Anda di halaman 1dari 2

Kemenag: Hakikat Pancasila Adalah Nilai-nilai Agama

ARRAHMAHNEWS.COM, JAKARTA – Suasana depan perkantoran Kementerian Agama di


Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Jumat (5/5) ramai, pasalnya sejumlah organisasi
keagamaan berunjuk rasa untuk menuntut hukuman bagi Basuki Tjahaja Purnama.
Pagi itu, Media Indonesia berbincang dengan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin,
terkait dengan perkembangan kondisi sosial kultural di masyarakat, terutama pasca pilkada di
sejumlah daerah. Berikut petikan wawancaranya.

Terkait dengan Pilkada, Februari lalu di 101 daerah, Banyak yang mengaitkan dengan isu
SARA yang menyebabkan masyarakat terpecah belah. Lalu menurut Anda apa yang bisa
dimaknai dari pilkada kemarin? Terutama pilkada DKI Jakarta yang begitu menjadi
sorotan?
Bangsa ini sedang berproses menjalani demokratisasi ke arah yang lebih baik dan ini
butuh waktu. Idealnya ketika kita memilih pimpinan, baik itu presiden, anggota legislatif,
gubernur, atau bupati/wali kota itu berdasarkan penilaian yang objektif terkait kompetensi
calon, kapabilitas, dan integritasnya.
Pada kenyataannya di lapangan tidak terhindarkan adanya benturan yang terkait
dengan SARA. Bagaimana pun ikut mempengaruhi pilihan-pilihan masyarakat. Apalagi,
hanya ada dua calon, misalnya, yang satu dengan yang lain sukunya berbeda, isu suku akan
mengemuka, etniknya berbeda maka isu etnik akan muncul, kalau agamanya berbeda maka
isu agama akan muncul.

Pandangan Anda sebagai Menteri Agama, sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan
masyarakat kita saat ini? Sepertinya masyarakat kita mudah dipecah. Apakah nilai-nilai
keindonesiaan kita sudah luntur?
Saya melihat Indonesia secara keseluruhan tidak bisa secara sporadis. Saya bersyukur
kita di tengah-tengah heterogenitas, kemajemukan, keragaman kita yang luar biasa di hampir
semua aspek kehidupan, kita secara keseluruhan masih mampu menjaga keutuhan sebagai
sebuah bangsa, meskipun tidak bisa menutup mata di wilayah-wilayah tertentu ada potensi-
potensi disintegrasi bangsa yang kalau tidak ditangani dengan serius akan berdampak serius.
Pemilihan langsung itu menyebabkan keragaman ini terancam karena perbedaan-
perbedaan secara terbuka di ruang publik itu diperhadapkan. Ketika saling berkompetisi dan
bersaing antarpara kandidat, para pemilihnya atau pendukungnya tentu tidak tergelakkan
akan muncul benturan-benturan. Sebatas perbedaan ini masih dalam koridor yang bisa kita
toleransi. Namun, kalau sudah terlalu jauh, misalnya, menggunakan agama untuk hal-hal
yang memecahbelah, saya pikir ini harus segera diatasi, apalagi ada upaya-upaya untuk
mengubah atau mengganti dasar bernegara kita dengan ideologi lain.

Bagaimana lembaga Anda mengupayakan implementasi Pancasila dan kebinekaan di


masyarakat karena di era globalisasi ini banyak paham keagamaan yang masuk ke
Indonesia dan diterima masyarakat?
Bangsa kita ialah bangsa yang sangat religius. Bangsa kita bangsa agamais yang
meletakkan posisi agama pada letak yang sangat sentral dan tidak bisa dipisahkan dalam
menata kehidupan kita bersama di tengah-tengah keragaman. Dalam berbangsa dan bernegara
kita sudah bersepakat dan berkomitmen menjadikan Pancasila sebagai dasar kita dalam
berbangsa dan bernegara. Yang harus dipahami dan terus menerus di sosialisasikan bahkan
dijadikan sesuatu yang menyatu pada diri kita.
Pancasila itu sesungguhnya adalah rumusan dalam upaya kita mengejawantahkan
nilai-nilai agama dalam konteks kita sebagai warga negara dalam hidup berbangsa dan
bernegara. Jadi menurut saya ini yang harus dimaknai dengan baik, bahwa sesungguhnya
semua sila yang ada dalam Pancasila hakikatnya ialah nilai-nilai agama yang harus
diwujudkan setiap warga negara dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.
Jadi Pancasila itu bukan sesuatu yang terpisah dari agama, Pancasila itu hakikatnya
adalah nilai-nilai agama. Rumusan nilai-nilai agama yang oleh para pendiri bangsa dengan
kearifannya mereka rumuskan dalam upaya untuk diimplementasikan setiap warga negara
yang hakikatnya adalah umat beragama. Karena semua masyarakat Indonesia adalah
masyarakat yang agamais, dan perwujudan itu ialah dalam konteks berbangsa dan bernegara.
Jadi, kalau ada yang ingin mengubah Pancasila dengan ideologi lain, misalnya
khalifah, seakan-akan Pancasila itu bukan Islam. Pancasila itu nilai-nilai Islam. Pancasila itu
juga nilai-nilai umat Kristiani karena semua sila yang ada dalam Pancasila itu tidak hanya
Islam, tetapi Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu. Semua meyakini itu nilai-nilai agama yang
dianjurkan dan diajarkan setiap agama. Jadi ini sudah final, sesuatu yang tidak perlu lagi
diupayakan atau diganti, tetapi justru harus dimaknai dengan bagaimana cara
mengaktualisasikannya dalam kehidupan keseharian kita.

Anda mungkin juga menyukai