PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan suatu negara yang terletak di benua asia. Termasuk dalam
negara bagian asia tenggara bersama dengan Laos, Kamboja, Malaysia, Thailand,
Filipina, dan beberapa negara lainnya yang juga bagian dari negara asia tenggara.
Dikenal dengan negeri Megabioversitas dan mendapat julukan “Paru-Paru Dunia”
dengan banyaknya vegetasi dan hutan yang belum dijamah manusia. Indonesia juga
mendapat julukan sebagai “Zamrud Khatulistiwa” karena posisi indonesia yang
tepat berada di garis khatulistiwa bersama dengan beberapa negara lain seperti
Brazil, dan Kolombia.
Dengan luasnya lahan hutan indonesia ditambah dengan letaknya yang berada
di garis khatulistiwa membuat indonesia menjadi salah satu negara yang rawan akan
bencana. Selain bencana akibat letusan gunung berapi dan gempa bumi, beberapa
bencana yang sering melanda indonesia adalah kebakaran hutan dan lahan, dan
cuaca ekstrem. Kedua bencana tersebut menjadi bencana yang paling jarang
dipublikasikan terkait mitigasi dan penanggulangannya ke pada masyarakat
indonesia sehingga menyebabkan kurangnya pemahaman dan pengetahuan
masyarakat mengenai mitigasi dan penanggulangan kedua bencana tersebut.
B. Rumusan Masalah
1
2. Faktor apa yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan dapat terjadi?
3. Apa itu mitigasi dan penanggulangan bencana?
4. Bagaimana mekanisme mitigasi dan penanggulangan bencana?
5. Bagaimana mekanisme mitigasi dan penanggulangan bencana kebakaran
hutan dan lahan?
6. Apa itu cuaca ekstrem?
7. Apa saja macam-macam cuaca ektrem di indonesia?
8. Faktor apa yang menyebabkan cuaca ekstrem dapat terjadi?
9. Bagaimana mitigasi dan penanggulangan cuaca ekstrem?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami kebakaran hutan dan lahan dan cuaca
ekstrem secara mendalam
2. Untuk mengetahui prosedur mitigasi dan penanggulangan kebakaran hutan
dan lahan dan cuaca ekstrem
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengetahuan Kebencanaan dan
Lingkungan
D. Manfaat Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Akibat dari kebakaran hutan dan lahan telah dirasakan diseluruh sektor tidak
hanya transportasi dan kesehatan akan tetapi terhadap pendidikan. Sekolah terpaksa
diliburkan akibat tebalnya kabut asap yang terbentuk akibat kebakaran hutan dan
lahan sehingga mengganggu proses belajar mengajar dan menyebabkan gangguan
pernapasan (ISPA). Gangguan tersebut tidak hanya dirasakan oleh masyarakat
indonesia bahwa negara-negara yang bertetangga dengan indonesia ikut terkena
dampak dari kebakaran hutan dan lahan yang terjadi. Menurut (Tribunnews, 2013)
tidak hanya di malaysia, kabut asap juga menyelimuti singapura yang berasal dari
pulau sumatera, indonesia. Pulau sumatera menjadi pulau dengan intensitas titik api
tertinggi setiap tahunnya. Dataran rendah dengan luas lahan gambut yang besar
menjadi alasan banyaknya titik api yang terbentuk di wilayah pulau sumatera.
3
B. Faktor Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan
Kebakaran hutan dan lahan terjadi disebabkan oleh dua faktor utama yaitu faktor
alami dan faktor kegiatan manusia yang tidak terkontrol. Faktor alam biasanya
terjadi antara lain akibat El-Nino yang menyebabkan kemarau berkepanjangan
sehingga tanaman menjadi kering. Sebab utama dari kebakaran hutan dan lahan
adalah pembukaan lahan yang meliputi :
4
Berdasarkan tipe bahan bakar dan sifat pembakarannya, kebakaran hutan dan
lahan dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu :
5
2. Saat tanggap darurat, dan
3. Pasca bencana
6
d) Pemenuhan kebutuhan dasar
e) Perlindungan terhadap kelompok rentan
f) Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital
3. Pasca Bencana
a) Rehabilitasi
b) Rekontruksi
Pada tahap pra bencana upaya atau kegiatan dalam rangka pencegahan dan
mitigasi dilakukan. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya bencana serta
mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana. Tindakan mitigasi digolongkan
menjadi dua bagian, yaitu :
1. Mitigasi pasif
Penyusunan peraturan perundang-undangan
Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah
Pembuatan pedomen/standar/prosedur
Pembuatan brosur/leaflet/poster
Penelitian/pengkajian karakteristik bencana
Pengkajian/analisis risiko bencana
Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan
Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana
Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum
Pengarus-utamaan PB dalam perencanaan pembangunan
2. Mitigasi aktif
Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya,
larangan memasuki daerah rawan bencana dsb.
7
Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang
penataan ruang, izin mendirikan bangunan (IMB), dan peraturan lain
yang berkaitan dengan pencegahan bencana
Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat
Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah
yang lebih aman
Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat
Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur
evakuasi jika terjadi bencana
Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah,
mengamankan, dan mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh
bencana, seperti : tanggul, dam, penahan erosi pantai, bangunan
tahan gempa dan sejenisnya.
8
E. Mekanisme Mitigasi dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan
Lahan
1. Pra Bencana
a) Saat tidak terjadi bencana
Memberikan penyuluhan dan sosialisasi mengenai kebijakan
pembakaran lahan
Membentuk pasukan pemadam kebakaran khusus tingkat
masyarakat di sekitar daerah rawan bencana kebakaran hutan
dan lahan
Pembuatan waduk atau sumber air di sekitar daerah rawan
bencana kebakaran hutan dan lahan
Membuat peraturan perundang-undangan tentang pembakaran
lahan
Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya
penggunaan api
Mengedukasi masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan
cara pembakaran
Memberikan penyuluhan dan simulasi apabila terjadi kebakaran
hutan
b) Saat terdapat potensi bencana
Mempersiapkan segala dokumen dan barang-barang penunjang
yang penting untuk di bawa jika api merambat ke rumah
masyarakat sekitar
Sedia masker dan atau masker gas untuk menghindari asap jika
terjadi bencana
Meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan juga pos-pos yang
telah dibentuk untuk lebih awas dan sigap bila bencana
kebakaran terjad
9
Peringatan dini dapat berupa pengumuman dari pihak mengenai
kondisi cuaca dan lingkungan, maupun pengalaman masyarakat
berupa ciri suatu bencana akan terjadi yang diceritakan sebagai
dongeng
Penempatan tanda-tanda peringatan di setiap daerah rawan
bencana kebakaran hutan dan lahan
Evakuasi dini penduduk yang tinggal di sekitar daerah rawan
kebakaran hutan dan lahan
2. Saat Terjadi Bencana
Memberi batas tanda bahaya agar masyarakat tidak mendekat
Mengevakuasi masyarakat yang masih terjebak di sekitar daerah
kebakaran
Mengidentifikasi luas lahan yang terbakar
Mencegah agar api tidak menyebar luas
Memanggil tim pemadam kebakaran (DAMKAR) untuk
membantu memadamkan api
Pemadaman api dapat juga dilakukan menggunakan helikopter
untuk daerah yang sulit untuk dijangkau.
3. Pasca Bencana
Membersihkan hutan dari sisa-sisa ranting yang hangus terbakar
Memberdayakan posko-posko kebakaran hutan di semua
tingkat, serta melakukan pembinaan mengenai hal-hal yang
harus dilakukan selama siaga
Meningkatkan kordinasi dengan instansi terkait di tingkat pusat
melalui PUSDALKARHUTNAS dan di tingkat daerah melalui
PUDALKARHUTDA tingkat I dan SATLAK Kebakaran Hutan
dan Lahan
Mengolah tanah bekas kebakaran agar menjadi gembur, dan
Melakukan penanaman hutan kembali (Reboisasi/penghijauan)
10
F. Cuaca Ekstrem
Cuaca adalah seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer bumi atau sebuah
planet lainnya. Cuaca biasanya merupakan sebuah aktivitas fenomena dalam
beberapa hari. Cuaca rata-rata dengan jangka waktu yang lama dikenal sebagai
iklim. Cuaca terjadi karena suhu dan kelembaban yang berbeda antara satu
tempat dengan tempat lainnya. Perbedaan ini bisa terjadi karena sudut
pemanasan matahari yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya karena
perbedaan lintang bumi. Perbedaan yang tinggi antara suhu udara di daerah
tropis dan daerah kutub bisa menimbulkan jet stream. Sumbu bumi yang
miring disbanding orbit bumi terhadap matahari membuat perbedaan cuaca
sepanjang tahun untuk daerah sub tropis hingga kutub. Di permukaan bumi
suhu biasanya berkisar ±40°C. selama ribuan tahun perubahan orbit bumi juga
memengaruhi jumlah dan distribusi energy matahari yang diterima oleh bumi
dan mempengaruhi iklim jangka panjang. Cuaca di bumi juga dipengaruhi oleh
hal-hal lain yang terjadi di angkasa, diantaranya adanya angina matahari atau
disebut juga star’s corona. Ekstrem menurut KKBI adalah paling ujung (paling
tinggi, paling keras dsb), sangat teras dan teguh. Ada pula yang berpendapat
bahwa ekstrem adalah kegiatan atau aktivitas yang seru atau bisa disebut
‘berbahaya’. Cuaca ekstrem adalah fenomena meteorologi yang ekstrem dalam
sejarah (distribusi), khususnya fenomena cuaca yang mempunyai potensi
menimbulkan bencana, menghancurkan tatanan kehidupan social, atau yang
menimbulkan korban jiwa manusia. Pada umumnya cuaca ekstrem didasarkan
pada distribusi klimatologi, dimana kejadian ekstrem lebih kecil sama dengan
5% distribusi. Tipenya sangat bergantung pada lintang tempat, ketinggian,
topografi dan kondisi atmosfer.
Indonesia sebagai negara tropis tidak lepas dari pengaruh cuaca. Selain kemarau
dan musim penghujan, indonesia juga tak luput dilanda cuaca ekstrem lainnya.
Beberapa di antara cuaca ekstrem yang sering melanda indonesia antara lain :
11
1. Hujan Es
Hujan es dalam ilmu meteorologi disebut juga dengan hail. Hail atau hujan es ini
adalah presipitasi yang terdiri atas bola-bola es. Salah satu pembentukan bola-bola es ini
adalah melalui kondensasi uap air lewat proses pendinginan di atmosfer pada sebuah
lapisan yang terdapat di atas level beku. Hujan es ini biasanya terjadi hanya sekitar
beberapa menit saja, kemudian setelah itu akan kembali normal seperti biasanya.
Penyebab terjadinya hujan es adalah adanya penguapan air laut yang kemudian
menjadi awan yang mengandung air dan kemudian air tersebut jatuh menjadi jatuhan-
jatuhan air yang disebut hujan. Pada kondisi ini uap air lewat dingin tertarik ke permukaan
benih-benih es. Kemudian karena terjadi pengembunan yang mendadak, maka terjadi
pembentukan es dengan ukuran yang sangat besar. Butiran es yang jatuh saat hujan es
merupakan kondensasi dari air hujan yang menggumpal di atas permukaan bumi yang
disebut dengan awan gelap.
Fenomena ini biasanya terjadi pada saat musim peralihan atau pada saat cuaca/hujan
di musim hujan yang hujannya masih banyak terjadi pada siang atau malam hari, karena
memang fenomenanya selalu terjadi setelah lepas pukul 13.00-17.00 namun demikian tidak
menutup kemungkinan dapat terjadi pada malam hari.
Fenomena ini sangat jarang terjadi di indonesia. Frekuensi kejadian fenomena ini
sangatlah kecil dibanding dengan frekuensi fenomena hujan lebat, dan kemarau ekstrem.
Fenomena ini dapat menjadi bahaya jika butiran es yang jatuh berukuran bola baseball atau
lebih besar. Selain dapat merusak benda dan bangunan, juga dapat berbahaya bagi
masyarakat yang berada di luar rumah saat fenomena ini terjadi.
2. Badai
Badai adalah cuaca ekstem yang disebut siklon tropis oleh meteorologi,
berasal dari samudera yang hangat. Badai bergerak di atas laut mengikuti arah
angina dengan kecepatan 20km/jam. Penyebab badai adalah tingginya suhu
permukaan laut. Perubahan di energy atmosfer mengakibatkan petir dan badai.
Badai tropis ini berpusar dan bergerak dengan cepat mengelilingi suatu pusat, yang
sumbernya berada di daerah tropis. Pada saat terjadi angina rebut ini, tekanan udara
sangat rendah disertai angina kencang dengan kecepatan 250km/jam.
12
Tropis (typhoon atau Tropical Cyclone) adalah pusaran angina kencang
dengan diameter 200km/jam dan berkecepatan >200 km/jam serta mempunyai
lintasan sejauh 1000 km. Badai tropis yang tumbuh dekat dengan perairan
Indonesia tidak mutlak selalu menimbulkan hujan lebat, dan angina tergantung dari
intensitas badai itu sendiri dan faktor sirkulasi udara di wilayah Indonesia.
3. Hujan Lebat
Hujan lebat di hitung berdasarkan jumlah hari hujan yang tercatat paling
banyak melebihi rata-rata hujan. Intensitas hujan terbesar dalam satu jam selama
dua puluh empat jam dan intensitas dalam satu hari selama periode satu bulan
melebihi rata-ratanya. Terjadi kecepatan angina >45km/jam dan suhu udara >35C
atau <15 C.
4. Kemarau ekstrem
13
H. Faktor Penyebab Cuaca Ekstrem
Efek rumah kaca adalah istilah yang digunakan untuk mengabarkan bumi,
seperti memiliki efek rumah kaca yang dimana panas matahari akan terperangkap
oleh atmosfer bumi. Hal itu disebabkan karena rusaknya lapisan ozon akibat polusi
udara. Sinar matahari yang seharusnya diserap dan dipantulkan kembali kemudian
menjadi diserap dan terperangkap di bumi. Kandungan senyawa dalam udara yang
menyebabkan terjadinya efek rumah kaca antara lain, karbondioksida, metana,
nitrogen, CFC dan HFC.
2. Siklon Tropis
Siklon tropis adalah sebuah sistem badai besar yang ditandai dengan tekanan
rendah dan banyak pusat badai yang menghasilkan angina kencang dan hujan lebat.
Siklon tropis pada panas dilepaskan ketika lembab udara meningkat, sehingga
kondensasi dari uap air yang terkandung dalam udara lembab. Sebuah siklon tropis
khas akan memiliki mata sekitar 30-65km (20-40 mi) biasanya terletak di pusat
geometris abadi.
3. Pemanasan Global
14
4. El-Nino dan La-Nina
El Nino merupakan suatu fenomena perubahan iklim yang secara global yang
diakibatkan karena memanasnya suhu di permukaan laut. Sedangkan La Nina
merupakan peristiwa alam yang dapat di katakana seperti kebalikan dari El Nino.
La Nina sendiri merupakan suatu kondisi dimana suhu permukaan air laut
mengalami penurunan. Berbeda halnya dengan El Nino, La Nino ini tidak bisa
dilihat secara fisik. Selain itu terjadinya La Nina ini periodenya tidak tetap.
1. Pra Bencana
Memanfaatkan sumber air yang ada secara efektif dan efisien
Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang tersedia untuk
keperluan air baku untuk air bersih
Menanam pohon sebanyak-banyaknya dilingkungan sekitar
Membuat waduk disesuaikan dengan keadaan lingkungan
Membuat dan memperbanyak resapan air dengan tidak menutup
seua permukaan dengan plester semen atau ubin keramik
Memberikan perlindungan sumber air bersih yang tersedia
Melakukan panen dan konservasi air
2. Saat Terjadi Bencana
Membuat sumur pantek atau sumur bor untuk mendapatkan air
Meyediakan air bersih dengan mobil tangki yang sudah disediakan
oleh dinas terkait
Melakukan penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan
Menyediakan pompa air
15
Melakukan pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat
seperti gilir giring
Untuk hujan lebat, mitigasi yang dapat dilakukan antara lain yaitu :
1. Pra Bencana
Pembuatan sumur resapan yang dapat membantu apabila hujan turun
terus menerus
Perbaikan drainase agar air tidak meluap saat hujan lebat
Sosialisasi dalam penataan pembangunan untuk tidak mengganggu
saluran air di sekitar
Pengerukan sungai atau parit sebagai bentuk antisipasi ketika hujan
lebat turun
Mendesain rumah untuk mengantisipasi masuknya air ke dalam
rumah jika air meluap
Menambah karung pasir dipinggir sungai untuk menambah
kedalaman sungai sehingga ketika air melebihi bibir sungai tidak
meluap ke perumahan masyarakat
2. Saat Terjadi Bencana
Mematikan aliran listrik di dalam rumah tau hubungi PLN untuk
mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana
Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih
memungkinkan untuk disebrangi
Hindari berjalan di dekat saluran air untuk mengindari terseret arus
banjir, serta segera amankan barang-barang berharga ketempat yang
lebih tinggi
Jika air terus meninggi, segera hubungi instansi terkait
3. Pasca Bencana
Membersihkan rumah, terutama lantai, lalu gunakan antiseptik
untuk membunuh kuman
16
Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya
penyakit diare
Waspadai kemungkinan binatang berbisa atau binatang penyebar
penyakit
Selalu waspada apabila terjadi hujan lebat yang memungkinkan
untuk banjir.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, A., Sumardi, R. Hadi, Purwanto, dan M. S. Sabarudin. 2011. Studi sumber
penyebab terjadinya kebakaran dan respon masyarakat dalam rangka
pengendalian kebakaran hutan gambut di areal mawas kalimantan tengah.
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 8(5) : 287-300.
Syaufina, L., dan D. A. F. Hafni. 2018. Variabilitas iklim dan kejadian kebakaran
hutan dan lahan gambut di kabupaten bengkalis, provinsi riau. Jurnal
Silvikultur Tropika. 9(1) : 60-68.
19
Direktorat Kesiapsiagaan Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan
Nasional Penanggulangan Bencana. 20017. Membangun Kesadaran,
Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana. ______,
Jakarta.
20