Terkait dengan Pilkada, Februari lalu di 101 daerah, Banyak yang mengaitkan dengan isu
SARA yang menyebabkan masyarakat terpecah belah. Lalu menurut Anda apa yang bisa
dimaknai dari pilkada kemarin? Terutama pilkada DKI Jakarta yang begitu menjadi
sorotan?
Bangsa ini sedang berproses menjalani demokratisasi ke arah yang lebih baik dan ini
butuh waktu. Idealnya ketika kita memilih pimpinan, baik itu presiden, anggota legislatif,
gubernur, atau bupati/wali kota itu berdasarkan penilaian yang objektif terkait kompetensi
calon, kapabilitas, dan integritasnya.
Pada kenyataannya di lapangan tidak terhindarkan adanya benturan yang terkait
dengan SARA. Bagaimana pun ikut mempengaruhi pilihan-pilihan masyarakat. Apalagi,
hanya ada dua calon, misalnya, yang satu dengan yang lain sukunya berbeda, isu suku akan
mengemuka, etniknya berbeda maka isu etnik akan muncul, kalau agamanya berbeda maka
isu agama akan muncul.
Pandangan Anda sebagai Menteri Agama, sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan
masyarakat kita saat ini? Sepertinya masyarakat kita mudah dipecah. Apakah nilai-nilai
keindonesiaan kita sudah luntur?
Saya melihat Indonesia secara keseluruhan tidak bisa secara sporadis. Saya bersyukur
kita di tengah-tengah heterogenitas, kemajemukan, keragaman kita yang luar biasa di hampir
semua aspek kehidupan, kita secara keseluruhan masih mampu menjaga keutuhan sebagai
sebuah bangsa, meskipun tidak bisa menutup mata di wilayah-wilayah tertentu ada potensi-
potensi disintegrasi bangsa yang kalau tidak ditangani dengan serius akan berdampak serius.
Pemilihan langsung itu menyebabkan keragaman ini terancam karena perbedaan-
perbedaan secara terbuka di ruang publik itu diperhadapkan. Ketika saling berkompetisi dan
bersaing antarpara kandidat, para pemilihnya atau pendukungnya tentu tidak tergelakkan
akan muncul benturan-benturan. Sebatas perbedaan ini masih dalam koridor yang bisa kita
toleransi. Namun, kalau sudah terlalu jauh, misalnya, menggunakan agama untuk hal-hal
yang memecahbelah, saya pikir ini harus segera diatasi, apalagi ada upaya-upaya untuk
mengubah atau mengganti dasar bernegara kita dengan ideologi lain.