Anda di halaman 1dari 13

KAJIAN FILOSOFIS TENTANG KONSEP KEADILAN DARI PEMIKIRAN

KLASIK SAMPAI PEMIKIRAN MODERN

Bahder Johan Nasution


Fakultas Hukum Universitas Jambi

Abstract
Justice, since the first issue, has been the subject of study both among philosophers and among
theologians, politicians and thinkers or legal experts. However, if there are questions about justice, could
not be determined what measures are used to determine something is fair or not. Various answers about
justice usually never or rarely satisfying so that continues to be debated, so it can be concluded that the
various formulations of justice is a relative statement. This issue ultimately encourages many people
to take a shortcut by submitting formulation of justice to the legislators and judges who will formulate it
based on their own considerations.
Keywords : Philosophy, justice

Abstrak
Masalah keadilan sejak dahulu telah menjadi bahan kajian baik dikalangan ahli filsafat maupun dikalangan
agamawan, politikus maupun para pemikir atau ahli hukum. Pertanyaan tetang keadilan, tidak bisa
ditentukan ukuran yang digunakan untuk menentukan sesuatu itu adil atau tidak. Berbagai jawaban tentang
keadilan biasanya tidak pernah atau jarang yang memuaskan sehingga terus menjadi perdebatan, dengan
demikian rumusan mengenai keadilan merupakan rumusan yang relatif. Persoalan ini pada akhirnya
mendorong banyak kalangan untuk mengambil jalan pintas dengan menyerahkan perumusan keadilan
kepada pembentuk undang-undang dan hakim yang akan merumuskannya berdasarkan pertimbangan
mereka sendiri.
Keywords: Kajian Filosofis, Konsep Keadilan

A. Pendahuluan Pengertian yang demikian ini bertolak


pada pandangan tentang konsep keadilan
Pemahaman terhadap konsep keadilan
yang didasarkan pada sila Ketuhanan Yang
harus diterjemahkan dalam hubungannya dengan
Maha Esa dengan sila Kemanusiaanya yang
Pancasila, kemudian baru dikaitkan dengan
adil dan beradab. Sila Ketuhanan Yang Maha
kepentingan bangsa Indonesia sebagai bangsa
Esa menjadi dasar yang memimpin cita-cita
yang harus merasakan keadilan itu. Dalam
negara, yang memberikan jiwa kepada usaha
kaitannya dengan pengaturan hukum menurut
menyelenggarakan segala yang benar, adil dan
konsep keadilan Pancasila, pengaturan tersebut
baik, sedangkan sila Kemanusiaan yang adil
dilakukan melalui pengaturan hukum yang sifatnya
dan beradab adalah kelanjutan perbuatan dan
mengayomi bangsa, yakni melindungi manusia
pratik hidup dari dasar yang memimpin tadi.
secara pasif (negatif) dengan mencegah tindakan
Dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab
sewenang-wenang, dan secara aktif (positif)
harus menyusul, berangkaian dengan dasar yang
dengan menciptakan kondisi kemasyarakatan
pertama. Letaknya tidak dapat dipisah sebab dia
yang manusiawi dan memungkinkan proses
harus dipandang sebagai kelanjutan ke dalam
kemasyarakatan berlangsung secara wajar,
praktek hidup dari cita-cita dan amal terhadap
sehingga secara adil tiap manusia memperoleh
Tuhan Yang Maha Esa. Konsep keadilan ini tidak
kesempatan yang luas untuk mengembangkan
saja menjadi dasar hukum dari kehidupan bangsa,
seluruh potensi kemanusiaannya secara utuh.
tetapi sekaligus menjadi pedoman pelaksanaan
Pengayoman dalam hal ini berarti rasa keadilan
dan tujuan yang akan dicapai dengan hukum.
yang ada pada nurani manusia Indonesia harus
Keadilan sosial adalah langkah yang menentukan
terpenuhi. Dalam pengertian yang demikian ini
untuk mencapai Indonesia yang adil dan makmur.
konsep keadilan menurut pandangan bangsa
Indonesia diartikan sebagai suatu kebajikan atau Immanuel Kant mengungkapkan bahwa
kebenaran. keadilan yang tertinggi adalah ketidakadilan yang

118 Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014 Kajian Filosofis tentang Konsep Keadilan ...
paling besar. Dengan kata lain keadilan yang tersebut Roscoe Pound telah melansir gagasan
bersifat absolut adalah manifestasi dari wujud law as tools of social engineering, sebuah
ketidakadilan. Dalam tatanan yang tidak terlalu adagium yang telah membumi di kalangan para
dogmatis, yang antara lain mendalilkan bahwa filsuf maupun praktisi hukum dan terutama
polisi lalu lintas adalah hukum, karena kesemuanya mendapat pengaruh yang kuat di Indonesia, yang
itu kita taati, maka kita pun menemukan pengertian juga telah memprediksi kemungkinan terjadinya
keadilan dari pengertian hukum tersebut (Padmo penyimpangan dari fungsi hukum ini. Idealnya
Wahyono, 1992 : 129). Hal ini tidak jauh berbeda adalah hukum dapat dipergunakan sebagai alat
pada pemahaman yang berlaku pada sistem dalam membentuk masyarakat, tetapi berbeda
hukum common law, yang mana terdapat suatu halnya bilamana hal ini diterapkan dalam negara
paradigma pemahaman hukum oleh man on berkembang. Lazimnya, pada negara-negara
the street. Adapun pemahaman yang dimaksud berkembang adagium yang berkembang adalah
itu adalah terdapat suatu pemikiran bahwa law as tools of the ruler, sehingga dalam titik
hukum adalah pengadilan, jaksa, hakim, polisi, tertentu penyimpangan yang terjadi juga sangat
dan perangkat hukum lainnya, yang berbentuk luas. Dengan kata lain peraturan perundang-
konkrit. Lebih lanjut Padmo Wahyono menyatakan undangan adalah alat bagi para penguasa dalam
bahwa keadilan adalah masalah hidup dalam melanggengkan kepentingan-kepentingannya.
kaitannya dengan orang lain atau masalah hidup Jelas bahwa koneksitas antara hak asasi
berkelompok (Padmo Wahyono, 1992 130). manusia dengan hukum telah terjabarkan,
Di samping itu pembahasan tentang keadilan, bahwa pemerintah melalui perangkat peraturan
harus dikaitkan dengan kehidupan yang nyata, perundang-undangannya, harus menjamin
yang dikhususkan dalam hal ini keadilan dari perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia,
segi pengertian hukum, dengan hukum positif dimana hak asasi manusia dapat pula
negara kesatuan Republik Indonesia. Dimana diterjemahkan sebagai hak tertinggi, atas masing-
ditambahkan bahwa mengaitkan masalah masing individu masyarakat yang diasumsikan
keadilan dengan arti hukum, yaitu dengan setara dengan kedaulatan dari individu-individu
bersumber pada Undang-Undang Dasar Negara yang bersangkutan. Sasarannya agar perangkat
Republik Indonesia Tahun1945, berarti keadilan peraturan tersebut dapat memenuhi cita keadilan
harus terkait pada dua hal di dalam kehidupan sebagai manifestasi dari kedaulatan rakyat.
berkelompok di Indonesia yaitu; Keadilan terkait Keadilan merupakan sesuatu yang abstrak,
dengan ketertiban bernegara dan keadilan terkait berada dalam dunia sollen tumbuh secara filsafati
dengan kesejahteraan sosial. dalam alam hayal manusia, namun tidak bisa
Dari dua aspek peranan hukum sebagai alat diingkari bahwa semua orang mendambakan
dapat diperoleh gambaran tentang keadilan yang keadilan. Di dalam Ilmu hukum keadilan itu
harus ditumbuhkan, oleh karenanya terhadap merupakan ide dan tujuan hukum namun secara
produk-produk hukum yang dihasilkan, tidak jarang pasti dan gramatikal keadilan itu tidak dapat
terjadi perdebatan tentang apakah perangkat didefinisikan oleh ilmu hukum, oleh karenanya
peraturan hukum tersebut, telah dibentuk dengan keadilan harus dikaji dari sudut pandang teoritik
tolok ukur tertentu, dimana dengan menggunakan dan filosofis. Atas dasar hal tersebut dalam tulisan
parameter tersebut dapat diidentifikasi, bahwa yang singkat ini akan dibahas mengenai keadilan
sebuah perangkat hukum yang terbentuk bukan secara konseptual yang ditinjau dari sudut kajian
sekedar realisasi dari kepentingan golongan filosofis yang pembahasannya difokuskan pada:
atau perseorangan tertentu semata-mata. 1. Konsep Keadilan Menurut Pemikiran Klasik
Menurut Padmo Wahyono, dikemukakan bahwa 2. Konsep Keadilan Menurut Pemikiran Zaman
apabila hukum hanya merupakan keseimbangan Modern
daripada kepentingan-kepentingan yang ada 3. Konsep Kadilan Sebagai Ide Hukum
di masyarakat semata-mata, maka pasti yang
lemah tidak terlindungi, tolok ukur inilah yang
beliau maksudkan dengan fungsi hukum (Padmo B. Konsep Keadilan Menurut Pemikiran
Wahyono, 1992 : 131). Zaman Klasik
Dengan demikian hukum bukanlah sekedar Teori-teori yang mengkaji masalah keadilan
alat dari mereka yang kuat, atau keseimbangan secara mendalam telah dilakukan sejak jaman
kepentingan-kepentingan yang ada di masyarakat, Yunani kuno. Konsep keadilan pada masa itu,
sekalipun terjadinya mungkin demikian. Dalam berasal dari pemikiran tentang sikap atau perilaku
kaitannya dengan keadilan maka hukum harus manusia terhadap sesamanya dan terhadap alam
memiliki fungsi tertentu. Sejalan dengan pemikiran lingkungannya, pemikiran tersebut dilakukan

Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014 Kajian Filosofis tentang Konsep Keadilan ... 119
oleh kalangan filosof. Inti dari berbagai pemikiran hukum, obyek materianya adalah masalah nilai
filsafat itu terdiri dari berbagai obyek yang dapat keadilan sebagai inti dari asas perlindungan
dibagi kedalam dua golongan. Pertama obyek hukum, sedangkan obyek formanya adalah
materia yaitu segala sesuatu yang ada atau yang sudut pandang normatif yuridis dengan maksud
mungkin ada, yakni kesemestaan, baik yang menemukan prinsip dasar yang dapat diterapkan
konkrit alamiah maupun yang abstrak non material untuk menyelesaikan masalah yang timbul di
seperti jiwa atau rohani termasuk juga nilai-nilai bidang penggunaan nilai keadilan dimaksud.
yang abstrak seperti nilai kebenaran, nilai keadilan, Tentang nilai keadilan yang dimaksud terutama
hakekat demokrasi dan lain sebagainya. Kedua yang berkenaan dengan obyeknya yaitu hak
obyek forma yaitu sudut pandang atau tujuan dari yang harus diberikan kepada warga masyarakat.
pemikiran dan penyelidikan atas obyek materia, Biasanya hak ini dinilai dan diperlakukan dari
yakni mengerti sedalam-dalamnya, menemukan berbagai aspek pertimbangan politik dan budaya,
kebenaran atau hakekat dari sesuatu yang namun intinya tetap tidak berubah yaitu suum
diselidiki sebagai obyek material (Poejawijatna cuique tribuere.
dalam Muhammad Nursyam, 1998 : 45). Dari ungkapan di atas, terlihat dengan
Salah satu diantara teori keadilan yang jelas Plato memandang suatu masalah yang
dimaksud antara lain teori keadilan dari Plato yang memerlukan pengaturan dengan undang-undang
menekankan pada harmoni atau keselarasan. harus mencerminkan rasa keadilan, sebab bagi
Plato mendefinisikan keadilan sebagai “the Plato hukum dan undang-undang bukanlah
supreme virtue of the good state”, sedang orang semata-mata untuk memelihara ketertiban dan
yang adil adalah “the self diciplined man whose menjaga stabilitas negara, melainkan yang
passions are controlled by reasson”. Bagi Plato paling pokok dari undang-undang adalah untuk
keadilan tidak dihubungkan secara langsung membimbing masyarakat mencapai keutamaan,
dengan hukum. Baginya keadilan dan tata hukum sehingga layak menjadi warga negara dari
merupakan substansi umum dari suatu masyarakat negara yang ideal. Hukum dan undang-undang
yang membuat dan menjaga kesatuannya. bersangkut paut erat dengan kehidupan moral
Dalam konsep Plato tentang keadilan dikenal dari setiap warga masyarakat.
adanya keadilan individual dan keadilan dalam Pembahasan yang lebih rinci mengenai
negara. Untuk menemukan pengertian yang benar konsep keadilan dikemukakan oleh Aristoteles. Jika
mengenai keadilan individual, terlebih dahulu Plato menekankan teorinya pada keharmonisan
harus ditemukan sifat-sifat dasar dari keadilan atau keselarasan, Aristoteles menekankan teorinya
itu dalam negara, untuk itu Plato mengatakan: pada perimbangan atau proporsi. Menurutnya di
“let us enquire first what it is the cities, then we dalam negara segala sesuatunya harus diarahkan
will examine it in the single man, looking for pada cita-cita yang mulia yaitu kebaikan dan
the likeness of the larger in the shape of the kebaikan itu harus terlihat lewat keadilan dan
smaller”(The Liang Gie, 1982 : 22). Walaupun kebenaran. Penekanan perimbangan atau proporsi
Plato mengatakan demikian, bukan berarti bahwa pada teori keadilan Aristoteles, dapat dilihat dari
keadilan individual identik dengan keadilan dalam apa yang dilakukannya bahwa kesamaan hak itu
negara. Hanya saja Plato melihat bahwa keadilan haruslah sama diantara orang-orang yang sama
timbul karena penyesuaian yang memberi (J.H. Rapar, 1991 : 82). Maksudnya pada satu
tempat yang selaras kepada bagian-bagian yang sisi memang benar bila dikatakan bahwa keadilan
membentuk suatu masyarakat. Keadilan terwujud berarti juga kesamaan hak, namun pada sisi lain
dalam suatu masyarakat bilamana setiap anggota harus dipahami pula bahwa keadilan juga berarti
melakukan secara baik menurut kemampuannya ketidaksamaan hak. Teori keadilan Aristoteles
fungsi yang sesuai atau yang selaras baginya. berdasar pada prinsip persamaan. Dalam versi
Fungsi dari penguasa ialah membagi bagikan modern teori itu dirumuskan dengan ungkapan
fungsi-fungsi dalam negara kepada masing- bahwa keadilan terlaksana bila hal-hal yang sama
masing orang sesuai dengan asas keserasian. diperlukan secara sama dan hal-hal yang tidak
Pembagian kerja sesuai dengan bakat, bidang sama diperlakukan secara tidak sama.
keahlian dan keterampilan setiap orang itulah yang Aristoteles membedakan keadilan menjadi
disebut dengan keadilan. Konsepsi keadilan Plato keadilan distributif dan keadilan komutatif. Keadilan
yang demikian ini dirumuskan dalam ungkapan distributif adalah keadilan yang menuntut bahwa
“giving each man his due” yaitu memberikan setiap orang mendapat apa yang menjadi haknya,
kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. jadi sifatnya proporsional. Di sini yang dinilai
Untuk itu hukum perlu ditegakkan dan Undang- adil adalah apabila setiap orang mendapatkan
undang perlu dibuat. Dalam kaitannya dengan apa yang menjadi haknya secara proporsional.

120 Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014 Kajian Filosofis tentang Konsep Keadilan ...
Keadilan distributif berkenaan dengan penentuan yang diperolehnya secara sah dalam proses
hak dan pembagian hak yang adil dalam hubungan keadilan komutatif, maka dalam keadilan distributif
antara masyarakat dengan negara, dalam arti dasarnya atau perolehan hak tersebut semata-
apa yang seharusnya diberikan oleh negara mata timbul dari keadaan di mana seseorang itu
kepada warganya. Hak yang diberikan dapat menjadi anggota atau warga dari suatu negara.
berupa benda yang tak bisa dibagi (undivided Tidak seharusnya mereka yang bukan warga
goods) yakni kemanfaatan bersama misalnya negara memperoleh kemanfaatan kecuali dalam
perlindungan, fasilitas publik baik yang bersifat hubungan yang bersifat timbal balik terutama
administratif maupun fisik dan berbagai hak lain, di dalam hubungan internasional antar negara-
mana warga negara atau warga masyarakat dapat negara modern, sehingga seseorang asing dapat
menikmati tanpa harus menggangu hak orang pula menikmati hak-hak atau fasilitas lain dari
lain dalam proses penikmatan tersebut. Selain suatu negara yang dikunjunginya.
itu juga benda yang habis dibagi (divided goods) Mengenai persamaan ini, berkembang
yaitu hak-hak atau benda-benda yang dapat suatu pengertian bahwa persamaan bukan
ditentukan dan dapat diberikan demi pemenuhan hanya menyangkut dengan seberapa jauh
kebutuhan individu pada warga dan keluarganya, konstribusi warga negara terhadap negara
sepanjang negara mampu untuk memberikan atau sifat dari kontribusi tersebut, akan tetapi
apa yang dibutuhkan para warganya secara adil, juga telah berkembang konsep persamaan
atau dengan kata lain dimana terdapat keadilan dalam hal kemampuan, atau besar kecilnya
distributif, maka keadaan tersebut akan mendekati halangan yang dialami oleh warga negara dalam
dengan apa yang disebut keadaan dimana memberikan konstribusinya. orang-orang yang
tercapainya keadilan sosial bagi masyarakat. tidak mempunyai modal, tidak berpendidikan,
Sebaliknya keadilan komutatif menyangkut cacat tubuh dan sebagainya yang tetap menjadi
mengenai masalah penentuan hak yang adil di warga negara harus mendapat jaminan dalam
antara beberapa manusia pribadi yang setara, keadilan distributif untuk memperoleh bagian,
baik diantara manusia pribadi fisik maupun antara minimal dapat memberikan kesejahteraan hidup
pribadi non fisik. Dalam hubungan ini suatu baginya dan keluarganya. Hal ini merupakan
perserikatan atau perkumpulan lain sepanjang bagian dari prinsip hak asasi manusia yang telah
tidak dalam arti hubungan antara lembaga tersebut memperoleh pengakuan internasional. Dalam hal
dengan para anggotanya, akan tetapi hubungan yang demikian tentu saja konsep persamaan itu
antara perserikatan dengan perserikatan atau diartikan dalam bentuk yang proporsional, karena
hubungan antara perserikatan dengan manusia tidak mungkin diberikan hak-hak yang secara
fisik lainnya, maka penentuan hak yang adil aritmatik sama mengingat kontribusinya berbeda.
dalam hubungan ini masuk dalam pengertian Keadilan komutatif bertujuan untuk memelihara
keadilan komutatif. obyek dari hak pihak lain ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum,
dalam keadilan komutatif adalah apa yang sebab disini dituntut adanya kesamaan dan yang
menjadi hak milik seseorang dari awalnya dan dinilai adil ialah apabila setiap orang dinilai sama
harus kembali kepadanya dalam proses keadilan oleh karena itu sifatnya mutlak.
komutatif. obyek hak milik ini bermacam-macam Dari konstruksi konsep keadilan Aristoteles
mulai dari kepentingan fisik dan moral, hubungan tersebut, dapat ditarik benang merah bahwa
dan kualitas dari berbagai hal, baik yang bersifat keadilan distributif merupakan tugas dari
kekeluargaan maupun yang bersifat ekonomis, pemerintah kepada warganya untuk menentukan
hasil kerja fisik dan intelektual, sampai kepada apa yang dapat dituntut oleh warga negara dalam
hal-hal yang semula belum dipunyai atau dimiliki negaranya. Konstruksi keadilan yang demikian
akan tetapi kemudian diperoleh melalui cara- ini membebankan kewajiban bagi pembentuk
cara yang sah. Ini semua memberikan kewajiban Undang-undang untuk memperhatikannya dalam
kepada pihak lain untuk menghormatinya dan merumuskan konsep keadilan kedalam suatu
pemberian sanksi berupa ganti rugi bila hak Undang-undang.
tersebut dikurangi, dirusak atau dibuat tidak
Secara teorit is konsep keadilan Plat o
berfungsi sebagaimana mestinya.
berdasar pada aliran filsafat idealisme, sedangkan
Di dalam konsep keadilan distributif muncul konsep keadilan Aristoteles bertolak dari aliran
pertanyaan atau masalah tentang kapan timbulnya filsafat realisme. Filsafat Plato mendasarkan
hak tersebut dan bagaimana pembagian hak diri pada alam ide yang bersifat mutlak dan
itu, apa harus merata atau harus proporsional?. abadi. Landasan filsafatnya ialah percaya dan
Berbeda dengan keadilan komutatif yang timbul menerima sepenuhnya alam nyata sebagai
dari hak yang semula ada pada seseorang atau obyektifitas. Dalam pandangan filsafat ini alam

Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014 Kajian Filosofis tentang Konsep Keadilan ... 121
nyata diterima sepenuhnya sebagai suatu totalitas C. Pemikiran Konsep Keadilan pada Zaman
yang menjadi sumber dari segala apa yang ada Modern
(J.H Rapar, 1993 : 92). Alam nyata tersusun dan
Konsep keadilan pada jaman modern diwarnai
bertalian secara hirarkis serta membentuk suatu
dengan berkembangnya pemikiran-pemikiran
totalitas yang di dalamnya makna dan ketertiban
tentang kebebasan, antara lain munculnya aliran
dapat dicapai manusia melalui akal pikirannya.
liberalisme yaitu suatu aliran yang tumbuh di
Akal merupakan alat untuk mengetahui dan
dunia barat pada awal abab ke-XVII Masehi.
pengetahuan tersebut memberikan norma-
Aliran ini mendasarkan diri pada nilai-nilai
norma mengenai baik buruk yang berguna untuk
dalam ajaran etika dari mazhab Stoa khususnya
manusia, seperti dikatakan oleh Plato keadilan
individualisme, sanksi moral dan penggunaan
ialah susunan ketertiban dari orang-orang yang
akal. Dalam bidang politik dianut konsepsi tentang
menguasai diri sendiri (J.H. Rapar, 1993 : 102).
pemerintahan demokrasi yang dapat menjamin
Sebaliknya Aristoteles menekankan filsafatnya
tercapainya kebebasan. Tradisi liberalisme
pada kesadaran, maksudnya dalam pandangan
sangat menekankan kemerdekaan individu. Istilah
Aristoteles titik sentralnya adalah kesadaran yang
liberalisme erat kaitannya dengan kebebasan, titik
ada pada subyek yang berpikir.
tolak pada kebebasan merupakan garis utama
Gagasan Plato tentang keadilan dalam semua pemikiran liberal (Lyman Tower
ditransformasikan oleh Agustinus menjadi suatu Sargent, 1987 : 63).
konsepsi yang religius. Bagi Agustinus hakekat
Dalam konteks kebebasan tersebut, di dalam
keadilan ialah adanya relasi yang tepat dan benar
konsepsi liberalisme terkandung cita toleransi
antara manusia dengan Tuhan, oleh sebab itu
dan kebebasan hati nurani. Bagi kaum liberalis
keadilan adalah suatu yang paling hakiki dalam
keadilan adalah ketertiban dari kebebasan atau
bernegara dan keadilan itu hanya dapat terlaksana
bahkan realisasi dari kebebasan itu sendiri.
dalam kerajaan Ilahi yang merupakan gudang dari
Teori keadilan kaum liberalis dibangun di atas
keadilan. Tuhan adalah sumber keadilan yang
dua keyakinan. Pertama, manusia menurut sifat
sesungguhnya, oleh sebab itu apabila seseorang
dasarnya adalah makhluk moral. Kedua, ada
memiliki hubungan yang baik dan benar dengan
aturan-aturan yang berdiri sendiri yang harus
Tuhan maka ia akan dipenuhi oleh kebenaran
dipatuhi manusia untuk mewujudkan dirinya
dan keadilan.
sebagai pelaku moral. Berdasarkan hal ini keadilan
Konsep keadilan yang bersifat religius dari dipahami sebagai suatu ketertiban rasional yang
Agustinus kemudian diperluas oleh Thomas di dalamnya hukum alamiah ditaati dan sifat dasar
A quinas. J ik a dalam kons eps i A gus t inus manusia diwujudkan.
keadilan hanya diperoleh dalam kerajaan Ilalhi
Berbeda dengan kaum liberal, penganut
yang perwujudannya di muka bumi dijalankan
utilitarianisme menolak digunakannya ide hukum
oleh Gereja, maka Thomas Aquinas mengakui
alam dan suara akal dalam teori mereka. Konsep
adanya persekutuan lain di samping gereja
keadilan pada aliran ini didasarkan pada asas
yang bertugas memajukan keadilan yakni
kemanfaatan dan kepentingan manusia. Keadilan
negara. o leh karena it u Thomas Aquinas
mempunyai ciri sebagai suatu kebajikan yang
membedakan keadilan kepada keadilan Ilahi
sepenuhnya ditentukan oleh kemanfaatannya,
dan keadilan manusiawi, namun tidak boleh
yaitu kemampuannya menghasilkan kesenangan
ada pertentangan antara kekuasaan gereja
yang terbesar bagi orang banyak.
dan kekuasaan duniawi. Dengan demikian
konsep keadilan yang ditetapkan oleh ajaran Teori ini dikritik oleh anti utilitarianisme yang
agama, sepenuhnya sesuai dengan suara akal dipelopori oleh Dworkin dan Nozick. Menurut
manusia sebagaimana terdapat dalam hukum mereka utilitarianisme yang memperioritaskan
alam. Sahnya hukum selalu digantungkan pada kesejahteraan mayoritas, menyebabkan minoritas
kesesuaiannya dengan hukum atau keadilan atau individu-individu yang prefensinya tidak
alamiah. Definisi yang diberikan pada keadilan diwakili oleh mayoritas di dalam suatu negara
berbunyi “justitia est contstans et perpetua akan dihiraukan dan sebagai akibatnya mereka
voluntas jus suum cuique tribuendi” (keadilan dirugikan atau kehilangan hak-haknya (John
adalah kecenderungan yang tetap dan kekal Rawls, 1994 : 43). Bagi penentang utilitrian,
untuk memberikan kepada setiap orang apa keadilan menolak argumen yang menyatakan
yang menjadi haknya). Konsep justitia ini bahwa hilangnya kebebasan sebagian orang
kemudian dianggap sebagai sifat pembawaan dapat dibenarkan atas asas manfaat yang lebih
atau sudah dengan sendirinya melekat pada besar yang dinikmati oleh orang-orang lain. oleh
setiap hukum. karena itu dalam suatu masyarakat yang adil,

122 Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014 Kajian Filosofis tentang Konsep Keadilan ...
kebebasan warganegara yang sederajat tetap Dalam konteks pemikiran modern tentang
tidak berubah, hak-hak yang dijamin oleh keadilan keadilan dalam kamus Bahasa Indonesia istilah
tidak tunduk pada tawar-menawar politik ataupun keadilan berasal darik kata adil, artinya tidak
pada pertimbangan kepentingan sosial (John memihak, sepatutnya, tidak sewenang-wenang.
Rawls, 1994 : 48). Jadi keadilan diartikan sebagai sikap atau
Kritik Nozick terhadap utilitarianisme perbuatan yang adil. Di dalam literatur Inggris
adalah bahwa utilitarianisme mengorbankan istilah keadilan disebut dengan “justice” kata
kebebasan individu untuk kepentingan mayoritas, dasarnya “jus”. Perkataan “jus” berarti hukum
utilitarianesme tidak mempertimbangkan fakta atau hak. Dengan demikian salah satu pengertian
bahwa kehidupan seorang individu adalah dari “justice” adalah hukum. Dari makna keadilan
satu-satunya kehidupan yang ia miliki. Kritik ini sebagai hukum, kemudian berkembang arti
didasarkan pada pandangan politik yang dianut dari kata “justice” sebagai “lawfullness” yaitu
Nozick yang menuntut suatu komitmen ontologis keabsahan menurut hukum. Pengertian lain yang
terhadap moralitas dan organisasi sosial tertentu melekat pada keadilan dalam makna yang lebih
yang disebutnya dengan negara minimalis. luas adalah “fairness” yang sepadan dengan
Menurutnya negara minimalis ini bukan hanya kelayakan. ciri adil dalam arti layak atau pantas,
berdasarkan pada ajaran-ajaran moral tertentu, dapat dilihat dari istilah-istilah yang digunakan
akan tetapi negara itu juga merupakan ajaran dalam ilmu hukum. Misalnya “priciple of fair play”
moral. oleh karena itu apabila memiliki negara yang merupakan salah satu asas-asas umum
yang fungsinya lebih luas dan tidak terbatas hanya pemerintahan yang baik, “fair wage” diartikan
sebagai penjaga malam, serta mengutamakan sebagai upah yang layak yang sering ditemui
kepentingan mayoritas, berarti mencabut dalam istilah hukum ketenagakerjaan. Hal yang
terlalu banyak kebebasan warga negara, hal sama dikemukakan dalam konsep keadilan
itu bertentangan dengan moral dan keadilan. Aristoteles yang disebutnya dengan “fairness in
human action”, Keadilan adalah kelayakan dalam
Menurut Hampstead serangan Nozick
tindakan manusia.
terutama ditujukan kepada rumus bahwa negara
diperlukan atau merupakan alat terbaik untuk Bertolak dari peristilahan di atas, di dalam
melakukan keadilan distributif (Hampstead, 1985 literatur ilmu hukum konsep keadilan mempunyai
: 421). Terhadap ini Nozick mengatakan bahwa banyak pengertian sesuai dengan teori-teori dan
bila tiap orang memegang atau mempertahankan pengertian tentang keadilan yang dikemukakan
haknya yang diperoleh dengan sah, maka secara para ahli. Telaah pustaka menunjukkan bahwa
total distribusi dari hak-hak itu juga adil. Dalam masalah keadilan sejak dahulu telah menjadi
keadaan yang demikian sudah barang tentu bahan kajian baik dikalangan ahli filsafat maupun
tidak ada tempat bagi negara melakukan campur dikalangan agamawan, politikus maupun para
tangan, apalagi memberi rumusan-rumusan pemikir atau ahli hukum sendiri. Akan tetapi sampai
atau prinsip-prinsip yang harus dianut dalam saat ini apabila timbul pertanyaan definisi keadilan.
distribusi hak diantara warga negara. Negara Ukuran yang digunakan untuk menentukan
cukup berfungsi sebagai penjaga malam, penjaga sesuatu itu adil atau tidak Akan timbul berbagai
terhadap usaha pencurian dan menjaga hal-hal jawaban dan jawaban itu biasanya tidak pernah
lain yang berhubungan dengan tindakan untuk atau jarang memuaskan sehingga terus menjadi
mempertahankan hak-hak warga negara. perdebatan, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa berbagai rumusan mengenai keadialn
Kelemahan teori Nozick yang kental dengan
merupakan rumusan yang relatif. Persoalan ini
warna indivudualistik dan liberal ini terletak dalam
pada akhirnya mendorong banyak kalangan untuk
penerapannya, yaitu sangat sulit untuk melakukan
mengambil jalan pintas dengan menyerahkan
kontrol baik dalam mengontrol negara minimilis
perumusan keadilan kepada pembentuk undang-
maupun dalam kegiatan masyarakat. Artinya
undang yang akan merumuskannya berdasarkan
bagaimana mengontrol para individu yang sekian
pertimbangan mereka sendiri.
banyak dalam suatu negara dan bagaimana
mengontrol kegiatan para individu di dalam D a r i s e k i a n b a n ya k p e n g e r t i a n d a n
berbagai lapangan usaha. Ini semua tidak bisa teori-teori yang dikemukakan para ahli, pada
diserahkan kepada kekuatan pasar dan kehendak umumnya menyangkut mengenai hak dan
para individu semata-mata. Teori Nozick tersebut kebebasan, peluang dan kekuasaan pendapat
juga kurang realistis karena memisahkan individu dan kemakmuran. Berbagai definisi keadilan
dari kondisi masyarakat masa kini dengan kondisi yang menunjuk pada hal di atas antara lain dapat
kapitalisme dan liberalisme yang sudah sangat dilihat dari pengertian keadilan sebagai: (The
berubah. Encyclopedia Americana, 1972 : 263)

Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014 Kajian Filosofis tentang Konsep Keadilan ... 123
1. “the constant and perpetual disposition to yang etis tentang yang adil dan tidak adil (Van
render every man his due”; Apeldoorn, 1995 : 10). Hukum menurut teori ini
2. “the end of civil society; bertujuan untuk merealisir atau mewujudkan
3. “the right to obtain a hearing and decision by keadilan. Pemikiran filsafat tentang keadilan
a court which is free of prejudice and improper ini, terutama yang dipandang dari sudut filsafat
influence”; hukum, sesuai dengan sudut pandang teori
4. “all recognized equitable rights as well as tentang tiga lapisan ilmu hukum yang meliputi
technical legal right”; dogmatik hukum, teori hukum dan filsafat hukum,
sangat bermanfaat juga pada akhirnya bagi
5. “the dictate of right according to the consent
praktek hukum. Melalui pemikiran yang mendasar
of mankind generally”;
tentang apa yang menjadi hak yang telah menjadi
6. “conformity with the principle of integrity, buah pemikiran, dari beberapa ahli filsafat mulai
rectitude and just dealing”; dari Aristoteles sampai pada ahli filsafat masa
Pengertian yang sama dikemukakan oleh kini, dapat disediakan referensi bagi pengambil
Rudolph Heimanson yang mendefinisikan keputusan untuk mengarahkan dan menjalankan
keadilan sebagai: redressing a wrong, finding fungsi pengaturan dalam praktek hukum.
a balance between legitimate but conflicting Masalah keadilan telah lama menjadi bahan
interest” (Rudolf Heimanson, 1967 : 96). Definisi kajian dan bahan pemikiran oleh para ahli filsafat,
ini menggambarkan bahwa nilai keadilan melekat para politikus dan rohaniawan, namun demikian
pada tujuan hukum. Ide keadilan dicerminkan apabila orang bertanya tentang keadilan atau
oleh keputusan yang menentang dilakukannya bertanya tentang apa itu keadilan, akan muncul
hukuman yang kejam, melarang penghukuman berbagai jawaban dan jawaban ini jarang
untuk kedua kalinya terhadap kesalahan yang memuaskan hati orang yang terlibat maupun
sama. Menolak diterapkannya peraturan hukum para pemikir yang tidak terlibat. Bebagai jawaban
yang menjatuhkan pidana terhadap tindakan mungkin akan muncul yang menunjukkan bahwa
yang dilakukan sebelum ada peraturan yang sukar sekali diperoleh jawaban umum, apabila
mengaturnya, menolak pembentukan undang- dikemukakan jawaban atau batasan tentang
undang yang menghapus hak-hak dan harta keadilan oleh suatu masyarakat maka akan
benda seseorang. Teori lain yang menyatakan terdapat semacam jawaban yang sangat beragam,
bahwa keadilan melekat pada tujuan hukum sehingga dapat dikatakan bahwa berbagai
dikemukakan oleh Tourtoulon yang dengan tegas rumusan tentang keadilan merupakan rumusan
menyatakan “lex injusta non est lex” yaitu hukum yang bersifat relatif. Kesulitan tersebut mendorong
yang tidak adil bukanlah hukum. sebaliknya ide orang terutama kaum positivis untuk mengambil
keadilan itu menuntut pemberian kepada setiap jalan pintas dengan menyerahkan perumusan
orang hak perlindungan dan pembelaan diri keadilan pada pembentuk undang-undang yang
(Radbruch dan Dabin, 1950 : 432; Paul Siegart, akan merumuskannya pada pertimbangan sendiri.
1986 : 22). Pemikiran keadilan dalam hubungannya
Pada dasarnya makna dari suatu pengertian dengan hukum sejak lama sudah dikemukakan
atau definisi k eadilan berupaya memberi oleh Aristoteles dan Thomas Aquinus dengan
pemahaman untuk mengenal apa itu keadilan. mengatakan sebagai berikut (Radbruch dan
Dari definisi tersebut akan diketahui ciri-ciri suatu Dabin, 1950:432): Justice forms the substance
gejala yang memberi identitas atau tanda tentang of the law, but his heterogeneous substance
keadilan. Akan tetapi tugas untuk menjelaskan is composed of three elements: an individual
keadilan, sifat dasar dan asal mula keadilan, element: the suum cuiquire tribuere (individual
atau mengapa suatu gejala tertentu disebut justice): a social element: the changing fundation
keadilan bukan merupakan tugas definisi keadilan, of prejudgments upon which civilization reposes at
melainkan hanya dapat diterangkan dengan any given moment (social justice), and a political
bantuan teori keadilan. element, which is based upon the reason of the
strongest, represented in the particular case by the
state (justice of the state). Hal ini menunjukkan ada
D. Prinsip Keadilan Sebagai Ide Hukum
pengaruh timbal balik antara hukum dan keadilan,
Dalam berbagai literatur hukum banyak teori- yaitu bahwa hukum diciptakan berdasarkan nilai-
teori yang berbicara mengenai keadilan. Salah nilai atau kaidah-kaidah moral yang adil, yang
satu diantara teori keadilan itu adalah teori etis, sudah ada terlebih dahulu dan yang telah hidup
menurut teori ini hukum semata-mata bertujuan dalam masyarakat, jadi tugas pembentuk undang-
keadilan. Isi hukum ditentukan oleh keyakinan undang hanya merumuskan apa yang sudah ada.

124 Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014 Kajian Filosofis tentang Konsep Keadilan ...
Sedangkan dilain pihak terdapat kemungkinan dari kriteria obyektif keadilan, melainkan diukur
bahwa perumusan hukum itu sendiri hanya bersifat dari apa yang oleh masyarakat dianggap adil.
memberikan interpretasi, atau memberikan norma Untuk memahami hukum yang mencerminkan
baru termasuk norma keadilan. Tentang apa yang rasa keadilan masyarakat, terlebih dahulu harus
dimaksud dengan keadilan meliputi dua hal, yaitu dipahami makna hukum yang sesungguhnya.
yang menyangkut hakekat keadilan dan yang Menurut pandangan yang dianut dalam literatur
menyangkut dengan isi atau norma, untuk berbuat ilmu hukum, makna hukum itu ialah mewujudkan
secara konkrit dalam keadaan tertentu. keadilan dalam kehidupan manusia. Makna ini
Hakekat keadilan yang dimaksud di sini adalah akan tercapai dengan dimasukkannya prinsip-
penilaian terhadap suatu perlakuan atau tindakan prinsip keadilan dalam peraturan hidup bersama
dengan mengkajinya dari suatu norma. Jadi dalam tersebut. Hukum yang dimaksud di sini adalah
hal ini ada dua pihak yang terlibat, yaitu pihak hukum positif yang merupakan realisasi dari
yang membuat adanya perlakuan atau tindakan prinsip-prinsip keadilan.
dan pihak lain yang dikenai tindakan itu, dalam Bertolak dari pemikiran yang demikian,
pembahasan ini, pihak-pihak yang dimaksud pengaturan hak dan kebebasan masyarakat
adalah pihak penguasa atau pemerintah, sebagai denga n m engg unak a n k r iter ia k eadilan ,
pihak yang mengatur kehidupan masyarakat menunjukkan bahwa di dalam diri manusia,
melalui instrumen hukum, dan pihak masyarakat ada perasaan keadilan yang membawa orang
sebagai pihak yang tata cara bertindaknya dalam pada suatu penilaian terhadap faktor-foktor yang
negara diatur oleh ketentuan hukum. berperan dalam pembentukan hukum. Keinsyafan
Prinsip keadilan dalam pembentukan hukum akan perasaan keadilan ini bukan hanya dimiliki
dan praktek hukum, memperoleh kedudukan oleh warga negara tapi juga oleh penguasa, maka
dalam dokumen-dokumen resmi tentang hak dengan dibangun di atas prinsip-prinsip keadilan,
asasi manusia. Bahkan jauh sebelum dokumen- maka keadilan itu dapat disebut sebagai prinsip
dokumen hak asasi itu dikeluarkan, prinsip hukum atau ide hukum. Hal ini sesuai dengan
keadilan telah dijadikan sebagai landasan moral ajaran Immanuel Kant yang mengatakan bahwa
untuk menata kehidupan masyarakat. Filsuf keadilan itu bertitik tolak dari martabat manusia.
hukum alam seperti Agustinus mengajarkan Dengan demikian pembentukan hukum harus
bahwa hukum abadi yang terletak dalam budi mencerminkan rasa keadilan dan bertujuan
Tuhan ditemukan juga dalam jiwa manusia. untuk melindungi martabat manusia. Keadilan
Partisipasi hukum abadi itu tampak dalam rasa merupakan prisip normatif fundamental bagi
keadilan, yaitu suatu sikap jiwa untuk memberi negara (Franz Magnis Suseno, 1988:334). Atas
kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. dasar hal tersebut, kriteria prinsip keadilan,
Prinsip tersebut mengindikasikan, inti tuntutan merupakan hal yang mendasar dan bersifat
keadilan adalah bahwa untuk tujuan apapun, hak fundamental, sebab semua negara di dunia
asasi seseorang tidak boleh dilanggar, hak asasi ini selalu berusaha menerapkan prisip-prinsip
manusia harus dihormati, hak ini melekat pada keadilan dalam pembentukan hukumnya. Prinsip
manusia bukan karena diberikan oleh negara, keadilan mendapat tempat yang istimewa dalam
melainkan karena martabatnya sebagai manusia. seluruh sejarah filsafat hukum. Dalam konsep
Hal ini berarti jika seseorang mempunyai hak atas negara-negara modern penekanan terhadap
sesuatu, orang lain juga mempunyai hak yang prinsip keadilan diberikan dengan menyatakan
sama. bahwa tujuan hukum yang sebenarnya adalah
untuk menciptakan keadilan dalam masyarakat.
Pemahaman t erhadap hal tersebut di
atas, menunjukkan bahwa dalam kehidupan Beberapa teori tentang keadilan seperti
bermasyarakat dan bernegara, apa yang menjadi yang dikemukakan oleh Stammler, Radbruch dan
kepentingan bersama, akan mudah dicapai Kelsen menitikberatkan keadilan sebagai tujuan
apabila masyarakat ditata menurut cita-cita hukum. Dengan demikian dapat disimpulkan
keadilan. Keadilan menuntut agar semua orang bahwa hukum yang mewujudkan keadilan itu
diperlakukan sama, jadi keadilan merupakan mutlak diperlukan dalam kehidupan berbangsa
suatu nilai yang mewujudkan keseimbangan dan bernegara, tanpa adanya hukum hidup
antara bagian-bagian dalam masyarakat, antara manusia menjadi tidak teratur dan manusia
tujuan pribadi dan tujuan bersama. Hal ini kehilangan kemungkinan untuk berkembang
menunjukkan bahwa salah satu wujud cita-cita secara manusiawi.
hukum yang bersifat universal adalah tuntutan Teori lain yang berbicara tentang keadilan
keadilan. Menentukan apakah hukum itu adil adalah teori yang dikemukakan oleh John
atau tidak, tidak tergantung atau tidak diukur Rawls (John Rawls, 1971:310). Dalam teorinya

Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014 Kajian Filosofis tentang Konsep Keadilan ... 125
dikemukakan bahwa ada tiga hal yang merupakan justice. Aristoteles “distributive justive” demands
solusi bagi problema keadilan. Pertama prinsip the equal treatment of those equal before the law.
kebebasan yang sama bagi setiap orang This like any general formula of justice is however,
(principle of greatest equal liberty), tentang hal applicable to any form of government or society; for
ini dirumuskan oleh John Rawls sebagai berikut: it leaves it to a particular legal order to determine
Each person is to have an equal right to the most who are equal berfore the law… Equality in
extensive basic liberty compatible with a semilar rights, as postulated by the extention of individual
liberty of thers. Rumusan ini mengacu pada rights, ini principle, to all citizens distinct from a
rumusan Aristoteles tentang kesamaan, oleh priveleged minoritiy”(W. Friedmann, 1971:385).
karenanya juga kesamaan dalam memperoleh Pada pokoknya pandangan yang dikemukakan
hak dan penggunaannya berdasarkan hukum Friedman tersebut mengandung dua pengertian.
alam. Rumusan ini inhern dengan pengertian Pertama, persamaan dipandang sebagai
equal yakni sama atau sederajat diantara sesama unsur keadilan, di dalamnya terkandung nilai-nilai
manusia. Usaha memperbandingkan ini juga universal dan keadilan tersebut pada satu sisi
secara tidak langsung merupakan pengakuan dapat diartikan sama dengan hukum, hal ini dapat
atau konfirmasi bahwa manusia selalu hidup dilihat dari istilah “justice” yang berarti hukum,
bersama yang menurut Aristoteles disebut sebagai akan tetapi pada sisi lain, keadilan juga merupakan
makhluk sosial, sehingga penentuan hak atau tujuan hukum. Dalam mencapai tujuan tersebut,
keadilan yang diterapkan adalah keadilan yang keadilan dipandang sebagai sikap tidak memihak
memperhatikan lingkungan sosial atau dengan (impartiality). Sikap inilah yang mengandung
kata lain harus merupakan keadilan sosial. gagasan mengenai persamaan (equality) yaitu
Prinsip ini mencakup kebebasan persamaan perlakukan yang adil terhadap semua
berperanserta dalam kehidupan politik, kebebasan orang.
berserikat dan berbicara termasuk kebebasan K ed u a, per s a ma a n m er u p ak a n hak ,
pers dan kebebasan beragama. Kedua prinsip persamaan sebagai hak dapat dilihat dari
perbedaan (the difference principle), yang ketentuan The Universal Declaration Human Rights
dirumuskannya sebagai berikut: Social and 1948, maupun dalam International Covenant on
economic inequalities are to be arranged so Economic, Socialo and Cultural Rights 1966
that they are bot (a) reasonably expected to be dan International Covenant on Civil and Political
to everyone’s advantage, and (b) attached to Rights 1966. Di dalam ketiga dokumen hak
positions and office open to all (John Rawls, asasi manusia tersebut, dimuat ketentuan yang
1971:303). Rumusan ini merupakan modifikasi diawali dengan kata-kata: setiap orang … dst.
atau imbangan terhadap rumusan pertama yang Demikian pula halnya di dalam Pasal 27 UUD
menghendaki persamaan terhadap semua orang, 1945. Pasal ini pada dasarnya menempatkan
modifikasi ini berlaku apabila memberi manfaat persamaan dan kebebasan yang meliputi
kepada setiap orang. Selain itu rumusan ini juga kepentingan dan tujuan dari hak itu ditetapkan
nampak ditujukan untuk masyarakat modern yang dalam suatu hubungan. Mengenai hubungan
sudah memiliki tatanan yang lengkap, meskipun persamaan dengan kebebasan ini, Friedmann
maksudnya adalah untuk memberi pemerataan pada pokoknya memandang bahwa kebebasan
dalam kesempatan kerja atau memberi peranan merupakan suatu alat yang membuka jalan
yang sama dan merata, akan tetapi bagaimana seluas-luasnya bagi pengembangan personalitas,
pun juga sudah terlihat perhatiannya yang sedang persamaan dimaksudkan untuk memberi
sungguh-sungguh, untuk tidak melupakan kesempatan yang sama terhadap setiap orang
dan meninggalkan orang lain yang sulit untuk dalam mengembangkan personalitasnya.
memperoleh kedudukan dan kesempatan dalam
Dalam kaitannya dengan pengaturan hak
kegiatan ekonomi. Jadi perbedaan sosial ekonomi,
asasi dan kebebasan warga, teori ini merupakan
harus diatur agar memberi manfaat bagi warga
teori yang cukup relevan untuk diterapkan, oleh
yang kurang beruntung. Ketiga prinsip persamaan
karena itu, pembentukan hukum melaui undang-
yang adil untuk memperoleh kesempatan bagi
undang yang bersifat membatasi kebebasan
setiap orang (the principle of fair equality of
warga perlu mempertimbangkan teori ini, agar
opportunity), yaitu ketidaksamaan ekonomi harus
pengaturan melalui undang-undang tersebut
diatur sedemikian rupa agar memberi kesempatan
mencerminkan rasa keadilan bagi warga.
bagi setiap orang untuk menikmatiknya.
Bagi bangsa Indonesia, kaitan teori itu dengan
Prisip persamaan ini lebih lanjut dikemukakan
keadilan sosial yang berdasarkan Pancasila
oleh W. Friedmann sebagai berikut: “ In a formal
adalah bahwa konsepsi dan persepsi keadilan
and general sense equality, is a postulate of
itu harus sesuai dengan perasaan suatu bangsa.

126 Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014 Kajian Filosofis tentang Konsep Keadilan ...
Sejalan dengan itu apabila kita berbicara tentang from a superior norm we call a “basic” norm. all
hukum, berarti kita juga berbicara tentang norms whose validity may be traced to one and the
keadilan. Hukum adalah suatu yang mengikat dan same basic norm a system of norms, or an order
bila ikatan itu dikaitkan dengan manusia maka (Hans Kelsen, 1961 : 112). Melalui “grundnorm”
ikatan itu harus mencerminkan rasa keadilan. ini terjadi kesatuan di dalam proses pembentukan
Keadilan sebagai konsepsi adalah keadilan hukum yang dinamis dan di dalam tertib hukum
dalam dunia “Sollen”, namun demikian dunia yang memang ditimbulkan oleh “grundnorm” itu.
Sollen dari keadilan itu patut dirumuskan dalam Hal ini berarti bahwa “grundnorm” merupakan
rangka usaha untuk menterjemahkan dunia ide itu suatu norma yang tidak dapat dideduksikan lagi
menjadi dunia “Sein” atau kenyataan. oleh karena dari sumber lainnya. A r t i n y a , “grundnorm”
itu pengaturan hak dan kebebasan warga harus merupakan norma dasar yang keberadaan dan
dibangun di atas prinsip-prinsip keadilan yang keabsahannya bukan merupakan bagian dari
berdasarkan Pancasila. Untuk itu hukum yang hukum positif, tetapi merupakan sumber dari
dikehendaki adalah hukum yang sifatnya memberi hukum positif. Di sini terlihat bahwa pandangan
perlindungan terhadap warga masyarakat, Kelsen tentang “grundnorm” bukan merupakan
termasuk perlindungan terhadap hak warga untuk sesuatu yang berbentuk tertulis akan tetapi
berserikat dan berkumpul. Perlindungan dalam hal merupakan: One may describe the Grundnorm as
ini, berarti bahwa rasa keadilan yang ada pada a constitution in the transcendental-logical sense,
nurani warga harus terpenuhi. as distinct from the constitution in the positive
Menggarisbawahi prinsip Indonesia adalah legal sense. The latter is the contitution posited by
negara yang berdasarkan atas hukum, UUD human acts of will, the vailidity of which is based
1945 sebagai hukum dasar menempatkan on the assumed (vorausgesertzte) basic norm
hukum pada posisi yang menentukan dalam (David Kayris, 1982:2210). Lebih jelas lagi jika
sistem ketatanegaraan Indonesia. Dalam kaitan diperhatikan bahwa apa yang disebutnya sebagai
itu, konsep kenegaraan Indonesia antara lain berikut: The basic norm is not created in a legal
menentukan bahwa pemerintah menganut procedure by a law creating organ… by a legal cat
paham konstitusional, yaitu suatu pemerintahan … it is valid becouse it is presupposed to be valid:
yang dibatasi oleh ketentuan yang temuat dalam and it is presupposed to valid becouse without this
konstitusi. Pada negara yang bersistem konstitusi presupposition no human act could be interpreted
atau berdasarkan hukum dasar, terdapat hirarki as a legal, especially as a norm creating, act (Hans
perundangan, dimana UUD berada di puncak Kelsen, 1961:114).
piramida sedangkan ketentuan yang lain berada Indonesia juga mengenal tata urutan
di bawah konstitusi. Konstitusi yang demikian ini perundang-undangan menurut Stufenbau theory
dikenal dengan “stufenbau theory” Hans Kelsen. Hans Kelsen. Hal ini dapat dilihat dalam Tap MPRS
Hans Kelsen mengemukakan tentang tertib No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPR-
hukum ini dalam proses pembentukan hukum GR Mengenai Sumber Tertib Hukum RI dan Tata
yang bersifat hirarkis dan dinamis. Tertib hukum Urutan Perundang-undangan. Tap ini kemudian
itu menurut Hans Kelsen disebut sebagai : The dicabut dengan Tap MPR No. III/MPR/2000
legal order is a system of norm. The question tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
then arises: what is it that makes a system out perundang-undangan. Ketetapan MPR No.III/2000
of multitudes of norm? This question in close ini, terdapat perbedaan dengan Tap MPRS No.
connection with the question as to the reason XX/MPRS/1966 tentang sumber hukum dan tata
of validity of a norm (Hans Kelsen, 1961 : 110). urutannya. Jika pada Tap MPRS No. XX/1966
Dia memandang tertib hukum itu sebagai suatu sumber tertib hukum itu dimana Pancasila
“stufenbau” dari beberapa tangga pembentukan merupakan sumber dari segala sumber hukum
hukum. Adanya pembentukan hukum oleh tingkat yang perwujudanya terdiri dari: Proklamasi 17
yang lebih rendah, yaitu pembentukan hukum Agustus 1945, Dekrit Presiden 5 Juli 1959, UUD
yang kepadanya telah didelegasikan wewenang 1945 (Proklamasi) dan Supersemar 1966, maka di
untuk itu, menurut pandangan Kelsen bergantung dalam Tap MPR No. III/MPR/2000 sumber hukum
pada adanya suatu pembentukan hukum yang terdiri dari Pancasila dan UUD 1945. Begitu pula
lebih tinggi, yaitu pembentukan hukum oleh dengan tata urutan perundang-undangan terjadi
yang mendelegasikan. Pada akhirnya mengenai perubahan, pada Tap MPRS No. XX/MPRS/1966
berlakunya keseluruhan tertib hukum itu dapat posisi Undang-undang terjadi perubahan, pada
dikembalikan pada suatu yang berakar dalam suatu Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 posisi Undang-
“grundnorm”. Tentang hal ini Kelsen menyebutkan: undang sederajat dengan Peraturan Pemerintah
A norm the validity of which cannot be derived Pengganti Undang-undang (Perpu), sedangkan

Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014 Kajian Filosofis tentang Konsep Keadilan ... 127
Tap MPR No. III/MPR/2000 Perpu berada di bawah tidak mungkin menjelaskan Pancasila sebagai
Undang-undang, dan peraturan daerah merupakan Grundnorm.
salah satu urutan perundang-undangan yang Grundnorm merupakan sistem nilai, dalam
semula pada Tap MPRS No.XX/MPRS/1966 hanya esensinya sistem nilai itu dapat dibedakan
merupakan peraturan pelaksana. Selanjutnya menjadi nilai dasar dan nilai tujuan. Sebagai
mengenai tata urutan dan pembentukan peraturan nilai dasar berarti merupakan sumber nilai bagi
perundang-undangan dimuat dalam UU No. 10 pembuat kebijakan dan juga sebagai pembatas
Tahun 2004 dan kemudian diganti dengan UU No. dalam implementasinya, sebagai landasan dan
12 Tahun 2011, ari beberapa ketentuan tersebut acuan untuk mencapai atau memperjuangkan
ada satu persamaan yaitu bahwa semua peraturan sesuatu. Sedang sebagai nilai tujuan berarti
hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan merupakan sesuatu yang harus dan layak untuk
dengan ketentuan hukum yang lebih tinggi sesuai diperjuangkan. Sistem ini mempunyai peranan
dengan tata urutan perundang-undangan. penting dalam hubungannya dengan pembentukan
Mengikuti pemikiran Hans Kelsen timbul hukum, sistem nilai ini diejawantahkan ke dalam
pertanyaan tentang Grundnorm dari peraturan atau berbagai asas hukum dan kaidah hukum yang
hukum Indonesia. Dalam banyak literatur, jelas secara keseluruhan mewujudkan sebagai sistem
dikemukakan bahwa Pancasila adalah Grundnorm hukum.
atau norma dasar, yang merupakan sumber dari Pada sisi lain Pancasila sebagai pedoman
segala sumber hukum yang berlaku dan yang akan hidup bangsa, di dalamnya terkandung sistem
diberlakukan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang kemudian berkelanjutan menjadi
pandangan yang mengatakan bahwa Pancasila norma-norma kehidupan. Nilai diartikan oleh Mc
berkedudukan sebagai landasan unsur konstitutif cracken (Mc craken, 1950 : 25) sebagai: “volue
dan regulatif, sebagai Grundnorm sumbernya is that aspect of a fact or experience in virture of
dari segala sumber hukum dan landasan filosofis which it is seen to contain in its nature or essence
dari bangunan hukum nasional, dan pelbagai the sufficient reason for its existence as such a
manifestasi budaya Indonesia yang memancarkan deteminate fact or experience, or the sufficient
dan menghadirkan “Geislichen Hintergrund” yang reason form its being regarded as an end for
khas (Padmo Wahyono, 1983:214). Dengan practice or contemplation”. Senada dengan itu,
demikian hukum tidak terlepas dari nilai yang Notonagoro mengatakan : … Pancasila bukan
berlaku di masyarakat, bahkan dapat dikatakan hanya satu konsepsi politis, akan tetapi buah
bahwa hukum itu merupakan pencerminan nilai- hasil perenungan jiwa yang dalam, buah hasil
nilai yang berlaku dalam masyarakat. Hukum penyelidikan cipta yang teratur dan seksama di
yang baik adalah hukum yang sesuai dengan atas basis pengetahuan dan pengalaman yang
yang hidup dalam masyarakat. Ini berarti bahwa luas (Notonagoro, 1979 : 31). Dengan demikian
hukum positif Indonesia bersumber pada nilai, Pancasila dalam keseluruhan artinya adalah
yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila nilai-nilai kejiwaan bangsa, hasrat keinginan yang
yang merupakan asas kerohanian negara mendalam dari bangsa, ikatan antara jiwa bangsa
Indonesia. Jika konsep Grundnorm menurut dan kenyataan hidup.
teori hukum murni Hans Kelsen, dihubungkan
Dalam kaitan ini Flew menyatakan; …. About
dengan Pancasila sebagai norma dasar dalam
what things in the world are good, desirable,
pembentukan hukum Indonesia. Sangat sulit
and important (Antony Flew, 1984:465). Jadi
untuk menempatkan atau bahkan tidak mungkin
nilai merupakan sesuatu yang berkaitan dengan
memposisikan teori hukum murni tersebut untuk yang dipandang baik, diperlukan dan penting
menafsirkan Pancasila sebagai Grundnorm. bagi kehidupan. Dari rumusan tersebut dapat
Alasannya, dilihat dari sudut pandang teori hukum, diketahui bahwa nilai memiliki karakteristik baik,
apa yang dikemukakan oleh Hans Kelsen dengan bersahaja dan penting. Karakteristik lain tentang
teori hukum murni, secara tegas memisahkan nilai dikemukakan oleh The Lie Anggie (The Liang
hukum dengan moral. Hal ini dapat dilihat dari teori Gie, 1982:127) sebagai berikut:
Kelsen yang mengtakan; suatu analisis tentang a. Dari perkataan nilai dapat dilihat dari sudut
struktur hukum positif yang dilakukan seeksak kata kerja (menilai) atau dilihat dari sudut
mungkin, suatu analisis yang bebas dari semua kata sifat (bernilai), atau dilihat dari sudut kata
pendapat etik atau politik mengenai nilai (c.K. benda (suatu nilai), dan sebagainya.
Allen, 1964:52). Pancasila sebagai pandangan
b. Nilai adalah merupakan dasar suatu perbuatan
hidup, sebagai sumber dari segala sumber hukum
atau pilihan.
atau sebagai asas kerohanian sarat dengan
c. Nilai itu sendiri sering dikatakan merupakan
nilai moral. oleh karena itu teori hukum murni
suatu pilihan

128 Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014 Kajian Filosofis tentang Konsep Keadilan ...
d. Pada situasi tertentu setiap orang dapat dapat dilihat adalah tingkah laku manusia sehari-
berselisih dalam mempertimbangkan suatu hari, lebih tepat lagi tingkah laku hukum manusia.
nilai. Hukum itu sendiri merupakan hasil karya manusia
e. Nilai dapat dibedakan ke dalam dua macam, berupa norma yang berisikan petunjuk bagi
yaitu nilai intrinsik dan nilai instrumental. manusia untuk bertingkah laku, hal ini berkaitan
f. Nilai berkaitan dengan hal yang positif dan dengan keberadaan manusia sebagai makhluk
yang negatif, yaitu berkaitan dengan kebaikan yang berakal budi, sehingga setiap tingkah laku
dan kejahatan. manusia harus diatur secara normatif dengan
arti bahwa manusia harus bertingkah laku sesuai
g. Penilaian kapan saja berkaitan dengan
dengan norma-norma yang ditentukan sebagai
kehidupan.
pegangan hidupnya. Melalui penormaan tingkah
Sedang Koesneo mengemukakan bahwa di laku ini, hukum memasuki semua aspek kehidupan
dalam hidup manusia, nilai-nilai banyak ragam manusia, seperti yang dikatakan Steven Vago;
dan macamnya, ada nilai kebenaran, nilai “The normative life of the state and its citizens”.
kesusilaan, nilai keindahan dan ada nilai hukum Agar supaya tingkah laku ini diwarnai oleh nilai-
(Moch Koesnoe, 1997:71). Sistem nilai ini secara nilai Pancasila, maka norma hukum positif yang
teoritis dan konsepsional disusun sedemikian berlaku di Indonesia harus bernapaskan Pancasila
rupa, sehingga nilai-nilai dan norma-norma yang (Steven Vago, 1981 : 9).
terkandung di dalamnya merupakan suatu jalinan Formulasi yang demikian ini mengandung
pemikiran yang logis. Hal ini berarti bahwa nilai- arti bahwa peraturan perundang-undangan,
nilai yang berkaitan dengan keadilan sosial akan mengandung norma hukum yang di dalamnya
menempati kedudukan yang penting di dalam terdapat patokan penilaian dan patokan tingkah
hukum. Untuk itu dalam pengaturan hak dan laku. Patokan penilaian ini tidak hanya terbatas
kebebasan warga negara nilai-nilai keadilan pada macam-macam nilai, akan tetapi merupakan
harus mendapat perhatian. Berdasarkan hal yang satu kesatuan atau keterpaduan yang disebut
demikian ini, terlihat dengan jelas bahwa Pancasila dengan sistem penilaian. Melalui sistem penilaian
mengharuskan tertib hukum Indonesia sesuai ini, dapat dirumuskan petunjuk tingkah laku,
dengan norma-norma moral, kesusilaan, etika dan tentang perbuatan apa saja yang mesti dilakukan
sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa Pancasila dan yang harus ditinggalkan. Penilaian terhadap
selain mengandung nilai moral juga mengandung tingkah laku manusia bukan merupakan penilaian
nilai politik. yang berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian
dari suatu ide yang lebih besar, yaitu ide tentang
Menururt Moh. Hatta sebagaimana
masyarakat yang dicita-citakan.
dikutip Ruslan Saleh, Pancasila terdiri atas
dua fundamen yaitu fundamen politik dan
fundamen moral (Ruslan Saleh, 1979:45). E. Simpulan
Dengan meletakkan fundamen moral di atas, Dari uraian di atas terlihat bahwa konsep-
negara dan pemerintahannya memperoleh konsep keadilan selalu didasarkan pada suatu
dasar yang kokoh, yang memerintahkan berbuat aliran filsafat atau pemikiran tertentu sesuai
benar, melaksanakan keadilan, kebaikan dan dengan kondisi pemikiran manusia pada waktu itu.
kejujuran serta persaudaraan keluar dan ke Dari definisi dan teori-teori tentang keadilan, dapat
dalam. Dengan fundamen politik pemerintahan diketahui bahwa konsep keadilan mengandung
yang berpegang pada moral yang tinggi diciptakan banyak pengertian. Dari teori-teori dan pengertian
tercapainya suatu keadilan sosial bagi seluruh keadilan itu, terdapat dua hal yang bersifat
rakyat Indonesia. Mengacu pada pemikiran Moh. universal dari konsep keadilan yaitu tujuan dan
Hatta di atas, dapat disimpulkan bahwa Pancasila karakter atau ciri-ciri keadilan. Tujuan adalah hal
bukan hanya norma dasar dari kehidupan hukum yang akan dicapai dalam hubungan hukum baik
nasional, akan tetapi juga merupakan norma antara sesama warga, maupun antara warga
dasar dari norma-norma lain, seperti norma moral, dengan negara atau hubungan antar negara.
norma kesusilaan, norma etika dan nilai-nilai. Sedang ciri-ciri atau karakter yang melekat pada
oleh karena itu Pancasila mengharuskan agar keadilan adalah: adil, bersifat hukum, sah menurut
tertib hukum serasi dengan norma moral, sesuai hukum, tidak memihak, sama hak, layak, wajar
dengan norma kesusilaan dan norma etika yang secara moral dan benar secara moral. Konsep-
merupakan pedoman bagi setiap warga negara konsep keadilan bersumber dari alam pikiran
untuk bertingkah laku. barat pada zaman klasik dan zaman modern yang
Hukum adalah sesuatu yang abstrak, didasarkan pada pandangan dan pemikiran yang
tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba, yang berkembang sesuai dengan jamannya.

Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014 Kajian Filosofis tentang Konsep Keadilan ... 129
Keadilan dapat diartikan sebagai kebaikan, pencapaiannya demi keadilan itu sendiri. Makna
kebajikan dan kebenaran, yaitu suatu kewajiban lain dari keadilan adalah sebagai hasil atau suatu
moral yang mengikat antara anggota masyarakat keputusan yang diperoleh dari penerapan atau
yang satu dengan lainnya. Keadilan sebagai nilai pelaksanaan hukum. Keadilan juga diartikan
yaitu yang menjadi tujuan yang disepakati bersama sebagai unsur ideal, yaitu sebagai suatu cita atau
oleh anggota masyarakat serta diusahakan suatu ide yang terdapat dalam semua hukum.

daftar Pustaka

Allen, c.K. 1964. Law in the Making. New York : oxford University Press.
Flew, Antony. 1984. A Dicionary of Philosophy. London : Pan Books.
Davidson, Scott. 1994. Hak Asasi Manusia. Jakarta : Grafiti Press.
Franz Magniz Suseno. 1988. Etika Politik. Jakarta : Gramedia.
Heimanson, Rudolf. 1967. Dictionary of Political Science and Law. Dobbs Fery: oceana Publication.
J.H. Rapar. 1991. Filsafat Politik Plato. Jakarta : Rajawali Press.
——————. 1993. Filsafat Politik Aristoteles. Jakarta : Rajawali Press.
Kayris, David. The Politics of Law, A Progressive Critique. New York : Pantheon Books.
Kelsen, Hans. 1961.General Theory of Law and State. University Press cambridge, Harvard
Lord Lloyd of Hampstead & MDA Preeman. 1985. Introduction to Jurisprudence, EnglishLanguageBook
Society. Steven, London, 1985
Mc cracken. 1950. Thinking and Voluing; An Introduction Portly Histrorical, to the Study of the Philosophy
of Value. London : Mac Millan.
Moch. Koesneo. 1997. Pengantar Ke Arah Filsafat Hukum. Surabaya : Ubhara Press.
Mohammad Nursyam. 1998. “Penjabaran Filsafat Pancasila Dalam Filsafat Hukum. Sebagai Landasan
Pembinaan Hukum Nasional”. Disertasi. Universitas Airlangga Surabaya
Padmo Wahyono. Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum. Jakarta : Ghalia Indonesia.
——————————. 1992. Sistem Hukum Nasional Dalam Negara Hukum Pancasila. Jakarta :
Rajawali Press.
Radbruch & Dabin. 1950. The Legal Philosophi. New York : Harvard University Press.
Rawls, John. 1971. A Theory of Justice, Massachussets : The Bellnap Press of Havard Univer sit y
Press.
Ruslan Saleh. 1979. Penjabaran Pancasila ke Dalam UUD 1945 Dalam Perundang-undangan. Jakarta
: Aksara Baru.
Siegart, Paul. 1986. The Lawfull Right of Mankind an Introduction to the International Legal Code of
Human Right. New York : oxford University Press.
The Liang Gie. 1982. Teori-teori Keadilan. Yogyakarta : Sumber Sukses.
The Encyclopedia Americana, Volume 16 Americana corporation, New York, 1972
Tower Sargent, Lyman. 1987. Ideologi-Ideologi Politik Kontemporer. Jakarta : Erlangga.
Vago, Steven. 1981. Law and Society. New Jersey : Prentice Hall, Inc.
Van Apeldoorn. 1995. Inleiding tot de Studie van het Nederlandse Recht, W.E.J. Tjeenk Willink. Zwolle.
W. Friedmann. 1971. The State and The Rule of Law in Mix Economy. London : Steven & Son.

130 Yustisia Vol. 3 No.2 Mei - Agustus 2014 Kajian Filosofis tentang Konsep Keadilan ...

Anda mungkin juga menyukai