Semester V 2018/2019
LAPORAN PRATIKUM
“EKSTRAKSI CAIR CAIR”
2.1 Alat
1) Corong Pisah 500 ml 4 buah
2) Buret 50 ml 1 buah
3) Klem dan Statif 2 buah
4) Pipet Ukur 25 ml 2 buah
5) Bola Isap 1 buah
6) Erlenmeyer 250 ml 8 buah
7) Gelas Kimia 500+250+100 ml 1+2+1 buah
8) Gelas Ukur 25 ml 1 buah
9) Pipet Tetes 1 buah
10) Piknometer 1 buah
11) Neraca Analitik 1 buah
2.2 Bahan
1) Trikloroetilen (C2HCl3)
2) Asam Asetat (CH3COOH)
3) Natrium Hidroksida 0,1 N (NaOH)
4) Indikator Phenolphtalein (C20H14O4)
5) Aquadest
III. DASAR TEORI
3.1 Pengertian
Salah satu cara untuk memisahkan larutan dua komponen adalah dengan
ekstraksi, yaitu dengan menambahkan komponen ke tiga (solvent) yang larut
dengan solut tetapi tidak larut dengan pelarut (diluent). Dengan penambahan
solvent ini sebagian solut ini akan berpindah dari fasa diluent ke fasa solvent
(disebut ekstrak) dan sebagian lagi tetap tinggal di dalam fasa diluent (disebut
rafinat) sesuai dengan hukum distribusi.
1. Ekstraksi cair-cair
2. Pemurnian solvent
3. Pemurnian rafinat dari solvent
Setelah operasi ekstraksi, solvent harus diambil lagi baik dari fasa
ekstrak maupun rafinat. Karena pemurnian ini sering dilakukan dengan
destilasi, maka keasirian relatif antara solvent dengan non solvent harus
lebih besar atau lebih kecil dari satu. Untuk solvent yang lebih mudah
menguap, dipilih kalor penguapannya rendah.
3. Koefisien distribusi.
4. Kelarutan solvent.
5. Rapat massa.
Beda rapat massa antara fasa solvent dan fasa diluent di dalam keadaan
setimbang mempengaruhi laju alir countercurrent dan laju pendispersian.
Untuk ini dipilih beda rapat massa yang cukup besar.
7. Sifat racun.
Bila pemisahan dengan distilasi tidak efektif atau sangat sulit, maka
ekstraksi zat cair merupakan alternatif utama yang perlu diperhatikan.
Campuran dari zat yang titik didihnya berdekatan atau zat yang tidak dapat
menahankan suhu distilasi biarpun dalam vakum sekalipun, biasanya
dipisahkan dari ketakmurniannya dengan cara ekstraksi, yang menggunakan
perbedaan kimia sebagai pengganti perbedaan tekanan uap. Contohnya,
penisilin dikumpulkan dari cairan fermentasi dengan cara ekstraksi dengan
menggunakan pelarut seperti butil asetat sesudah pH-nya diturunkan untuk
mendapatkan koefisien partisi yang lebih memuaskan. Pelarut itu lalu diberi
larutan fosfatberdapar (buffer) untuk mengekstraksi penisilin dari pelarut
dan memberikan larutan air yang lebih murni. Penisilin lalu dipulihkan dari
larutan ini dengan cara mengeringkan. Ekstraksi juga dilakukan untuk
memulihkan asam asetat dari larutan air encer; distilasi juga mungkin dalam
hal ini, tetapi dengan ekstraksi, banyaknya air yang harus didistilasi akan
jauh berkurang.
4. Pelarut dan larutan yang akan diekstraksi harus tidak mudah campur.
VI. PERHITUNGAN
53,8889 g − 27,6531 g
= 0.9968 𝑔/𝑚𝑙
26,2358 g
= 0.9968 𝑔/𝑚𝑙
= 26,3200 ml
6.2 Perhitungan Berat Jenis
Berat jenis untuk ekstrak dan rafinat pada volume asam asetat 5 mL
54,1861 g − 27,6531 g
=
26,3200 𝑔/𝑚𝑙
26,2358 g
=
26,3200 𝑚𝑙
= 1,0081 g/ml
62,7336g − 27,6531 g
= 26,3200 𝑔/𝑚𝑙
35,0805 g
= 26,3200 𝑚𝑙
= 1,3371 g/ml
Dengan menggunakan perhitungan yang sama diatas maka diperoleh
nilai berat jenis untuk ekstrak dan rafinat pada variasi yang lain
1.2
1
0.8
BjBj
Destilat
Ekstrak
0.6
0.4 BjBj
Rafinat
Rafinat
0.2
0
0 1 2 3 4 5 6
Vol. Asam Asetat Glasial (ml)
206,7 ml x 0.1 N
=
10 𝑚𝑙
= 2,607 N
165 ml x 0.1 N
=
10 𝑚𝑙
= 0,165 N
Setelah menghitung Konsentrasi ekstrak (Y) dan rafinat (X) diperoleh,
dilakukan perhitungan koefisien distribusi :
Y
Koefisien Distribusi pada =
X
2,607
=
0,165
= 12,5272
Dengan melakukan perhitungan yang sama seperti diatas, maka diperoleh
konsentrasi ekstrak, rafinat dan koefisien distribusi untuk variasi yang
lain :
No Volume Asam Konsentrasi Konsentrasi Koefisien
Asetat (mL) Asam Asetat Asam Asetat Distribusi
Ekstrat (Y) Rafinat (X) (Y/X)
1 5 2,067 N 0,165 N 12,5272
2 4 1,65 N 0,125 N 13,2
3 3 1,374 N 0,106 N 12,9622
4 2 1,11 N 0,047 N 23,6170
5 1 0,513 N 0,016 N 32,0625
30
25
20
Kons. Ekstrak
15
Kons. Rafinat
10 Koef. Distribusi
5
0
0 2 4 6
Volume Asam Asetat (ml)
VII. PEMBAHASAN
30
25
20
Kons. Ekstrak
15
Kons. Rafinat
10
Koef. Distribusi
5
0
0 2 4 6
Volume Asam Asetat (ml)
1.6
1.4
Berat Jenis (g/ml)
1.2
1
0.8
0.6 BjBjDestilat
Ekstrak
0.4 BjBjRafinat
Rafinat
0.2
0
0 2 4 6
Vol. Asam Asetat Glasial (ml)
Dari grafik tersebut terlihat bahwa massa jenis ektrak 1,0 g/ml
dimana harga tersebut hampir sama dengan massa jenis air, yakni 0,9968
g/ml. Hal tersebut dikarenakan ekstrak memiliki kandungan air yang lebih
banyak dibandingkan dengan rafinat yang sebagian besar mangandung
TCE. Penambahan asam asetat juga menyebabkan peningkatan massa jenis
pada ekstrak. Hal tersebut dikarenakan massa jenis kandungan asam asetat
pada ekstrak mempengaruhi massa jenis air, sehingga massa jenis air
cenderung bertambah seiring dengan bertambahnya volume asam asetat.
7. PEMBAHASAN
9. DAFTAR PUSTAKA
Zulmanwardi. 2007. Petunjuk Praktikum Satuan Operasi 2. Jurusan Teknik
Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang: Makassar