PENDAHULUAN
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaanpadat terdiri dari obat
dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atautanpa zat tambahan, yang akan
terdispersikan sempurna dalam cairanpembawa yang di tetapkan (Fornas, 333)
.Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dalam
bentuk halus yang terdispersi kedalam fase cair.
1. Ukuran partikel Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya
(dalam volume yang sama ). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel
daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk
mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan (viscositas) Dengan menambah viscositas cairan maka gerakan turun
dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tatapi perlu diingat bahwa
kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
dituang.
3. Jumlah partikel (konsentrasi) Makin besar konsentrasi pertikel, makin besar
kemungkinan terjadi endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat / muatan partikel Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari
babarapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan
demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang
menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan
tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya. (
Anonim, 2004 )
1. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat
terlepasnya obat .
2. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.
3. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan,
karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.
DATA PREFORMULASI
Dosis :Dosis sampai sekitar 1,5 g sebagai antasid. Dosis harian oral 2,5-
17 guntuk pengobatan hyperphosphatemia pada pasien dengan gagalginjal
kronis
Pemerian : Bahan Serbuk putih atau kristal , tidak berbau dan tidak berasa
Data kelarutan :Praktis tidak larut dalam air; tidak larut dalam etanol, larut dalamasam
asetat.
Log P :-
Ph :>7 (basa)
Stabilitas : terhadap pH Tidak stabil dalam Ph asam
Stabilitas terhadap suhu : -
Stabilitas terhadap cahaya :-
Stabilitas terhadap air : Tidak stabil terhadap air
Berat jenis : 2,8 g/cm
Titik leleh / lebur : 825°C
Inkompatibilitas : Inkompatibilitas terhadap asam dan garam ammonium
ADI/Safety LD50 (tikus, oral): 6,45 g / kg
Kondisi penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik sejuk dan kering
Alasan Pemilihan Bahan :Memberikan unsur kalsium pada pasta sehingga dapat
Menguatkan gigi
Fungsi :Buffering agent; coating agent; colorant; opacifier; tablet binder;
tablet and capsule diluent; therapeutic agent. Sebagai dasar obat
gigi
a) Data Preformulasi Zat Tambahan
1. Tween 80 (FI edisi IV hal. 687 Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi
6 hlm. 549)
Pemerian : Cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning muda,
bau khas lemah, rasa pahit dan hangat.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; larut dalam etanol; tidak larut
dalam minyak mineral.
OTT : Perubahan warna dan atau presipitasi terjadi dengan
berbagai zat fenol, tannin,tar dan bahan seperti tar.
Stabilitas : Stabil pada elektrolit, asam lemah,dan basa lemah.
Khasiat : Bahan pengemulsi (emulgator)
Bobot jenis : 1,06 – 1,09 g/ml.
HLB : 15,0
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, sejuk dan
kering.
Konsentrasi : Emulgator M/A = 1-15%
Emulgator A/M = 1-10%
2. CMC NA (carboxymethyl cellulose sodium)
Warna : putih sampai cream
Rasa : hampir tidak berasa
Bau : hampir tidak berbau
Organoleptik : serbuk atau granul
Kelarutan : a. mudah terdispersi dalam air membentuk larut koloid
b. tidak larut dalam etanol dalam eter dan dalam pelarut
Titik leleh : 227-252 OC
𝑔𝑟
Bobot jenis : 0.52 ⁄𝑐𝑚3
Rasa : manis
Kelarutan : larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih dan sukar larut
dalam eter
4. Aquadest
Warna : jernih tidak berwarna
Rasa : tidak berasa
Bau : tidak berbau
Pemerian : cairan
Titik lebur : 180Oc
pka koefisien partisi : 8,4
Bobot jenis : 190/cm3
pH :7
Stabilitas : stabil di udara
BAB III
METODE KERJA
A. alat
B. bahan
1. Aquadest
2. CaCO3
3. CMC Na
4. Sirupus simplex
5. Tween 80
3.2 Prosedur Kerja
1. Dididihkan air yang akan dipakai sebagai fasa pendispersi, dinginkan dalam
keadaan tertutup.
2. Ditimbang bahan berkhasiat dan bahan pembantu sesuai dengan kebutuhan.
3. Dihaluskan bahan-bahan padat yang digunakan sampai ukuran partikel
tertentu.
4. Dikembangkan bahan pensuspensi sesuai dnegan sifat bahan di dalam air.
Dihitung volume air yang digunakan untuk mengembangkan bahan
pensuspensi
5. Diencerkan bahan pembasah dengan air.
6. Dicampurkan bahan berkhasiat berurutan dengan bahan pembasah, bahan
pensuspensi kemudian diencerkan dnegan sisa laritan pembawa.
7. Dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi.
BAB IV
4.1.1 Formula
4.1.2 Perhitungan
Formula 1 :
5
CaCo3 : X 200 ml = 10 gram
100
1
CMC Na : 100 X 200 ml = 2 gram
Air tragacant : 20 X 2 = 40 ml
10
Syrup simplex : 100 X 200 ml = 20 gram
Aquades ad 200 ml
Formula 2
5
CaCo3 : X 200 ml = 10 gram
100
0,05
Tween 80 : X 200 ml = 0,1 gram
100
0,5
CMC Na : 100 X 200 ml = 1 gram
Air tragacant : 20 x 1 = 20 ml
10
Syrup simplex : 100 X 200 ml = 20 gram
Aquades ad 200 ml
Formula 3
5
CaCo3 : 100 X 200 ml = 10 gram
0,10
Tween 80 : X 200 ml = 0,2 gram
100
0,25
CMC Na : X 200 ml = 0,5 gram
100
Aquades ad 200 ml
4.2 Data Pengamatan
Formula 1
Formula 2
4.3 Pembahasan
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut
dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat yang terdiri
dari obat dalam bentuk serbuk halus dengan atau tanpa zat tambahan yang akan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan (Formularium
Nasional Edisi II).
Pada pembuatan suspensI 1 kali ini terdapat tiga formula, formula 1 yang
dilakukan adalah menimbang tragacant 2% lalu dibuat mucilago dengan cara
menambahkan aquades sebanyak 20 kalinya tragacant ke dalam satu mortir yang
sama (mortir I) dan dibiarkan sampai mengembang kemudian digerus dengan cepat
sampai homogen. Selanjutnya dimasukkan syrup simplex yang telah dibuat dari
campuran 65 gram sukrosa yang dilarutkan 100 ml air panas. Kemudian masukkan
kalium karbonat ke dalam mortir baru ( mortir II ) lalu digerus hingga homogen dan
campurkan ke mortir I. Tambahkan sedikit demi seditik air panas sambal di aduk
supaya sediaan tidak terlalu kental sehingga mudah di masukkan ke dalam botol,
kemudian tambahkan aqua destilata sampai batas kalibrasi atau 200 ml. Pada formula
2 yang dilakukan adalah menimbang 1% tragacant lalu dibuat mucilage dengan cara
menambahkan aquades 20 kalinya tragacant ke dalam satu mortar (mortir 1) dan
dibiarkan mengembang kemudian digerus dengan cepat sampai homogen.
Selanjutnya dimasukkan syrup simplex yang telah dibuat dari campuran 65 gram
sukrosa yang dilarutkan 100 ml air panas. Kemudian masukkan kalium karbonat ke
dalam mortir baru ( mortir II ) lalu digerus tambahkan tween 80 hingga homogen dan
campurkan ke mortir I, selanjutnya tambahkan aquades sampai batas kalibrasi atau
200 ml. pada formula 3 yang dilakukan adalah menimbang 0,5% tragacant lalu dibuat
mucilage dengan cara menambahkan aquades 20 kalinya tragacant ke dalam satu
mortar (mortir 1) dan dibiarkan mengembang kemudian digerus dengan cepat sampai
homogen. Selanjutnya dimasukkan syrup simplex yang telah dibuat dari campuran 65
gram sukrosa yang dilarutkan 100 ml air panas. Kemudian masukkan kalium
karbonat ke dalam mortir baru ( mortir II ) lalu digerus tambahkan tween 80 dengan
perbandingan berbeda dari formula 2 hingga homogen dan campurkan ke mortir I,
selanjutnya tambahkan aquades sampai batas kalibrasi atau 200 ml.
Pada percobaan ini, pada formula satu terdapat endapan tetapi endapan
tersebut tidak dapat terdispersi lagi ketika larutan diaduk kembali,larutan dengan
endapan tidak bisa terdispersi kembali.Pada larutan kedua larutan cukup mudah
mengalami terdispersi dan redispersi. Pada larutan ketiga, larutan sangat mudah
terdispersi dan redispersi kembali.
Resep ini ditujukan kepada pasien yang menderita penyakit maag atau asam
lambung, sehingga pemakaian obat ini diminum sebelum makan 3 x 1 sehari satu
sendok makan 15 ml. Obat ini diberi etiket putih dan didalam etiket ini diberi
penandaan “Kocok Dahulu” agar sediaan oabatt ini tercampur dengan rata.
Pada percobaan ini juga dilakukan evaluasi suspensi ,yang dilakukan pertama
kali dalam evaluasi ini ialah Organoleptis dengan melakukan pengamatan berupa
warna (intensitas warna),bau (terjadinya perubahan bau),rasa (perubahan mouthfell)
setelah itu dilakukan pengamatan volume sedimentasi dalam pengamatan ini
pengukuran volume sedimentasi yang dihasilkan dari suspensi biasa digunakan untuk
mengevaluasi suspensi ,kemudian bandingkan hasil perolehan dengan cara presipitasi
dan cara disperse setelah itu redispersibilitas hal ini dilakukan jika suspense
meghasilkan endapan,maka ia harus mudah didispersikan kembali dengan
pengocokan yang minimal untuk menghasilkan sediaan yang seragam. Selanjutnya di
ukur PH dilakukan selama lima hari berturut-turut,kemudian baru disimpulkan mana
suspense yang stabil dari ketiga formulasi.
BAB V
KESIMPULAN
1. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair.
2. Salah satu keuntungan suspensi adalah tertutupnya rasa tidak enak atau rasa
pahit obat yang kebanyakan kurang disukai oleh anak-anak sehingga
memungkinkan untuk diberikan pada anak-anak.sedangkan kerugiannya
adalah pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan sistem
dispersi.
3. Suspensi paling stabil yaitu suspense formula 3
DAFTAR PUSTAKA
Anief M., 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta