Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan Rahmat dan
Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini, dengan judul “ gangguan Waham Menetap”
sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior di SMF
Kesehatan Jiwa RSU Dr. Pirngadi Medan.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dokter pembimbing yaitu
Prof. DR. Bahagia Loebis, SpKJ (K), atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Kesehatan Jiwa RSU Dr. Pirngadi Medan dan dalam
penyusunan paper ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa paper ini memiliki banyak kekurangan baik dari
kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan di masa mendatang. Harapan kami semoga paper ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………………………………………………………….
Daftar isi ………………………………………………………………………………….
BAB I pendahuluan………………………………………………………………………
BAB II Tinjauan Pustaka………………………………………………………………...
2.1. Gangguan Kepribadian………………………………………………………………..
2.1.1. Defenisi…………………………………………………………………………….
2.2. Gangguan Kepribadian Paranoid……………………………………………………..
2.2.1. Defenisi…………………………………………………………………………….
2.2.2. Epidemiologi……………………………………………………………………….
2.2.3. Diagnosis…………………………………………………………………………...
2.2.4. Gambaran Klinis…………………………………………………………………….
2.2.5. Diagnosis Banding………………………………………………………………….
2.2.6. Perjalanan Gangguan Dan Prognosis……………………………………………......
2.2.7. Terapi……………………………………………………………………………….
BAB III Kesimpulan……………………………………………………………………...
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. Pembahasan
Gangguan waham menetap didefenisikan sebagai suatu gangguan psikiatri dimana gejala
utama adalah waham. (1)
2.2. Epidemiologi
Prevalensi gangguan waham menetap di Amerika Serikat sekarang ini diperkirakan
0,025% sampai 0,03%. Jadi gangguan waham menetap ini jauh lebih jarang terjadi dibandingkan
dengan skizofrenia yang memiliki prevalensi 1% dan gangguan mood yang memiliki prevalensi
5%. Insiden tahunan gangguan waham 1-3 kasus baru per 100.000 orang. Usia rentan awitan
adalah sekitar 40 tahun, tetapi kisaran awitan dimulai dari 18 – 90 an. Terdapat sedikit
kecenderungan bahwa perempuan lebih sering terkena. (1)
Awitan gangguan waham menetap berkisar dari remaja sampai orang dewasa (18 –
90an), tetapi sebagian besar kasus terdiagnosis pada orang usia pertengahan (40 – 45 tahun). (1)
2.3. Etiologi
Etiologi dari gangguan waham menetap masih belum diketahui. Data yang paling
mendukung berasal dari keluarga yang melaporkan peningkatan prevalensi terjadinya gangguan
waham menetap, dimana gangguan menetap lebih sering terjadi pada seseorang dengan riwayat
keluarga menderita penyakit yang sama atau menderita skizofrenia. (1)
1) Status mental
a. Deskripsi Umum
Pasien biasanya berdandan dengan baik dan berpakaian baik, tanpa bukti adanya
disintegritas nyata pada kepribadian atau aktivitas harian. Tetapi pasien mungkin terlihat aneh,
pencuriga atau bermusuhan.
b. Mood, perasaan dan afek
Mood pasien biasanya konsisten atau sejalan dengan isi waham. Misalnya pasien dengan
waham kejarakan curiga.
c. Gangguan persepsi
Menurut DSM IV-TR, waham raba atau cium mungkin ditemukan jika hal tersebut
konsisten dengan waham.
d. Pikiran
Gangguan isi pikiran berupa waham merupakan gejala utama dari gangguan ini. Waham
biasanya bersifat sistematis dan karakteristiknya adalah memungkinkan. (1)
2.6. Diagnosis
Untuk diagnosis suatu gangguan waham menetap, dapat digunakan kriteria berdasarkan
PPDGJ III, yaitu :
a. Waham – waham merupakan satu – satunya ciri khas klinis atau gejala yang paling
sering mencolok. Waham- waham tersebut (baik tunggal maupun sebagai situasi
suatu sistem waham) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus bersifat
khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat.
b. Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang lengkap atau fill
blown (f32) mungkin terjadi secara intermitten dengan syarat bahwa waham-waham
tersebut menetap pada saat-saat tidak terdapat gangguan afektif.
c. Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak.
d. Tidak boleh adanya halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada dan
bersifat sementara.
e.
Tidak ada riwayat gejala – gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar pikiran,
penumpukan afek, dsb). (3)
Gangguan waham menetap adalah suatu gangguan psikiatrik dimana gejala utamanya
adalah waham. Prevalensi terjadinya gangguan waham menetap dianggap sama dengan
prevalensi di Amerika Serikat, yaitu 0,03% dimana angka ini jauh berbeda dengan prevalensi
terjadinya skizofrenia dan gangguan mood. Angka munculnya kasus baru adalah 1-3 kasus baru
per 100.000 pertahunnya. Gangguan waham menetap ini terjadi lebih banyak padda wanita
daripada laki-laki dengan ratio perbandingannya adalah 3:1. Penyebab terjadinya gangguan
waham menetap masih belum diketahui. Namun, terdapat beberapa pendapat yaitu faktor genetik
dan biologi. Penderita gangguan waham menetap umumnya memiliki status mental, sensorium
dan kognisi yang baik.
Terdapat tujuh tipe gangguan waham menetap, diantaranya adalah tipe kejar, tipe
erotomanik, tipe kebesaran, tipe cemburu, tipe somatik, tipe campuran dan tipe tidak terinci. Tipe
kejar dan tipe cemburu merupakan tipe gangguan waham menetap yang paling sering ditemui,
tipe kebesaran tidak begitu sering, tipe erotomanik dan tipe somatik merupakan tipe yang paling
jarang terjadi. Untuk menentukan diagnosa gangguan waham menetap dapat dipakai kriteria
yang diadaptasi dari DSM IV-TR. Diagnosa banding yang paling mendekati gangguan waham
menetap adalah skizofrenia paranoid, dimana yang membedakannya adalah kualitas dari
wahamnya. Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada penderita gangguan waham menetap
adalah rawatan rumah sakit, farmakoterapi, psikoterapi, faktor psikodinamik, dan terapi
keluarga. Gangguan waham menetap memiliki prognosa yang bisa dikatakan baik, karena kurang
dari 50% penderitanya dapat sembuh dengan follow up jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan H, Saddock B, Grebb J. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu pengetahuan
perilaku Psikiatri Klinis. Jilid I. Jakarta : Binarupa Aksara, 1997.
2. Kaplan H, Sadock B. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik, 1993.
3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
Indonesia III, Cetakan Pertama. Gangguan Waham Menetap. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik, 1995.
4. Puri, Basant K. Buku Ajar Psikiatri (Textbook of Psychiatry). Edisi 2. Jakarta : EGC,
2011