Anda di halaman 1dari 6

A.

Perbedaan Stroke Hemoragik Dan Stroke Non-Hemoragik

Gejala Klinis Stroke Hemoragik Stroke Non


PIS PSA Hemoragik
1. Gejala defisit lokal Berat Ringan Berat/ringan
2. SIS sebelumnya Amat jarang - +/ biasa
3. Permulaan (onset) Menit/jam 1-2 menit Pelan (jam/hari)
4. Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan/ tak ada
5. Muntah pada awalnya Sering Sering Tidak, kecuali lesi
di batang otak

6. Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Sering kali


7. Kesadaran Bisa hilang Bisa hilang Dapat hilang
sebentar
8. Kaku kuduk Jarang Bisa ada pada Tidak ada
permulaan

9. Hemiparesis Sering sejak Tidak ada Sering dari awal


awal
10. Deviasi mata Bisa ada Tidak ada mungkin ada
11. Gangguan bicara Sering Jarang Sering
12. Likuor Sering berdarah Selalu Jernih
berdarah
13. Perdarahan Subhialoid Tak ada Bisa ada Tak ada

14. Paresis/gangguan N III - Mungkin (+) -

Stillwell, susan. 2011. pedoman keperawatan kritis. Jakarta : EGC

B. Faktor Resiko stroke

Faktor resiko stroke dapat dikategorikan kedalam faktor resiko yang tidak dapat

dimodifikasi (non-modifiable) dan dapat dimodifikasi (modifiable) (Zomorodi

dalam Lewis, Sharon L et al, 2011).

1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi


Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi meliputi usia, jenis kelamin, ras,

dan herediter/keturunan (WHO, 2006).

a. Usia. Resiko stroke meningkat seiring dengan pertambahan usia, dua

kali lipat lebih besar ketika seseorang berusia 55 tahun. Namun, stroke

dapat terjadi juga pada semua usia (American Heart Association,

2013).

b. Jenis kelamin. Sroke juga lebih umum terjadi pada laki-laki dari pada

wanita, namun lebih banyak wanita meninggal akibat stroke dari pada

laki-laki.

c. Ras. Ras Africa- America (berkulit hitam) memiliki resiko yang lebih

besar mengalami stroke daripada ras yang berkulit putih. Hal ini

berhubungan dengan tingginya insiden hipertensi, obesitas, dan

diabetes mellitus pada ras Africa- America (Zomorodi dalam Lewis,

Sharon L et al, 2011).

d. Riwayat keluarga. Riwayat keluarga terhadap kejadian stroke,

serangan TIA sebelumnya, atau stroke sebelumnya juga meningkatkan

risiko terjadinya stroke. Orang tua yang pernah mengalami stroke

dikaitkan dengan peningkatan risiko 3 kali lipat kejadian stroke pada

keturunannya (American Heart Association, 2013) .

2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi


Faktor resiko yang dapat dimodifikasi adalah faktor-faktor yang berpotensi

dapat diubah melalui perubahan gaya hidup dan tindakan medis, sehingga

mengurangi risiko terjadinya stroke.

a. Hipertensi. Hipertensi merupakan faktor resiko terjadinya stroke baik


non perdarahan atau perdarahan, dan juga menjadi factor terjadinya
gangguan jantung yang menjadi penyebab munculnya emboli otak.
Hipertensi sangat berpengaruh pada peredaran darah otak, karena
menyebabkan terjadinya penebalan dan remodeling pembuluh darah
hingga memperkecil diameternya.
b. Penyakit jantung. Penyakit jantung meliputi fibrilasi atrial, infark
miokard, kardiomiopati, abnormalitas katup jantung, dan kelainan
jantung conginetal juga temasuk kedalam faktor resiko stroke. Fibrilasi
atrium adalah faktor risiko yang paling penting diobati. \
c. Dibetes melitus. DM merupakan faktor resiko yang penting terhadap
kejadian stroke, dan meningkatkan resiko kejadian stroke pada semua
usia. Individu dengan diabetes mellitus memiliki resiko lima kali lebih
besar terserang stroke dari pada individu yang tidak menderita diabetes
mellitus (Zomorodi dalam Lewis, Sharon L et al, 2011).
d. Peningkatan kolesterol serum. Hiperlipidemia didefinisikan sebagai
kondisi dimana kadar kolesterol total lebih atau sama dengan 240 ml/dl.
Kadar kolesterol yang tinggi merupakan faktor resiko terjadinya
penyakit kardiovaskular dan sebrovaskular.
e. Merokok. Merokok merupakan faktor risiko untuk stroke, karena dapat
meningkatkan efek terbentuknya thrombus dan pembentukan
aterosklerosis pada pembuluh darah. Merokok meningkatkan hampir
dua sampai emapt kali lipat resiko stroke.
f. Efek alkohol terhadap resiko stroke tergantung pada jumlah yang
alcohol dikonsumsi. Mengkonsumsi lebih dari 1-2 minuman beralkohol
setiap hari memiliki resiko tinggi terhadap hipertensi, yang juga
meningkatkan resiko mereka menderita stroke.
g. Obesitas. Obesitas juga berkaitan dengan hipertensi, gula darah tinggi,
dan kadar lipid darah, yang semuanya meningkatkan risiko stroke.
h. Hubungan ketidakaktifan fisik dan peningkatan risiko stroke sama besar
baik pada pria maupun wanita, tanpa memandang etnis/ras. Manfaat
aktivitas fisik yang rutin dilakukan baik ringan maupun sedang dapat
memberikan efek yang menguntungkan terutama untuk menurunkan
faktor risiko.
i. Diet. Pengaruh diet pada stroke belum demikian jelas, meskipun diet
tinggi lemak jenuh dan rendah konsumsi buah dan sayuran dapat
meningkatkan risiko stroke. Penggunaan obat-obatan terlarang, terutama
penggunaan kokain, telah dikaitkan dengan risiko stroke.
j. Sleep apnea merupakan faktor risiko independen untuk stroke dan dapat
meningkatkan risiko stroke atau kematian 2 kali lipat.

Urutan saraf Nama Saraf Sifat Saraf Memberikan saraf untuk


dan fungsi
I Nervus olfaktorius Sensorik Hidung, sebagai alat penciuman
II Nervus optikus Sensorik Bola mata, untuk penglihatan
III Nervus Motorik Penggerak bola mata dan
okulomotoris mengangkat kelopak mata
IV Nervus troklearis Motorik Mata, memutar mata dan
penggerak bola mata

V Nervus trigeminus Motorik dan -


sensorik

N. Oftalmikus Motorik dan Kulit kepala dan kelopak mata


sensorik atas

N. Maksilaris Sensorik Rahang atas, palatum dan


hidung
N. Mandibularis Motorik dan Rahang bawah dan lidah
sensorik
VI Nervus abdusen Motorik Mata, penggoyang sisi mata
VII Nervus fasialis Motorik dan Otot lidah, menggerakkan lidah
Sensorik dan selaput lendir rongga mulut
VIII Nervus auditorius Sensorik Telinga, rangsangan
pendengaran
IX Nervus vagus Sensorik dan Faring, tonsil, dan lidah,
motorik rangsangan citarasa
X Nervus vagus Sensorik dan Faring, laring, paru-paru dan
motorik esophagus
XI Nervus asesorius Motorik Leher, otot leher
XII Nervus hipoglosus Motorik Lidah, citarasa, dan otot lidah
b.
C. Komplikasi Stroke
Komplikasi stroke meliputi Hipoksia Serebral, penurunan aliran darah serebral,
dan luasnya area cedera.
a. Hipoksia serebral diminimalkan dengan pemberian oksigenasi darah
adekuat ke otak.
b. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (pemberian intarvena)
harus menjamin penurunn viskositas darah dan memperbaiki aliran darah
serebral.
c. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium
atau dapat berasal dari katup jantung prostetik.
(Smeltzer & Bare, 2002)

 Sebuah kateter tube yang sangat kecil di insersikan ke dalam


arteri di lipatan paha
 Melalui system sirkulasi sampai mencapai area yang
tersumbat di arteri karotis
 Dapat juga mengahancurkan bekuan dengan mengembangkan
balon kecil didalam dindng pembuluh darah (angioplasty)
 Setelah menggembungkan balon sementara waktu, dokter
biasanya meninggalkan kawat berbentuk sirkular (stent) ke
dalam pembuluh darah untuk menjaga agar pembuluh darah
tetapterbuka.

Anda mungkin juga menyukai