Anda di halaman 1dari 12

STUDI DAN DESAIN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK HYBRID UNTUK BEBAN

KOMUNAL 40 kWh DAN BEBAN ADMINISTRATIF 11 kWh DI DESA AMARU


KABUPATEN ASMAT - PAPUA

Muhammad Zulqarami1, Argus Purwadi2, Arwindra Rizqiawan3


Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia
1
mzulqarami240797@gmail.com
2
apurwadi57@gmail.com
3
rizqiawan@gmail.com

ABSTRAK
Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa sehingga
kebutuhan listrik di Indonesia cukup tinggi. Kebutuhan listrik yang semakin meningkat belum mampu diatasi oleh
pembangkit listrik yang ada saat ini. Selain itu kesulitan untuk menjangkau daerah terpencil juga merupakan faktor
yang mempengaruhi ketersediaan listrik terutama di daerah terpencil. Semakin meningkatnya kebutuhan listrik
mengakibatkan perlunya penambahan pembangkit listrik. Pada umumnya digunakan pembangkit konvensional
yang menggunakan bahan bakar fosil sehingga menimbulkan masalah terhadap alam dan biaya yang tinggi. Salah
satu solusi yang dapat digunakan adalah menggunakan energi terbarukan yang ramah lingkungan dan
keberadaannya kontinu di alam. Selain itu energi terbarukan dapat digunakan pada daerah terpencil untuk
membangkitkan listrik secara mandiri pada masing-masing daerah tanpa terhubung ke jaringan. Energi terbarukan
yang dapat digunakan diantaranya adalah energi matahari dan energi angina yang dikombinasikan dengan
generator sebagai cadangan. Studi ini dilakukan menggunakan perangkat lunak HOMER Pro dan PVSyst untuk
beban komunal 40 kWh dan beban administratif 11 kWh pada salah satu daerah tertinggal, terluar, dan terdepan
di Indonesia yaitu Desa Amaru, Kecamatan Der Koumur, Kabupaten Asmat, Papua. Hasil dari studi ini adalah
pemilihan konfigurasi sistem pembangkit yang memungkinkan baik dari sisi teknis maupun ekonomi dengan
membandingkan nilai LCOE dan kinerja sistem antara konfigurasi satu dengan yang lain. Hasil studi ini juga
dapat dijadikan sebagai bahan referensi proyek pengembangan kelistrikan daerah tertinggal di Indonesia.

kata kunci: Hybrid Generation, Off Grid, PV, Angin, Generator, LCOE

I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa
dan tersebar pada lebih dari 17.000 pulau [1]. Dengan demikian kebutuhan energi listrik di
Indonesia juga cukup tinggi. Selain itu pertumbuhan populasi penduduk juga meningkatkan
kebutuhan energi listrik. Kebutuhan energi listrik yang semakin meningkat belum mampu
diatasi oleh pembangkit listrik yang ada saat ini. Saat ini di Indonesia sekitar 2.519 desa tidak
mendapatkan pasokan listrik. Selain sumber listrik yang terbatas, ketersediaan listrik umumnya
disebabkan oleh sulitnya menjangkau daerah tersebut dengan jaringan transmisi atau pun
distribusi karena membutuhkan biaya yang mahal serta perizinan terkait isu lingkungan.

1
Ketersediaan listrik tentu menjadi hal yang sangat penting karena menentukan kualitas hidup
manusia di suatu negara [2].
Sumber energi terbarukan juga merupakan salah satu solusi ketersediaan listrik di
Indonesia karena dapat digunakan pada daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh jaringan
utama dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Namun terdapat
tantangan dalam penggunaan sumber energi terbarukan yakni sifatnya yang tidak terduga karena
memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap kondisi cuaca. Untuk mengatasi masalah ini
dapat digunakan sumber energi terbarukan lebih dari satu atau penyimpanan energi yang
terintegrasi satu sama lain (hybrid) [4].
Indonesia memiliki sumber energi terbarukan yang berlimpah dan tersebar pada seluruh
daerah di Indonesia. Daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh jaringan listrik utama tentunya
juga memiliki potensi sumber energi terbarukan yang bermacam-macam seperti panas bumi,
surya, angin, dan lainnya. Salah satu provinsi yang saat ini masih memiliki rasio elektrifikasi
yang rendah adalah Papua salah satunya adalah Kabupaten Asmat [5].
Penelitian tugas akhir ini bertujuan untuk memberikan solusi nyata terkait pemanfaatan
sumber energi terbarukan pada usaha penyediaan listrik daerah tertinggal di Indonesia yaitu
mengetahui potensi energi terbarukan daerah 3T (tertinggal, terluar, dan terdepan) di Indonesia
bagian Timur khususnya Desa Amaru, Kecamatan Der Koumur, Kabupaten Asmat, Papua serta
melakukan desain, analisis ekonomi, dan analisis implementasi sistem pembangkit hybrid serta
optimasi sistem dengan menggunakan perangkat lunak. Penelitian ini diharapkan akan menjadi
dasar pengembangan proyek kelistrikan pada daerah 3T (tertinggal, terluar, dan terdepan) di
Indonesia khususnya Desa Amaru, Kecamatan Der Koumur, Kabupaten Asmat, Papua dan
menjadi referensi penelitian lanjutan terkait studi pemanfaatan sumber energi terbarukan di
Indonesia.

II. METODE
II.1 OBJEK PENELITIAN

Objek penelitian ini adalah daerah yang termasuk dalam kategori 3T (tertinggal,
terluar, dan terdepan). Berdasarkan Peraturan Presiden No 131 Tahun 2015, yang dimaksud
dengan daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang
berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional. Maka pada penelitian
ini dipilih salah satu kabupaten di Papua yang termasuk dalam kategori 3T yaitu Kabupaten
Asmat tepatnya di Desa Amaru. Desa Amaru terdaftar sebagai 1 dari desa tertinggal yang

2
terdapat 500 jumlah keluarga yang kondisinya masih gelap total dan termasuk dalam daftar
nama desa tertinggal yang belum teraliri listrik sedikitpun oleh PLN.

Desa Amaru ini memiliki koordinat 6°17'28.03"S garis lintang dan


138°46'45.87"E garis bujur, berjarak 43.3 km dari garis pantai dengan ciri dataran yang
bergelombang dan berawa. Hal ini menyebabkan suhu udara yang relatif tinggi yaitu rata-rata
26.23oC. Iklim di Desa Amaru ini dipengaruhi sangat dipengaruhi oleh letak geografisnya yang
berada di pegunungan.

TABEL 1 DAFTAR DESA TERTINGGAL DI KABUPATEN ASMAT

Jumlah Jumlah
Kabupaten Kecamatan Kelurahan Kondisi keluarga keluarga
pengguna Tanpa
Listrik Listrik
ASMAT DER AMKAI Non PLN 5 285
KOUMUR
ASMAT DER YAMKAP Non PLN 80 142
KOUMUR
ASMAT DER AMARU Gelap 0 500
KOUMUR
ASMAT DER AMKUM Gelap 0 174
KOUMUR
ASMAT DER EROSAMAN Non PLN 2 177
KOUMUR
ASMAT DER AMAGAIS Non PLN 12 74
KOUMUR
ASMAT DER SOHOMANE Non PLN 20 18
KOUMUR
ASMAT DER SUAGAI Non PLN 35 57
KOUMUR

TABEL 2 DAFTAR POTENSI ENERGI TERBARUKAN KABUPATEN ASMAT

Daily
No Daerah Clearness Radiation Temperature Wind
(0C)
Index (kWh/m2/day) Speed
(m/s)
1 Amkai 0.51433333 5.103333333 26.2325 4.010833333

2 Yamkap 0.51391667 5.103333333 26.2325 4.010833333

3 Amaru 0.514 5.10333333 26.2325 4.01083333

4 Amkum 0.51391667 5.103333333 26.2325 4.010833333

5 Erosaman 0.51383333 5.103333333 26.2325 4.010833333

6 Amagais 0.51391667 5.103333333 26.2325 4.010833333

7 Sohomane 0.51391667 5.103333333 26.2325 4.010833333

8 Suagai 0.51391667 5.103333333 26.2325 4.010833333

3
Tabel diatas akan digunakan untuk menentukan kapasitas pembangkit PV dan turbin
angin yang akan dirancang. Untuk perhitungan, nilai yang akan digunakan adalah nilai terkecil
dan nilai rata-rata tahunan.
II.2 PEMODELAN BEBAN LISTRIK
Terdapat dua model beban yang digunakan pada penelitian ini, yaitu beban komunal
dan beban administrasi. Pada beban komunal, besar kebutuhan energi untuk tiap rumah tangga
diasumsikan sebesar 400 Wh/hari sesuai dengan ketentuan Kementrian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) untuk daerah tertinggal. Pada penelitian ini, jumlah rumah tangga yang
masuk ke dalam perencanaan sistem untuk beban komunal adalah 50 rumah tangga. Sehingga,
total kebutuhan energi harian untuk beban komunal adalah 20 kWh/hari. Profil beban komunal
yang digunakan sesuai dengan standar International Energy Agency (IEA). Pada beban
administratif, kebutuhan energinya sebesar 11 kWh/hari mengacu pada data pemakaian listrik
kantor Kecamatan Caringin. Profil beban administratif yang digunakan juga berdasarkan data
pemakaian listrik kontor Kecamatan Caringin [2].

TABEL 3 DATA BEBAN LISTRIK KOMUNAL

TABEL 4 DATA BEBAN LISTRIK KOMUNAL

No Peralatan Daya Jumlah Total Waktu Total


(W) Daya Pemakaian Energi
(W) (Jam) (Wh)
1 Desktop PC 300 1 300 10 3000
2 HP Deskjet 16 1 16 10 160
D2600 Printer

3 LCD Monitor 41 1 41 12 492


22 inch LG
4 Fan 50 3 150 12 1800

4
5 LED Lighting 3 10 15 12 180
6 Internet Router 66 2 132 10 1320

7 Communication 110 1 110 12 1320


Davice
8 Water 250 1 250 10 2500
Dispenser
(standby 6 W)

9 Water Pump 75 1 75 3 225


Panasonic
(GL75X)
Total Energi Harian (Wh/hari) 10.997

II.3 PENGOLAHAN DATA


Data penelitian dikumpulkan untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan analisis
tugas akhir ini. Data penelitian bisa didapatkan dengan berbagai cara. Di dalam tugas akhir ini
terdapat dua jenis data penelitian, yaitu data primer dan data sekunder. Penelitian yang
dilakukan adalah studi sistem pembangkit hybrid energi terbarukan di salah satu daerah
tertinggal di Indonesia yaitu Desa Amaru, Papua.

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung. Pada penelitian ini, data yang
diperoleh dari sumber data primer adalah potensi energi terbarukan dan temperatur di daerah
penelitian. Data ini diperoleh dari NASA melalui perangkat lunak HOMER. Data yang
diperoleh dari HOMER Pro berupa grafik rata-rata potensi energi dan temperatur setiap bulan
dalam satu tahun. Parameter energi matahari diperoleh dari HOMER Pro adalah iradiansi
matahari

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, contohnya adalah dari
literatu-literatur yang sudah ada. Pada penelitian ini, data yang diperoleh dari sumber data
sekunder adalah potensi beban. Data potensi beban diperoleh melalui web Badan Pusat Statistik
Kabupaten Manggarai Timur. Dari web tersebut, diperoleh data berupa jumlah kecamatan,
jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga, dan rasio elektrifikasi. Data yang diambil merupakan
data pada tahun 2016. Selain data tersebut, diperlukan juga data mengenai besarnya pemakaian
listrik dari setiap kepala keluarga. Besarnya pemakaian listrik mengacu pada Gambar 3.4 dan
3.5. Diperlukan juga data-data komponen pembangkit hybrid yang bisa didapatkan secara
online. Data-data komponen dipilih berdasarkan ketersediaan dan harga barang dalam negeri.

5
Semua data didapat akan disimulasikan menggunakan perangkat lunak HOMER Pro. Setelah
didapat hasil yang optimal, hasil tersebut akan disimulasikan kembali menggunakan perangkat
lunak PVsyst dan PVSOL. Hasil yang didapat akan diolah dan dianalisis lebih lanjut.
II.4 APLIKASI YANG DIGUNAKAN

II.4.1 HOMER Pro

Pada proses simulasi, HOMER memodelkan performansi suatu konfigurasi sistem


setiap jamnya dalam satu tahun untuk menentukan feasibilitas dari segi teknik dan biaya kerja
sistem secara mikro. Pada proses optimisasi, HOMER mensimulasikan berbagai konfigurasi
sistem untuk menentukan satu konfigurasi sistem yang baik dari sisi teknis dan biaya yang
paling ekonomis. Pada proses analisis sensitivitas, HOMER dapat menentukan nilai optimal
untuk sistem yang mengalami perubahan karena adanya perubahan input, seperti cuaca yang
tidak menentu mengakibatkan sumber energi yang ada berubahubah dan adanya perubahan
harga dari bahan bakar fosil yang dapat mengubah biaya kerja dari sistem di masa mendatang.
Berikut ini merupakan tampilan awal ketika software HOMER Pro dibuka.

Gambar 1 Tampilan Aplikasi HOMER Pro


Dengan menggunakan software HOMER Pro, kita dapat merancang sistem pembangkit
hybrid dengan menggunakan energi terbarukan seperti energi matahari dan angin. Pada
awalnya kita harus terlebih dahulu mengunduh database NASA terkait potensi energi pada
daerah perencanaan. Kemudian dalam proses mendesain sistem, kita diharuskan mengisi data
desain dan spesifikasi beserta biaya komponen termasuk biaya pengiriman dan konstruksi.
II.4.1 PVSys

PVSyst pada umumnya digunakan untuk mendesain sistem PV yang dimulai dari
pencarian data iradiansi matahari hingga simulasi sistem secara mikro yang menjelaskan
kinerja sistem PV tersebut. Berikut ini merupakan tampilan awal PVSyst ketika dibuka.

6
Gambar 2 Tampilan Aplikasi PVSys
PVSyst memiliki beberapa pilihan menu yang dapat digunakan untuk mendesain sistem
PV yaitu Preliminary Design, Project Design, Databases, dan Tools. Pada software PVSyst kita
juga dapat mendesain beberapa jenis sistem PV yaitu Grid Connected, Stand Alone, Pumping,
dan DC Grid. Pada menu Preliminary Design, kita dapat mendesain berbagai jenis sistem PV
secara tidak mendetail yaitu hanya dengan cara menginput data iradiansi matahari, beban
listrik, dan posisi pemasangan PV. Kemudian dilakukan simulasi singkat dengan hasil simulasi
berupa energi yang dibangkitkan setiap bulannya selama satu tahun. Menu berikutnya adalah
Project Design dimana pada menu ini kita dapat mendesain berbagai jenis sistem PV secara
mendetail dengan menginput data iradiansi matahari, beban listrik, dan spesifikasi komponen.
Kemudian kita juga harus mengatur posisi pemasangan dan skema shading dengan adanya
objek di sekitar sistem PV.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 HASIL DAN ANALSIS DENGAN HOMERPRO

Sistem yang akan disimulasikan dengan software HOMER Pro pertama kali adalah
sistem PV murni, sistem turbin angin murni, sistem generator murni. Kemudian dengan data
yang didapatkan akan ditentukan konfigurasi sistem hybrid yang optimal dan disimulasikan
kembali dengan variasi nilai Renewable Fraction (RF) dari 60-100 %. Lalu akan dipilih sistem
hybrid yang paling optimal berdasarkan aspek teknis dan ekonomi. Sistem PV pada sistem
hybrid tersebut nantinya akan menjadi input bagi simulasi berikutnya dengan software PVSyst
dan PVSOL. Semua simulasi sistem dilakukan untuk kedua jenis beban yaitu beban komunal
20 kWh dan beban administratif 11 kWh.
III.2 HASIL DAN ANALSISI DENGAN HOMERPRO BEBAN KOMUNAL 20 kWh

7
Gambar 3 Diagram Sistem (a) PV Murni (b) Turbin Angin Murni (c) Generator Murni

Berikut ini merupakan hasil simulasi software HOMER Pro pada sistem PV murni, turbin angin murni,
dan generator murni untuk beban komunal 20 kWh.

TABEL 5 HASIL SIMULASI HOMER SISTEM PV MURNI, ANGIN MURNIN DAN GENERATOR
MURNI UNTUK BEBAN KOMUNAL 40 kWh

TABEL 6 HASIL SIMULASI HOMER SISTEM PV MURNI, ANGIN MURNIN DAN GENERATOR
MURNI UNTUK BEBAN KOMUNAL 40 kWh

Pada skenario sistem generator murni digunakan tiga buah unit generator baik untuk
beban komunal maupun untuk beban administrasi. Dua buah generator digunakan secara

8
bergantian dengan satu buah generator sebagai cadangan. Dua buah generator digunakan secara
bergantian dikarenakan tiap generator tidak dapat bekerja secara terus menerus selama 24 jam.
Tiap generator tersebut memiliki waktu kerja yang terbatas. Satu buah generator sebagai
cadangan untuk mengantisipasi jika salah satu dari dua buah generator utama mengalami
kerusakan atau dilakukan pemeliharaan rutin, sehingga kehandalan sistem dapat meningkat.
Sistem generator murni memiliki nilai NPC dan LCOE yang tinggi jika dibandingkan dengan
sistem lain, baik untuk beban komunal maupun beban administrasi. Nilai NPC dan LCOE
untuk beban komunal adalah Rp 1.877.018.000 dan Rp 16.948, sedangkan untuk beban
administrasi sebesar 1.738.398.000 dan Rp 28.587. Hal ini disebabkan oleh mahalnya biaya
bahan bakar, pengoperasian, dan pemeliharaan. Biaya bahan bakar itu sendiri mahal
dikarenakan objek penelitian yang merupakan daerah 3T jauh dari SPBU dari kota sehingga
dibutuhkan biaya kirim untuk mengirimkan bahan bakar tersebut menuju lokasi. Walaupun
memiliki nilai NPC dan LCOE yang besar, sistem dengan generator murni memiliki nilai initial
cost atau modal awal yang cukup rendah yaitu Rp 78.535.000 untuk beban komunal dan Rp
86.258.500 untuk beban administrasi. Hal ini dikarenakan biaya awal sistem tersebut terdiri
dari biaya pembelian dan pengiriman 3 buah generator dan biaya pembangunan power house
untuk generator tersebut. Sistem ini juga memiliki excess electricity atau kelebihan energi
listrik yang cukup tinggi diatas 10% yaitu 12,3% untuk beban komunal dan 29,5% untuk beban
administrasi. Kelebihan energi listrik disebabkan generator memiliki minimum load ratio
sehingga meskipun daya beban rendah, keluaran generator tidak bisa mengikuti daya beban
tersebut melaikan menyesuaikan dengan minimum load generator. Jika dibandingkan, besar
LCOE sistem generator untuk beban komunal dan administrasi memiliki perbedaan yang cukup
signifikan walaupun besar NPC kedua beban tersebut tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan
besar energi yang dihasilkan pada beban administrasi yang lebih kecil dibandingkan dengan
beban komunal. Sistem dengan generator murni ini tidak baik dalam sisi lingkungan karena
menghasilkan polusi gas karbon diosida ke udara.
Pada sistem PV murni, PV yang digunakan berjumlah 100 buah untuk beban komunal
dan 54 buah untuk beban administrasi dengan konfigurasi per string berjumlah dua buah PV.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya kapasitas PV pada sistem PV murni dihitung pada
saat iradiansi matahari terkecil. Hal dilakukan dengan tujuan mengantisipasi kemungkinan
terburuk dikarenakan pada sistem tidak ada sumber energi lain untuk menyuplai beban. Dengan
alasan yang sama, kapasitas baterai sebesar 2000 Ah untuk beban komunal dan 1200 Ah untuk
beban administrasi dipilih dengan mempertimbangkan otonomi tiga hari sehingga kehandalan
sistem meningkat. Sistem PV murni memiliki nilai NPC dan LCOE terendah jika dibandingkan

9
dengan sistem lain baik untuk beban komunal maupun beban administrasi. Nilai NPC dan
LCOE untuk beban komunal adalah Rp 1.711.088.000 dan Rp 15.450, sedangkan untuk beban
administrasi sebesar Rp 984.145.000 dan Rp 16.184. Nilai yang rendah dikarenakan potensi
energi matahari yang tinggi di daerah penelitian. Walaupun begitu, nilai ini masih termasuk
tinggi. Tinggi nya nilai tersebut dikarenakan otonomi baterai tiga hari sehingga kapasitas PV
dan baterai yang tinggi. Kapasitas PV dan baterai tinggi menaikkan biaya modal awal sistem.
Sistem PV murni memiliki modal awal sebesar Rp 1.412.431.400 untuk beban komunal dan
Rp 802.487.000 untuk beban administrasi. Modal awal ini terdiri dari biaya pembelian,
pengiriman, dan instalasi. Seperti pada sistem generator murni, pada sistem PV murni juga
terdapat biaya operasi dan pemeliharaan. Perbedaan antara nilai initial cost dan NPC pada
sistem PV murni tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan sistem generator murni. Hal ini
disebabkan pada sistem generator murni terdapat biaya bahan bakar. Kelebihan energi listrik
pada sistem PV murni sangat tingi yaitu 70,6% untuk beban komunal dan 70,7% untuk beban
administrasi. Hal ini disebabkan kapasitas PV yang lebih tinggi dibandingkan dengan beban
yang disuplai. Kapasitas yang tinggi ini dikarenakan otonomi yang diatur untuk tiga hari.
Dalam sisi lingkungan, sistem ini baik untuk digunakan dikarenakan menggunakan energi
terbarukan dari matahari yang ramah lingkungan.
Sistem turbin angin murni menggunakan turbin angin berjumlah 22 buah untuk beban
komunal dan 12 buah untuk beban administrasi berdaya nominal 400 W. Sistem ini
menggunakan kapasitas baterai dan hari otonom yang sama dengan PV murni. Dari hasil
simulasi didapatkan nilai NPC dan LCOE sebesar Rp 1.813.419.000 dan Rp 16.374 untuk
beban komunal, sedangkan untuk beban administrasi sebesar Rp 1.042.031.000 dan Rp 17.136.
Nilai ini lebih tinggi dari sistem PV murni tetapi lebih rendah dari sistem generator murni. Hal
ini dikarenakan potensi angin di daerah penelitian yang tidak terlalu tinggi. Modal awal sistem
yang tinggi disebabkan oleh adanya biaya struktur disamping biaya pengiriman dan pembelian
turbin. Modal awal sistem untuk beban komunal sebesar Rp 813.240.900, sedangkan untuk
beban administrasi sebesar Rp 478.764.900. Selain biaya tersebut, terdapat juga biasa operasi
dan pemeliharaan. Untuk sistem yang kecil, turbin angin murni cenderung tidak efektif
dibandingkan sistem PV. Sistem turbin angin murni juga memiliki kelebihan energi listrik
sebesar 52% untuk beban komunal dan 52,7% untuk beban administrasi. Hal ini dikarenakan
adanya hari otonomi dan kapasitas total turbin angin yang terpasang lebih tinggi dibandingkan
kebutuhan beban. Sama seperti sistem PV, sistem menggunakan turbin angin juga ramah
lingkungan dikarenakan menggunakan energi terbarukan seluruhnya.

10
Dari hasil simualasi tiga skenario diatas didapatkan bahwa dibutuhkan biaya besar jika
hanya menggunakan satu sumber energi. Dibutuhkan kapasitas komponen yang besar jika
hanya menggunakan satu sumber energi. Selain itu, walaupun dengan otonomi tiga hari,
kelebihan energi listrik yang dihasilkan masih tinggi. Sehingga sistem dengan menggunakan
satu sumber energi ini tidak sesuai. Pada penelitian ini skenario yang digunakan adalah sistem
pembangkit hybrid PV-Angin-Generator. Jika dilihat dari hasil simulasi sebelumnya sistem PV
dan angin lebih murah dibandingkan dengan sistem generator sehingga PV digunakan sebagai
pembangkit primer dan turbin angin sebagai pembangkit sekunder. Sistem PV digunakan
sebagai pembangkit primer dikarenakan potensi surya yang tinggi dan juga untuk sistem kecil,
PV lebih murah dibandingkan dengan turbin angin. Angin digunakan untuk meningkatkan
kehandalan. Generator digunakan sebagai cadangan jika angin dan PV tidak dapat menyuplai
beban. Selanjutnya akan dilakukan simulasi pembangkit hybrid dengan RF (Renewable
Fraction) yang bervariasi. Simulasi dilakukan untuk sistem hybrid PV-Angin-Generator dan
PV-Generator. Hal ini dilakukan dengan tujuan membandingkan hasil antara kedua sistem
tersebut. Selain itu, berdasarkan hasil simulasi sebelumnya Sistem hybrid dirancang dengan
otonomi satu hari.

IV. SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa potensi
energi terbarukan yang ada di Desa Amaru diantaranya adalah energi surya dan angin. Sistem
yang paling optimal dalam segi ekonomi dan kehandalan di Desa Matei adalah sistem
pembangkit hybrid PV-Angin-Generator dengan rincian sistem sebagai berikut.

• Untuk beban komunal 40 kWh, sistem hybrid terdiri dari PV berkapasitas 5,6
kWp, satu unit turbin angin berkapasitas 400 W, baterai berkapasitas 800 Ah,
dan dua unit generator berkapasitas 2,5 kW menghasilkan LCOE sebesar Rp
6.662.
• Untuk beban komunal 11 kWh, sistem hybrid terdiri dari PV berkapasitas 2,8
kWp, satu unit turbin angin berkapasitas 400 W, baterai berkapasitas 500 Ah,
dan dua unit generator berkapasitas 2,2 kW menghasilkan LCOE sebesar Rp
7.63

V. DAFTAR PUSTAKA

11
[1] B. Halimi, B. Anggoro, Haidar A. Daffa, “Preliminary Design of Solar Thermal Power
Generation - Indonesia Case Study,” The 3rd IEEE Conference on Power Engineering
and Renewable Energy (ICPERE), Yogyakarta, 2016
[2] Abram Wawi Putra, Egia Kamandika, Sahilaushaf'nur Rosyadi, Agus Purwadi,
Yanuarsyah Haroen, “Study and Design of Hybrid Off-Grid PVGenerator Power System
for Administration Load and Communal Load at Three Regions in Indonesia,” The 3rd
IEEE Conference on Power Engineering and Renewable Energy (ICPERE), Yogyakarta,
2016.
[3] H. Wicaksana, M. M. Muslim, S. F. Hutapea, A. Purwadi, Y. Haroen, “Design,
Implementation and Techno-Economic Analysis of Hybrid PVDiesel for Off-Grid
System in Sebira Island,” The 3rd IEEE Conference on Power Engineering and
Renewable Energy (ICPERE), Yogyakarta, 2016.
[4] Perusahaan Listrik Negara (PLN), Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2017 s.d.
2016, Kementrian ESDM, Jakarta, 2017
[5] Tim Komunikasi ESDM, “Tahun 2018, Semua Desa di NTT Terlistriki,” ESDM
[Online]. Available: https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsipberita/tahun-2018-
semua-desa-di-ntt-terlistriki.
[6] BPS Kabupaten Asmat, Kecamatan Der Koumur dalam Angka 2017. Kupang : CV.
Septia Jaya, 2017
[7] Amir Ahadi, Xiadong Liang, “A Stand-Alone Hybrid Renewable Energy System
Assessment Using Cost Optimization Method,” 2017 IEEE International Conference on
Industrial Technology (ICIT), Toronto, 2017
[8] U. Sureshkumar, Dr. P. S. Manoharan, A. P. S. Ramalakshmi, “Economic Cost Analysis
of Hybrid Renewable Energy System using HOMER,” IEEE-International Conference
On Advances In Engineering Science And Management, Nagapattinam, 2012

12

Anda mungkin juga menyukai