Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

DI SUSUN OLEH :
1. ALIF FARIDI AKBAR (163210044)
2. BAYU AJI SYAHPUTRA (163210049)
3. IDA SURYAANI (163210059)
4. MIFTAHUL JANNATI (163210064)
5. NYI ENDAH PUSPITASARI (163210069)
6. SITI AMINA MIKADO (163210074)
7. VINDARI AFRIYANTI (163210139)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDIKIA MEDIKA

JOMBANG

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan
pertolongan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Kegawat
KOMUNITAS pada ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dengan tepat pada
waktunya. Sholawat dan salam kami senantiasa tercurahkan kepada junjungan kami Nabi
Muhammad SAW.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, semoga Allah SWT
senantiasa meRidhoi segala usaha kita.

Jombang, 25 Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan............................................................................................................... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 3
2.1 Definisi ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) ............................ 3
2.2 Etiologi ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) ............................ 3
2.3 Patofisiologi ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) .................... 5
2.4 Manifestasi ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) ...................... 8
2.5 Pemeriksaan Pengolah ADHD ......................................................................... 8
2.6 Penatalaksanaan Kegawatan ADHD ................................................................ 9
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL AKUT .................................... 17
BAB 4 PENUTUP ............................................................................................................
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................ 26
3.2 SARAN ............................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 27

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap anak dilahirkan dengan karakteristik dan kelebihan-kelebihannya
masing-masing. Dalam kehidupan sehari-hari kita tentu pernah menjumpai anak-
anak yang sangat aktif bergerak hingga terkadang mereka enggan untuk duduk
diam untuk melakukan sesuatu dalam waktu yang singkat. Hal ini dikenal sebagai
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) atau lebih dikenal
dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) . Hal ini dapat menjadi
masalah bagi anak-anak (penderita) terutama untuk memusatkan perhatian
terhadap pelajaran sehingga akan menimbulkan kesukaran di dalam kelas maupun
di dalam masayarakat. Anak mengalami GPPH diakibatkan oleh berbagai faktor
yang menyebabkan penanganan setiap anak pun berbeda. Pengetahuan tentang
faktor penyebab, ciri, dan penanganan ini sangat penting agar kita dapat
menangani anak yang mengalami GPPH secara tepat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) ?
2. Apa etiologi dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) ?
3. Bagaimana patofisiologi dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder) ?
6. Bagaimana pengelolaan dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) ?

3
1.3 Tujuan
1. Memahami definisi dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) ?
2. Memahami etiologi dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) ?
3. Memahami patofisiologi dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) ?
4. Memahami manifestasi klinis dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) ?
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder) ?
6. Memahami pengelolaan dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) ?
7. Memahami penatalaksanaan dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) ?

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)


Pengertian Kecacatan adalah adanya dsifungsi atau berkurangnya suatu
fungsi yang secara objektif dapat diukur/dilihat, karena adanya
kehilangan/kelainan dari bagian tubuh/organ seseorang. Misalnya, tidak adanya
tangan, kelumpuhan pada bagian tertentu dari tubuh. Kecacatan ini bisa selalu
pada seseorang, yang dapat menghasilkan perilaku-perilaku yang berbeda pada
individu yang berebeda, misalnya kerusakan otak dapat menjadikan individu
tersebut cacat mental, hiperkatif, buta, dan lain-lain (Mangunsong, 1998).

Hiperaktif adalah suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak
yang ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan
bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukan
sikap

tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif
(bertindak sekendak hatinya) gangguan hiperaktivitas atau kurang konsentrasi
adalah perilaku yang ditandai dengan kurang konsentrasi, sifat impulsif dan
hiperaktivitas.

Gangguan hiperaktivitas diistilahkan sebagai gangguan kakurangan


perhatian yang menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada
anak-anak yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperkinesis, kerusakan
otak minimal atau disfungsi serebral minimal.

5
2.2 Etiologi

Pandangan-pandangan serta pendapat-pendapat mengenai realitas


daripada gangguan ini masih berbeda-beda serta saling dipertentangkan satu
sama lainnya, beberapa pandangan mengenai penyebab hiperaktif adalah
sebagai berikut :
1 Adanya kerusakan kecil di dalam neurokimia atau neurologi susunan sistem
saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi menjadi sangat pendek
dan sulit dikendalikan
2 Adanya temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak,
epilepsi. Dapat juga gangguan dikepala seperti gegar otak, trauma kepala
karena persalinan sulit atau kepala pernah terbentur, infeksi, keracunan,
gizi buruk, dan alergi makana

3 Sindrom tersebut di duga disebabkan oleh faktor genetic, pembuahan


ataupun racun, bahaya-bahaya yang diakibatkan terjadinya prematuritas
ataupun immaturitas, maupun ruda paksa, anoksia atau penyulit kelahiran
lainnya.
4 Anak hiperaktif biasanya disebabkan dari sikap orang tua yang
membesarkan mereka, jika orang tua memakai teknik pengurusan yang
tidak efektif, tidak konsisten atau dirumah kurang ada disiplin yang
semestinya, seringkali anak berperilaku berlebihan.

2.3 Patofisiologi

Tidak ada bukti yang meyakinkan tentang suatu mekanisme patofisiologi


ataupun ganguan biokimiawi. Anak pria yang hiperaktif, yang berusia antara 6-
9 tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan
tanggapan yang baik terhadap pengobatan-pengobatan stimulan,
memperlihatkan derajat perangsangan yang rendah di dalam susunan saraf pusat
mereka, sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil
diukur dengan mempergunakan elektroensefalografi, potensial-potensial yang

6
dibangkitkan secara auditorik serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini
mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan, mudahnya perhatian mereka
dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3
minggu pengobatan serta perawatan, maka angka-angka laoratorik menjadi
lebih mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para guru mereka
memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.

2.4 Manifestasi Klinis

Untuk mempermudah diagnosis pada ADHD harus memiliki tiga gejala utama
yang tampak pada perilaku seorang anak yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif.

1. Inatensi

Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian misalnya jarang


menyelesaikan perintah sampai tuntas, mainan sering tertinggal, sering
membuat kesalahan, mudah beralih perhatian (terutama oleh rangsang suara).

2. Hiperaktif

Perilaku yang tidak bisa diam, seperti banyak bicara, tidak dapat tenang/diam
(mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak), sering membuat gaduh
suasana, selalu memegang apa yang dilihat, sulit untuk duduk diam, lebih
gelisah dan impulsifdibandingkan dengan mereka yang seusia, suka teriak-
teriak.

3. Impulsif

Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan


sesuatu yang tidak sabar) seperti sering mengambil mainan teman dengan
paksa, tidak sabaran, reaktif, sering bertindak tanpa dipikir dahulu.

7
4. Gejala-gejala lainnya yaitu sikap menentang, cemas, dan memiliki masalah
sosial. Sikap menentang seperti sering melanggar peraturan, bermasalah
dengan orang-orang yang memiliki otoritas, lebih mudah merasa terganggu,
mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang seusia). Rasa cemas seperti
banyak mengalami rasa khawatir dan takut, cenderung emosional,
sangat sensitif terhadap kritikan, mengalami kecemasan pada situasi yang
baru atau yang tidak familiar, terlihat sangat pemalu dan menarik diri.
Masalah sosial seperti hanya memiliki sedikit teman, sering memiliki rasa
rendah diri dan tidak percaya diri

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan yang adekuat untuk ADHD diantara remaja membutuhkan
skrining guna mendokumentasi ada tidaknya gangguan psikiatrik lain. Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, individu dengan ADHD memiliki risiko 2
hingga 5 kali lipat terkena ≥ 1 gangguan psikiatrik lain di suatu titik dalam
kehidupan mereka, dengan onset yang bervariasi. Rating berskala luas seperti
misalnya Child Behaviour Check List atau Behavior Assessment System for
Children merupakan skala yang terstandarisasi guna men-skrining kemungkinan
adanya gangguan lain. Brown ADD Diagnostic Form for Adolescents-Revised
dan garis besar wawancara dalam buku karangan Robin memberikan daftar
pertanyaan penting yang dapat dijadikan indikator untuk kemungkinan terjadinya
gangguan lain.

2.6 Pengelolaan
Pengelolaan penderita ADHD bersifat multidisiplin dan multimodul. Program
pengelolaan terdiri dari : farmakoterapi, terapi perilaku, kombinasi keduanya,
perhatian sosial dari komunitas secara berkala. Psikososial meliputi intervensi
individu anak, orang tua, sekolah baik guru maupun fasilitas tempat sekolah dan
sosial. Melakukan pelatihan orang tua maupun guru dalam hal gejala maupun
pengelolaan ADHD. Untuk melakukan pengelolaan ADHD perlu dilakukan

8
identifikasi apakah di samping gejala pokok ADHD didapatkan komorbiditas.
Pengobatan tahap pertama dilakukan selama 14 bulan kemudian dilakukan
evaluasi tingkah laku oleh orang tua, guru dan lingkungan. Tujuan dari
pengobatan pada anak dengan ADHD yaitu meningkatkan hubungan anak
dengan lingkungan, menurunkan tingkah laku yang terlalu aktif dan tidak
menyenangkan, memperbaiki kemampuan akademis dan dapat menyelesaikan
tugas dengan baik, meningkatkan perawatan diri dan percaya diri dalam
pergaulan di lingkungannya.

2.7 Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Pemakaian medikamentosa dapat mengontrol ADHD sekitar 70%.
Obat yang digunakan jenis stimulan (methylphenidate) dan amphetamine.
Obat ini mempunyai pengaruh pada sistem dopaminergik atau noradrenergik
sirkuit korteks lobus frontalis-subkortikal, meningkatkan kontrol inhibisi dan
memperlambat potensiasi antara stimulasi dan respon, sehingga mengurangi
gejala impulsif dan tidak dapat mengerjakan tugas. Banyak penelitian
dilakukan terhadap obat jenis ini, stimulan akan memperbaiki kemampuan
anak dalam menuruti perintah yang diberikan, menyelesaikan tugas dengan
baik dan menurunkan emosi serta aktivitas yang berlebihan. Efek samping
obat stimulan adalah anak menjadi sulit tidur, hilangnya nafsu makan dan
sindroma Tourette, sedangkan efek terhadap intelegensia dan kemampuan
mengerjakan uji akademis tidaklah merugikan. Apabila pemakaian obat
stimulan tidak dapat mengontrol gejala ADHD terutama yang disertai
komorbiditas anxiety atau depresi dapat diganti pilihan obat kedua yaitu
golongan tricyclic antidepresan yang bekerja selektif pada monoamin
reuptake inhibitor, atau obat anti hipertensi yaitu klonidin dan guapacepine.
Sekarang digunakan obat atomoxetine yang bekerja sebagai reuptake inhibitor
norepinefrin. Kedua obat tersebut dapat mengotrol tingkah laku impulsif dan

9
hiperaktif . Apabila pilihan obat kedua ini tidak mengurangi gejala ADHD
dapat digunakan obat Pemoline atau Nortiptyline.

2. Terapi Perilaku
Terapi perilaku bertujuan untuk mengidentifikasi gangguan tingkah
laku anak kemudian berusaha melakukan perubahan tingkah laku sesuai
dengan target yang dikehendaki. Perubahan ini dilakukan pada anak oleh
orang tua dan gurunya, dilakukan di lingkungan keluarga di rumah, di sekolah
dan di lingkungan anak bergaul. Di dalam melakukan terapi perilaku perlu
dilakukan perencanaan, mengorganisir setiap perencanaan dan menggunakan
pekerjaan rumah dan catatan organisasi setiap perencanaan. Untuk keperluan
ini perlu dilakukan pelatihan kepada orang tua, guru dan ketrampilan sosial.
Orang tua penderita ADHD juga dibekali pengetahuan tentang pengelolaan
stres seperti meditasi, tehnik relaksasi, olahraga untuk meningkatkan toleransi
terhadap frustasi, sehingga dapat merespon gangguan tingkah laku anaknya
dengan sabar dan tenang. Terapi perilaku termasuk terapi perilaku kognitif
yaitu membantu anak-anak melakukan adaptasi terhadap skill dan
memecahkan masalah.

2.8 Komplikasi
1. Diagnosis sekunder sampai gangguan konduksi, depresi dan penyakit
ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit
membaca dan
mengejakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi)
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif
dan kata-kata yang diungkapkan)

10
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

3.1 Pengkajian

a. Data dasar anggota kelompok

No Nama Umur
1 An. A (Perempuan) 10 th
2 An. B (Perempuan) 8 th
3 An. C (Laki-laki) 9 th
4 An. D (Laki-laki) 10 th
5 An. E (Laki-laki) 8 th

b. Status kesehatan anggota kelompok


No Nama TTV Tinggi badan Berat badan

1 An. A N: 80 x/m 139 cm 32 kg


S: 37oC
RR: 19 x/m
2 An. B N: 82 x/m 128 cm 26 kg
S: 38oC
RR: 18 x/m
3 An. C N: 85 x/m 134 cm 29 kg
S: 37oC
RR: 20 x/m
4 An. D N: 79 x/m 139 cm 33 kg
S: 35oC
RR: 18 x/m

11
5 An. E N: 87 x/m 129 cm 27 kg
S: 36oC
RR: 19 x/m

c. Upaya peningkatan kesehatan


Upaya peningkata kesehatan ini meliputi beberapa subsistem yaitu:
1. Fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia
Pengkajian
No Uraian pengkajian Ya Tidak Gambaran

1 Posyandu  Terdapat
posyandu
untuk
imunisasi.
Namun pihak
posyandu
tidak
menciptakan
sebuah
kegiatan untuk
anak dengan
ADHD
ataupun
penyuluhan
tentang anak
berkebutuhan
khusus

2 Tenaga Kesehatan  Biasanya ada


Praktika setiap tahun,

12
namun anak
praktika
kurang
memperhatikan
dan
menciptakan
program
program untuk
diterapkan
kepada anak
anak penderita
ADHD

3 Puskesmas dan  Ada


Jaringannya puskesamas di
dekat
pemukiman
namun, para
petugas
puskesmas
tidak memiliki
program
program
khusus untuk
anak anak
penderita
ADHD

4 Klinik 

5 Rumah sakit 

13
Didapatkan data dari seluruh orangtua anak penderita ADHD bahwa mereka
tidak pernah membawa anaknya ke puskesmas untuk menanyakan atau
memeriksakan tentang kondisi anaknya tersebut.

D. Fasilitas pendidikan
Pengkajian
No Uraian pengkajian Ya Tidak
1 Fasilitas yang tersedia untuk Terdapat
kelompok fasilitas
a. Playgroup  pendidikan
b. TK  namun,
c. SD  tidak
d. SMP/MTS  terdapat
e. SMA/MA  sekolah
f. Universitas/sekolah  SLB
tinggi (khusus
untuk anak
penyandang
kebutuhan
khusus)

E. Lingkungan sekitar tempat tinggal


Pengkajian
No Uraian pengkajian
Ya Tidak

1 Sumber air bersih 

2 Tempat 

14
pembuangan
sampah
3 Sarana MCK 

4 Saluran 
pembuangan
limbah

F. Status ekonomi
Didapatkan data dari wawancara, bahwa sebagian orangtua dari anak
penderita ADHD tersebut bekerja sebagai pegawai swasta, dan sebagiannya
lagi bekerja sebagai pedagang.
G. Status sosial budaya dan spiritual
Terdapat sarana ibadah musholla (2) dan gereja (1) di desa tersebut
H. Komunikasi

Didapatkan data pertama dari wawancara, bahwa seluruh orangtua


menyatakan tidak mengetahui definisi, penyebab dari ADHD. Data kedua,
sebagian orangtua yang memiliki anak penderita ADHD menyatakan
mengeluh tidak memahami bagaimana cara untuk mengontrol emosi atau
perilaku maladaptif anak penderita ADHD

I. Fasilitas yang tersedia untuk kelompok

Didapatkan data hasil wawancara bahwa di desa tersebut terdapat satu tempat
wisata berupa air terjun, namun sebagian orangtua dari anak penderita ADHD
mengatakan jarang sekali membawa anak untuk rekreasi ke tempat tersebut
karena takut tidak dapat mengontrol atau menenangkan tingkah laku anak
yang kurang terkontrol. Nampak orangtua bingung

15
J. Kebiasaan/perilaku kelompok

Pemeliharaan kebersihan diri, berdasarkan data dari hasil wawancara


didapatkan bahwa sebagian orangtua dari anak penderita ADHD biasanya
menerapkan ajaran harus cuci tangan menggunakan sabun sebelum makan dan
ketika selesai melakukan aktifitas.

3.2 Analisa Data

No Data Subjektif Data Objektif Maslaah


1 seluruh orangtua Didapatkan 5 orang Defisiensi
menyatakan tidak anak menderita ADHD Pengetahuan
mengetahui
definisi, penyebab
dari ADHD
2 Di dapatkan 1. Tidak terdapat Defisiensi Kesehatan
seluruh anak sekolah luar biasa Komunitas
penderita ADHD (untuk anak
tidak pernah di berkebutuhan
bawa ke puskesmas khusus)
atau posyandu 2. pihak posyandu
untuk tidak menciptakan
memeriksakan sebuah kegiatan
tentang kondisi untuk anak dengan
yang menyangkut ADHD ataupun
ADHD penyuluhan tentang
anak berkebutuhan
khusus
3. para petugas
puskesmas tidak

16
memiliki program
program khusus
untuk anak anak
penderita ADHD

3 1. sebagian Orangtua anak Kesiapan


orangtua dari penderita ADHD meningkatkan proses
anak penderita tampak bingung keluarga
ADHD
mengatakan
jarang sekali
membawa anak
untuk rekreasi
ke tempat
wisata karena
takut tidak
dapat
mengontrol
atau
menenangkan
tingkah laku
anak mereka
yang kurang
terkontrol.
2. sebagian
orangtua yang
memiliki anak
penderita
ADHD

17
menyatakan
mengeluh tidak
memahami
bagaimana cara
untuk
mengontrol
emosi anak
penderita
ADHD

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Defisiensi Pengetahuan
2. Defisiensi kesehatan komunitas
3. Kesiapan meningkatkan proses keluarga

3.4 Implementasi

NO. DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN
1. Defisiensi NOC : NIC :
pengetahuan Pendidikan orang tua : Remaja
1. Minta orang tua untuk
menggambarkan karakteristik
anak remaja mereka
2. Diskusikan hubungan orang
tua anak di awal anak sekolah
3. Pahami hubungan perilaku

18
orang tua anak dengan tujuan
yang sesuai dengan usia anak
4. Ajarkan aorang tua mengenai
karakteristik normal
fisiologis, emosional dan
kognitif remaja
5. Diskusikan cara mendisiplin
orang tua ketika mereka
masih remaja
6. Gambarkan pentingnya isu
kekuasaan untuk control
kesua orang tua dan remaja
selama masa remaja
7. Fasilitasi perasaan orang tua
8.

2. Defisiensi kesehatan NOC : NIC :


komunitas 1.

19
3. Kesiapan NOC :
meningkatkan proses
keluarga

20
BAB 4
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengertian Kecacatan adalah adanya dsifungsi atau berkurangnya
suatu fungsi yang secara objektif dapat diukur/dilihat, karena adanya
kehilangan/kelainan dari bagian tubuh/organ seseorang. Misalnya, tidak
adanya tangan, kelumpuhan pada bagian tertentu dari tubuh. Kecacatan ini
bisa selalu pada seseorang, yang dapat menghasilkan perilaku-perilaku yang
berbeda pada individu yang berebeda, misalnya kerusakan otak dapat
menjadikan individu tersebut cacat mental, hiperkatif, buta, dan lain-lain
(Mangunsong, 1998).

Hiperaktif adalah suatu pola perilaku yang menetap pada seorang


anak yang ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi
dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.

B. SARAN

1. Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak


yang mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan
sosial lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada
kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang
bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai keadaan anak
tersebut haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada
anak itu sendiri.

2. Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara


teratur menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti
kegiatan rutinnya itu, dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata
pujian.

21
3. Berikan obat yang tepat dengan dosis yang tepat pula sesuai
anjuran dokter.

22
DAFTAR PUSTAKA

Faraone SV, Sergent J, Gillberg C, Biederman J. The worldwide prevalence of


ADHD : is it an American condition?. World Psychiatry. 2003 ; 2: 104-13.

DSM-IV-TR workgroup. The Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorders, 4th ed. Tex revision. Washington DC : American Psychiatric
Association.

Rohde LA, Ricardo H. Recent advances on attention deficit / hyperactivity disorder.


J Pediatric 2004 ; 80 (suppl): S 61- S 70.

Biederman J, Milberger S, Faraone SV, Kiely K, Guite J, Mick E, et al. Family-


environment risk factors for ADHD: a test Rutter’s indicators of adversity. Arch
Gen Psychiatry. 1995;52 : 464-70.

Kent L. Recent advances in the genetics off attention deficit hyperactivity disorder.
Curr Psychiatry Res 2004; 6: 143.

23

Anda mungkin juga menyukai