Anda di halaman 1dari 3

Senin, 16 Februari 2015 | 19:49 WIB

Dokter dan Bidan Diduga Lalai, Bayi Meninggal Saat Persalinan

Dokter dan Bidan Diduga Lalai, Bayi Meninggal Saat Persalinan

Heribertus S. Hartojo (kanan), Moza Mahendrawika dan Pita Sari, saat memberikan keterangan pers di
Mapolda Metro Jaya, Senin (16/2). ( Foto: Beritasatu.com/Bayu Marhaenjati )

Jakarta - Pasangan suami-istri, Moza Mahendrawika dan Pita Sari, menyambangi Sentra Pelayanan
Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Metro Jaya, melaporkan dua oknum dokter serta satu bidan Rumah
Sakit Ibu dan Anak Andhika, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, lantaran diduga melakukan kelalaian
sehingga si buah hati pasangan tersebut tak tertolong pada saat proses persalinan.

Mata Pita Sari nampak berkaca-kaca, saat menjelaskan maksud dan tujuan dirinya bersama suami datang
ke SPKT Polda Metro Jaya. Dirinya mencari keadilan atas dugaan kelalaian persalinan, sehingga bayi di
dalam kandungannya meninggal dunia.

"Ada ketidakwajaran dalam proses persalinan saya, sehingga menyebabkan bayi saya meninggal. Saya ke
sini untuk mencari keadilan dan kebenaran. Saya menempuh jalur hukum," ujar Pita Sari usai membuat
laporan dengan nomor LP/592/II/2015/PMJ Ditreskrimum, di Mapolda Metro Jaya, Senin (16/2).

Dikatakan Pita, peristiwa nahas itu terjadi awal November 2014 lalu. Namun, dirinya baru melaporkan
dugaan malapraktik atau kelalaian itu hari ini. Sebab, sudah beberapa kali mencoba mediasi dengan
pihak rumah sakit selalu diabaikan.

"Selama bulan November hingga sekarang, kami sudah mencoba melakukan diskusi dengan rumah sakit,
namun tidak ada itikad baik dari pihak ke rumah sakit," ungkapnya.

Sementara itu, Kuasa Hukum Pita, Heribertus S. Hartojo, menyampaikan pihaknya melaporkan dua
dokter berinisial TG dan HR serta satu bidan berinisial MN, dengan dugaan melanggar Pasal 359 KUHP
dan Pasal 84 ayat 2 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
"Kami baru dalam tahap melakukan laporan dugaan adanya tindak pidana yang dilakukan tenaga medis,
kelalaian yang menyebabkan kematian. Di sini, ada dugaan tindak pidana yang dilakukan tenaga medis.
Ada semacam pembiaran terhadap pasien," bilangnya.

Menurutnya, kronologi kejadian bermula ketika Pita Sari datang ke rumah sakit tersebut untuk menjalani
persalinan, tanggal 7 November 2014.

Sekitar pukul 21.00 WIB, Pita sudah bertemu dengan bidan dan diperiksa ada pembukaan. Selanjutnya,
bidan menyatakan masih baik-baik saja.

"Padahal itu sudah ada pembukaan. Setelah jam 9 malam tidak ada kontrol lagi. Bahkan, saat pasien
semakin sakit sekitar 00.30 WIB, suaminya mencari (perawat dan bidan), karena di sana tidak ada bidan.
Baru pada jam 03.00 WIB datanglah mereka dan kaget. Selama 5 jam ke mana mereka," tegasnya.

"Pada saat kritis di mana pasien membutuhkan perawatan dan perhatian mereka tidak ada. Jangankan
dokter, perawatan juga tidak ada. Sehingga masa kritis sekitar 5 jam, di situ akhirnya sang bayi tidak
tertolong," tambahnya.

Heribertus menjelaskan, kliennya sudah mencoba melakukan komunikasi dengan pihak rumah sakit
untuk bertanggungjawab. Namun, tidak direspons dengan baik.

"Selanjutnya, kami akan lapor juga ke IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dan instansi terkait lainnya,"
tandasnya.

Putra pertama pasangan Moza dan Pita yang kemudian diberi nama Razendra Pramatya itu, telah
dimakamkan di TPU Ciganjur, Jakarta Selatan.
Bayu Marhaenjati / CAH

Iklan Ketentuan Khusus

Anda mungkin juga menyukai