DI SUSUN OLEH :
1. ALIF FARIDI AKBAR (163210044)
2. BAYU AJI SYAHPUTRA (163210049)
3. IDA SURYAANI (163210059)
4. MIFTAHUL JANNATI (163210064)
5. NYI ENDAH PUSPITASARI (163210069)
6. SITI AMINA MIKADO (163210074)
7. VINDARI AFRIYANTI (163210139)
JOMBANG
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan
pertolongan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Kegawat
KOMUNITAS pada ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dengan tepat pada
waktunya. Sholawat dan salam kami senantiasa tercurahkan kepada junjungan kami Nabi
Muhammad SAW.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, semoga Allah SWT
senantiasa meRidhoi segala usaha kita.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
3
1.3 Tujuan
1. Memahami definisi dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) ?
2. Memahami etiologi dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) ?
3. Memahami patofisiologi dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) ?
4. Memahami manifestasi klinis dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) ?
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder) ?
6. Memahami pengelolaan dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) ?
7. Memahami penatalaksanaan dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) ?
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Hiperaktif adalah suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak
yang ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan
bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukan
sikap
tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif
(bertindak sekendak hatinya) gangguan hiperaktivitas atau kurang konsentrasi
adalah perilaku yang ditandai dengan kurang konsentrasi, sifat impulsif dan
hiperaktivitas.
5
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologi
6
dibangkitkan secara auditorik serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini
mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan, mudahnya perhatian mereka
dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3
minggu pengobatan serta perawatan, maka angka-angka laoratorik menjadi
lebih mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para guru mereka
memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.
Untuk mempermudah diagnosis pada ADHD harus memiliki tiga gejala utama
yang tampak pada perilaku seorang anak yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif.
1. Inatensi
2. Hiperaktif
Perilaku yang tidak bisa diam, seperti banyak bicara, tidak dapat tenang/diam
(mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak), sering membuat gaduh
suasana, selalu memegang apa yang dilihat, sulit untuk duduk diam, lebih
gelisah dan impulsifdibandingkan dengan mereka yang seusia, suka teriak-
teriak.
3. Impulsif
7
4. Gejala-gejala lainnya yaitu sikap menentang, cemas, dan memiliki masalah
sosial. Sikap menentang seperti sering melanggar peraturan, bermasalah
dengan orang-orang yang memiliki otoritas, lebih mudah merasa terganggu,
mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang seusia). Rasa cemas seperti
banyak mengalami rasa khawatir dan takut, cenderung emosional,
sangat sensitif terhadap kritikan, mengalami kecemasan pada situasi yang
baru atau yang tidak familiar, terlihat sangat pemalu dan menarik diri.
Masalah sosial seperti hanya memiliki sedikit teman, sering memiliki rasa
rendah diri dan tidak percaya diri
2.6 Pengelolaan
Pengelolaan penderita ADHD bersifat multidisiplin dan multimodul. Program
pengelolaan terdiri dari : farmakoterapi, terapi perilaku, kombinasi keduanya,
perhatian sosial dari komunitas secara berkala. Psikososial meliputi intervensi
individu anak, orang tua, sekolah baik guru maupun fasilitas tempat sekolah dan
sosial. Melakukan pelatihan orang tua maupun guru dalam hal gejala maupun
pengelolaan ADHD. Untuk melakukan pengelolaan ADHD perlu dilakukan
8
identifikasi apakah di samping gejala pokok ADHD didapatkan komorbiditas.
Pengobatan tahap pertama dilakukan selama 14 bulan kemudian dilakukan
evaluasi tingkah laku oleh orang tua, guru dan lingkungan. Tujuan dari
pengobatan pada anak dengan ADHD yaitu meningkatkan hubungan anak
dengan lingkungan, menurunkan tingkah laku yang terlalu aktif dan tidak
menyenangkan, memperbaiki kemampuan akademis dan dapat menyelesaikan
tugas dengan baik, meningkatkan perawatan diri dan percaya diri dalam
pergaulan di lingkungannya.
2.7 Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Pemakaian medikamentosa dapat mengontrol ADHD sekitar 70%.
Obat yang digunakan jenis stimulan (methylphenidate) dan amphetamine.
Obat ini mempunyai pengaruh pada sistem dopaminergik atau noradrenergik
sirkuit korteks lobus frontalis-subkortikal, meningkatkan kontrol inhibisi dan
memperlambat potensiasi antara stimulasi dan respon, sehingga mengurangi
gejala impulsif dan tidak dapat mengerjakan tugas. Banyak penelitian
dilakukan terhadap obat jenis ini, stimulan akan memperbaiki kemampuan
anak dalam menuruti perintah yang diberikan, menyelesaikan tugas dengan
baik dan menurunkan emosi serta aktivitas yang berlebihan. Efek samping
obat stimulan adalah anak menjadi sulit tidur, hilangnya nafsu makan dan
sindroma Tourette, sedangkan efek terhadap intelegensia dan kemampuan
mengerjakan uji akademis tidaklah merugikan. Apabila pemakaian obat
stimulan tidak dapat mengontrol gejala ADHD terutama yang disertai
komorbiditas anxiety atau depresi dapat diganti pilihan obat kedua yaitu
golongan tricyclic antidepresan yang bekerja selektif pada monoamin
reuptake inhibitor, atau obat anti hipertensi yaitu klonidin dan guapacepine.
Sekarang digunakan obat atomoxetine yang bekerja sebagai reuptake inhibitor
norepinefrin. Kedua obat tersebut dapat mengotrol tingkah laku impulsif dan
9
hiperaktif . Apabila pilihan obat kedua ini tidak mengurangi gejala ADHD
dapat digunakan obat Pemoline atau Nortiptyline.
2. Terapi Perilaku
Terapi perilaku bertujuan untuk mengidentifikasi gangguan tingkah
laku anak kemudian berusaha melakukan perubahan tingkah laku sesuai
dengan target yang dikehendaki. Perubahan ini dilakukan pada anak oleh
orang tua dan gurunya, dilakukan di lingkungan keluarga di rumah, di sekolah
dan di lingkungan anak bergaul. Di dalam melakukan terapi perilaku perlu
dilakukan perencanaan, mengorganisir setiap perencanaan dan menggunakan
pekerjaan rumah dan catatan organisasi setiap perencanaan. Untuk keperluan
ini perlu dilakukan pelatihan kepada orang tua, guru dan ketrampilan sosial.
Orang tua penderita ADHD juga dibekali pengetahuan tentang pengelolaan
stres seperti meditasi, tehnik relaksasi, olahraga untuk meningkatkan toleransi
terhadap frustasi, sehingga dapat merespon gangguan tingkah laku anaknya
dengan sabar dan tenang. Terapi perilaku termasuk terapi perilaku kognitif
yaitu membantu anak-anak melakukan adaptasi terhadap skill dan
memecahkan masalah.
2.8 Komplikasi
1. Diagnosis sekunder sampai gangguan konduksi, depresi dan penyakit
ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit
membaca dan
mengejakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi)
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif
dan kata-kata yang diungkapkan)
10
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
3.1 Pengkajian
No Nama Umur
1 An. A (Perempuan) 10 th
2 An. B (Perempuan) 8 th
3 An. C (Laki-laki) 9 th
4 An. D (Laki-laki) 10 th
5 An. E (Laki-laki) 8 th
11
5 An. E N: 87 x/m 129 cm 27 kg
S: 36oC
RR: 19 x/m
1 Posyandu Terdapat
posyandu
untuk
imunisasi.
Namun pihak
posyandu
tidak
menciptakan
sebuah
kegiatan untuk
anak dengan
ADHD
ataupun
penyuluhan
tentang anak
berkebutuhan
khusus
12
namun anak
praktika
kurang
memperhatikan
dan
menciptakan
program
program untuk
diterapkan
kepada anak
anak penderita
ADHD
4 Klinik
5 Rumah sakit
13
Didapatkan data dari seluruh orangtua anak penderita ADHD bahwa mereka
tidak pernah membawa anaknya ke puskesmas untuk menanyakan atau
memeriksakan tentang kondisi anaknya tersebut.
D. Fasilitas pendidikan
Pengkajian
No Uraian pengkajian Ya Tidak
1 Fasilitas yang tersedia untuk Terdapat
kelompok fasilitas
a. Playgroup pendidikan
b. TK namun,
c. SD tidak
d. SMP/MTS terdapat
e. SMA/MA sekolah
f. Universitas/sekolah SLB
tinggi (khusus
untuk anak
penyandang
kebutuhan
khusus)
2 Tempat
14
pembuangan
sampah
3 Sarana MCK
4 Saluran
pembuangan
limbah
F. Status ekonomi
Didapatkan data dari wawancara, bahwa sebagian orangtua dari anak
penderita ADHD tersebut bekerja sebagai pegawai swasta, dan sebagiannya
lagi bekerja sebagai pedagang.
G. Status sosial budaya dan spiritual
Terdapat sarana ibadah musholla (2) dan gereja (1) di desa tersebut
H. Komunikasi
Didapatkan data hasil wawancara bahwa di desa tersebut terdapat satu tempat
wisata berupa air terjun, namun sebagian orangtua dari anak penderita ADHD
mengatakan jarang sekali membawa anak untuk rekreasi ke tempat tersebut
karena takut tidak dapat mengontrol atau menenangkan tingkah laku anak
yang kurang terkontrol. Nampak orangtua bingung
15
J. Kebiasaan/perilaku kelompok
16
memiliki program
program khusus
untuk anak anak
penderita ADHD
17
menyatakan
mengeluh tidak
memahami
bagaimana cara
untuk
mengontrol
emosi anak
penderita
ADHD
1. Defisiensi Pengetahuan
2. Defisiensi kesehatan komunitas
3. Kesiapan meningkatkan proses keluarga
3.4 Implementasi
18
orang tua anak dengan tujuan
yang sesuai dengan usia anak
4. Ajarkan aorang tua mengenai
karakteristik normal
fisiologis, emosional dan
kognitif remaja
5. Diskusikan cara mendisiplin
orang tua ketika mereka
masih remaja
6. Gambarkan pentingnya isu
kekuasaan untuk control
kesua orang tua dan remaja
selama masa remaja
7. Fasilitasi perasaan orang tua
8.
19
3. Kesiapan NOC :
meningkatkan proses
keluarga
20
BAB 4
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengertian Kecacatan adalah adanya dsifungsi atau berkurangnya
suatu fungsi yang secara objektif dapat diukur/dilihat, karena adanya
kehilangan/kelainan dari bagian tubuh/organ seseorang. Misalnya, tidak
adanya tangan, kelumpuhan pada bagian tertentu dari tubuh. Kecacatan ini
bisa selalu pada seseorang, yang dapat menghasilkan perilaku-perilaku yang
berbeda pada individu yang berebeda, misalnya kerusakan otak dapat
menjadikan individu tersebut cacat mental, hiperkatif, buta, dan lain-lain
(Mangunsong, 1998).
B. SARAN
21
3. Berikan obat yang tepat dengan dosis yang tepat pula sesuai
anjuran dokter.
22
DAFTAR PUSTAKA
Kent L. Recent advances in the genetics off attention deficit hyperactivity disorder.
Curr Psychiatry Res 2004; 6: 143.
23