PENDAHULUAN
2.1. Definisi
Malaria merupakan penyakit infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh
Plasmodium, ditandai dengan gejala demam, anemia dan hepatosplenomegali.
Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang mengandung
Plasmodium. Plasmodium yang terbawa melalui gigitan nyamuk akan hidup dan
berkembang biak dalam sel darah merah manusia.4
2.2. Epidemiologi
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan utama dunia dan terjadi di lebih dari
100 negara. Daerah transmisi utama terdapat di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. P.
falciparum adalah spesies predominan di Afrika, Haiti, dan New Guinea. P. vivaks
predominan di Bangladesh, Amerika Tengah, India, Pakistan, dan Sri Lanka. P.vivaks
dan P.falciparum predominan di Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Oceania. P.
ovale terutama tersebar di Afrika.5 Di Indonesia, Plasmodium yang banyak ditemukan
adalah P. falciparum (86,4%), sedangkan sisanya adalah P.vivaks (6,7%) dan
campuran antara P. falciparum dan vivaks (6,9%).
Morbiditas malaria pada suatu wilayah ditentukan dengan Annual Parasite Incidence
(API) per tahun. API merupakan jumlah kasus positif malaria per 1000 penduduk
dalam satu tahun. Selama tahun 2009–2017 cenderung menurun yaitu dari 1,8 per
1.000 penduduk pada tahun 2009 menjadi 0,99 per 1.000 penduduk pada tahun 2017.
Tiga provinsi dengan API tertinggi pada tahun 2017 adalah Papua (59,0), Papua Barat
(14,97) dan Nusa Tenggara Timur (5.76).
Pembagian daerah endemisitas malaria ditentukan berdasarkan API daerah
tersebut. Dikatakan endemisitas tinggi apabila API >5, endemisitas sedang bila API
1-5, endemisitas rendah bila API <1. Pada tahun 2017, daerah endemisitas tinggi
didominasi oleh Indonesia bagian Timur yaitu Papua, Papua Barat, NTT, Bengkulu,
Maluku, dan Maluku Utara. Sementara, daerah bebas malaria didominasi oleh
provinsi di pulau Jawa.4
Gambar 1. Peta Demografis Daerah Bebas Malaria di Indonesia tahun 2017
2.3. Etiologi
Malaria disebabkan oleh parasit genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina. Penularan malaria dapat terjadi secara alamiah maupun
non alamiah. Penularan alamiah terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina
sedangkan penularan non-alamiah terjadi melalui transfusi darah, jarum suntik,
plasenta ibu dan juga tali pusat.6
Terdapat empat spesies Plasmodium yang dapat menyebabkan malaria pada
manusia, yaitu P.falciparum, P.vivaks, P.malariae dan P. ovale. Pada tahun 2004, P.
knowlesi, Plasmodium pada primata, diketahui dapat menyebabkan malaria pada
manusia. Infeksi P. knowlesi terjadi di Malaysia, Indonesia, Singapur dan Filipin.
Kelima spesies parasit malaria tersebut menyebabkan jenis penyakit malaria yang
berbeda P.falciparum menyebabkan malaria falciparum/tropika, P.vivaks
menyebabkan malaria vivaks/tertiana, P.malariae menyebabkan kuartana, P. ovale
menyebabkan malaria ovale dan P. malariae menyebabkan malaria malariae.
Seseorang dapat terinfeksi lebih dari satu jenis Plasmodium, dikenal sebagai
infeksi campuran/majemuk (mixed infection). Pada umumnya dua jenis Plasmodium
yang paling banyak dijumpai adalah campuran antara P. falciparum dan P. vivaks
atau P. malariae. Kadang-kadang dijumpai tiga jenis Plasmodium sekaligus,
meskipun hal ini jarang sekali terjadi. Infeksi campuran biasanya terdapat di daerah
dengan angka penularan tinggi.6
2.4. Siklus hidup Plasmodium
Dalam daur hidupnya Plasmodium mempunyai 2 fase besar, yaitu siklus aseksual dan
siklus seksual. Siklus aseksual di dalam tubuh manusia dikenal sebagai skizogoni,
sedangkan siklus seksual yang membentuk sporozoit di dalam nyamuk disebut
sebagai sporogoni. Di dalam tubuh manusia terjadi 2 fase yaitu fase eksoeritrositik
yang terjadi di sel hati dan fase eritrositik yang terjadi di dalam sel darah merah.
Fase eksoeritrositik dimulai saat sporozoit aktif yang berada pada ludah
nyamuk masuk ke dalam tubuh manusia. Dalam hitungan menit, sporozoit masuk ke
dalam sel hati. Di dalam sel hati, sporozoit berkembang biak dan bermultiplikasi
secara aseksual menjadi skizon. Setelah 1-2 minggu, sel hati akan ruptur dan
melepaskan ribuan merozoit ke sirkulasi pembuluh darah. Sel hati yang berisi skizon
P. falciparum, P. malariae dan P.knowlesi ruptur satu kali dan tidak menetap di hati.
Sedangkan sporozoit P.ovale dan P.vivaks yang masuk ke dalam sel hati menjadi
skizon dan sebagian menjadi hipnozoit. Hipnozoit tetap dorman selama beberapa
waktu sebelum melepaskan merozoit dan menyebabkan infeksi relaps (kambuh).
Fase eritrositik dimulai saat merozoit yang keluar dari sel hati masuk ke dalam
sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit akan berkembang menjadi bentuk
cincin (ring form) yang kemudian tumbuh dan membesar menjadi tropozoit.
Tropozoit membentuk skizon muda dan setelah matang, membelah menjadi merozoit.
Setelah proses pembelahan sel darah merah akan hancur; merozoit, pigmen dan sel
sisa akan keluar dan berada di dalam plasma. Parasit akan difagositosis oleh retikulum
endoplasma. Plasmodium yang dapat menghindar akan masuk kembali ke dalam sel
darah merah lain untuk mengulangi stadium skizogoni. Beberapa merozoit tidak
membentuk skizon tetapi berkembang menjadi mikro dan makro gametosit (stadium
seksual). Siklus tersebut disebut masa tunas instrinsik. Bila nyamuk yang tidak
terinfeksi, menghisap darah manusia yang terinfeksi maka mikro dan makro gametosit
akan ikut terhisap.
Dalam tubuh nyamuk, parasit berkembang secara seksual. Dalam lambung
nyamuk, makro dan mikrogametosit berkembang menjadi makro dan mikrogamet
yang akan membentuk zigot yang disebut ookinet, yang selanjutnya menembus
dinding lambung nyamuk membentuk ookista yang membentuk banyak sporozoit.
Kemudian sporozoit akan dilepaskan dan masuk ke dalam liur nyamuk. Siklus
tersebut disebut masa tunas ekstrinsik.5,6
Gambar 2. Siklus Hidup Plasmodium
2.5. Patofisiologi
Gejala malaria timbul saat sel darah yang mengandung parasit Plasmodium pecah.
Gejala yang paling mencolok adalah demam. Demam disebabkan oleh karena
pecahnya skizon dalam sel darah merah yang telah matang dan masuknya merozoit
darah ke dalam aliran darah serta keluarnya bermacam-macam antigen. Antigen ini
akan merangsang sel-sel makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan
berbagai macam sitokin, antar lain TNF dan IL-6. TNF dan IL-6 akan dibawa aliran
darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi demam.7
Pada P.vivaks dan P.ovale, skizon dari tiap generasi menjadi matang setiap 48 jam
sekali, sehingga timbul demam setiap hari ketiga terhitung dari serangan demam
sebelumnya. Skizon P.malariae matang setiap 72 jam sekali (setiap hari keempat).
Pada P.falciparum, demam terjadi setiap 24-48 jam.
Gambar 3. Grafik Suhu Malaria
2.8. Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Untuk anak dibawah
lima tahun diagnosis menggunakan Manajemen Terpadu Balita Sehat (MTBS) namun
pada daerah endemis rendah dan sedang ditambah riwayat perjalanan ke daerah
endemis dan transfusi sebelumnya. Pada MTBS diperhatikan gejala demam dan atau
pucat untuk dilakukan pemeriksaan sediaan darah. Diagnosis pasti malaria harus
ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis atau RDT.
a. Anamnesis
Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:
- Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
- Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria.
- Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.
- Riwayat tinggal di daerah endemis malaria.
b. Pemeriksaan fisik
- Suhu tubuh aksiler ≥ 37,5 °C
- Konjungtiva atau telapak tangan pucat
- Sklera ikterik
- Splenomegali
- Hepatomegali
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis dengan mikroskop serta RDT
merupakan diagnosis pasti dalam menegakan malaria9
2.10. Tatalaksana
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian Artemisin-based
Combination Therapy (ACT) yaitu kombinasi derivate artemisin dengan golongan
aminokuinolon. Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan
mencegah resistensi. Malaria tanpa komplikasi diobati dengan pemberian ACT secara
oral.9
1. Malaria falsiparum dan Malaria vivaks
a. Lini pertama
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT
(Dihidroartemisinin-Piperakuin/DHP) ditambah primakuin. Dosis ACT untuk
malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks, Primakuin untuk malaria
falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,25
mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25
mg/kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan. 9
Tabel 1. Pengobatan Malaria falsiparum menurut berat badan dengan DHP dan Primakuin
Tabel 2. Pengobatan Malaria vivaks menurut berat badan dengan DHP dan Primakuin
Tabel 3. Pengobatan lini kedua untuk Malaria falciparum menurut berat badan
Tabel 4. Pengobatan lini kedua untuk Malaria vivaks menurut berat badan
2. Pengobatan malaria vivaks yang relaps
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan regimen ACT
yang sama tapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari. 9
a. Pengobatan malaria ovale
a. Lini pertama
Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP ditambah
dengan Primakuin selama 14 hari. Dosis pemberian obatnya sama dengan
untuk malaria vivaks. 9
b. Lini kedua
Pengobatan lini kedua untuk malaria ovale sama dengan malaria vivaks. 9
Tabel 5. Infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P. ovale menurut berat badan dengan DHP dan
Primakuin
C. Pemantauan Pengobatan
- Rawat Jalan
Pada penderita rawat jalan evaluasi pengobatan dilakukan pada hari ke 3, 7, 14, 21
dan 28 dengan pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara mikroskopis. Apabila
terdapat perburukan gejala klinis selama masa pengobatan dan evaluasi, penderita
segera dianjurkan datang kembali tanpa menunggu jadwal tersebut di atas. 9
- Rawat Inap
Pada penderita rawat inap evaluasi pengobatan dilakukan setiap hari dengan
pemeriksaan klinis dan darah malaria hingga klinis membaik dan hasil mikroskopis
negatif. Evaluasi dilakukan sampai bebas demam dan tidak ditemukan parasit
aseksual dalam darah selama 3 hari berturut – turut. Setelah pasien dipulangkan harus
kontrol pada hari ke-14 dan ke-28 sejak hari pertama mendapatkan obat anti malaria..9
2.11. Pencegahan
Pencegahan malaria terdiri dari ABCD, yaitu awareness, bite prevention,
chemoprophylaxis, dan diagnosis. Awareness (pengetahuan) yaitu mengetahui segala
hal yang beresiko untuk terkena malaria, habitat nyamuk, masa inkubasi, dan gejala
utama malaria.7,9,10
Bite prevention adalah menghindari gigitan nyamuk terutama menjelang senja
hingga fajar dengan cara membatasi aktivitas luar saat menjelang senja hingga fajar,
memakai pakaian yang sesuai seperti baju lengan panjang dan celana panjang,
menutup jendela dan pintu rapat – rapat atau menggunakan kelambu yang
menggunakan insektisida, dan menggunakan spray atau losion anti nyamuk yang
mengandung diethyltoluamide, serta membersihkan daerah yang bisa menjadi sarang
nyamuk dengan cara menutup rapat tempat penampungan air, menguras bak mandi
dan membuang atau mengganti genangan air secara rutin, dan mengubur kaleng bekas
atau wadah kosong ke dalam tanah. 7,9,10
Chemoprophylaxis bisa dengan diberikan doksisiklin 1-2 hari sebelum
berangkat ke daerah endemis dan diminum pada waktu yang sama setiap hari sampai
4 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut. Dosis doksisiklin untuk dewasa 1 x
100 mg per hari, sedangkan untuk anak dengan usia lebih atau sama dengan 8 tahun
adalah 2 mg per kilogram berat badan per hari, dengan dosis maksimal 100 mg.
Untuk daerah dengan infeksi Plasmodium vivaks diberikan primakuin. Dosis
primakuin untuk dewasa adalah primakuin basa 1 x 30 mg per hari dan untuk anak
diberikan primakuin basa 0,5 mg per kilogram berat badan per hari, dengan dosis
maksimal 30 mg, yang diminum saat makan. Kemoprofilaksis yag digunakan sebagai
terapi anti relaps pada infeksi Plasmodium vivaks dan ovale adalah primakuin yang
diberikam untuk penderita yang terpapar lama. Primakuin diberikan selama 14 hari
setelah meninggalkan daerah endemis dengan dosis sama seperti dosis untuk daerah
dengan infeksi Plasmodium vivaks. 7,9,10
Diagnosis dengan cara segera menegakkan diagnosis dan memberikan terapi
untuk penderita yang mengalami gejala yang muncul 1 minggu setelah masuk ke
daerah rawan malaria sampai 3 bulan setelah meninggalkan daerah rawan tersebut.
7,9,10
2.12. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada malaria bergantung pada jenis Plasmodium yang
menginfeksi. P. Vivaks dianggap sebagai salah satu plasmodium yang tidak
menyebabkan malaria yang berat tapi di beberapa daerah di Indonesia ditemukan
malaria vivaks menjadi penyebab komplikasi bahkan kematian karena anemia berat
dan rupture ginjal. P. Malariae adalah jenis malaria yang ringan dan bersifat paling
kronis. Sindrom nefrotik adalah komplikasi dari P. Malariae yang jarang ditemukan.
P. falciparum adalah jenis plasmodium yang menyebabkan komplikasi serius.
Komplikasi yang paling serius adalah malaria berat.
WHO mendefinisikan malaria berat sebagai ditemukannya P. falciparum
stadium aseksual dengan minimal satu dari manifestasi klinis atau didapatkan temuan
hasil laboratorium:
1. Perubahan Kesadaran
2. Kelemahan otot
3. Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
4. Distres pernapasan
5. Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik, tekanan sistolik <80
mmHg (pada anak: < 70 mmHg)
6. Jaundice (bilirubin > 3 mg/dL dan kepadatan parasit > 100.000)
7. Hemoglobinuria
8. Perdarahan spontan abnormal
9. Edema paru (Radiologi, saturasi oksigen <92%)
Gambaran laboratorium:
1. Hipoglikemi (gula darah <40 mg/dL)
2. Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L)
3. Anemia berat (Hb <5 gr/dL untuk endemis tinggi, <7 gr/dL untuk endemis
sedang-rendah), pada dewasa Hb <7 gr/dL atau hematokrit <15%)
4. Hiperparasitemia (parasit > 2% eritrosit atau 100.000 parasit/µL di daerah
endemis rendah atau > 5% eritrosit atau 100.000 parasit/µL di daerah endemis
tinggi)
5. Hiperlaktemia (asam laktat > 5 mmol/L)
6. Hemoglobinuria
7. Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum > 3 mg/dL)9
Penatalaksanaan malaria serebral sama seperti pada malaria berat umumnya yaitu:
- Berikan O2
- Pertahankan jalan napas
- Monitor tanda vital
- Pasang infus
- Teruskan pemberian artesunat intravena
- Berikan antikonvulsan bila kejang
- Pasang NGT, kateter urin
- Ubah posisi pasien tiap 2 jam untuk mencegah dekubitus
- Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan
- Monitor gula darah secara berkala.6
2.13. Prognosis
Malaria falsiparum ringan atau sedang, malaria vivaks, atau malaria ovale memiliki
prognosis bonam, sedangkan malaria berat memiliki prognosis dubia ad malam.
Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan ketepatan diagnosis serta
pengobatan. 9,10
BAB 3
KESIMPULAN
Malaria merupakan penyakit infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh
Plasmodium, ditandai dengan gejala demam rekuren, anemia dan hepatosplenomegali.
Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang mengandung
Plasmodium di dalamnya. Plasmodium yang terbawa melalui gigitan nyamuk akan
hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.4
Penularan malaria dapat terjadi secara alamiah yaitu melalui gigitan nyamuk
Anopheles maupun non alamiah melalui transfusi darah, jarum suntik, plasenta ibu
dan juga tali pusat.6 Terdapat lima spesies Plasmodium yang dapat menyebabkan
malaria pada manusia, yaitu P.falciparum, P.vivax, P.malariae, P. Ovale, dan P.
Knowlesi. Kelima spesies tersebut mengakibatkan lima jenis malaria yang berbeda.9
Gejala klasik malaria adalah demam paroksisimal. Demam paroksisimal
ditandai dengan demam tinggi, berkeringat, sakit kepala, mialgia, nyeri punggung,
mual, muntah, diare, pucat dan ikterik.5 Periode paroksisme biasanya terdiri dari tiga
stadium (trias malaria) yang berurutan yakni stadium dingin (cold stage), stadium
demam (hot stage), dan stadium berkeringat (sweating stage).6
Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria ditegakkan dengan pemeriksaan
apusan darah tebal dan tipis serta pemeriksaan RDT.9
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini adalah dengan pemberian ACT
yaitu kombinasi Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan
mencegah resistensi. Dosis dan pemberiannya bergantung dengan jenis malaria. 9
Upaya pencegahan malaria adalah dengan memiliki pengetahuan tentang
malaria, pencegahan gigitan nyamuk, kemoprofilaksis, serta menegakkan diagnosis
dan memberikan terapi dengan cepat dan tepat. 7,9,10
DAFTAR PUSTAKA