan oleh faktor eksternal (misalnya infeksi, racun, dan trauma) ke sel
terjadi pada usus dan limfoglandula mesenterika, kemudian terjadi nekrosis fokal
pada organ lainnya termasuk hepar.Mekanisme terjadinya nekrosis terjadi pada saat
jaringan mengalami hipoksia atau masuknya benda asing yang dianggap racun maka
mitokondria akan mengalami luka sehingga mengakibatkan ATP turun dan pomp Na +
dan K+ terganggu. Na+ masuk sel yang mengakibatkan lisosom pecah, mengeluarkan
ditandaidenganterjadipenggumpalankromatindannukleus,
sehinggaintiseltampaklebihpadatdanberwarnagelaphitam.
Karioreksisditandaidenganmembrannukleusrobekdanintiselhancur,
sehinggaterjadipemisahankromatindanmembentukfragmendanmenyebabkanmaterikro
kemudianintiselmeleburataulisis.
46
kelompok perlakuan P0 juga terdapat nekrosis sel tetapi tidak signifikan dibanding
dengan perubahan yang terjadi pada kelompok perlakuan P1. Hal ini membuktikan
sistem darah di limfosit, makrofag dan berada bebas dalam plasma dan dapat
endodyogeny dan replikasi tersebut, menyebabkan nekrosis sel ketika menyerang sel
akan dihancurkan dan dihilangkan dengan tujuan membuka jalan bagi proses
perbaikan oleh sel-sel regenerasi (terjadi resolusi) atau digantikan dengan jaringan
parut. Dampak dari nekrosis yang terjadi pada hepatositadalah hilangnya fungsi
daerah yang mati, dapat menjadi fokus infeksi dan menjadi media pertumbuhan yang
baik untuk bakteri tertentu, peningkatan kadar enzim tertentu akibat kebocoran sel,
pada kelompok perlakuan P0 ini juga terjadi pada perlakuan P1 yaitu terdapat
degenerasi dan nekrosi pada hepatosit, tetapi tidak dominan terjadi seperti pada
47
perlakuan P1. Perubahan gambaran histopatologis yang ada pada perlakuan P0 terjadi
hepatositjuga terjadi pada kelompok kontrol namun tidak termasuk dalam kejadian
patologi karena dalam keadaan normal nekrosis juga terjadi. Hal ini karena secara
normal sel dalam tubuh melepaskan senyawa oksidatif yang memungkinkan kejadian
nekrosis pada sel, organ dan jaringan tubuh makhluk hidup dan akibat paparan
patologis selain Toxoplasma gondii seperti pemberian air minum dan pakan yang
terkontaminasi bakteri, spora jamur dan mikroba lainnya selama penelitian (Kasno,
2003)
virus lain dari pakan atau minum yang diberikan sebelumnya sehingga berpengaruh
terhadap gambaran mikroskopis pada beberapa organ yang diamati, termasuk hepar.
6.1 Kesimpulan
dapatditarikkesimpulanbahwainfeksiToxoplasma
gondiimelaluiintravaginamerupakanjalurpenularantoksoplasmosis, hal
signifikanpadaheparmencit
(Musmusculus)berupadegenerasidannekrosispadaselhepatositdanjugadenganadany
abeberapatakizoitToxoplasmagondiipadahepatosit.
6.2 Saran
dapatdiuraikanadalahsebagaiberikut :
1) PerludilakukanpenelitianlebihlanjutmengenaidosisinfeksitakizoitToxoplas
ma gondiiyang berbedamelaluiintravagina.
2) PerludilakukanpenelitianterhadappengaruhinfeksiToxoplasma
48
RINGKASAN
pembimbing skripsi utama danIbuProf. Dr. Nunuk Dyah Retno L, drh., M.S.
percobaan sangat praktis untuk penelitian kuantitatif, karena sifatnya yang mudah
berkembangbiak, selain itu mencit juga dapat digunakan sebagai hewan model
meningkat…?
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2015. Hewan
coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit betina sebanyak 20 ekor
yang dibagi secara acak menjadi dua perlakuan dengan 10 ulangan. Perlakuan
terdiri dari kontrol (P0) dan perlakuan (P1) dengan dosis hormone kombinasi
PMSG dan HCG 5 IU, 2 batang rokok sehari pada setiap kelompok. Setelah diberi
49
50
selainitupadasalahsatuujicobalainnyamembuktikanbahwatoksoplasmosisdapatditul
Penelitian ini mengunakan hewan coba mencit umur 2-3 bulan yang
51
(p<0.05).
intravaginadenganmenggunakanmikropipet.
Saran yang dapat dianjurkan agar dapat dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai dosis infeksi takizoit Toxoplasma gondii secara intravagina dan juga
DAFTAR PUSTAKA
Arantes TP, Lopes WD, Ferreira RM, Pieoni JS, Pinto VM, Sakamoto CA, Costa
AJ. 2009. Toxoplasma gondii : Evidence for the transmissiom by semen in
dogs. Exp Parasitol. 123(2):190-4.
Black, M. W and Boothroyd, J.C. 2000. Lytic cyle Toxoplasma gondii. Microbiol.
Rev. 64 : 607-623.
Burroughs, A.K. 2011. The Hepatic Artery, Portal Venous System and Portal
Hypertension: the Hepatic Veins and Liver in Circulation Failure. Royal
Free Sheila Sherlock Liver Centre, Royal Free Hospital and University
College. London, UK.
52
Dass SA, Vasudevan A, Dhuta D, Soh LJ, Sapolsky RM, Vyas A. 2011.
Protozoan parasite Toxoplasma gondii manipulates mate choice in rats by
enhancing attractiveness of males. PLoS One. 6(11).
Dellmann HD, Eurell JA. 2006. Textbook of Veterinary Histology. Ed ke-6. USA:
Blackwell Publishing.
Dyce, K. M., Sack W.O. and Wensing, C.J.G. 2002. Textbook of Veterinary
Anatomy. Edisi ke-3. Phildelphia: Saunders.
Frappier BL. 1998. Digestive System. Di dalam: Dellmann HD, Eurell JA, editor.
Textbook of Veterinary Histology. Ed ke-5. Maryland: Lippincott Williams
dan Wilkins. hlm. 164-202.
53
Hakansson, S., A.J. Charron and L.D. Sibley. 2001. Toxoplasma Evacuoles : a
two step process of secretion and fusion forms the parasitophorous vacuole.
J. EMBO. 20 : 3132-3144.
Harada T, Akiko E, Gary AB, Robert RM. 1999. Liver and Gallblader. Di dalam:
Maronpot RR, Gary AB, Beth WG, editor. Pathology of The Mouse. USA:
Cache River Press. Hlm. 119-171.
Iskandar, T., A. Husein, S. Widjajati. 2002. Pengaruh Suhu dan Pemberian Zat
Pelindung pada Viabilitas dan Identifikasi Takizoit Toxoplasma gondii.
Balai Penelitian Veteriner. Bogor.
Kasno, P.A, 2003. Patologi Hati dan Saluran Empedu Ekstra Hepatik. Semarang.
Balai Penerbit Universitas Diponegoro.
Krahenbuhl. J.L and Remington J.S., 1982. The Immunology of Toxoplasma and
toxoplasmosis. 2nd Edition. Blackwell Scientific publications. Oxford.
London. Edinburgh. Boston. Melbourne.
Kelly WR. 1993. The Liver and Biliary System. Di dalam: Jubb KVF, Peter CK
dan Nigel P, editor. Pathology of Domestic Animals. Ed ke-4. Volume ke- 2.
London: Academic Press. hlm. 319-406.
54
Levine, N. D. 1985. Protozoologi Vetriner. The Lowa State University Press. 354-
363.
Lopes WD, da Costa AJ, Santana LF, Dos Santos RS, Rossanese WM, Lopes
WC. 2009. Aspects of toxoplasma infekction on the reproductive system of
experimentally infected rams (ovis aries). J Parasitol Res.
Mordue, D.G., F. Monroy, M.L. Regina, C.A. Dinarello and L.D. Sibley. 2001.
Acute Toxoplasmosis Leads to Lethal Overproduction of Th, cytokines. J
Immunol. 167:4574-4584.
55
Nelson, R.W. and Couto, C.G. 2003. Small nimal medicine. 3rd ed. Mosby Inc. St
Louis, Missouri : 1296-1229.
Rinayanti, A., Ema, D. Dan Vera. 2014. Uji Efek Teratogenik Butanol Buah
Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] terhadap Mencit
Putih (Mus musculus). Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945.
Jakarta
Said, Mujahid. 2013. Gambaran Histopatologi Testis Mencit (Mus musculus) yang
Diinfeksi Toxoplasma gondii Stadium Takizoit Secara Oral [Skripsi].
Fakultas Kedokteran Hewan. Unversitas Airlangga. Surabaya.
Sukthana, Y., Waree, P., Pongponrantn, E., Chairsri, U. and Riganti, M. 2003.
Pathologic Study of Acute Toxoplasmosis in Experimental Animals.
Southeast Asian J Trop Med Public Health. 34 (1) : 16-21.
Susanto, I., Ismid, I. S., Sjarifudin., P. K., dan Sungkar, S. 2008. Parasitologi
Kedokteran. Edisi ke-4. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta: 162-171.
56
Suyanti, Lilis. 2008. Gambaran Histopatologi Hati dan Ginjal pada Pemberian
Fraksi Asam Amino Non-Protein Lamtoro Merah (Acacia villosa) pada
Uji Toksisitas Akut [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Tortora GJ. 2005. Principles of human anatomy. Ed ke-10. USA: John wiley &
sons, Inc.
Zaman. V and Keong. 1988. Buku Penuntun Parasitologi Kedokteran. Bina cipta,
Bandung.
Perhitunganpadaimproved neubauer
Jumlahtakizoitpadaperhitunganmenggunakanimproved
Perhitunganjumlahtakizoitpadalarutanstokuntukdilakukaninfeksipadamenci
tperlakuansecaraintraperitoneal
Jumlahmencitdiasumsikansebanyak 50 ekoruntukmempermudahperhitungan.
660
JumlahlarutanNaCluntukpengenceranlarutanatokuntukperlakuan:
gondii= 9,924,2 µl
isolatstoktakizoitToxoplasma gondii
57
sebagai berikut :
Fiksasi jaringan dengan cara merendam dalam formalin buffer fosfat10% selama
direndam dalam xylol I 5menit, dilanjutkan xylol II, III masing –masing5 menit.
58
59
60
61
NPar Tests
Descriptive Statistics
Kruskal-Wallis Test
Ranks
P0 9 5.00
DEGENERASI P1 9 14.00
Total 18
P0 9 5.22
NEKROSIS P1 9 13.78
Total 18
a,b
Test Statistics
DEGENERASI NEKROSIS
62
63
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
P0 9 5.00 45.00
Total 18
P0 9 5.22 47.00
Total 18
a
Test Statistics
DEGENERASI NEKROSIS