Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan Rahmat dan
Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini, dengan judul “ gangguan Waham Menetap”
sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior di SMF
Kesehatan Jiwa RSU Dr. Pirngadi Medan.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dokter pembimbing yaitu
Prof. DR. Bahagia Loebis, SpKJ (K), atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Kesehatan Jiwa RSU Dr. Pirngadi Medan dan dalam
penyusunan paper ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa paper ini memiliki banyak kekurangan baik dari
kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan di masa mendatang. Harapan kami semoga paper ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Juni 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar…………………………………………………………………………….
Daftar isi ………………………………………………………………………………….
BAB I pendahuluan………………………………………………………………………
BAB II Tinjauan Pustaka………………………………………………………………...
2.1. Gangguan Kepribadian………………………………………………………………..
2.1.1. Defenisi…………………………………………………………………………….
2.2. Gangguan Kepribadian Paranoid……………………………………………………..
2.2.1. Defenisi…………………………………………………………………………….
2.2.2. Epidemiologi……………………………………………………………………….
2.2.3. Diagnosis…………………………………………………………………………...
2.2.4. Gambaran Klinis…………………………………………………………………….
2.2.5. Diagnosis Banding………………………………………………………………….
2.2.6. Perjalanan Gangguan Dan Prognosis……………………………………………......
2.2.7. Terapi……………………………………………………………………………….
BAB III Kesimpulan……………………………………………………………………...
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gangguan waham menetap didefenisikan sebagai suatu gangguan psikiatrik dimana
gejala utama adalah waham. Gangguan waham ini ditandai oleh keyakinan yang salah dan
menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam kenyataan. Gangguan waham menetap mungkin
timbul sebagai respon normal terhadap pengalaman abnormal di dalam lingkungan atau sistem
saraf pusat. (1,2)
Gangguan waham menetap meliputi suatu variasi dengan waham-waham yang
berlangsung lama, sebagai satu-satunya gejala klinis yang khas atau yang paling mencolok dan
yang tidak dapat digolongkan sebagai organik, skizofrenik atau afektif. (3)
Prevalensi gangguan waham menetap di Amerika Serikat sekarang ini diperkirakan
0,025% sampai 0,03%. Jadi gangguan waham menetap ini jauh lebih jarang terjadi dibandingkan
dengan skizofrenia yang memiliki prevalensi 1% dan gangguan mood yang memiliki prevalensi
5%. (1)
Penyebab pasti dari gangguan waham menetap belum diketahui, namun berdasarkan data
yang dilaporkan terjadi peningkatan prevalensi terjadinya gangguan waham menetap pada
seseorang dengan riwayat keluarga menderita penyakit yang sama atau menderita skizofrenia. (1)
Pasien dengan gangguan waham menetap dapat diobati atas dasar rawat jalan, akan tetapi
ada beberapa alasan yang harus dipertimbangkan untuk indikasi rawat inap di rumah sakit. (2)
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pembahasan
Gangguan waham menetap didefenisikan sebagai suatu gangguan psikiatri dimana gejala
utama adalah waham. (1)

2.2. Epidemiologi
Prevalensi gangguan waham menetap di Amerika Serikat sekarang ini diperkirakan
0,025% sampai 0,03%. Jadi gangguan waham menetap ini jauh lebih jarang terjadi dibandingkan
dengan skizofrenia yang memiliki prevalensi 1% dan gangguan mood yang memiliki prevalensi
5%. Insiden tahunan gangguan waham 1-3 kasus baru per 100.000 orang. Usia rentan awitan
adalah sekitar 40 tahun, tetapi kisaran awitan dimulai dari 18 – 90 an. Terdapat sedikit
kecenderungan bahwa perempuan lebih sering terkena. (1)
Awitan gangguan waham menetap berkisar dari remaja sampai orang dewasa (18 –
90an), tetapi sebagian besar kasus terdiagnosis pada orang usia pertengahan (40 – 45 tahun). (1)

2.3. Etiologi
Etiologi dari gangguan waham menetap masih belum diketahui. Data yang paling
mendukung berasal dari keluarga yang melaporkan peningkatan prevalensi terjadinya gangguan
waham menetap, dimana gangguan menetap lebih sering terjadi pada seseorang dengan riwayat
keluarga menderita penyakit yang sama atau menderita skizofrenia. (1)

2.4. Gambaran Klinis

1) Status mental
a. Deskripsi Umum
Pasien biasanya berdandan dengan baik dan berpakaian baik, tanpa bukti adanya
disintegritas nyata pada kepribadian atau aktivitas harian. Tetapi pasien mungkin terlihat aneh,
pencuriga atau bermusuhan.
b. Mood, perasaan dan afek
Mood pasien biasanya konsisten atau sejalan dengan isi waham. Misalnya pasien dengan
waham kejarakan curiga.

c. Gangguan persepsi
Menurut DSM IV-TR, waham raba atau cium mungkin ditemukan jika hal tersebut
konsisten dengan waham.
d. Pikiran
Gangguan isi pikiran berupa waham merupakan gejala utama dari gangguan ini. Waham
biasanya bersifat sistematis dan karakteristiknya adalah memungkinkan. (1)

2) Sensorium dan kognisi


a. Orientasi dan daya ingat
Pasien dengan gangguan waham menetap biasanya tidak memiliki kelainan dalam
orientasi serta daya ingat dan proses kognitif lainnya tidak terganggu.
b. Pengendalian impuls
Klinisi harus memeriksa pasien dengan waham menetap untuk menentukan ada atau tidak
gagasan atau rencana melakukan material wahamnya dengan bunuh diri, membunuh atau
melakukan tindakan kekerasan, Insidensitas tidak diketahui pada penyakit ini.
c. Pertimbangan dan tilikan
Pasien dengan gangguan waham menetap hampir seluruhnya tidak memiliki tilikan
terhadap kondisi mereka dan hampir seluruhnya dibawa ke rumah sakit oleh keluarga,
perusahaan atau polisi.
d. Kejujuran
Pasien dengan gangguan waham menetap biasanya dapat dipercaya dalam
informasinya.(1)

2.5. Tipe – tipe


Terdapat beberapa tipe pada gangguan waham menetap, yaitu :
1. Tipe kejar (presecutory type)
Waham kejar adalah gejala klasik gangguan menetap waham menetap. Tipe ini adalah
tipe gangguan waham menetap yang paling sering dijumpai. Waham kejar sederhana atau
terperinci dan biasanya berupa tema tunggal atau sejumlah tema yang berhubungan, seperti
disekongkoli, dicurigai, dimata-matai, diikuti, diracuni, difitnah secara kejam, diusik atau
dihalang-halangi dalam menggapai tujuan jangka panjang. Hinaan kecil dapat menjadi besar dan
menjadi pusat sistem waham. Yang membedakannya dengan tipe kejar pada skizofrenia adalah
waham menetap umunya tersistematisasi, koheren, dan dapat dibenarkan secara logika. (1)
2. Tipe erotomania (erotomanic type)
Pada tipe ini waham inti adalah dicintai mati-matian oleh seseorang, diamana orang yang
dibayangkannya berasal dari strata status yang lebih tinggi darinya, seperti bintang film atau
atasan kerja, atau dapat pula seseorang yang lebih tinggi darinya, seperti bintang film atau atasan
kerja, atau dapat pula seseorang yang sudah menikah atau seseorang yang tidak mungkin
digapai. Pasien dengan waham erotomanik adalah gangguan bermakna terhadap masyarakat.
Onset gejala dapat mendadak dan menjadi kronis sehingga seringkali menjadi pusat perhatian
utama pada kehidupan seseorang yang terkena. Usaha untuk berhubungan dengan objek waham,
baik melalui telepon, surat, hadiah, kunjungan bahkan mengawasi sampai mengikuti adalah
sering. Orang yang terkena seringkali ditemukan hidup menyendiri, menarik diri dari
masyarakat, memiliki kontak seksual terbatas dan memiliki level sosial rendah atau pekerjaan
yang sederhana. Angka kejadian waham tipe ini adalah 1 – 2%. (1)
3. Tipe kebesaran ( Grandiose Type)
Gangguan waham tipe ini disebut juga megalomania. Bentuk paling umum dari waham
kebesaran adalah keyakinan bahwa dirinya memiliki wawasan atau bakat yang luar biasa tetapi
tidak diketahui, atau membuat penemuan penting,dimana pasien telah dibawa ke berbagai badan
pemerinatahan seperti FBI. Waham yang lebih jarang adalah bahwa penderita memiliki
hubungan khusus dengan seseorang yang terkemuka atau isi waham religius, dimana penderita
menjadi pemimpin religius. (1)
4. Tipe cemburu (jelous type)
Gangguan waham tipe ini juga dikenal sebagai paranoid conjugal dan syndrome othello.
Lebih sering terjadi pada laki-laki, seringnya maka mereka yang tidak memiliki penyakit
psikiatri lain. Keadaan tersebut dapat tampak mendadak dan dapat menjelaskan kejadian saat ini
dan masa lalu yang dialami pasien dan melibatkan perilaku pasangan. Keadaan tersebut sulit
ditangani dan hanya dapat dikurangi dengan berpisah, bercerai atau kematian pasangan. (1)
5. Tipe somatik (somatic type)
Waham tipe ini juga dikenal sebagai psikosis hipokondrial monosimptomatik. Perbedaan
antara hipokondriasis dengan gangguan waham menetap tipe somatik terletak pada derajat
keyakinan yang dimiliki pasien tentang anggapan adanya penyakit dalam dirinya. Kesadaran
pasien biasanya baik dan gejala yang ditimbulkannya tidak berhubungan dengan penyakit umum
yang mendasarinya atau penyakit psikiatri lainnya. Waham tipe ini dapat terjadi secara perlahan-
lahan atau tiba-tiba. Kecemasan dan kewaspadaan yang berlebihan adalah karakteristik dari
waham ini. Waham yang paling sering diderita adalah infeksi (bakteri, virus, parasit),
dismorfobia (misalnya bentuk yang tidak sesuai dengan hidung, payudara), waham tentang bau
badan yang berasal dari kulit, mulut, vagina, atau waham bahwa bagian tubuh tertentu seperti
usus besar tidak berfungsi. Dapat terjadi halusinasi taktil yang berhubungan dengan tema
waham, misalnya pasien merasa ada rayap dibawah kulitnya. (1)
6. Tipe campuran (mixed type)
Pasien menunjukkan lebih dari satu tipe waham diatas dan tidak ada satu tema waham
yang menonjol. (1)
7. Tipe tak Terinci (Unspesified type)
Pasien menunjukkan tema waham yang tidak memenuhi salah satu waham diatas, sebagai
contoh misidentifikasi sindroma, seperti sindrom capgras, yaitu keadaan yang dikarakteristikkan
dimana pasien percaya bahwa anggota keluarganya telah digantikan dengan seorang petinju
ulung. (1)

2.6. Diagnosis
Untuk diagnosis suatu gangguan waham menetap, dapat digunakan kriteria berdasarkan
PPDGJ III, yaitu :
a. Waham – waham merupakan satu – satunya ciri khas klinis atau gejala yang paling
sering mencolok. Waham- waham tersebut (baik tunggal maupun sebagai situasi
suatu sistem waham) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus bersifat
khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat.
b. Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang lengkap atau fill
blown (f32) mungkin terjadi secara intermitten dengan syarat bahwa waham-waham
tersebut menetap pada saat-saat tidak terdapat gangguan afektif.
c. Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak.
d. Tidak boleh adanya halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada dan
bersifat sementara.
e.
Tidak ada riwayat gejala – gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar pikiran,
penumpukan afek, dsb). (3)

2.7. Diagnosis banding


Diagnosis banding yang paling mendekati gangguan waham menetap adalah skizofrenia
tipe paranoid. Dimana yang membedakannya dengan gangguan waham menetap adalah kualitas
waham, skizofrenia tipe paranoid memiliki pedoman diagnostik sebagai berikut :
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2. Sebagai tambahan :
 Halusinasi atau waham harus menonjol :
a. Suara- suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing).
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual atau
lain-lain perasaan tubuh. Halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol.
c. Waham dapat berupa hampir semua jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau
“passivity” (delusion of passivity) dan keyakinan dikejar – kejar yang
beraneka ragam adalah yang paling khas.
 Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol. (1)
2.8. Penatalaksanaan
Terdapat beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita gangguan
waham, yaitu :
1. Perawatan di Rumah Sakit
Pada umumnya pasien dengan gangguan waham menetap dapat diobati atas dasar rawat
jalan. Tetapi klinis harus mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, diperlukan pemeriksaan
medis dan neurologis pada diri pasien untuk menentukan apakah terdapat kondisi medis
nonpsikiatrik yang menyebabkan penyakit ini. Kedua, pasien perlu diperiksa tentang
kemampuannya mengendalikan impuls kekerasan yang mungkin berhubungan dengan waham.
Ketiga, perilaku tentang waham mungkin secara bermakna telah mempengaruhi kemampuannya
untuk berfungsi di dalam keluarga atau pekerjaannya. (1)
2. Farmakoterapi
Antipsikotik telah digunakan sejak tahun 1970 sebagai pengobatan gangguan waham
menetap. Dokter harus memulai dengan dosis rendah, sebagai contoh Haloperidol (haldol) 2 mg
dan meningkatkan secara perlahan-lahan. Beberapa peneliti telah menyatakan bahwa Pimozide
(orap) mungkin efektif pada gangguan waham menetap tipe somatik. Terapi kombinasi sering
dilakukan, termasuk mengkombinasi obat antipsikotik dengan anti depressan. Secara
keseluruhan, penderita gangguan waham menetap sangat berespon terhadap pengobatan
(antipsikosit) yang diberikan, dimana 50% dilaporkan sembuh dari gejalanya, 90% menunjukkan
adanya perubahan dari klinisnya. (1)
3. Psikoterapi
Memberikan informasi dan edukasi yang benar mengenai penyakit pasien, sehingga
diharapkan keluarga dapat menerima pasien dan mendukungnya ke arah penyembuhan.
Memberitahukan kepada keluarga untuk tidak memberikan tekanan emosional kepada pasien,
keluarga juga diharapkan mampu mengawasi kepatuhan pasien untuk kontrol minum obat, dan
meminta keluarga untuk lebih mendengarkan dan berkomunikasi dengan pasien. Tanda terapi
yang berhasil adalah suatu kepuasan penyesuaian sosial. (1)
2.9. Prognosis
Gangguan waham menetap diperkirakan merupakan diagnosis yang cukup stabil. Kurang
dari 25 % semua pasien dengan gangguan waham menetap menjadi skizofrenia. Kira-kira 50%
pasien pulih pada follow up jangka panjang, 20% lainnya mengalami penurunan gejalanya dan
30% lainnya tidak mengalami perubahan dan gejalanya. (1)
BAB III
KESIMPULAN

Gangguan waham menetap adalah suatu gangguan psikiatrik dimana gejala utamanya
adalah waham. Prevalensi terjadinya gangguan waham menetap dianggap sama dengan
prevalensi di Amerika Serikat, yaitu 0,03% dimana angka ini jauh berbeda dengan prevalensi
terjadinya skizofrenia dan gangguan mood. Angka munculnya kasus baru adalah 1-3 kasus baru
per 100.000 pertahunnya. Gangguan waham menetap ini terjadi lebih banyak padda wanita
daripada laki-laki dengan ratio perbandingannya adalah 3:1. Penyebab terjadinya gangguan
waham menetap masih belum diketahui. Namun, terdapat beberapa pendapat yaitu faktor genetik
dan biologi. Penderita gangguan waham menetap umumnya memiliki status mental, sensorium
dan kognisi yang baik.
Terdapat tujuh tipe gangguan waham menetap, diantaranya adalah tipe kejar, tipe
erotomanik, tipe kebesaran, tipe cemburu, tipe somatik, tipe campuran dan tipe tidak terinci. Tipe
kejar dan tipe cemburu merupakan tipe gangguan waham menetap yang paling sering ditemui,
tipe kebesaran tidak begitu sering, tipe erotomanik dan tipe somatik merupakan tipe yang paling
jarang terjadi. Untuk menentukan diagnosa gangguan waham menetap dapat dipakai kriteria
yang diadaptasi dari DSM IV-TR. Diagnosa banding yang paling mendekati gangguan waham
menetap adalah skizofrenia paranoid, dimana yang membedakannya adalah kualitas dari
wahamnya. Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada penderita gangguan waham menetap
adalah rawatan rumah sakit, farmakoterapi, psikoterapi, faktor psikodinamik, dan terapi
keluarga. Gangguan waham menetap memiliki prognosa yang bisa dikatakan baik, karena kurang
dari 50% penderitanya dapat sembuh dengan follow up jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan H, Saddock B, Grebb J. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu pengetahuan
perilaku Psikiatri Klinis. Jilid I. Jakarta : Binarupa Aksara, 1997.
2. Kaplan H, Sadock B. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik, 1993.
3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
Indonesia III, Cetakan Pertama. Gangguan Waham Menetap. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik, 1995.
4. Puri, Basant K. Buku Ajar Psikiatri (Textbook of Psychiatry). Edisi 2. Jakarta : EGC,
2011

Anda mungkin juga menyukai