Anda di halaman 1dari 53

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Target Sustainable Development Goals (SDG’s) adalah program

lanjutan dari Millenium Development Goals (MDG’s) di tahun 2015 yang

berisi tujuh belas butir tujuan. Salah satu target SDG’s yang harus dicapai

adalah hidup sehat dengan memastikan hidup sehat dan menggalakkan

kesejahteraan untuk semua umur. Data World Health Organization (WHO)

menyebutkan bahwa penyebab kematian ibu terbanyak pada tahun 2014

disebabkan oleh 28% preexisting condition, 27% perdarahan, 14%

kehamilan yang terinduksi hipertensi dan 11% sepsis.

Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab utama peningkatan

morbiditas dan mortalitas maternal, janin, dan neonatus. Hipertensi dalam

kehamilan merupakan 5-15 % penyulit kehamilan dan merupakan salah satu

penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Hipertensi dalam

kehamilan juga dapat menyerang semua lapisan ibu hamil (Suhardjono,

2009; Angsar, 2010).

Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) didefinisikan sebagai tekanan

darah ≥140/90 mmHg dalam dua kali pengukuran atau lebih. (Cunningham,

2010). Berdasarkan International Society for the Study of Hypertension in

Pregnancy (ISSHP) ada 4 kategori hipertensi dalam kehamilan, yaitu


2

preeklamsia-eklamsia, hipertensi gestasional, kronik hipertensi dan

superimpose preeklamsia hipertensi kronik. (Manuaba, 2007).

Hipertensi gestasional atau hipertensi transien. Wanita dengan

peningkatan tekanan darah yang dideteksi pertama kali setelah pertengahan

kehamilan, tanpa proteinuria, diklasifikasikan menjadi hipertensi

gestasional.Jika preeklampsia tidak terjadi selama kehamilan dan tekanan

darah kembali normal setelah 12 minggu postpartum, diagnosis transient

hypertension dalam kehamilan dapat ditegakkan.Namun, jika tekanan darah

menetap setelah postpartum, wanita tersebut didiagnosis menjadi hipertensi

kronik (NHBPEP, 2000).

Kejadian hipertensi dalam kehamilan dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor (multiple causation). Usia ibu (Tubuh (IMT) merupakan

faktor predisposisi untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan.(Prasetyo,

2006). Usia 20-30 tahun adalah periode paling aman untuk

hamil/melahirkan. Wanita yang berada pada awal atau akhir usia reproduksi,

dianggap rentan mengalami komplikasi kehamilan. Dua tahun setelah

menstruasi yang pertama, seorang wanita masih mungkin mencapai

pertumbuhan panggul antara 2-7% dan tinggi badan 1%. Dampak dari usia

yang kurang, dapat menimbulkan komplikasi selama kehamilan. Setiap

remaja primigravida mempunyai risiko yang lebih besar mengalami

hipertensi dalam kehamilan. (Rozikhan, 2007)


3

Hubungan peningkatan usia maternal terhadap hipertensi kehamilan

adalah sama, dan meningkat lagi saat usia diatas 35 tahun. Hipertensi karena

kehamilan paling sering mengenai wanita tua. Telah dilaporkan di RSUP Dr.

Kariadi Semarang pada tahun 2008, bahwa wanita diatas 35 tahun

mengalami hipertensi dalam kehamilan dengan 29 kehamilan mengalami

preeklamsia berat, 22 preeklamsia ringan, 3 eklamsia, 7 superimpose

preeklamsia, 11 hipertensi gestasional dan 4 hipertensi kronis. (Damayanti ,

2008)

Graviditas merupakan jumlah dari kehamilan terlepas dari usia

kehamilan. Catatan statistik menunjukkan dari seluruh insiden dunia, dalam

5%-8% hipertensi dalam kehamilan dari semua kehamilan, terdapat 12%

lebih dikarenakan oleh primigravida (kehamilan pertama). Faktor yang

mempengaruhi hipertensi dalam kehamilan frekuensi primigravida lebih

tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda.

Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak risiko terhadap

kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga adalah

persalinan yang paling aman. Pada The New England Journal of Medicine

tercatat bahwa pada kehamilan pertama risiko terjadi preeklampsia 3,9%,

kehamilan kedua 1,7% , dan kehamilan ketiga 1,8%. (Rozikhan, 2007)

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah salah satu pengukuran

antropometri dengan rasio berat badan dan tinggi badan untuk penilaian

status gizi. Peningkatan IMT sangat erat kaitannya dengan terjadinya

hipertensi ringan dan atau preeklamsia. Dari hasil penelitian terdahulu pada
4

tahun 2010 terhadap primigravida, didapatkan hasil yang signifikan antara

obesitas dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan. Hubungan antara

berat badan ibu hamil dan risiko terjadiya preeklamsia bersifat progresif. Hal

tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan kejadian preeklamsia dari

4,3 % pada ibu dengan IMT 35 kg/m2 .(Ibrahim ,2010).

Basana (2017) Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian

Hipertensi Pada Kehamilan Studicase Controldi Wilayah Kerja Puskesmas

Poriaha Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2017 menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara umur terhadap kejadian hipertensi pada kehamilan

(p = 0,000), dengan nilai OR = 12,375, CI 95%. Hal ini berarti bahwa umur

responden yang berisiko 12,375 kali kemungkinannya menderita hipertensi

pada kehamilan dibandingkan dengan umur responden yang tidak beresiko.

Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan obesitas terhadap kejadian

hipertensi pada kehamilan (p = 0,000), dengan nilai OR = 18,333, CI 95% .

Hal ini berarti bahwa responden yang obesitas 18.333 kali kemungkinannya

menderita hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak obesitas.

Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara paritas terhadap

kejadian hipertensi pada kehamilan (p = 0.000), dengan nilai OR = 23.100,

CI 95%. Hal ini berarti bahwa responden yang memiliki paritas yang tinggi

23.100 kali kemungkinannya hipertensi pada kehamilan dibandingkan

dengan responden yang paritas rendah.

Menurut profil data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tanggamus

pada tahun 2014 dan 2015 diketahui Angka Kematian Ibu sebanyak 39
5

orang. Penyebab kematian antara lain perdarahan 9 orang, pre-eklampsi 5

orang, hipertensi 11 orang, penyebab lain 14 orang. Diketahui jumlah ibu

hamil pada tahun 2014 sebanyak 4.687 jiwa dengan jumlah ibu hamil yang

menderita hipertensi 564 orang. Tekanan darahnya di atas 140/90 mmhg

sebanyak 405 orang, yang tekanan darahnya di atas 160/100 sebanyak 159

orang. Data ini mengalami peningkatan pada tahun 2015 dengan jumlah ibu

hamil yang berada di wilayah kerja Dinas provinsi Tanggamus sebanyak

4.767 jiwa. Untuk prevalensi ibu hamil yang menderita hipertensi sebanyak

332 orang. Tekanan darah di atas 140/90 mmHg sebanyak 264 orang dan

tekanan darahnya di atas 160/100 sebanyak 68 orang.

Perempuan hamil dengan hipertensi dalam kehamilan mempunyai

resiko yang tinggi untuk komplikasi yang berat seperti abruptio plasenta,

penyakit serebrovaskular, gagal organ, dan koagulasi intravaskular.

Preeklampsia dan eklampsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin

yang disebabkan oleh menurunnya perfusi utero plasenta, hipovolemia,

vasospasme, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta. Dampak

preeklampsia pada janin adalah intratuterine growth restriction (IUGR),

oligohidramnion, dan kenaikan morbiditas dan mortalitas janin, secara tidak

langsung akibat intratuterine growth restriction, prematuritas,

oligohidramnion, dan solusio plasenta (Suhardjono,) 2009; Angsar, 2010).

Hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu faktor resiko bayi berat

lahir rendah (BBLR) (Proverawati & Ismawati, 2010).


6

Data yang didapatkan dari RSUD Kota agung Kabupaten Tanggamus

pada tahun 2015 dari jumlah 825 keseluruhan ibu hamil, yg mengalami

hipertensi gestasional 62 orang. Pada tahun 2016 dari jumlah keseluruhan

915 yang mengalami hipertensi gertasional 79 orang dan di tahun 2017 dari

jumlah keseluruhan ibu hamil 985 yang mengalami hipertensi gestasional 97

orang, terlihat peningkatan kejadian hipertensi gestasional setiap tahun.

Pada hasil Prasurvey data pada 9 orang ibu hamil yang menderita

hipertensi. Dari 9 ibu hamil ada 2 ibu hamil yang pola makannya terganggu

akibat adanya mual muntah sehingga tidak mengkonsumsi makanan sehat,

dan 2 ibu hamil yang tidak merasakan keluhan apapun sehingga nafsu

makan meningkat, dan tidak kontrol makanan sehingga kenaikan berat

badan pada saat hamil naik sangan cepat. Selain itu, ada 3 ibu hamil yang

mengatakan dikarenakan kondisi stress mereka tentang pekerjan dan

kecemasan menyebabkan mereka mengalami kesulitan dalam beristirahat.

Dan 1 ibu hamil mengatakan tidak tahu penyebab pastinya kenapa terjadi

kenaikan tekanan darah, serta 1 ibu hamil menatakan bahwa ayahnya

memiliki penyakit hipertensi, sehingga ibu-ibu hamil tersebut sering

mengalami kenaikan tekanan darah di atas normal yaitu ≥ 140/90 mmHg.

Berdasarkan masalah tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk

meneliti lebih jauh mengenai factor resiko yang berhubungan dengan

hipertensi gestasional.

B. Rumusan Masalah
7

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apa saja faktor yang berhubungan dengan hipertensi

gestasional di RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus periode tahun 2015 -

2017?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor –faktor yang berhubungan dengan hipertensi

gestasional di RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus periode tahun

2015 - 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi hipertensi, usia,

IMT, jarak kehamilan, riwayat ibu, riwayat keluarga, pekerjaan dan

paritas dengan hipertensi gestasional di RSUD Kota Agung

Kabupaten Tanggamus periode tahun 2015 - 2017.


b. Untuk mengetahui hubungan antara usia ibu hamil dengan

hipertensi gestasional di RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus

periode tahun 2015 - 2017


c. Untuk mengetahui hubungan IMT dengan hipertensi

gestasional di RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus periode

tahun 2015 - 2017


d. Untuk mengetahui hubungan jarak kehamilan dengan

hipertensi gestasional di RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus

periode tahun 2015 - 2017


e. Untuk mengetahui hubungan antara riwayat ibu dengan

hipertensi gestasional di RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus

periode tahun 2015 - 2017


8

f. Untuk mengetahui hubungan antara riwayat keluarga hipertensi

dengan hipertensi gestasional di RSUD Kota Agung Kabupaten

Tanggamus periode tahun 2015 - 2017


g. Untuk mengetahui pekerjaan dengan hipertensi gestasional

di RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus periode tahun 2015 -

2017
h. Untuk mengetahui paritas dengan hipertensi gestasional di

RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus periode tahun 2015 -

2017
i. Untuk mengetahui factor dominan yang berhubungan dengan

hipertensi gestasional di RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus

periode tahun 2015 - 2017.


D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Sebagai bahan referensi dan bahan kepustakaan di Universitas Malahayati

khususnya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kesembuhan

penderita hipertensi gestasional, serta menambah wawasan ilmu

pengetahuan di bidang penelitian dan penerapan mata kuliah yang didapat

selama mengikuti pendidikan di Program Studi pasca sarjana Kesehatan

Masyarakat Universitas Malahayati.


2. Bagi Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi

kepada petugas kesehatan bagian epidemiologi khususnya pemegang KIA

dalam peningkatan pelayanan kesehatan khususnya ibu hamil dengan

hipertensi gestasional.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan Case Study ,

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor resiko yang berhubungan


9

dengan hipertensi gestasional direncanakan akan dilaksanakan di RSUD Kota

Agung Kabupaten Tanggamus tahun 2018. Subjek penelitian adalah ibu

hamil dengan hipertensi gestasional. Pengumpulan data sekunder rekam

medic menggunakan lembar observasi. Analisis data secara univariat

(distribusi frekuensi), bivariat (chi Square) dan multivariate (regresi logistic).


10

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Hipertensi Dalam Kehamilan

1. Definisi

Hipertensi adalah adanya kenaikan tekanan darah melebihi batas

normal yaitu tekanan darah ≥140/90 mmHg (Prawirohardjo, 2010).

Menurut Manuaba (2002), hipertensi adalah tekanan sistolik

sekurang-kurangnya 140 mmHg dan tekanan diastolik sekurang-

kurangnya 90 mmHg. Nilai tersebut diukur sekurang- kurangnya 2 x

dengan perbedaan waktu 6 jam atau lebih dalam keadaan istirahat.

Hipertensi dalam kehamilan adalah tekanan darah sekurang-

kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali

pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang sebelumnya normotensi.

Bila ditemukan tekanan darah tinggi (≥140/90 mmHg) pada ibu hamil,

lakukan pemeriksaan kadar protein urin dengan tes celup urin atau

protein urin 24 jam dan tentukan diagnosis


11

2. Klasifikasi

Menurut Prawirohardjo (2010), gangguan hipertensi pada kehamilan

diantaranya adalah :

a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur

kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis

setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12

minggu pasca persalinan.

b. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu

kehamilan disertai dengan proteinuria.

c. Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang

sampai dengan koma.

d. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi

kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik disertai

proteinuria.

e. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada

kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah

3 bulan pascapersalin, kehamilan dengan preeklamsi tetapi tanpa

proteinuria.

3. Etiologi
12

Penyebab utama hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi essensial

dan penyakit ginjal. Resiko hipertensi meningkat cukup besar pada

keadaan –keadaan ketika pembentukan antibodi penghambat terhadap

temapt-tempat antigenik di plasenta terganggu.

4. Tanda dan gejala

Gejala-gejala yang ditunjukkan pada ibu hamil dengan hipertensi adalah

pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-

tiba dan tengkuk terasa pegal. Tekanan darah absolut 140/90 mmHg atau

160/110 mmHg yang diambil jarak dalam keadaan istirahat

(Prawirohardjo, 2010).

5. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

angiotensisn atau renin oleh enzim renin yang bisa mengubah

angiotensin I dan II atau angiotensin converting enzyme (ACE). ACE

memegang pera fisiologis yang penting dalam mengatur tekanan darah,

mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh

homon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah angiotensin I yang

terdapat di ginjal. Kemudian diubah lagi menjadi angiotensin II oleh


13

ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin II inilah yang memiliki

peranan dalam menaikkan tekanan darah.

Angiotensin II meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)

penyebab rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus dan berada pada

ginjal untuk mengatur osmolitas dan volume urine. Meningkatnya ADH,

sangat sedikit urine yang dieksresikan ke luar atau anti diuresis, sehingga

menjadi pekat dan tinggi osmolitasnya.

Volume cairan ekstraseluler akan diencerkan dengan menarik

cairan meningkatkan terjadinya anti diuresis. Akibatnya volume

meningkat yang apda akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

6. Penatalaksanaan

Kedaruratan hipertensi dalam kehamilan merupakan suatu

tantangan klinis yang sangat bermakna. Langkah pertama yang

terpenting dalam penatalaksanan hipertensi krisis adalah untuk

menurunkan tekanan darah, namun menurunkan tekanan darah secara

tiba-tiba harus dihindari. Idealnya penurunan tekanan darah yang

pertama kali adalah 20 %, dengan target untuk sistolik 140-150 mmHg

dan diastolic 90-100 mmHg, sehingga hasilnya akan sangat membantu

dalam memperbaiki keadaan pasien. Hipertensi yang refrakter dalam

terapi klinis merupakan indikasi penting untuk melakukan terminasi

kehamilan, dan untuk kasus- kasus yang ekstrim, seksio sesarea

perimortem perlu dilakukan.


14

Pada hipertensi akut dengan komplikasi hipertensi ensefalopati

penatalaksanaanya harus dilakukan dengan menggunakan fasilitas ICU.

Pemberian sodium nitropruside merupakan obat pilihan utama

antihipertensi pada keadaan ini. Pada dosis yang melebihi dari 8

μg/kg/menit, hati-hati terjadinya akumulasi sianida dan tiosianat pada

janin . Dianjurkan dilakukan pengawasan ketat dari kadar sianida pada

pasien-pasien yang mendapat sodium nitropruside dosis tinggi. Obat-obat

lainnya yang dapat digunakan pada keadaan ini untuk menurunkan

tekanan darah secara akut telah dirangkum dalam tabel di bawah ini.
1

Tabel 2.1 Penatalaksanaan Krisis Hipertensi dalam Kehamilan

Obat Dosis Keterangan


Direkomendasikan sebagai terapi utama
Hidralazin 5 mg iv bolus diberikan dalam 10 Hati-hati terhadap
menit x 2 dosis: kemudian Hipotensi kemungkinan akibat
dilanjutkan 10 mg iv bolus buruk pada perfusi uteroplasenta.
diberikan dalam 20 menit sampai
tekanan darah stabil pada 140-
150/90-100 mm Hg

Labetalol 10-20 mg iv bolus : ulangi dalam Hati-hati terhadap


10-20 menit dengan dosis ganda Hipotensi kemungkinan akibat
(tidak lebih dari 80 mg dalam buruk pada perfusi uteroplasenta.
beberapa dosis tunggal) saampai
total maksimum 300 mg.

Nifedipin 10 mg oral dalam Nifedipin sublingual lebih baik


30 menit x 2 dosis: dihindari
kemudian 10-20 mg peroral per
4-6 jam
Direkomendasikan pada wanita yang refrakter terhadap terapi utama
Sodium nitroprusid 0,5-3,0μg/kg/min iv Sebaiknya hanya
perinfus (tidak melebihi 800 dilakukan oleh seseorang yang
μg/min) berpengalaman
Nitrogliserin 5 μg/min iv perinfus ditingkatkan Kontraindikasi relatif pada
sesuai kebutuhan setiap 5 menit keadaan hipertensi ensefalopati
sampai dosis maksimum 100 karena dapat meningkatkan
μg/min. aliran darah otak dan tekanan
intrakranial.

Penatalaksanaan definitif dari hipertensi krisis yang disebabkan

preeklampsia adalah terminasi kehamilan. Anestesi analgesik regional

lebih sering dipakai pada keadaan ini jika tidak ada bukti-bukti terjadinya

koagulopati dan tidak ada kontraindikasi untuk dilakukannya anestesi

regional. Pada pasien-pasien ini penting untuk mencegah terjadinya


2

hipotensi. Jika dibutuhkan anestesi umum maka diperlukan pengawasan

tekanan darah dan diperlukan premedikasi untuk mencegah peningkatan

tekanan darah yang seringkali dijumpai pada fase induksi dari anestesi

umum.

Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan Report of

the National High Blood Pressure Education Program Working Group on

High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2001,dalam Laksmi (2008)

ialah:

a. Hipertensi kronik

Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur

kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis

setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai

12 minggu pasca persalinan.

Diagnosis :

1) Tekanan darah ≥140/90 mmHg


2) Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui

adanya hipertensi pada usia kehamilan <20 minggu


3) Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
4) Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung,

dan ginjal.

b. Preeklampsia-eklampsia

Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu


3

kehamilan disertai dengan proteinuria. Eklampsia adalah

preeklampsia yang disertai dengan kejang dan/atau koma.

Diagnosis Preeklampsia Ringan :

1) Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan >20

minggu
2) Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau

pemeriksaan protein kuantitatif menunjukkan hasil >300 mg/24

jam.

Diagnosis Preeklampsia Berat :

1) Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20

minggu
2) Tes celup urin menunjukkan proteinuria ≥2+ atau

pemeriksaan protein kuantitatif menunjukkan hasil >5 g/24 jam

Atau disertai keterlibatan organ lain:

1) Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis

mikroangiopati
2) Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan

atas
3) Sakit kepala , skotoma penglihatan
4) Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
5) Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
6) Oliguria (< 500ml/24jam), kreatinin > 1,2 mg/dl.

Diagnosis Eklampsia :

1) Kejang umum dan/atau koma


4

2) Ada tanda dan gejala preeklampsia


3) Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi,

perdarahan subarakhnoid, dan meningitis).

c. Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia

Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah

hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi

kronik disertai proteinuria.

Diagnosis :

1) Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik


2) Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum

usia kehamilan 20 minggu)


3) Tes celup urin menunjukkan proteinuria >+1 atau trombosit

<100.000 sel/uL pada usia kehamilan > 20 minggu.


d. Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional disebut juga transient hypertension adalah

hipertensi yang terjadi setelah 20 minggu kehamilan,


Hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan

hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau

kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria.


Diagnosis:
1) Tekanan darah ≥140/90 mmHg
2) Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah

normal di usia kehamilan <12 minggu


3) Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
4) Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri

ulu
5) Diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan.
7. Faktor Resiko
5

Faktor resiko hipertensi dalam kehamilan yaitu :


a. Primigravida, primipaternitas
b. Hiperplasentosis, misalnya mola hidatidosa, kehamilan

multipel, diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar


c.Umur yang ekstrim
d. Riwayat keluarga pernah preeklampsia / eklampsia
e. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada

sebelumnya
f. Obesitas (2)

B. Hipertensi Gestasional
Hipertensi gestasional atau hipertensi transien. Wanita dengan

peningkatan tekanan darah yang dideteksi pertama kali setelah pertengahan

kehamilan, tanpa proteinuria, diklasifikasikan menjadi hipertensi

gestasional.Jika preeklampsia tidak terjadi selama kehamilan dan tekanan

darah kembali normal setelah 12 minggu postpartum, diagnosis transient

hypertension dalam kehamilan dapat ditegakkan.Namun, jika tekanan darah

menetap setelah postpartum, wanita tersebut didiagnosis menjadi hipertensi

kronik (NHBPEP, 2000). Hipertensi gestasional dan preeklampsia

meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan seperti berat lahir bayi yang

rendah dan kelahiran prematur.

1. Epidemiologi
Insiden : hipertensi gestasional adalah penyebab utama hipertensi dalam

kehamilan yang menyerang 6-7% ibu primigravida dan 2-4% ibu

multigravida. Insiden ini meningkat pada kehamilan ganda dan riwayat

preeklampsia (Hanifa, 2008).


6

2. Diagnosis
Diagnosa HG ditegakkan apabila tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau

tekanan darah diastolic ≥90 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu,

dimana sebelum kehamilan tekanan darah subyek tersebut normal dan

tekanan darah kembali normal pada 12 minggu setelah melahirkan

(Cunningham, 2005).

Diagnosis Hipertensi Gestasional:

a. Didapatkan tekanan darah sistolik 140 atau diastolik 90 mm

Hg untuk pertama kalinya pada kehamilan di atas 20 minggu


b. Tidak ada proteinuria
c. Tekanan darah kembali normal sebelum 12 minggu

postpartum
d. Diagnosis hanya dibuat pada postpartum
e. Mungkin memiliki tanda-tanda atau gejala preeklampsia,

misalnya, tidak nyaman atau trombositopenia epigastrika

Pada waktu pertama kali diagnosis:

a. Pemeriksaan perkiraan pertumbuhan janin dan volume air

ketubannya. Bila hasil normal dilakukan pemeriksaan ulang, bila

terjadi perubahan pada ibu.


7

b. NST harus dilakukan pada waktu diagnosis awal. Bila NST

non reaktif dan desakan darah tidak meningkat, maka NST ulang

hanya dilakukan bila ada perubahan pada ibu.

3. Klasifikasi Hipertensi Gestasional menurut Anwar (2004)


a. Hipertensi Gestasional Ringan: jika usia kehamilan setelah

37 minggu, hasil kehamilan sama atau lebih baik dari pasien

normotensif, namun peningkatan kejadian induksi persalinan dan

operasi caesar terjadi.


b. Hipertensi Gestasional Berat: pasien ini memiliki tingkat

yang lebih tinggi morbiditas ibu atau janin, lebih tinggi bahkan

dibandingkan pasien preeklampsia ringan, kasus ini termasuk

plasenta dan kelahiran prematur dengan kecil untuk usia gestasional

normal.

4. Etiologi
Penyebab Hipertensi Gestional, meskipun sebab utama dari hipertensi

dalam kehamilan belum jelas, tampaknya terjadi reaksi penolakan

imunologik ibu terhadap kehamilan di mana janin dianggap sebagai

hostile tissue graff reaction dimana “Reaksi penolakan imunologik dapat

menimbulkan gangguan yang lebih banyak pada tubuh wanita hamil

dibanding akibat tingginya tekanan darah, yaitu perubahan kimia total

pada reaksi yang tidak dapat diadaptasi yang dapat menyebabkan kejang

dan kematian pada wanita hamil,” akibat Hipertensi Gestasional.


Menurut Prof DR H Mohamammad Anwar Mmed Sc SpOG,

hipertensi yang tidak diobati dapat memberikan efek buruk pada ibu

maupun janin :
8

a. Efek kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah wanita

hamil akan merusak sistem vascularasi darah,sehingga mengganggu

pertukaran oksigen dan nutrisi melalui placenta dari ibu ke janin. Hal

ini bisa menyebabkan prematuritas placental dengan akibat

pertumbuhan janin yang lambat dalam rahim.


b. Hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dapat mengganggu

pertukaran nutrisi pada janin dan dapat membahayakan ginjal janin.


c. Hipertensi bisa menurunkan produksi jumlah air seni janin

sebelum lahir. Padahal,air seni janin merupakan cairan penting untuk

pembentukan amnion,sehingga dapat terjadi oligohydromnion

(sedikitnya jumlah air ketuban).


5. Faktor penyebab hipertensi
Faktor penyebab hipertensi yaitu individu dan dengan riwayat keluarga

hipertensi berisiko mengalami hipertensi. Selain itu kegemukan,

merokok, pengguna berat alkohol, kadar kolesterol tinggi terpapar stress

secara kontinu juga dihubungkan dengan hipertensi. Hipertensi

dipengaruhi oleh gangguan


emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang berlebih, rangsangan kopi

berlebih, tembakau dan obat-obatan yan merangsang, dan penyakit ini

sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan. Oleh karena itu hipertensi

memiliki kecenderungan genetic yang kuat dan dapat dipaparkan faktor-

faktor kontribusi misalnya sebagai berikut (Potter, 2006) :


a. Obesitas
Dalam penelitian Narkiewicz (2005) berat badan yang berlebih akan

menyebabkan ketidakseimbangan metabolism dimana hal tersebut


9

dapat menimbulkan Chronic kidney diseases (CKD) yang berakibat

timbulnya peningkatan darah (Debby, 2012).


b. Pola Makan
Banyak makanan yang mengandung bahan pengawet, garam, dan

bumbu penyedap juga dapat menyebabkan hipertensi.Hal ini

desebabkan karena makanan tersebut banyak mengandung natrium

yang bersifat menarik air ke dalam pembuluh darah, sehingga beban

kerja jantung untuk memompa darah meningkat dan mengakibatkan

hipertensi.Konsumsi alkohol dan kopi berlebih juga mengakibatkan

hipertensi.Efek alkohol dan kopi terhadap tekanan darah masih begitu

jelas, namun di duga ada kaitannya dengan perangsang saraf otonom

simpatis dan pengaruh hormon kortisol dimana keduanya dapat

menghasilkan efek peningkatan tekanan darah.

c. Rokok/Tembakau
Gas CO dihasilkan rokok mempunyai kemampuan mengikat

hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit)

lebih kuat dibandingkan oksigen. Akibatnya, sel tubuh menjadi

kekurangan oksigen dan akan berusaha meningkatkan oksigen

melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut. Bila

proses tersebut berlangsung lama dan terus menerus, akibatnya

pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya aterosklerosis

(penyempitan/pengerasan pembuluh darah). Pengerasan pembuluh

darah tersebut megakibatkan tekanan darah di dalam pembuluh

menjadi tinggi. Selain itu mikotin yang terkandung dalam asap rokok
10

10

10

menyebabkan perangsangan terhadap hormone adrenalin yang

bersifat memacu jantung dan tekanan darah (Husaini, 2007).


Faktor risiko hipertensi dalam kehamilan merupakan gangguan

multifaktorial, beberapa fakot risiko dari hipertensi dalam kehamilan

adalah (Katsiki, 2010).


1) Faktor maternal

a. Usia

Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35

tahun. Komplikasi maternal pada wanita hamil dan melahirkan

pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari

pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.

Dampak dari usia yang kurang, dapat menimbulkan komplikasi

selama kehamilan. Setiap remaja primigravida mempunyai

risiko yang lebih besar mengalami hipertensi dalam kehamilan

dan meningkat lagi saat usia diatas 35 tahun (Manuaba, 2008)


b. Primigravida
Sekitar 85% hipertensi dalam kehamilan terjadi pada kehamilan

pertama.Jika ditinjau dari kejadian hipertensi dalam kehamilan

graviditas paling aman adalah kehamilan kedua sampai

ketiga.Primigravida adalah seorang wanita hami untuk pertama

kali, wanita yang pertama kali hamil sering mengalami stree

dalam mengalami persalinan sehingga dapat terjadi hipertensi

dalam kehamilan. Umurnya dibawah 20 tahun disebut

primigravida muda.Usia terbaik untuk seseorang wanita hamil


11

11

11

antara 20 tahun – 35 tahun. Sedangkan wanita yang pertama

hamil pada usia diatas 35 tahun disebut primigravida tua.

Primigravida muda termasuk kedalam risiko tinggi dimana jiwa

dan kesehatan ibu atau bayi dapat terancam. Risiko kematian

maternal primigravida muda jarang dijumpai dari pada

primigravida tua, karena pada primigravida muda dianggap

kekuatan fisiknya masih baik sedangkan pada primigravida tua

risiko kehamilan meningkat bagi sang ibu dan dapat terkenan

hipertensi (Kartikasari, 2012).

c. Riwayat
Keluarga Riwayat keluarga perpanjangan silsilah di mana

kehidupan dan waktu dari orang yang bersangkutan diselidiki

Riwayat keluarga menempatkan daging pada tulang silsilah. (Obat)

Informasi yang berkaitan dengan gangguan yang diderita oleh

kerabat langsung pasien; sangat berguna jika gangguan adalah

genetik sedangkan riwayat hipertensi keluarga adalah penilaian

adanya riwayat keluarga (ayah, ibu, saudara, kakek, dll) yang

menderita hipertensi atau memiliki garis keturunan secara

langsung. Terdapat peranan genetik pada hipertensi dalam

kehamilan.Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat riwayat

keluarga dengan hipertensi dalam kehamilan.Hipertensi pada

kehamilan dapat diturunkan pada anak perempuan sehingga sering


12

12

12

terjadi hipertensi sebagai komplikasi kehamilan. Kerentanan

terhadap hipertensi kehamilan bergantung pada sebuah gen resesif.


d. Riwayat
Hipertensi Riwayat hipertensi kronis yang dialami selama

kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dalam

keamilan, dimana komplikasi tersebut dapat mengakibatkan

preeklampsia dan hipertensi kronis dalam kehamilan. Hal ini sama

seperti teori yang dikemukakan oleh Karkata (2006) bahwa wanita

yang mengalami hipertensi pada kehamilan pertama akan

meningkatkan dan mendapatkan hipertensi pada kehamilan

berikutnya.
e. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Tingginya indeks massa tubuh merupakan masalah gizi karena

kelebihan kalori, kelebihan gula dan garam yang bisa menjadi

faktor risiko terjadinya berbagai jenis penyakit degenerative,

seperti diabetes mellitus, hipertensi dalam kehamilan, penyakit

jantung koroner, reumatik, dan berbagai jenis keganasan (kanker)

dan gangguan kesehatan lain. Hal tersebut berkaitan dengan adanya

timbunan lemak berlebih dalam tubuh (Muflihan, 2012).


f. Gangguan Ginjal
Penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut yang diderita pada ibu

hamil dapat menyebabkan hipertensi dalam kehamilan.Hal itu

berhubungan dengan keruskan glomerus yang menimbulkan

gangguan filtrasi dan vasokonstriksi pembuluh darah. Perempuan

hamil dengan hipertensi dalam kehamilan memiliki risiko yang

tinggi untuk komplikasi yang berat seperti abruption plasenta,


13

13

13

penyakit serebrovaskular, gagal organ, dan koagulasi

intravascular.Hipertensi kehamilan member pengaruh buruk pada

kesehatan janin yang disebabkan oleh menurunnya perfusi utero

plasenta, hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel endotel

pembuluh darah plasenta.

2) Faktor Kehamilan

Faktor kehamilan seperti hamil anggur dan kehamilan ganda

berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan.Preeklampsia dan

eklampsia mempunyai risiko 3 kali lebih sering terjadi pada

kehamilan ganda. Dari 105 kasus bayi kembar dua, didapatkan 28,6%

kejadian preeklampsia. Untuk menghindari tekanan darah tinggi saat

hamil dengan merubah gaya hidup sehat, tidak terlalu banyak pikiran,

diet rendah kolesterol, meningkatkan konsumsi buah dan sayur, tidak

mengkonsumsi alkohol dan rokok..Yang perlu adalah penanganan

cepat dan menindak lanjuti dengan pelayanan kesehatan (Ratnawati,

2017).
6. Patogenesa hipertensi dalam kehamilan
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui

dengan jeals. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya

hipertensi dalam kehamilan, diantaranya yang banyak dianut adalah :


a. Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel

1) Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas


14

14

14

2) Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan

menghasilkan oksidan salah satu oksidan yang dihasilkan

plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat toksis

3) Radikal hidroksil akan merusak membrane sel, yang

mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida

lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membrane sel, juga

akan merusak nucleus, dan protein sel endotel Peroksida lemak

sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan

4) Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka

terjadi kerusakan sel endotel (Jansen, 2004)

b. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin

1) Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi

penurunan ekspresi HLA-G.

2) Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta,

menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua.

3) Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua

menjadi lunak, dan gembur sehingga memudahkan terjadinaya

reaksi inflamasi.

c. Teori adaptasi kardiovaskularori genetic

1) Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter

terhadap bahan vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan

kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor.


15

15

15

2) Daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor

hilang sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap

bahan-bahan vasopresor pada hipertensi dalam kehamilan sudah

terjadi pada trimester I (pertama).

3) Peningkatan kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi

hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan pada

kehamilan dua puluh minggu (Sujiyatini, 2009)

d. Teori defisiensi gizi

1) Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan

defisiensi gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam

kehamilan. Penelitian yang pernah dilakukan di Inggris ialah

kesulitan mendapat gizi yang cukup pada bumil menimbulkan

kenaikan insiden hipertensi dalam kehamilan.

2) Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak

ikan, termaksud minyak hati halibut dapat mengurangi risiko

preeclampsia (Mitayani, 2009).

7. Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis

penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB

dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan


16

16

16

aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam

plasma.
2) Aktivitas.

Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan

disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan

kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau

berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan

dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:


1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau

minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulkan intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi

seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis

kalsium, golongan penghambat konversi rennin angiotensin

8. Test diagnostic menurut Prawirohardjo (2010)


a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap

volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor

resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.


b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi /

fungsi ginjal.
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi)

dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.


17

17

17

d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi

ginjal dan ada DM.


e. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
f. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas,

peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit

jantung hipertensi.
g. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti :

Batu ginjal, perbaikan ginjal.


h. Poto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area

katup, pembesaran jantung.

C. Kehamilan
1) Pengertian
Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan

yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal bersifat fisiologis,

bukan patologis. (Walyani, 2015). Sedangkan menurut (Manuaba, 2013)

proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri

dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan

zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan

tumbuh-kembang hasil konsepsi sampai aterm.


Kehamilan dibagi dalam tiga (3) trimester, dimana trimester satu

berlangsung dalam 12 minggu, trimester dua berlangsung 15 minggu

yakni dari minggu ke 13 hingga minggu ke 27 sedangkan trimester ketiga

13 minggu (minggu ke 28 hingga minggu ke 40) (Walyani, 2015).


2) Tanda pasti (positive sign)
18

18

18

Tanda pasti adalah tanda yang menunjukan langsung keberadaan

janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. Tanda pasti kehamilan

menurut (Walyani, 2015) terdiri atas hal-hal berikut ini :


a. Gerakan janin dalam Rahim
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa.

Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan 20 minggu.


b. Denyut jantung janin
Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan mengunakan alat fetal

electrocardiograf (misalnya dopler). Dengan stethoscope leacnec,

DJJ baru dapat didengar usia kehamilan 18-20 minggu.


c. Bagian-bagian janin
Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong)

serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas

pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir) bagian janin ini

dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan USG.


d. Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.

3) Perubahan- Perubahan pada Ibu Hamil


a. Trimester pertama
Segera setelah terjadi peningkatan hormone estrogen dan

progesterone dalam tubuh, maka akan muncul berbagai macam

ketidaknyamanan secara fisiologis pada ibu misalnya mual muntah,

keletihan, dan pembesaran pada payudara. Hal ini akan memicu

perubahan psikologi seperti berikut ini:


1) Ibu untuk membenci kehamilan, merasakan kekecewaan,

penolakan, kecemasan dan kesedihan.


19

19

19

2) Mencari tahu secara aktif apakah meman benar-benar hamil

dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan sering

kali memberitahukan orang lain apa yang dirahasiakannya.


3) Hasrat melakukan seks berbeda-beda setiap wanita
4) Sedangkan bagi suami sebagai calon ayah akan timbul

kebanggaan, tetapi bercampur dengan keperhatinan akan

kesepian untuk mencari nafkah bagi keluarga. (Walyani, 2015)


b. Trimester kedua
Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah terbiasa

dengan kadar hormone yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat

kehamilan sudah mulai berkurang. Perut ibu pun belum terlalu besar

sehingga belum dirasaakn ibu sebagai beban.Ibu sudah menerima

kehanilannya dan dapat dimulai menggunakan nergi dan pikirannya

secara lebih konstruktif.Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan

gerakan janin dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai

seseorang diluar dirinya dan dirinya sendiri. Banyak ibu yang

merasakan terlepass dari rasa kecemasan dan tidak nyaman seperti

yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan

meningkatnya libido (Walyani, 2015).


c. Trimester ketiga
1) Sakit punggung disebakan karena meningkatnya bebna

berat yang dibawa yaitu bayi dalam kandungan.


2) Pernapasan, pada kehamilan 33-36 minggu banyak ibu

hamil yang susah bernapas, ini karena tekanan bayi yang berada

dibawah diafragma menekan paru ibu, tapi setalah kepala bayi

yang sudah turun kerongga panggul ini biasanya pada 2-3


20

20

20

minggu sebelum persalinan maka akan merasa lega dan bernafas

lebih muda.
3) Sering buang air kecil, pembesaran rahim dan penurunan

bayi ke PAP membuat tekanan pada kandung kemih ibu.


4) Kontraksi perut, brackton-hicks kontraksi palsu berupa rasa

sakit yang ringan, tidak teratur dan kadang-kadang hilang bila

duduk atau istirahat.


5) Cairan vagina, peningkatan cairan vagina selama kehamilan

adalah normal. Caiaran biasanya jernih, pada awal kehamilan

biasanya agak kental dan pada persalianan lebih cair. (Walyani,

2015)
4) Kebutuhan dasar ibu hamil
a. Nutrisi
Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai

gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang mahal.

Gizi pada waktu hamil harus ditingakatkan hingga 300 kalori per

hari, ibu hamil harusnya mengkonsumsi yang mengandung protein,

zat besi dan minuman cukup cairan (menu seimbang) (Walyani,

2015).
1) Kebutuhan nutrisi pada ibu hamil trimester pertama
Selama trimester pertama (hingga inggu ke-12), ibu harus

mengkonsumsi berbagai jenis makanan berkalori tinggi untuk

mencukupi kebutuhan kalori yang bertambah 170 kalori (setara

1 porsi nasi putih). Tujuaanya, agar tubuh menghasilkan cukup

energy, yang diperlukan janin yang tengah terbentuk pesat.

Konsumsi minimal 2000 kilo kalori perhari.


21

21

21

Sejumlah vitamin yang harus dipenuhi kebutuhannya adalah

vitamin A,B1,B2,B3 dan B6, semuanya untuk membantu proses

tumbuh kembang, vitamin B12 untuk membentuk sel darah

baru, vitamin C untuk penyerapan zat besi, vitamin D untuk

pembentukan tulang dan gigi, vitamin E untuk metabolsme.

Jangan lupa konsumsi zat besi karena volume darah akan

meningkat 50%. Zat besi berguna untuk memproduksi sel darah

merah. Apalagi jantung janin siap berdenyut. (Walyani, 2015)


2) Kebutuhan nutrisi pada ibu hamil trimester II
Di trimester dua, ibu dan janin mengalami lebih banyak

lagi kemajuan dan perkembangan. Kebutuhan gizi juga

semakain meningkat seiring dengan besarnya kehamilan.Ibu

perlu menambah asupan 300 kalori perhari tambahan energi

yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin. Penuhi antara

lain dari 2 cangkir nasi atau penggantinya. Juga perlu lebih

banyak ngemil 3-4 kali sehari porsi sedang.


Makan sayur dan buah serta cairan untuk mencegah

sembelit penuhi kebutuhan cairan tubuh yang meningkat.

Pastikan minum 6-8 gelas air setiap hari. Selain itu, konsumsi

sumber zat besi (ayam, daging, kuning telur, buah kering,

bayam) dan vitamin C untuk mengoptimal pembentukan sel

darah merah baru, karena jantung dan system peredaraan darah

janin sedang berkembang.


3) Kebutuhan Nurtisi ibu hamil pada trimester III
22

22

22

Di trimester III, ibu hamil butuh bekal energy yang

memadai. Selain untuk mengatasi beban yang kian berat, juga

sebagai cadangan energy untuk persalinan kelak. Itulah

sebabnya pemenuhan gizi seimbang tidak boleh dikesampingkan

baik secara kualitas maupun kuantitas. Pertumbuhan otak janin

akan terjadi cepat sekali pada dua bulan terakhir menjelang

persalinan. Karena itu, jangan sampai kekurangan gizi.

Kebutuhan ibu hamil di trimester III ini bukan hanya dari

makannan tapi juga dari cairan. Air sangat penting untuk

pertumbuhan sel-sel baru, mengatur suhu tubuh, melarutkan dan

mengatur proses metabolism zat-zat gizi, serta mempertahankan

volume darah yang meningkat selama masa kehamilan


4) Status Gizi
Apabila wanita hamil memiliki status gizi kurang selama

kehamilannya maka ia berisiko memiliki bayi dengan kondisi

kesehatan yang buruk. Dan wanita dengan status gizi baik akan

melahirkan bayi yang sehat. Wanita hamil dengan status bayi

dalam kandungan, kematian bayi baru lahir, cacat dan berat lahir

rendah. Selain itu umumnya pada ibu dengan status gizi kurang

tersebut terjadi 2 komplikasi yang cukup berat selama

kehamilan yaitu anemia (kekurangan sel darah merah) dan pre-

eklampsia/eklampsia. Untuk menilai status gizi ibu hamil

umumnya dilakukan pada awal asuhan prenatal, diikuti tindak

lanjut yang berkesinambungan selama masa kehamilan.


23

23

23

Pengkajian yang dilakukan untuk menilai status gizi ibu dapat

dilakukan melalui wawancara meliputi kebiasaan atau pola

makan, asupan makanan yang dikonsumsi, masalah yang

berkaitan dengan makanan yang dikonsumsi termasuk adanya

pantangan terhadap makanan tertentu atau menginginkan

makanan tertentu. Pengkajian status gizi ini dapat pula

dilakukan melalui pemeriksaan fisik yaitu penimbangan berat

badan untuk mengatahui peningkatan berat badan selama, uji

labortorium seperti menentukan hemoglobin dan hematrokit

karena biasanya data laboratorium ini dapat memberikan

informasi dasar yang vital untuk mengkaji status gizi ibu pada

awal kehamilan dan memantau status gizinya selama kehamilan

(Supariasa, 2012). Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara

garis besar menurut (Marmi, 2014), yaitu :


a) Asam folat
Pemakaian asam folat pada masa pre dan perikonsepsi

menurunkan resiko kerusakan otak, kelainan neural, spina

bifida dan anensefalus.Minimal pemberian suplemen asam

folat dimulai dari 2 bulan sebelum konsepsi dan berlanjut

hingga 3 bulan pertama kehamilan. Dosis pemberian asam

folat untuk preventif adalah 500 mikrogram atau 0,5-0,8

mg.
b) Energi
Kebutuhan energy ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses

tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu


24

24

24

c) Protein
Pembentukan jaringan baru dari janin dan tubuh ibu

dibutuhkan protein sebesar 9-10 gram, dalam 6 bulan

terakhir kehamilan dibutuhkan tambhaan 12 gram protein

sehari untuk ibu hamil.


d) Zat besi
Pemebrian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secra

rutin adalah untuk membangun cadangan besi, sintesa sel

darah merah, dan sintesa darah otot. Minimal ibu hamil

mengkonsumsi 90 tablet zat besi selama kehamilan.


e) Kalsium
Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi.Kebutuhan

kalsium ibu hamil adalah sebesar 400 mg sehari.


f) Pemebrian suplemen vitamin D terutama pada

kelompok yang bersiko penyakit menular (IMS).

D. Penelitian Terkait
Penelitian Rohmani (2012) Faktor Resiko Kejadian Hipertensi dalam

Kehamilan dengan hasil analisis variabel graviditas menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan(p=0,077).

Sedangkan variabel usia maternal (OR=2,774; p = 0,004) dan indeks massa

tubuh (OR = 2,602; p = 0,005) menunjukkan bahwa ada hubungan dengan

kejadian hipertensi dalam kehamilan. Hasil analisis multivariat menunjukan

bahwa variabel usia maternal) merupakan faktor risiko paling dominan

(p=0,003) terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Ada hubungan antara usia

maternal dan indeks massa tubuh dengan kejadian hipertensi dalam


25

25

25

kehamilan dan tidak ada hubungan antara graviditas dengan kejadian

hipertensi dalam kehamilan.


Basana (2017) Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi

Pada Kehamilan Studicase Controldi Wilayah Kerja Puskesmas Poriaha

Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2017 menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara umur terhadap kejadian hipertensi pada kehamilan (p =

0,000), dengan nilai OR = 12,375, CI 95%. Hal ini berarti bahwa umur

responden yang berisiko 12,375 kali kemungkinannya menderita hipertensi

pada kehamilan dibandingkan dengan umur responden yang tidak beresiko.

Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan obesitas terhadap kejadian

hipertensi pada kehamilan (p = 0,000), dengan nilai OR = 18,333, CI 95% .

Hal ini berarti bahwa responden yang obesitas 18.333 kali kemungkinannya

menderita hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak obesitas.

Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara paritas terhadap

kejadian hipertensi pada kehamilan (p = 0.000), dengan nilai OR = 23.100,

CI 95%. Hal ini berarti bahwa responden yang memiliki paritas yang tinggi

23.100 kali kemungkinannya hipertensi pada kehamilan dibandingkan

dengan responden yang paritas rendah.


Penelitian Sukfritianty (2016) Faktor Risiko Hipertensi Pada Ibu Hamil Di

Rumah Sakit Hikmah Kota Makassar dengan hasil penelitian Hasil

penelitian diperoleh bahwa umur ibu merupakan faktor risiko hipertensi

dengan nilai OR = 2,566, status bekerja ibu merupakan faktor risiko

hipertensi dengan nilai OR = 3,916, konsumsi fast food merupakan faktor


26

26

26

risiko hipertensi dengan nilai OR = 2,971, dan antenatal care merupakan

faktor risiko hipertensi dengan nilai OR = 2,352.

E. Kerangka teori
Kerangka teori yang akan dijadikan dalam penelitian ini adalah faktor yang

berhubunngan dengan kejadian hipertensi. Maka dapat digambarkan

kerangka teori seperti dibawah ini :


Gambar 2.1
Kerangka Teori

Factor resiko ibu


F. 1. Riwayat
G. ibu
2. Usia
3. Paritas
4. Jarak
Penyakit penyerta
kehamilan
1. Hipertensi
5.
kronis Riwayat
2. Ginjal Faktor resiko
3. IMT terjadinya
(Obesitas) Hipertensi
4. Retensi
Faktor eksogen
insulin
1.
5. Merokok
BB ibu
2.
rendah Stress
3.
6. Pekerjaan
Stunting
7. Migraine
8. Diabetes
27

27

27

Sumber modifikasi: Laksmi (2008), Perry potter (2013) dan Cuningham

(2005).

F. Kerangka konsep :
Kerangka konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari

hal-hal yang khusus. Kerangka konsep penelitian ini adalah tingkat

pengetahuan yang berdasarkan pada kerangka teori yang diambil dari tinjauan

pustaka, maka kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3

Kerangka Konsep

Usia

IMT

Jarak kehamilan

Hipertensi
Riwayat ibu
gestasional

Riwayat
keluarga
Pekerjaan
Paritas
28

28

28

G. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan

pembuktian untuk menegaskan apakah dapat terima atau harus di tolak.

Hipotesis juga merupakan suatu pernyataan tentang hubungan yang

diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris.
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
Ha :
a.Ada hubungan antara usia ibu hamil dengan hipertensi gestasional

di RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus periode tahun 2015 -

2017
b. Ada hubungan IMT dengan hipertensi gestasional di RSUD

Kota Agung Kabupaten Tanggamus periode tahun 2015 - 2017


c. Ada hubungan jarak kehamilan dengan hipertensi

gestasional di RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus periode

tahun 2015 - 2017


d. Ada hubungan antara riwayat ibu dengan hipertensi

gestasional di RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus periode

tahun 2015 - 2017


e. Ada hubungan antara riwayat keluarga hipertensi dengan

hipertensi gestasional di RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus

periode tahun 2015 - 2017


f. Ada hubungan pekerjaan dengan hipertensi gestasional di RSUD

Kota Agung Kabupaten Tanggamus periode tahun 2015 - 2017


g. Ada hubungan paritas dengan hipertensi gestasional di

RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus periode tahun 2015 -

2017

Ho:
29

29

29

a.Tidak ada hubungan antara usia ibu hamil dengan hipertensi

gestasional di RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus periode

tahun 2015 - 2017


b. Tidak ada hubungan IMT dengan hipertensi gestasional di

RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus periode tahun 2015 -

2017
c. Tidak ada hubungan jarak kehamilan dengan hipertensi

gestasional di RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus periode

tahun 2015 - 2017


d. Tidak ada hubungan antara riwayat ibu dengan hipertensi

gestasional di RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus periode

tahun 2015 - 2017


e. Tidak ada hubungan antara riwayat keluarga hipertensi

dengan hipertensi gestasional di RSUD Kota Agung Kabupaten

Tanggamus periode tahun 2015 - 2017


f. Tidak ada hubungan pekerjaan dengan hipertensi gestasional di

RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus periode tahun 2015 -

2017
g. Tidak ada hubungan paritas dengan hipertensi gestasional

di RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus periode tahun 2015 -

2017
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian

yang di dasarkan pada data kuantitatif dimana data kuantitatif adalah data

yang berbentuk angka atau bilangan (Siswanto, 2014). Metode ini sebagai
30

30

30

metode ilmiah atau scientific karena telah memenuhi kaidah – kaidah ilmiah

yaitu konkrit/empiris, obyektif karena dengan metode ini dapat ditemukan

dan di kembangkan berbagai iptek baru. Metode ini di sebut metode

kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis

menggunakan statistik (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini peneliti akan

menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi gestasional di

RSUD Kota Agung Kabupaten Tanggamus periode tahun 2015 - 2017.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Oktober 2018 di RSUD Kota

Agung Kabupaten Tanggamus.

C. Rancangan Penelitian
Rancangan studi kasus kontrol (case control study) yaitu studi yang

mempelajari faktor resiko dengan menggunakan pendekatan Retrospective

yaitu penelitian dimulai dengan mengidentifikasi kelompok yang terkena

penyakit atau faktor efek/status kesehatan tertentu (kasus) diidentifikasi pada

saat ini kemudian kelompok tanpa efek/faktor resiko (kontrol) diidentifikasi

terjadinya pada saat sebelum terpapar atau pada waktu yang lalu (Sugiyono,

2016).
Rancangan penelitian kasus kontrol ini adalah sebagai berikut:

Factor risiko (+) 55(kasus)

Retrospektif Efek +

Faktor risiko (-)

Populasi (sampel)
31

31

31

Faktor risiko (+) (kontrol)

Retrospektif Efek

Faktor risiko (-)

Sumber : Rianto (2011)

D. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

hamil yang dirawat dengan hipertensi gestasional yang tercatat di rekam

medis RSUD Kota agung dan. Kasus adalah ibu hamil yang dirawat di

RSUD Kota agung,

2. Sampel Penelitian
Sampel yang dikehendaki merupakan bagian dari populasi target yang

akan diteliti secara langsung meliputi subjek yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi (Arikunto, 2013).


a. Pada tahun 2015 dari jumlah 825 keseluruhan ibu hamil, yg

mengalami hipertensi gestasional 62 orang.


b. Pada tahun 2016 dari jumlah keseluruhan 915 yang mengalami

hipertensi gertasional 79 orang.


c. Pada tahun 2017 dari jumlah keseluruhan ibu hamil 985 yang

mengalami hipertensi gestasional 97 orang.


Total penderita hipertensi gestasional sebesar 238 orang dari 2725 ibu.

Dengan perbandingan (1: 1), 238 kasus dan 238 kontrol. Sehingga total

sampel yang akan di teliti 476 sampel penelitian

3. Teknik Sampling
32

32

32

Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Sampel

diambil berdasarkan kriteria ibu hamil yang tercatat di RSUD Kota

agung sampai jumlah subyek terpenuhi

d. Kriteria Inklusi: Data rekam medik ibu hamil dengan

kehamilan ≥ 20 minggu dengan atau tanpa hipertensi yang tercatat di

rekam medis RSUD Kota agung.


e.Kriteria Eksklusi: Adapun yang menjadi kriteria eksklusi dalam

penelitian ini adalah ibu hamil yang tercatat di rekam medis namun

memiliki ketidaklengkapan dengan variabel yang di ambil .


E. Variabel Penelitian
1. Variabel independen penelitian ini adalah Usia ibu, IMT, jarak

kehamilan. Riwayat hipertensi, riwayat keluarga, paritas, pekerjaan.


2. Variabel dependen penelitian ini adalah hipertensi gestasional
F. Definisi Operasional

Tabel 3.3
Definisi Operasional Penelitian
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Variabel Independen

Usia Lama waktu hidup ibu Kuesioner Rekam Ordinal


yang terhitung mulai medis 0: (beresiko) jika
sejak lahir sampai pada Kurang dari 20
saat kehamilan. Kriteria tahun atau lebih
objektif dari 35 tahun
1: (tidak beresiko )
jika 20 tahun
sampai dengan 35
tahun

IMT Keadaan status gizi ibu Pengukur Perhitungan 0: tidak baik jika Ordinal
hamil tinggi badan IMT IMT kurang dari
normal/ obesitas
Dan berat
badan 1: baik jika IMT
normal
33

33

33

Jarak Kehamilan Jarak kelahiran setiap Kuesioner Rekam 0: tidak baik jika Ordinal
anak yang dimiliki ibu medis kurang dari 2
tahun

1: baik jika jarak > 2


tahun

Riwayat ibu Riwayat ibu sebelumnya Kuesioner Melihat data 0: Ya jika responden Ordinal
tentang hipertensi rekam pernah
gestasional medis mengalami
hipertensi
sebelumnya

1: tidak jika
responden tidak
mengalami
hipertensi
Sebelumnya

Riwayat Kondisi keluarga ibu Kuesioner Data rekam 0: ya (Jika ada Ordinal
keluarga hamil yang memiliki medis keluarga yang
hipertensi memiliki
hipertensi)
1: Tidak ada : Jika
keluarga tidak
memiliki riwayat
hipertensi
Pekerjaan Pekerjaan ibu hamil saat Kuesioner Rekam 0: ya jika ibu Ordinal
ini medis bekerja

1: tidak jika ibu


tidak bekrja

Paritas Jumlah anak yang pernah Kuesioner Rekam 0 : Paritas berisiko Ordinal
dilahirkan oleh medis jika ibu memiliki
responden baik yang anak 1 atau lebih
lahir hidup mupun mati
dari 3 anak
sampai pada saat
penelitian
1: Paritas tidak
berisiko jika
memiliki anak
kurang dari 2-3

Variabel Dependen

Hipertensi tekanan darah Tensimeter Mengukur 0: Hipertensi : Ordinal


gestasional pemeriksaan terakhir ibu tekanan Apabila tekanan
hamil mencapai 140/90 darah ibu darah pada
mmHg atau lebih yang pemeriksaan terakhir
terjadi pada kehamilan mencapai 140/90
usia > 20 minggu
34

34

34

mmHg atau lebih.

1: Tidak hipertensi :
Apabila tekanan
darah pada
pemeriksaan terakhir
Kurang dari
140/90mmHg

G. Metode Pengumpulan Data penelitian


1. Jenis Data

Menurut Sugiyono (2016), berdasarkan sumber data, pengumpulan

data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Pada

penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.

2. Cara Pengumpulan Data Penelitian

Pengumpulan data diperoleh oleh penulis sendiri dengan

menggunakan dummy tabel yang diisi oleh penulis, berdasarkan rekam

medik ibu hamil mengenai hipertensi pada kehamilan dan faktor-faktor

yang berpengaruh di RSUD Kota Agung . Lembar kuesioner yang

digunakan telah dirancang sedemikian rupa, agar mampu menjawab

tujuan dari penelitia

H. Alat Ukur Dan Pengukuran Variabel Penelitian


1. Alat Ukur (Instrument) Penelitian

Alat ukur (Instrument) penelitian ini adalah alat atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya


35

35

35

lebih baik (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini instrument yang

digunakan adalah checklist yang dirancang sebagai pedoman

pengumpulan data penelitian.

2. Pengukuran Variabel Penelitian

Pengukuran variabel penelitian dilakukan untuk mengukur hasil

penelusuran dan memberi nilai sebagai hasil pengukuran untuk

mempermudah peneliti dalam mengolah data penelitian sehingga

memperoleh hasil penelitian yang signifikan. Hasil pengukuran tersebut

di simpulkan ke dalam hasil ukur sesuai dengan sub variabel masing-

masing dengan kriteria yang telah ditetapkan.

I. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Penyuntingan dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap hasil

penelusuran checklist. Tujuan dari editing ini untuk memastikan data

yang diperoleh semua telah diisi, relevan dan dapat dibaca dengan baik.

2. Coding

Hasil penelusuran diberi kode sesuai petunjuk coding. Pemberian kode

dilakukan untuk menyederhanakan data yang diperoleh. Setelah semua


36

36

36

variabel diberi kode, selanjutnya masing-masing komponen variabel

dijumlahkan.

3. Processing

Setelah semua isian terisi dengan benar, langkah selanjutnya adalah

memproses data agar dapat dianalisa. Proses data dilakukan dengan cara

mengentry data hasil penelusuran ke komputer.

4. Cleaning

Kegiatan pengecekan kembali data-data yang sudah diemtry apakah ada

kesalahan atau tidak

J. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi dan

frekuensi variabel dependen dan variabel independen. Data disajikan

dalam bentuk tabel dan diinterpretasikan menggunakan rumus

presentase:

f
P x100%
Keterangan: n

P = Prosentase

F = Jumlah frekuensi

n = Jumlah sampel

100% = Konstanta
37

37

37

2. Analisa Bivariat
Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square, Berdasarkan hasil

perhitungan statistik dapat dilihat kemaknaan hubungan antara 2 variabel,

yaitu :
a. Jika probabilitas (Nilai P ) ≤ 0,05 maka

bermakna/signifikan, berarti ada hubungan yang bermakna antara

variabel independen dengan variabel dependen atau hipotesis (Ho)

ditolak
b. Jika probabilitas (Nilai P) > 0,05 maka tidak

bermakna/signifikan, berarti tidak ada hubungan yang bermakna

antara variabel independen dengan variabel dependen, atau hipotesis

(Ho) diterima
c. Untuk menganalisis keeratan hubungan antara dua variabel

tersebut dapat dilihat dari nilai Odd ratio (OR). Besar kecilnya nilai

OR menunjukkan besarnya keeratan hubungan antara dua variabel

yang diuji. Jika nilai korelasi memiliki selisih sama dengan 1 atau -1,

maka korelasi disebut korelasi sempurna.

3. Analisa Mulitivariat
Analisis multivariat untuk menguji variabel yang paling

berpengaruh. Uji yang digunakan untuk mengestimasi variabel yang

paling berpengaruh dengan menggunakan uji regresi logistik, dengan

langkah-langkah sebagai berikut:


a. Langkah pertama adalah seleksi kandidat. Dalam langkah

ini kita akan menyeleksi, variabel independen manakah yang layak

masuk model uji multivariat. Di mana yang layak adalah yang

memiliki tingkat signifikansi (sig.) atau p value < 0,25 dengan


38

38

38

metode "Enter" dalam regresi logistik sederhana. Yaitu dengan

melakukan satu persatu regresi sederhana antara masing-masing

variabel bebas terhadap variabel terikat.


b. Dari hasil di atas, lihat tabel "variables in the equation" dan

lihat nilai "sig.". Apabila nilai signifikan <0,25, berarti variabel

layak masuk model multivariat. Lakukan pada semua variabel

independen lainnya. Apabila signifikansi > 0,25 maka variabel bebas

tidak layak masuk model multivariat. Setelah dilakukan seleksi

kandidat, inventarisir variabel mana yang layak masuk model dan

urutkan dalam tabel dimulai dari yang nilai signifikansinya terbesar.


c. Setelah dilakukan seleksi kandidat, inventarisir variabel

mana yang layak masuk model dan urutkan dalam tabel dimulai dari

yang nilai signifikansinya dimana p-value > 0,05 terbesar. Bila

variabel tersebut dikeluarkan dari model mengakibatkan perubahan

koefisien lebih dari > 10% maka variabel tersebut tidak jadi

dikeluarkan dan dimasukkan kembali ke dalam model karena

dianggap sebagai variabel perancu atau counfounding yang artinya

menjadi variabel yang mempengaruhi hubungan variabel independen

dan dependen.
d. Semua variabel yang masuk model atau yang lolos seleksi

kandidat, berarti memiliki pengaruh terhadap variabel

terikat.Variabel yang tersisa dalam model berarti terbukti sebagai

variabel yang mempengaruhi variabel terikat.


39

39

39

e. Variabel dengan Odds Ratio terbesar dalam model akhir

multivariat, menjadi variabel yang paling dominan mempengaruhi

variabel terikat.
f. Uji Interaksi atau efek modifikasi adalah heterogenitas efek dari

suatu expose pada tingkat expose yang lain, jika ditemukan adanya

interaksi antar variable expose dengan variable lainnya, maka nilai

koefisien, misalnya OR harus dilaporkan terpisah menurut strata dan

variable tersebut.
g. Dalam analisis regresi logistik, pengaruh satu variabel

bebas terhadap variabel terikat dapat dibuat persamaan sebagai

berikut : Y = a + b X. Keterangan : Y : Variabel terikat X : Variabel

bebas. a :Konstanta; dan b : Kosefisien Regresi.

Anda mungkin juga menyukai