BAB I
PENDAHULUAN
penyuluh. Hal ini terjadi karena latar belakang peternak yang berbeda -beda
penyuluhan diperlukan suatu metode, teknik dan media yang tepat agar apa yang
kepada peternak. Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa lebih terampil
BAB II
DATA LAPANG
berada pada ketinggian 308 mdpl dan curah hujan 500 mm/th. Memiliki suhu
maksimum 30˚C dan suhu minimum 26˚C, dengan suhu tersebut cukup ideal
penduduk 5.886 orang dengan jumlah laki laki 2.919 dan perempuan 2.967.
orang, sedangkan yang paling rendah yaitu tamatan akademik dengan jumlah 53
orang. Pendidikan SLTP sebanyak 378 orang, pendidikan SLTA sebanyak 1.256
orang dan pendidikan perguruan tinggi sebanyak 538 orang. Sedangkan yang
4
pendidikan tidak tamat Sekolah Dasar sebanyak 1.298 orang dan yang belum
pencaharian sebagai petani sebanyak 1.356 orang dan yang paling sedikit adalah
sebagai buruh industri sebanyak 389 orang, buruh bangunan sebanyak 436 orang,
syarat sebagai peternakan karena jarak antara kandang peternak satu dengan
lainnya terlalu sempit, saluran untuk limbah minim, ukuran kandang yang terlalu
sempit, tidak adanya gudang pakan sehingga pakan dibiarkan begitu saja di
2.2.1. Responden 1
Bapak Tris yang berumur 46 tahun memiliki peternakan sapi perah dengan
modal awal meminjam dari salah satu bank, kemudian Bapak Tris membeli ternak
di pasar Ambarawa yaitu sapi perah bangsa PFH dan Limousin sebanyak 10 ekor
terdiri dari 5 sapi betina, 3 sapi pejantan dan sisanya anakan. Peternakan Bapak
Tris memiliki luas wilayah kandang sekitar 800m2 di kandang milik Bapak Tris
lebih terawat terlihat dari dalam kandangnya selalu bersih, pada lantai diberi alas
lantai agar ternak tidak cidera karena lantai yang licin, pakan yang diberikan
berupa ampas tahu, hijauan segar dan ketela, produksi susu yang dihasilkan rata –
rata berjumlah 10 – 20 liter/hari dengan harga jual Rp. 7000/liter Susu dijual
milik Bapak Tris tetapi jika susu tidak habis biasanya diberikan ke pedet. Ternak
milik Bapak Tris juga sehat karena di KTT tersebut terdapat dokter hewan yang
2.2.2. Responden 2
usaha kepada salah satu bank dan membeli ternak sapi perah di pasar hewan
Boyolali dan Prambanan dengan jumlah ternak sebanyak 6 ekor yaitu sapi perah
bangsa PFH. Luas wilayah kandang yang terlalu sempit yaitu 5x6 m2 sangat tidak
efisien untuk jumlah ternak sebanyak 6 ekor, pakan yang diberikan berupa
konsentrat, ampas tahu dan hijauan segar. Tempat pakan yaitu palung juga tidak
memenuhi standar yang seharusnya berbentuk huruf U agar ternak mudah dalam
mengambil pakannya serta tidak ada alas lantai sehingga beresiko ternak cidera
karena lantai licin. Produksi susu yang dihasilkan ternak sapi perah rata – rata
2.2.3. Responden 3
ternak di pasar hewan Ambarawa, dari sini Bapak Iswoto memulai usaha
ternaknya.Jumlah ternak yang dimiliki hanya 4 ekor saja dengan jenis ternak sapi
PFH, peternakan Bapak Iswoto memiliki luas kandang 5x6 m2.Pakan yang
diberikan berupa hijauan dan ampas tahu. Rata – rata produksi susu yang
dihasilkan adalah 10 - 15 liter/hari. Susu dijual di pengepul susu dengan harga jual
2.2.4. Responden 4
tersebut ia dapatkan dari hasil meminjam modal usaha dengan temannya. Bapak
Junaidi membeli ternak tersebut di pasar hewan Ambarawa, dengan jumlah ternak
kandang yang kurang memadai seperti tempat minum dari ember, tempat pakan
yang tidak berbentuk U dan tidak ada gudang pakan sehingga pakan dibiarkan
begitu saja di depan kandang. Pakan yang diberikan berupa konsentrat, ampas
tahu dan hijuauan segar. Jumlah produksi susu yang dihasilkan adalah
10 liter/hari. Susu dijual apabila ada pembeli yang datang ke peternakan milik
Bapak Junaidi, bahkan jika susu tersebut tidak habis terjual Bapak Junaidi akan
2.2.5. Responden 5
Awal memiliki peternakan sapi perah Bapak Jauhari meminjam modal dari
temannya untuk membeli ternak sapi perah sebanyak 1 ekor yang dibeli dari pasar
Ambarawa dan Bapak Jauhari mendapat bantuan dari pemerintah sebanyak 1 ekor
sapi PFH, seiring berjalannya waktu sekarang jumlah ternak yang dimiliki Bapak
Jauhari sebanyak 11 ekor yang terdiri dari 7 sapi betina dan 4 pejantan. Luas
kandang yang dimiliki Bapak Jauhari 10x8m2. Pakan yang diberikan adalah
ampas tahu, konsentrat dan hijauan segar. Tidak ada penyakit yang sedang di
alami ternak sebab di KTT tersebut sudah ada dokter hewan yang siap melayani
8
411,47 Ha. Memiliki sawah irigasi setengah teknis seluas 152,58 Ha, sawah
irigasi sederhana 30,63 Ha, dan sawah rendengan 74,70 Ha. Sedangkan pada
lahan tanah kering pekarangan 94,54 Ha dan tanah kebun 59,02 Ha. Lahan di
dan tanah kering yang ideal dalam pengembangan peternakan dan pertanian
sebagai sumber pakan ternak. Selain itu juga pada topografi yang datar sampai
biasanya hanya memerah susu dan menjualnya dalam bentuk segar namun apabila
susu tersebut tidak habis terjual di berikan pada pedet bahkan sampai dibuang
begitu saja. Hal ini sangat kurang efektif apabila terjadi setiap harinya, selain itu
penanganan susu yang belum maksimal akan dikhawatirkan jika hal ini terus
memiliki kandang yang cukup sempit, untuk ruang penyimpanan susu yang dapat
mempertahankan masa pakai susu dan kualitasnya. Masalah lainnya adalah tidak
adanya saluran pembuangan limbah di setiap kandang peternak. Hal ini akan
membahayakan lingkungan sekitar dan menimbulkan bau tidak sedap serta tidak
adanya gudang pakan sehingga pakan dibiarkan begitu saja di depan kandang.
10
BAB III
kurangnya pengolahan susu secara baik sehingga dapat menurunkan kualitas susu
itu sendiri.Susu yang tidak ditangani dengan baik akan merusak kualitas susu itu
sendiri sehingga dapat menurunkan nilai jual. Menurut SNI (2011) bahwa susu
yang berkualitas baik memiliki warna, bau, rasa dan kekentalan yang baik. Hal ini
diperkuat oleh pendapat Umar et al. (2014) bahwa karakteristik susu sapi yang
baik yaitu memiliki warna putih kekuningan dan tidak tembus cahaya. Komposisi
rata-rata air susu sapi mengandung 3,3% protein, 3,8% lemak, 4,7% karbohidrat,
8,76% air, 0,7% vitamin, mineral pH 6,3 – 6,75. Susu yang dihasilkan dari
peternakan tersebut jika diolah dengan benar akan meningkatkan nilai jual dan
produksi dan kualitas susu adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah bangsa sapi, keturunan, masa laktasi, umur, kondisi ternak, siklus
yang baik hal ini akan merusak kualitas susu dan mengurangi kuantitas susu.
itu sendiri, seperti saat terdapat susu yang belum laku tejual ada peternak yang
membuangnya begitu saja hal ini sangat tidak efisien dan akan merugikan
peternak padahal susu segar merupakan cairan yang berasal dari ambing sapi sehat
dan bersih, diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, memiliki kandungan
alami yang tidak ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun
kalsium dan fosfor, vitamin A dan B zat ini sangat mudah dicerna dan diserap
oleh darah dengan sempurna. Menurut Umar et al. (2014) bahwa susunan zat gizi
yang sempurna dari susu ini merupakan media yang sangat baik bagi
serta sangat mudah busuk. Pengolahan susu menjadi salah satu strategi untuk
menjaga kualitas susu dan meningkatkan nilai jual susu sehingga dapat
menyaring susu lalu dikemas kedalam plastik. Perlakuan seperti ini tidak menjaga
kualitas susu, belum lagi kondisi kandang yang belum memadai sehingga
meningkatkan berat jenis susu, kadar lemak yang melebihi batas, warna, bau, rasa
dan kekentalan yang berubah. Hal ini sesuai dengan pendapat SNI (2011) bahwa
ciri - ciri susu yang baik memiliki berat jenis yang normal, kadar lemak sebanyak
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
Rejeki Lumintu dapat dilakukan pemecahan masalah dengan cara mengolah susu
terdapat beberapa faktor yang menentukan kualitas susu seperti bangsa sapi dan
umur ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Ako (2012) bahwa faktor yang
mempengaruhi produksi dan kualitas susu adalah faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah bangsa sapi, keturunan, masa laktasi, umur,
kondisi ternak, siklus estrus dan kebuntingan, sedangkan faktor eksternal adalah
obat-obatan, hormon, penyakit dan makanan serta nutrisi. Hal ini diperkuat
dengan pendapat Sabil (2015) bahwa faktor yang mempengaruhi komposisi susu
adalah jenis ternak (genetika), waktu pemerahan, urutan pemerahan, musim, umur
Salah satu cara pengolahan susu adalah dengan cara pasteurisassusu segar.
Menurut Sabil (2015) bahwa susupasteurisasi adalah susu segar yang diolah
mikroorganisme tetapi hanya mematikan kuman yang patogen dan yang tidak
14
membentuk spora. Proses ini sering diikuti teknik lain seperti pendinginan atau
(LTLT) yaitu cara proses memanaskan susu yang telah disaring selama 30 menit
pada suhu 62ºC. Hal ini sesuai dengan pendapat Sabil (2015) bahwa proses
pasteurisas dilakukan dengan memanaskan susu pada suhu 62ºC selama 30 menit
atau suhu 72ºC selama 15 detik. Kemudian setelah proses pemanasan susu
dikemukakan oleh Tjahjadi dan Marta (2011) bahwa tujuan pengolahan susu
BAB V
RENCANA KERJA
5.1. Materi
umum.
5.2. Media
merupakan lembaran kertas yang dilipat menjadi dua atau tiga bagian
(2012) bahwa leaflet merupakan media cetak dari selembar kertas yang dilipat-
lipat, berisi tulisan cetak dan beberapa gambar tertentu mengenai suatu topik
khusus untuk sasaran dan tujuan tertentu. Hal ini ditambahkan oleh Lucie (2005)
bahwa kelebihan leaflet adalah sasaran dapat menyesuaikan dan belajar secara
16
5.3. Metode
informasi yang lengkap dan cepat dengan penjelasan. Menurut Saputra (2011)
bahwa metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan
telah lama dijalankan dalam usaha menularkan pengetahuan secara lisan. Hal ini
penyuluhan yang sering digunakan pada kelompok yang pesertanya lebih dari 15
orang. Ceramah akan berhasil apabila penyuluh menguasai materi yang akan
dalam satu kelompok yang maju untuk mempresentasikan dihadapan teman satu
kelas dan mengadakan tanya jawab dan membagikan media cetak yang mereka
Metode : Ceramah
Materi : Membahas tentang penanganan susu sapi agar kualitas susu tetap
BAB VI
6.1. Kesimpulan
ketinggian 308 mdpl dan curah hujan 500 mm/th. Memiliki suhu maksimum 30˚C
dan suhu minimum 26˚C, dengan suhu tersebut cukup ideal dalam beternak sapi
karena jarak antara kandang peternak satu dengan lainnya terlalu sempit, saluran
untuk limbah minim, ukuran kandang yang terlalu sempit, tidak adanya gudang
pakan sehingga pakan dibiarkan begitu saja di samping kandang dan tidak
tidak merusak kandungan nutrisi susu namun membunuh bakteri patogen dan
6.2. Saran
Penyuluhan lebih sering diadakan pada KTT tersebut, karena dalam satu
DAFTAR PUSTAKA
Ako, A. 2012. Ilmu Ternak Perah Daerah Tropis. IPB Press, Bogor.
Badan Standardisasi Nasional Indonesia. 2011. Susu segar pada Sapi. SNI 01-
3141-2011
Sabil, S. 2015. Pateurisasi High Temperature Short Time (HTST) Susu terhadap
Listeria monocytogenes pada Penyimpanan Refrigerator. Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. (Skripsi).
Umar, Razali dan A. Novita. 2014. Derajat keasaman dan angka reduktase susu
sapi pasteurisasi dengan lama penyimpanan yang berbeda. J. Medika
Veterinaria. 8(1) : 43-46.
21
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 6.Kuisioner
A. Identitas Responden
1. Siapanamabapak/ibu?
2. Berapaumurbapak/ibu?
3. Belajarbeternakdarisiapa?
4. Dimanaalamatpeternakanmilikbapak/ibu?
5. Berapakah jumlah anggota keluarga bapak/ibu?
6. Apakahpendidikanterakhirbapak/ibu?
7. Mengapa bapak/ibu menmilih mendirikan peternakan sapi perah?
8. Selain usaha peternakan ini, apakah bapak/ibu memiliki usaha lain?
B. Produk
C. Price
D. Place
E. Promotion
F. Permasalahan
1. Cara apa yang dapat dilakukan untuk mengolah susu dalam kasus ini ?
a. Pasteurisasi
b. Yougurt
c. Penyaringan
d. Tanpa perlakuan
2. Alat apa yang digunakan dalam pengolahan susu dalam kasus ini ?
a. Plastik
b. Milkcan
c. Panci
d. Oven
3. Faktor apa yang membuat peternak memilih untuk mengolah susu?
a. Mengikuti tren
b. Menjaga kualitas susu
c. Memperpanjang masa simpan susu
d. B dan C benar
4. Masalah apa yang ditemukan dalam KTT Rejeki Lumintu pada kasus ini?
a. Limbah
b. Pakan
c. Kandang
d. Susu
5. Terletak di daerah mana KTT Rejeki Lumintu?
a. Gunung pati
b. Sumurrejo
c. Ungaran
d. Kalisidi
30
1 1 50 60
2 2 50 70
3 3 80 80
4 4 50 90
5 5 100 100
6 7 40 90
Selisih
Persentase keberhasilan = x 100%
Nilai total
20
= x 100%
100
= 20%