Anda di halaman 1dari 16

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pola Asuh
1. Pengertian Pola Asuh

Pola asuh orang tua adalah cara orang tua dalam mendidik anak.

Sedangkan menurut chahib toha pola asuh orang tua adalah cara yang

dilakukan orangtua dalam mendidik anaknya sebagai bentuk tanggung

jawab pada anaknya . menurut khon seperti dikutip chabib thoha pola

asuh orang tua adalah bagaimana cara mendidik orang tua terhadap

anak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

blogspot.co.id/2014/01/jenis-jenis-pola-asuh-dan-dampaknya.html

2. Tipe-Tipe Pola Asuh Orang Tua Kepada Anak


Pola asuh orang tua merupakan cara pendidikan yang diberikan

oleh orang tua kepada anaknya. Pada dasarnya orang tua

menginginkan anaknya untuk tumbuh menjadi orang yang matang dan

dewasa secara sosial. Sehingga apapun jenis pengasuhan yang

diterapkan orang tua pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai hal

tersebut. Namun, kadang orang tua tidak menyadari bahwa pola

pengasuhan tertentu dapat membawa dampak merugikan bagi anak.

Menurut seorang pakar psikologi, Diana Baumrind, ada tiga jenis pola

pengasuhan, yaitu otoriter (yang memaksa), authoritative

(memeberikan pilihan), dan neglectfulll/permisif.

blogspot.co.id/2014/01/jenis-jenis-pola-asuh-dan-dampaknya.html

a. Otoriter (yang memaksa)


Pola otoriter adalah pengasuhan yang kaku, dictator dan

memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah orang tua tanpa


8

banyak alasan. Dalam pola asuh ini biasa ditemukan penerapan

hukuman fisik dan aturan-aturan tanpa merasa perlu menjelaskan

kepada anak apa guna dan alasan di balik aturan tersebut.


Orang tua mungkin berpendapat bahwa anak memang harus

mengikuti aturan yang diterapkannya. Toh, apa pun peraturan yang

diterapkan orang tua semata-mata demi kebaikan anak. Orang tua

tak mau repot-repot berfikir bahwa peraturan yang kaku seperti itu

justru akan menimbulkan serangkaian efek. Pola asuh otoriter

biasanya berdampak buruk pada anak, seperti ia merasa tidak

bahagia, ketakutan, tidak terlatih untuk berinisiatif, selalu tegang,

tidak mampu menyelesaikan masalah (kemampuan problem solving-

nya buruk), begitu juga kemampuan komunikasinya yang buruk.

blogspot.co.id/2014/01/jenis-jenis-pola-asuh-dan-dampaknya.html
b. Authoritative (memberikan pilihan)
Pola authoritative mendorong anak untuk mandiri, tapi orang

tua tetap menetapkan batas dan kontrol. Orang tua biasanya

bersikap hangat, dan penuh welas asih kepada anak, bisa menerima

alasan dari semua tindakan anak, mendukung tindakan anak yang

konstruktif. “jadi pada kasus anak terlambat sekolah, orang tua tetap

mendengarkan dulu apa keinginan anak, dalam hal ini adalah makan

es krim dulu. Bisa jadi hal itu dilakukan anak untuk meredakan

ketegangannya karena akan terlambat masuk kelas. Tapi setelah itu

orang tua tetap mengarahkan anak untuk melakukan apa yang

seharusnya dilakukan, yaitu tetap harus segera mandi dan kemudian

berangkat sekolah.
Anak yang terbiasa dengan pola asuh authoritative akan

membawa dampak menguntungkan. Diantaranya anak akan merasa


9

bahagia, mempunyai kontrol diri dan rasa percaya dirinya terpupuk,

bisa mengatasi stress, punya keinginan untuk berprestasi dan bisa

berkomunikasi baik dengan teman-teman dan orang dewasa.


Dengan adanya dampak positif tersebut, pola asuh

authoritative adalah pola asuh yang bisa dijadikan pilihan bagi orang

tua. “beri anak kesempatan bicara tetapi kontrol sepenuhnya tetap di

tangan orang tua,”. blogspot.co.id/2014/01/jenis-jenis-pola-asuh-dan-

dampaknya.html
c. Neglectfull/permisif
Pola neglectfull adalah pola dimana orang tua tidak mau

terlibat dan tidak mau pula pusing-pusing memedulikan kehidupan

anaknya. Jangan salahkan bila anak menganggap bahwa aspek-

aspek lain dalam kehidupan orang tuanya lebih penting daripada

keberadaan dirinya. Walaupun tinggal di bawah satu atap yang sama,

bisa jadi orang tua tidak begitu tahu pekembangan anaknya.

Pola asuh seperti ini tentu akan menimbulkan serangkaian

dampak buruk. Diantaranya anak akan mempunyai harga diri yang

rendah, tidak punya kontrol diri yang baik, kemampuan sosialnya

buruk, dan merasa bukan bahagia yang penting untuk orang tuanya.

Bukan tidak mungkin serangkaian dampak buruk ini akan terbawa

sampai ia dewasa. Tidak tertutup kemungkinan pula anak akan

melakukan hal yang sama terhadap anaknya kelak. Akibatnya,

masalah menyerupai lingkaran setan yang tidak pernah putus.

blogspot.co.id/2014/01/jenis-jenis-pola-asuh-dan-dampaknya.html

3. Tahapan Usia
10

Periodisasi ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang

berdasarkan biologis (Aristoteles):

1. Fase anak kecil: 0-7 tahun


2. Fase anak sekolah: 7-14 tahun
3. Fase remaja 14-21 tahun

Periodisasi menurut Elizabeth B Hurlock:

1. Masa belum lahir (prenatal): 9 bulan


2. Masa bayi baru lahir (new born): 0-2 minggu
3. Masa bayi (babyhood): 2 minggu - 2 tahun
4. Masa kanak-kanak awal (early childhood): 2-6 tahun
5. Masa kanak-kanak akhir (later childhood): 6-12 tahun
6. Masa puber (puberty): 12-16 tahun
7. Masa remaja (adolesence): 16-21 tahun
8. Masa dewasa awal (early adulthood): 21-40 tahun
9. Masa dewasa madya (middle adulthood): 40-60 tahun
10. Masa usia lanjut (later adulthood): 60

B. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut

pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan,

binatang sampai dengan manusia itu berprilaku, karena mereka

mempunyai aktifitas masing-masing. Sehingga yang di maksu dengan

perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari

manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara

lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,

membaca dan sebagainya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas


11

manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat

diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2012).


2. Proses adopsi perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perihal yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers dalam Notoatmodjo,

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

(berprilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni:
a) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.


b) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
c) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e) Adoption, subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. (Notoatmodjo, 2012).


3. Pengukuran perilaku kesehatan
Seperti telah diuraikan pada bagian lain dalam buku ini, bahwa

domain atau ranah utama perilaku manusia adalah: kognitif, afektif

(emosi) dan konasi, yang dalam bentuk operasionalnya adalah ranah:

pengetahuan (knowledge), sikap(attitude) dan tindakan atau praktek

(practice). (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian dibidang apapun, termasuk penelitian perilaku, metode

atau cara pengukuran sangat berperan dalam menentukan hasil

penelitian tersebut. Karena hasil penelitian termasuk menganalisis hasil

tersebut diperoleh dari pengukuran. Mengumpulkan data penelitian pada

hakikatnya adalah mengukur dari variabel subjek penelitian. Misalnya

apabila kita akan meneliti pengetahuan ibu-ibu tentang imunisasi dasar

bagi anak balita, maka sudah barang tentu kita akan mengukur sejauh
12

mana atau setinggi mana pengetahuan ibu tersebut tentang imunisasi

dasar, dengan cara menanyakan langsung (wawancara) atau

menanyakan secara tertulis (angket). Cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data atau mengukur variabel ini di sebut metode

pengukuran. Metode-metode yang sering digunakan untuk mengukur

perilaku kesehatan, biasanya tergantung dari beberapa hal antara lain:

domain atau ranah perilaku yang diukur (pengetahuan, sikap atau

tindakan/praktek) dan juga tergantung pada jenis dan metode penelitian

yang di gunakan. (Notoatmodjo, 2010).

4. Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Jadi jelas disini dikatakan

bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon

stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,

perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Allport (1954) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yakni:

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek,

artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang

terhadap objek. Sikap orang terhadap penyakit terhadap penyakit

kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang

tersebut terhadap penyakit kusta. (Notoatmodjo, 2010).


b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya

bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang

tersebut terhadap objek. Seperti contoh butir a berarti bagaimana


13

orang menilai terhadap penyakit kusta, apakah penyakit yang biasa

saja atau penyakit yang membahayakan. (Notoatmodjo, 2010).


c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap

adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau

perilaku terbuka. Sikap adalah merupakan ancang-ancang untuk

bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Misalnya tentang

contoh sikap terhadap penyakit kusta di atas, adalah apa yang

dilakukan seseorang bila ia menderita penyakit kusta. (Notoatmodjo,

2010).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,

pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah mendengar tentang penyakit

polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahanya, dan sebagainya).

Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya

anaknya tidak terkena polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan

keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan

anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Ibu ini

mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit polio.

(Notoatmodjo, 2010).

5. Praktik atau Tindakan (Practice)


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan ( over

behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata di

perlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara

lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus
14

mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah

dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Di samping faktor lain,

misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua, dan lain-lain. Praktik ini

mempunyai beberapa tingkatan (Notoatmodjo, 2010).

1. respon terpimpin (guided response)


Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan

sesuai dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama.

Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari

cara mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak, menutup

pancinya, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2010).


2. mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka

dia sudah mencapai praktik tingkat kedua. Misalnya, seorang ibu yang

sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa

menunggu perintah atau ajakan orang lain. (Notoatmodjo, 2010).


3. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah

berkembang. Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau

mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau

perilaku yang berkualitas. Misalnya menggosok gigi, bukan sekedar

gosok gigi, melainkan dengan teknik-teknik yang benar. (Notoatmodjo,

2010).

6. Rokok
1. Pengertian Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70

hingga 120 mm (bervariasi tergantung Negara) dengan diameter sekitar


15

10 mm yang bersisi daun – daun tembakau yang telah di cacah. Rokok

dibakar pada salah satu ujungnya dan di biarkan membara agar asapnya

dapat di hirup lewat mulut pada ujun lain.


2. Zat-zat yang Terkandung dalam Rokok
Secara umum senyawa kimia yang terdapat dalam sebatang

rokok terdiri dari 3 bagian yaitu nikotin, tar dan senyawa-senyawa yang

bersifat volatile (mudah menguap). Dari ketiga senyawa tersebut dapat

dikembangkan menjadi beberapa senyawa kimia diantaranya yaitu :


a. Acroelin merupakan zat cair yang tidak berwarna yang mengandung

kadar alcohol yang sangat mengganggu kesehatan.


b. Karbon Monoksida (CO) unsure ini dihasilkan dari pembakaran yang

tidak sempurna dari zat arang atau karbon. Zat ini sangat beracun

dan tidak mempunyai bau, racun CO akan membuat orang gampang

capek dan grogi.


c. Nikotin yaitu cairan yang tidak berwarna dan dapat membuat rasa

perih, nikotin dapat menghalangi rasa lapar.


d. Ammonia yaitu gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan

hydrogen. Ammonia mudah masuk ke sel-sel tubuh dan bisa

mengakibatkan pingsan atau koma jika masuk keperedaran darah.


e. Formid Acid yaitu cairan yang bergerak bebas dan dapat membuat

lupuh, zat ini dapat menyebabkan orang seperti digigit semut dapat

juga mempercepat pernafasan seseorang.


f. Hydrogen Cyonide yaitu sejenis gas yang tidak berwarna, tidak

berbau dan mempunyai rasa, zat ini merupakan zat yang paling

ringan dan mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi

pernafasan. Cyanide adalah zat yang mengandung racun berbahaya,

sedikit cyanide masuk ke dalam tubuh dapat mengakibatkan

kematian.
16

g. Nitrous Oxide yaitu sejenis gas yang tudak berwarna dan bila dihisap

dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan mengakibatkan

rasa sakit.
h. Formal Dehyde yaitu sejenis gas yang berbau tajam, gas ini adalah

golongan pengawet dan pembasmi hama.


i. Phenol yaitu campuran yang terdiri dari Kristal yang dihasilkan dari

distilasi beberapa zat organic, phenol ini terikat ke protein dan

menghalangi aktifitas enzim.


j. Acethol yaitu hasil dari pemanasan aldehyde dan mudah menguap

dengan alcohol.
k. Hydrogen Sulfide yaitu gas yang mudah terbakar dan berbau keras,

zat ini menghalangi oksidasi enzim.


l. Pyridine zat ini diperoleh dari penyulingan tulang-tulang, arang serta

pembusukan dari sejenis alkaloid, zat ini dapat digunakan mengubah

sifat alcohol seperti pelarut, pembunuh hama dan juga pernah dipakai

untuk penyakit astma.


m. Methyl Chloride zat ini meupakan component organic yang sangat

beracun, uapnya dapat berperan seperti anastesi.


n. Methanol yaitu cairan ringan yang gampang terbakar dan menguap

yang dapat mengakibatkan kebutaan bahkan kematian.


o. Tar yaitu sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam dan

lengket, bilamana zat-zat itu dihisap waktu merokok akan

mengakibatkan kanker paru-paru. (Muhammad Jaya, 2009).


3. Pengaruh Rokok Terhadap Gangguan Kesehatan
a. Rokok terhadap Kanker
Mekanisme kanker yang dsebabkan tembakau yaitu merokok

menyebabkan kanker pada berbagai organ, tetapi organ yang

terpengaruh langsung oleh karsinogen adalah saluran nafas.

Sebagian besar karsinogen dalam asap tembakau ditemukan pada

fase tar seperti PAH dan fenol aromatic. Tembakau yang mengandung
17

nitrosamine dan derivate nikotin juga bersifat karsinogen karena

mudah diabsorpsi ke dalam darah. (Muhammad Jaya, 2009).


b. Rokok terhadap Jantung
Pada seseorang yang merokok, asap tembakau akan merusak

dinding pembuluh darah, kemudian nikotin yang terkandung dalam

asap tembakau akan merangsang hormone adrenalin yang akibatnya

akan merubah metabolism lemak damana kadar HDL akan menurun,

adrenalin juga akan menyebabkan perangsangan kerja jantung dan

penyempitan pembuluh darah. Oleh karena proses penyempitan arteri

koroner yang menyuplai darah ke otot jantung maka ketidak cukupan

antara kebutuhan dengan suplai menimbulkan ischemia dan bila

melakukan aktivitasfisik dan stress kekurangan aliran meningkat

sehingga menimbulkan sakit dada. (Muhammad Jaya, 2009).


c. Rokok terhadap Impotensi
Pada laki-laki berusia 30-40 tahunan, merokok dapat

meningkatkan disfungsi ereksi sekitar 50%. Ereksi tidak dapat terjadi

bila darah tidak mengalir bebas ke penis. Oleh karena itu, pembuluh

darah harus dalam keadaan baik, merokok dapat merusak pembuluh

darah, nikotin menyempitkan arteri yang menuju penis, mengurangi

aliran darah dan tekanan darah menuju penis. Efek ini meningkat

bersamaan dengan waktu. Masalah ereksi ini merupakan peringatan

awal bahwa tembakau telah merusak areal lain dari tubuh.

(Muhammad Jaya, 2009).


d. Rokok terhadap Gangguan Kehamilan dan Janin
Ibu hamil yang merokok mengakibatkan kemungkinan

melahirkan premature. Jika kedua orang tuanya perokok

mengakibatkan daya tahan bayi menurun pada tahun pertama,

sehingga akan menderita radang paru-paru maupun bronchitis 2 kali


18

lipat dibandingkan yang tidak merokok, sedangkan terhadap infeksi

meningkat 30%. Terdapat bukti bahwa anak yang orang tuanya

merokok menunjukkan perkembangan mentalnya terbelakang.

(Muhammad Jaya, 2009).


4. Bahaya Rokok

Mengingat banyaknya kandungan kimia dalam rokok yang sangat

berbahaya dapat menurunkan derajat kesehatan manusia dengan cara

merusak sedikit demi sedikit jaringan tubuh dengan tidak dirasakan,

keadaan ini yang tidak disadari bahwa sebenarnya dengan merokok ini

berarti telah menimbun racun didalam tubuh kita. Akibat yang ditimbulkan

asap rokok adalah batuk, gatal-gatal pada tenggorokan, tukak suara

menjadi parau, nasfu makan menurun, buang air besar tidak teratur,

mengganggu aliran darah dari jantung dan urat saraf. Bahaya rokok yang

utama adalah penyakit jantung koroner, penyakit paru-paru, darah tinggi

dan gangguan kesehatan yang lebih luas . Terjadinya penyakit jantung

yang sering menyebabkan kematian diakibatkan oleh perokok karena di

dalam rokok mengandung nikotin yang mempengaruhi kerja jantung

menjadi tidak teratur dan mengakibatkan endapan pada pembuluh darah,

maka pembuluh darah itu menyempit dan tidak lagi memberi oksigen

pada otot (Muhammad Jaya, 2009).

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orang Merokok

a. Faktor Internal

1) Stress

Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak

dapat dihindari yang disebabkan oleh perubahan yang

memerlukan penyesuaian (Budi Anna Keliat, 2000). Stress adalah


19

segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri dan karena itu

sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita, adapun

penyesuaian dari yang dilakukan antara lain adalah tekanan darah

dan pompo jantung meningkat, kelainan SAM dan eklo denyut

jantung semakin cepat (DR.A.P Bangun 2008).

2) Kecanduan

Kecanduan adalah kejangkitan suatu kegemaran

(sehingga lupa pada hal-hal yang lain) (Kamus Besar Bahasa

Indonesia). Oleh Green disebut sebagi psychological Adiction.

Mereka yang sudak adiktif, akan menambah dosis rokok yang

digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya

berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli

rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau

rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya (DR.A.P

Bangun 2008).

3) Kebiasaan

Kebiasaan adalah sesuatu yang biasa dikerjakan aatu pola

untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang

dipelajari oleh seorang individu dan dilakukan secara berulang

utuk hal yang sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Mereka

menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk

mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar

sudah menjadi kebiasaan rutin. Dapat dikatakan pada orang-

orang tipe ini merokok sudah merupakan sustu perilaku yang

bersifat otomatis, sering kali tanpa difikirkan dan tanpa disadari. Ia


20

menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah

benar-benar habis (DR.A.P Bangun 2008).

b. Faktor Eksternal
1) Teman

Teman adalah kawan, sahabat, orang yang sama-sama

bekerja (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Berbagai fakta

mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka

semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok

juga dan sebaliknya. Dari fakta-fakta tersebut ada dua

kemungkinan yang terjadi, pertama remaja menjadi terpengaruh

oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut

dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka

semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87%

mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang

perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Muhammad

Jaya, 2009).

2) Iklan

Iklan adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk

khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang

ditawarkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Melihat iklan di

media massa dan elektronik yang menampilkan gambar bahwa

perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat

remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang

ada dalam iklan tersebut (Juniarti, 2013).

3) Lingkungan
21

Sertain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan

lingkungan adalah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini

yang ada dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku

kita, pertumbuhan atau life proses (Muhammad Jaya, 2009).

4) Dewasa

Orang dewasa adalah orang yang berumur 21 tahun

sampai 30 tahun yang mempunyai tugas perkembangan berdiri

sendiri, pola hidup dan cara hidup dan tanggungjawab sendiri,

mampu mencari nafkah sendiri, hidup bebas, memilih pasangan

(Lestari,1993). Dewasa terbentuknya identitas diri dalam membina

hidup, emosi lebih stabil bergaul dengan teman, diakui

keberadaannya. (Muhammad Jaya, 2009).

6. Kerangka Teori

Internal :

Stress
Kecanduan
Kebiasaan
Coba-coba
Iseng-iseng

Faktor-faktor yang mempengaruhi


Eksternal:
seseorang merokok
Lingkungan
Teman
Iklan
Keluarga
Adat istiadat

Konsep pola asuh


orang tua
ROKOK
 Otoriter
 Permisif
 Authoritative
Bahaya rokok
22

Zat kimia yang Gangguan


dikandung:rokok kesehatan

TAR Serangan
Nikotin jantung
Karbon Impotensi
monoksida Kanker
Gangguan
kehamilan dan
janin
(Sumber: Modifikasi Teori (Muhammad Jaya, 2009).

Anda mungkin juga menyukai