1383 2875 1 SM PDF
1383 2875 1 SM PDF
ABSTRAK
Latar Belakang: Preeklampsia merupakan sindrom yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan
proteinuria yang muncul di trimester kedua kehamilan yang selalu pulih diperiode postnatal. Preeklampsia
merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas ibu dan janin, banyak faktor yang berpengaruh terjadinya
preeklampsia. Tujuan: Mengetahui hubungan faktor resiko terjadinya preeklampsia dengan kejadian
preeklampsia di RS Roemani Muhammadiyah Semarang. Metode: Metode penelitian ini menggunakan
rancangan case control dengan pendekatan retrospektif, menggunakan teknik sampel jenuh yaitu responden
yang digunakan pada kasus adalah 32 ibu hamil dengan preeklampsia dan pada kontrol 32 ibu hamil normal
pengumpulan data ini dengan cara melihat rekam medik lalu dianalisis secara univariat dan bivariat dengan
menggunakan analisis chi square Hasil: Hasil penelitian tidak ada hubungan yang signifikan faktor resiko
umur dengan kejadian preeklampsia (p=0,768 ) (OR=1,190), tidak ada hubungan yang signifikan faktor resiko
paritas dengan kejadian preeklampsia (p=0,313) (OR= 0,600), ada hubungan yang signifikan antara faktor
riwayat preeklampsia sebelumnya dengan kejadian preeklampsia (p=0,01), tidak ada hubungan yang
signifikan antara faktor resiko kehamilan kembar dengan kejadian preeklampsia (p=1,00). Simpulan:
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan faktor resiko umur, paritas, kehamilan kembar
dengan kejadian preeklampsia, ada hubungan yang signifikan antar riwayat preeklampsia sebelumnya dengan
kejadian preeklampsia.
Kata Kunci : Umur, paritas, riwayat preeklamsi, kehamilan kembar, kejadian pre klampsia
ABSTRACK
Background: Preeclampsia is a syndrome characterized by increased blood pressure and proteinuria that
appeared in the second trimester of pregnancy that always recovered postnatal period. Preeclampsia is the
leading cause of mortality and morbidity of mother and fetus, there are some factors that influence the
occurrence of preeclampsia. Purpose: To know what is the correlation of risk factors to the incidence of
preeclampsia occurrence of preeclampsia in Roemani Muhammadiyah hospital Semarang Methods: The
method of this research, using a case control design with a retrospective approach. using saturated samples
technique that used in the case of respondents who were 32 pregnant women with preeclampsia and 32 normal
pregnant women control the collection of this data by looking at the medical records were analyzed using
univariate and bivariate using analysis of chi square. Results: The results of the reserch there was no
significant association of risk factors with the incidence of preeclampsia age (p=0.768) (OR=1.190), there was
no significant association of risk factors with the incidence of preeclampsia parity (p=0.313) (OR=0.600), there
is a relationship among the significant factors in preeclampsia history prior to the occurrence of preeclampsia
(p=0.01), there was no significant association between the risk factors the incidence of multiple pregnancies
with preeclampsia (p=1.00). Conclusion: It was concluded that there is never correlation between risk factors
of age, parity, twin pregnancy with preeclampsia incidence, there is correlation between a history of previous
preeclampsia with preeclampsia occurence
1
PENDAHULUAN ibu yang memiliki riwayat preeklampsia
Preeklampsia merupakan sebelumnya akan meningkatkan 20%
sindrom yang ditandai dengan resiko mengalami kekambuhan (Chapman,
peningkatan tekanan darah dan 2006:162).
proteinuria yang muncul ditrimester Preeklampsia merupakan
kedua kehamilan yang selalu pulih penyebab utama mortalitas dan morbiditas
diperiode postnatal. Preeklampsia dapat ibu dan janin. Menurut WHO pada tahun
terjadi pada masa antenatal, intranatal, 2010 angka kematian ibu di dunia
dan postnatal. Ibu yang mengalami 287.000, WHO memperkirakan ada
hipertensi akibat kehamilan berkisar 500.000 kematian ibu melahirkan di
10%, 3-4 % diantaranya mengalami seluruh dunia setiap tahunnya,
preeklampsia, 5% mengalami hipertensi penyumbang terbesar dari angka tersebut
dan 1-2% mengalami hipertensi kronik merupakan negara berkembang yaitu 99%.
(Robson dan Jason, 2012). Perempuan meninggal akibat komplikasi
Powrie dan Miller (2008) selama dan setelah kehamilan dan
menyatakan, preeklampsia merupakan persalinan. Sebagian besar komplikasi ini
komplikasi dari gangguan ginjal disertai berkembang selama kehamilan.
hipertensi. Saat ini hipertensi kronik Komplikasi utama penyumbang 80%
merupakan penyulit 3-5% kehamilan, kematian ibu adalah perdarahan parah
wanita dengan hipertensi kronik akan (sebagian besar perdarahan postpartum),
cenderung memiliki resiko yang lebih infeksi (biasanya setelah melahirkan),
besar (20-40%) mengalami preeklampsia tekanan darah tinggi selama kehamilan
(Bothamley dan Maureen, 2012). (pre-eklampsia dan eklampsia) dan aborsi
Preeklampsia dipengaruhi oleh tidak aman. Sisanya disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu primigravida atau penyakit malaria dan AIDS selama
>10 tahun sejak kelahiran terakhir, kehamilan.
kehamilan pertama dengan pasangan Berdasarkan hasil Survei
baru, riwayat preeklampsia sebelumnya, Demografi Kesehatan Indonesia tahun
riwayat keluarga dengan preeklampsia, 2012 angka kematian ibu di indonesia
kehamilan kembar, kondisi medis tertentu, tercatat mengalami kenaikan yang
adanya proteinuria, umur >40 tahun, signifikan sekitar 359/ 100.000 kelahiran
obesitas, dan fertilitas in vivo (Bothamley hidup. Angka tersebut mengalami
dan Maureen, 2012). Perempuan yang kenaikan jika dibandingkan dengan SDKI
memiliki banyak faktor resiko dengan tahun 2007, dimana AKI sekitar 228/
riwayat penyakit yang buruk dan 100.000 kelahiran hidup
sebelumnya mengalami awitan resiko (www.kebijakankesehatanindonesia.net).
preeklampsia sejak dini meningkatkan Banyak faktor penyebab kematian ibu
resiko 20% (Robson dan Jason, 2012). Ibu diantaranya adalah perdarahan nifas sekitar
yang mengalami preeklampsia, 26% anak 26,9%, eklampsia saat bersalin 23%,
perempuannya akan mengalami infeksi 11%, komplikasi puerpurium 8%,
preeklampsia pula, sedangkan hanya 8% trauma obstetrik 5%, emboli obstetrik 8%,
anak menantu mengalami preeklampsia aborsi 8 % dan lain-lain 10,9% (Depkes
(Prawirohardjo, 2009). RI, 2011).
Preeklampsia sepuluh kali lebih Angka kematian ibu di provinsi
sering terjadi pada primigravida, jawa tengah pada tahun 2012 juga
kehamilan ganda memiliki resiko dua kali mengalami kenaikan sebesar 116,34/
lipat, perempuan obesitas dengan indeks 100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan
massa tubuh > 29 meningkatkan resiko dengan tahun 2011 yaitu sekitar 116,01/
empat kali lipat terjadi preeklampsia dan 100.000 kelahiran hidup (Dinkes jateng,
2
2012). Berdasarkan audit pemerintah jawa Muhammadiyah Semarang kasus
tengah, penyebab kematian ibu disebabkan preeklampsia dari tahun ke tahun
oleh preeklampsia-eklampsia sekitar 35,26 mengalami peningkatan. Tercatat tahun
%, perdarahan 16,44%, infeksi 4,74%, 2011 jumlah preeklampsia berat sebanyak
abortus 0,30% dan partus lama 0,30% 30 kasus dan eklamsi 3 kasus, meningkat
(Kompas, 2012). tahun 2012 yaitu sebesar 38 kasus terdiri
Di kota semarang jumlah dari eklamsi 3 kasus, preeklampsia berat
kematian ibu maternal pada tahun 2012 33 kasus, dan preeklampsia ringan 2 kasus,
sebanyak 22 kasus dari 27.448 jumlah tahun 2013 angka kejadian preeklampsia
kelahiran hidup atau sekitar 77,5 per sebesar 42 kasus yaitu eklamsi 7 kasus,
100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut preeklampsia berat 32 kasus, dan
mengalami penurunan jika dibandingkan preeklampsia ringan 3 kasus.
dengan tahun 2011 yaitu 31 kasus dari Berdasarkan latar belakang yang
25.852 jumlah kelahiran hidup atau sekitar telah diuraikan di atas maka peneliti
119,9/ 100.000. Data menunjukkan tertarik untuk meneliti masalah faktor-
kematian ibu terjadi pada nifas sebanyak faktor yang berhubungan dengan kejadian
11 kasus (50%), hamil 6 kasus (27%) dan preeklampsia pada ibu hamil di RS
bersalin 5 kasus (23%). Penyebab AKI Roemani Muhammadiyah Semarang
didominasi oleh eklampsia (36,4%), Tahun 2014.
perdarahan (22,7%), preeklampsia berat
(9,0 %), infeksi (4,5%), lain-lain (31,8%) METODE PENELITIAN
(dinas kota semarang, 2012). Jenis penelitian survei analitik
Kematian ibu terjadi karena retrospektif dengan metode case control
tidak mempunyai akses ke pelayanan dengan menggunakan rekam medik pasien
kesehatan ibu yang berkualitas, terutama dari bulan Januari 2013 sampai bulan
pelayanan kegawatdaruratan tepat yang Februari 2014 di RS Roemani
dilatarbelakangi oleh terlambatnya Muhammadiyah Semarang.
mengenal tanda bahaya dan mengambil Populasi yang digunakan dalam
keputusan, terlambat mencapai pelayanan penelitian ini yaitu seluruh kasus
kesehatan serta terlambat mendapatkan preeklampsia yang ditentukan berdasarkan
pelayanan di fasilitas kesehatan. Penyebab diagnosa medis yang pernah dirawat
yang sering terjadi juga karena faktor 4 diruang maternitas dan tercatat dalam
“terlalu”, yaitu terlalu tua (>35 tahun), rekam medik Rumah Sakit Roemani
terlalu muda (<20 tahun), terlalu banyak Muhammadiyah Semarang dari bulan
anak (>4 anak ), terlalu dekat jarak Januari 2013 sampai Februari 2014.
kehamilan/ paritas (<2 tahun). Sebesar Populasi pada kelompok kasus
57,93 % kematian maternal terjadi pada (Preeklampsia) yaitu sebanyak 32 orang
nifas, 17,33 pada waktu melahirkan, pada kelompok (tidak preeklampsia atau
24,74% pada waktu hamil dan pada waktu normal) kehamilan normal yaitu sebanyak
persalinan sebesar 17,33%. 418 orang.
Berdasarkan kelompok umur, Pada penelitian ini seluruh
kejadian kematian maternal terbanyak anggota populasi akan menjadi sampel
sebesar 66,96% adalah pada usia penelitian (total sampling) sebesar 32 jiwa,
reproduktif (20-34 tahun), kemudian umur penelitian ini menggunakan matching
>35 tahun sebesar 26,67% dan kelompok untuk kelompok kontrol dengan metode
umur <20 tahun sebesar 6,37% (Dinkes random
Jateng, 2012).
Berdasarkan studi pendahuluan HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dilakukan di Rumah Sakit Roemani 1. Analisis univariat
3
a. Umur c. Riwayat preeklampsia
Tabel 1 Distribusi frekuensi umur pada Hasil penelitian sebagian besar ibu tidak
ibu hamil dengan preeklampsia di memiliki riwayat preeklamsi sebelumnya
Rumah Sakit Roemani baik dari kelompok kasus maupun kontrol.
Muhammadiyah Semarang bulan
Januari tahun 2013 sampai Februari Tabel 3 Distribusi frekuensi riwayat ibu
tahun 2014. dengan preeklampsia pada ibu hamil
dengan preeklampsia di Rumah Sakit
Roemani Muhammadiyah Semarang bulan
Umur Kasus Kontrol Januari tahun 2013 sampai Februari tahun
n % n % 2014.
20-35 tahun 24 75.0 25 78.1 Riwayat Kasus Kontrol
<20 tahun atau 8 25.0 7 21.9 preeklamsi n % n %
>35 tahun sebelumnya
Total 32 100.0 32 100.0 Tidak ada 25 78.1 32 100.0
Ada 7 21.9 0 0
5
terjadinya preeklampsia, hal tersebut tidak ideal (2-3) hal tersebut membenarkan hasil
sama dengan penelitian yang dilakukan penelitian ini, nilai phi coefficient sebesar
oleh Afni Sucita Resmi (2013) dimana 0,125 hal ini menunjukkan nilai korelasi
nilai p=0,015 yang berarti ada hubungan antara umur dengan preeklampsia sebesar
antara umur dengan preeklampsia dan dari 0,125.
penelitian Apriliani asmara (2008) yang
menyatakan ada hubungan yang signifikan Berdasarkan analisis nilai OR= 0,600 dan
antara umur dengan kejadian preeklampsia CI 95%= 0,222-1,625, artinya ibu hamil
(p= 0,02). paritas primigravida mempunyai peluang
0,600 kali mengalami kejadian
b. Hubungan paritas dengan kejadian preeklampsia dibandingkan dengan ibu
preeklampsia hamil multigravida/ grande. Nilai OR <1,
maka artinya paritas ibu bukan merupakan
Tabel 6 Hubungan paritas dengan kejadian faktor resiko terjadinya preeklampsia, hal
preeklampsia di Rumah Sakit Roemani ini sama dengan penelitian yang dilakukan
Muhammadiyah Semarang periode bulan oleh Mayang Sari (2013) mengenai faktor-
Januari 2013 sampai Februari 2014 faktor yang berhubungan dengan
preeklampsia pada ibu hamil di poli
Kejadian Preeklampsia kebidanan RS KESDAM dimana tidak ada
Paritas ibu Kontrol Kasus Jumlah p OR hubungan antara paritas dengan kejadian
value (95%)
preeklampsia (p=0,858) (OR=0,563)
n % n % n % sedangkan penelitian dari Nurmalichatun
(2013) ada hubungan yang signifikan
Primigravida 16 44,4 20 55,6 36 100 0,313 0,600 antara paritas dengan kejadian
(0,222- preeklampsia (p= 0,01).
1,625)
Paritas yang ideal adalah 2-3, ibu yang
Multigravida 16 57,1 12 42,9 28 100
mempunyai anak >5 memiliki
kecenderungan untuk mengalami masalah
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa dalam kehamilannya (Siswosudarmo dan
pada kelompok kontrol paritas ibu dengan Ova, 2008:82). Pada primigravida
kejadian preeklampsia pada ibu dengan memiliki kecenderungan terjadi
primigravida sebanyak 16 orang (44,4%) preeklampsia dua kali lipat lebih besar
sama dengan multigravida 16 orang (JNPK-KR, 2009:188). Dari hasil
(57,1%) pada multigravida, sedangkan penelitian yang telah dilakukan dengan
kelompok kasus paritas ibu dengan teori yang ada tidak sesuai
kejadian preeklampsia lebih banyak
primigravida yaitu 20 orang (55,6 %) c. Hubungan riwayat ibu dengan
dibandingkan dengan multigravida yaitu preeklamsi sebelumnya dengan kejadian
12 orang (42,9%). preeklampsia.
Hasil uji chi-square didapatkan nilai Tabel 7 Hubungan riwayat ibu dengan
pearson chi square 1,016 dan nilai preeklamsi sebelumnya dengan kejadian
p=0,313 > 0,05 berdasarkan nilai tersebut preeklampsia di Rumah Sakit Roemani
maka Ha ditolak dan Ho diterima dapat Muhammadiyah Semarang periode bulan
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan Januari 2013 sampai Februari 2014
yang signifikan antara faktor paritas
dengan resiko terjadinya preeklampsia,
hasil tersebut dimungkinkan masih banyak
paritas responden yang memiliki paritas
6
Kejadian preeklamsi Rozhikan (2007) di RS Suwondo kendal
Riwayat Kontrol Kasus Jumlah p bahwa seorang ibu hamil yang mempunyai
preeklamsi value riwayat preeklampsia mempunyai
kecenderungan untuk mengalami
preeklampsia berat (p=0,001) dan
n % n % n %
Tidak ada 32 56,1 25 43,9 57 100 0,01
penelitian Bakti utama (2007) yang
riwayat menyatakan ada hubungan antara riwayat
ada 0 0 7 100 7 100 preeklampsia kehamilan dengan kejadian
riwayat preeklampsia RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten dengan (OR=17,588).
7
yang melahirkan anak tunggal yang lebih 7 orang (100%) memiliki riwayat
besar daripada ibu yang melahirkan anak preeklamsi sebelumnya (kasus).
kembar jadi memang benar penelitian ini 4. Sebagian besar responden tidak
tidak ada hubungan. Nilai phi coefficient preeklamsi melahirkan anak tunggal
sebesar 0,331 hal ini menunjukkan nilai yaitu sebesar 32 orang (50,8%)
korelasi antara riwayat preeklampsia (kontrol) dan 31 orang 49,2 %
sebelumnya dengan preeklampsia sebesar preeklamsi (kasus)
0,331. 5. Sebagian besar responden mengalami
Mengacu hasil penelitian yang preeklampsia berat yaitu sebesar 31
telah dilakukan berbeda dengan teori yang orang (96.9%) dan sangat sedikit
ada dimana wanita dengan kehamilan responden yang mengalami
kembar berisiko tinggi mengalami preeklampsia ringan yaitu 1 orang
preeklampsia hal ini biasanya disebabkan (3.1%).
oleh peningkatan massa plasenta dan 6. Tidak ada hubungan yang signifikan
produksi hormon (Varney, dkk. 2007), hal antara faktor umur dengan resiko
ini diperkuat dengan adanya penelitian terjadinya preeklampsia (nilai p=0,768
terdahulu yaitu penelitian dari Apri > 0,05) (OR=1,190)
Rahmadani (2012) tidak terdapat 7. Tidak ada hubungan yang signifikan
hubungan antara kehamilan ganda dengan antara faktor paritas dengan resiko
terjadinya preeklampsia-eklampsia di terjadinya preeklampsia (p=0,313)
RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2012 (OR= 0,600)
(p=0,620) dan penelitian dari Erni 8. Ada hubungan yang signifikan antara
Wardayanti dan Sulastri (2013) RSUD riwayat preeklampsia ibu dengan
DR.Moewardi Surakarta bahwa kehamilan resiko terjadinya preeklampsia
kembar tidak mempunyai pengaruh yang (p=0,01)
signifikan terhadap kejadian preeklampsia 9. Tidak ada hubungan yang signifikan
(p=0,160 ). antara kehamilan kembar dengan
resiko terjadinya preeklampsia
(p=1,00).
SIMPULAN
9
29. Rozikan. 2007. Faktor-faktor risiko
terjadinya preeklampsia berat di
Rumah Sakit DR. H. Soewondo
Kendal.
(http://eprints.undip.ac.id/18342/1/
ROZIKHAN.pdf diakses tanggal
28-09-2014).
10