Anda di halaman 1dari 19

PAPER OF LEASING

BANK AND NON BANK FINANCIAL INSTITUTION

By :

ELMI ZAKIYAH C1G016032


RAYYAN MUHAMMAD

UNIVERSITY OF JENDERAL SOEDIRMAN

FACULTY OF ECONOMIC AND BUSINESS

PURWOKERTO

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai “Sewa Guna Usaha (Leasing)”.

Makalah ini telah dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun makalah kami. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Purwokerto, 18 November 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 4

1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................... 4


1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................ 4
1.3 TUJUAN.......................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 6

2.1 PENGERTIAN LEASING .............................................................. 6


2.2 JENIS-JENIS LEASING ................................................................. 7
2.3 KEGIATAN LEASING .................................................................. 9
2.4 PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DALAM LEASING ............. 10
2.5 MEKANISME LEASING ............................................................... 11
2.6 ISI PERJANJIAN DARI LEASING ............................................... 12
2.7 BIAYA YANG DIKELUARKAN OLEH LESSEE ....................... 12
2.8 SANGSI-SANGSI YANG DIBERIKAN OLEH LEASING .......... 13
2.9 PERKEMBANGAN LEASING DI INDONESIA .......................... 14

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 17

3.1 KESIMPULAN ............................................................................... 17


3.2 SARAN............................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk menjalankan suatu usaha maka kita memerlukan modal yang tidak
sedikit. Apalagi kita juga membutuhkan barang-barang modal untuk
menjalankan suatu usaha tersebut, agar kita dapat menjalankan suatu usaha
dengan lancar maka kita membutuhkan suatu lembaga untuk memperoleh
suatu dana usaha, lembaga ini dinamakan leasing.

Leasing atau sewa-guna-usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan


dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu
perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut
untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang
jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati
bersama.

Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal


dengan jalan sewa beli untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang
dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak
lessor.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari sewa guna usaha (leasing)?
2. Apa saja jenis-jenis sewa guna usaha (leasing)?
3. Bagaimana kegiatan dari sewa guna usaha (leasing)?
4. Siapa pihak-pihak yang terlibat?
5. Bagaimana mekanisme dari sewa guna usaha (leasing)?
6. Apa isi perjanjian dari sewa guna usaha (Leasing)?
7. Apa saja biaya yang dikeluarkan oleh pemohon (Lessee)?
8. Apa saja sangsi-sangsi yang diberikan oleh sewa guna usaha (leasing)?
9. Bagaimana perkembangan leasing di Indonesia?

4
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi sewa guna usaha (leasing)
2. Memahami apa saja jenis-jenis dari sewa guna usaha (leasing)
3. Mengetahui kegiatan sewa guna usaha (leasing)
4. Mengetahui siapa saja yang terlibat dalam sewa guna usaha (leasing)
5. Mengetahui mekanisme dari sewa guna usaha (leasing)
6. Mengetahui isi perjanjian dari sewa guna usaha (Leasing)
7. Mengetahui apa saja biaya yang dikeluarkan oleh pemohon (Lessee)
8. Mengetahui apa saja sangsi-sangsi yang diberikan oleh sewa guna usaha
(leasing)
9. Mengetahui perkembangan leasing di Indonesia

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sewa Guna Usaha (leasing)

Leasing menurut Prof.R.Subekti, S.H. di dalam bukunya `Aneka Perjanjian`


Adalah tidaklain dari pada perjanjian sewa – menyewa yang telah
berkembang di kalangan para pengusaha, dimana ”lessor” menyewakan suatu
perangkat alat perusahaan (mesin – mesin) termasuk servis, pemeliharaan dan
lain – lain kepada ”lessee” untuk suatu jangka waktu tertentu.
Pengertian lessor adalah perusahaan yang melakukan kegiatan
usaha leasing dengan menyediakan berbagai macam barang modal,
sedangkan lesseeadalahnasabah yang menginginkan barang modal tersebut.

Leasing berasal dari bahasa Inggris “to lease” yang berarti menyewakan.
Namun leasingmempunyai persyaratan tertentu, sehingga tidak bisa
disamakan dengan sewa-menyewa biasa. Leasing atau yang lebih sering
disebut dengan sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan
perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk digunakan oleh
suatu perusahaan selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-
pembayaran secara berkala disertai hak pilih (opsi) bagi perusahaan tersebut
untuk membeli barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka
waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.

Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK. 01/1991 tertanggal 21


Nopember 1991 tentang kegiatan lessing atau sewa guna
usaha. Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal baik secara leasing dengan hak opsi (FinanceLease)
maupun leasing tanpa hak opsi (Operating Lease) untuk digunakan
oleh lesseselama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
berkala. Yang dimaksud Finance Lease adalah kegiatan leasing di
mana lesse pada akhir kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli
obyek leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sedangkan, yang

6
dimaksud dengan operating lease adalah kegitan leasing dengan lesse pada
akhir kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek leasing.

Definisi dan Istilah

Definisi

Defenisi leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan dalam
pembiyaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan
oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut
untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang
jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati
bersama.

Istilah

Ada beberapa istilah yang dikenal dalam leasing (sewa guna usaha) yaitu :

- Lease: suatu kontrak sewa atas penggunaan harta untuk suatu periode
tertentu dengan sewa trtentu.
- Lessee: pemakaian aktiva yang akan di lease. Perusahaan atau perorangan
yang menggunakan barang modal dengan pembiyaan dari pihak
perusahaan leasing.
- Lessor:copemilik dari aktiva yang akan dilease
- Laese term: jangka waktu lease yang di tetap dan tidak dapat dibatalkan.
- Residual Value: nilai leased asset yang diperkirakan dapat direalisasi pada
akhir periode sewa.
- Security Deposit (SD): Jaminan kas yang diminta lessoruntuk menjamin
pembayaran sewa atau kewajiban sewa lainnya.

2.2 Jenis-jenis sewa guna usaha (leasing)

1. Capital Lease

Perusahaan leasing pada jenis ini berlaku sebagai suatu lembaga keuangan.
Lessee yang akan membutuhkan suatu barang modal menentukan sendiri

7
jenis serta spesifikasi dari barang yang dibutuhkan. Lessee juga
mengadakan negoisasi langsung dengan supplier mengenai harga, syarat-
syarat perawatan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan
pengoperasian barang tersebut.

Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut


kepada supplier dan kemudian barang tersebut diserahkan kepada lessee.
Sebagai imbalan atas jasa pengguanaan barang tersebut lessee akan
membayar secara berkala kepada lessor sejumlah uang yang berupa rental
untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.

Jumlah rental ini secara keseluruhan akan meliputi harga barang yang
dibayar oleh lessor ditambah faktor bunga serta keuntungan pihak lessor.
Selanjutnya capital atau finance lease masih bisa dibedakan menjadi dua
yaitu:

- Direct finance lease

Transaksi ini terjadi jika lessee sebelumnya belum pernah memiliki


barang yang dijadikan objek lease. Secara sederhana bisa dikatakan
bahwa lessor membeli suatu barang atas permintaan lessee dan akan
dipergunakan oleh lessee.

- Sale and lease back

Sesuai dengan namanya, dalam transaksi ini lessee menjual barang


yang telah dimilikinya kepada lessor. Atas barang yang sama ini
kemudian dilakukan suatu kontrak leasing antara lessee dengan lessor.
Dengan memperhatikan mekanisme ini, maka perjanjian ini memiliki
tujuan yang berbeda dibandingkan dengan direct finance lease. Di sini
lessee memerlukan cash yang bisa dipergunakan untuk tambahan
modal kerja atau untuk kepentingan lainnya. Bisa dikatakan bahwa
dengan sistem sale and lease back memungkinkan lessor memberikan
dana untuk keperluan apa saja kepada kliennya dan tentu saja dana
yang dibutuhkan sesuai dengan nilai objek barang lease.

8
2. Operating Lease

Pada operating lease, lessor membeli barang dan kemudian menyewakan


kepada lessee untuk jangka waktu tertentu. Dalam praktik lessee
membayar rental yang besarnya secara keseluruhan tidak meliputi harga
barang serta biaya yang telah dikeluarkan oleh lessor.Didalam menentukan
besarnya pembayaran lease, lessor tidak memperhitungkan biaya-biaya
tersebut karena setelah masa lease berakhir diharapkan harga barang
tersebut masih cukup tinggi. Di sini jelas tidak ditentukan adanya nilai sisa
serta hak opsi bagi lessee.

3. Sales type lease(Lease Penjualan)

Lease penjualan biasanya dilakukan oleh perusahaan industri yang menjual


lease barang hasil produksinya. Dalam kontrak penjualan lease diakui dua
macam pendapatan yaitu pendapatan penjualan barang dan pendapatan
bunga atas jasa pembelanjaan selama jangka waktu lease.

4. Leverage Lease

Pada leasing ini dilibatkan pihak ketiga yang disebut credit provider.
Lessor tidak membiayai objek leasing hingga sebesar 100% dari harga
barang melainkan hanya antara 20% hingga 40%. Kemudian sisa dari
harga barang tersebut akan dibiayai oleh credit provider.

5. Cross Border Lease

Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan
dengan melewati batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan
lessee terletak pada dua negara yang berbeda.

Barang-barang atau peralatan yang ditransaksikan dalam cross border lease


meliputi nilai jutaan dollar Amerika Serikat. Seperti Pesawat terbang
bermesin jet dari Pabrikan Boeing dan Airbus.

2.3 Kegiatan sewa guna usaha (leasing)

9
Dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991
Tanggal 21 November 1991, kegiatan leasing dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu financial leasing dan operational leasing.

- Melakukan sewa guna usaha dengan hak opsi bagi lesse (Financial
leasing)

Pada teknik pembiyaan ini, lesse memiliki hak untuk mengembalikan,


memperpanjang atau membeli barang modal yang di berikan oleh lessor.
Dalam sewa guna ini, lessee yang membutuhkan suatu barang modal
menentukan sendiri jenis dan spesifikasi barang yang dibutuhkan dan
mengadakan negosiasi langsung dengan suplier mengenai harga, syarat-
syarat pemeliharaaan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan
pengoperasian barang tersebut. Lessor hanya akan membayarkan barang
modal tersebut kepada supplier dan diberikan kepada lessee. Setelah itu,
lessee akan membayarkan uang sewa kepada lessor berkala sesuai
dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.

- Melakukan sewa guna usaha dengan hak tanpa opsi bagi lesse (Operating
leasing).

Dalam teknik operating lease, Lessee tidak memiliki opsi untuk memiliki
barang modal yang diberikan lessor. Pihak pemilik objek leasing atau
lessor membeli barang modal dan disewagunausahakan kepada lesee.
Pembayaran periodik yang dilakukan oleh lessee tidak mencangkup
biaya yang dikeluarkan oleh lessor untuk mendapatkan barang modal
tersebut dan bunganya. Penggunaan barang modal pada teknik ini
biasanya dalam jangka waktu yang pendek dan juga lessee dapat
membatalkan perjanjian leasing kapanpun serta mengembalikan barang
modal tersebut kepada lessor.

2.4 Pihak-pihak Yang Terlibat Dalam Sewa Guna Usaha (Leasing)

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pihak – pihak yang terlibat pada
kegiatan leasing. Pihak–pihak ini memiliki peran tersendiri untuk membantu

10
proses kegiatan leasingagar tidak terjadi keasalahan atau penyimpangan
perjanjian. Berikut adalah pihak-pihak yang terlibat:

- Lessor.
Merupakan perusahaan leasing yang membiayai keinginan nasabahnya
untuk memperoleh barang-barang modal. Lessor dalam financial lease
bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk
membiayai barang modal dengan mendapatkan keuntungan.
- Lessee.
Adalah nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor
untuk memperoleh barang modal yang diinginkan.
- Supplier.
Yaitu pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasing sesuai
perjanjian antara lessors dengan lessee dan dalam hal ini suplier juga dapat
bertindak sebagai lessor. Dalam mekanisme financial lease, suplier
langsung menyerahkan barang kepada lease tanpa melalui pihak lessor
sebagai pihak yang memberikan pembiayaan.
- Bank dan kreditur
Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditur lain
tidak terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank
memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor.

2.5 Perjanjian Sewa Guna Usaha

Perjanjian yang dibuat antara lessor dengan lessee disebut “lease agreement”
dimana di dalam perjanjian tersebut memuat kontrak kerja bersyarat antara
kedua belah pihak, lessor dan lessee. Isi kontrak yang dibuat secara umum
memuat antara lain :

1. Nama dan alamat lessee.


2. Jenis barang modal yang diinginkan.
3. Jumlah atau nilai barang yang dileasingkan.
4. Syarat-syarat pembayaran.
5. Syarat-syarat kepemilikan atau syarat lain.

11
6. Biaya-biaya yang dikenakan.
7. Sangsi-sangsi apabila lessee ingkar janji.
8. Dan lain-lainnya.

Jika seluruh persyaratan sudah disetujui, maka pihak lessor akan


menghubungi supplier untuk negosiasi barang dan menghubungi pihak
asuransi untuk menanggung resiko pembayaran oleh lessee, namun dalam
praktiknya dapat pula sebelum nasabah mengajukan permohonan ke
perusahaan leasing, pihak lessee terlebih dulu melakukan negosiasi dengan
suppliernya, kemudian barulah mencari leasing yang akan menjadi lessornya.

2.6 Biaya yang Dikeluarkan Pemohon (Lessee)

Setiap fasilitas yang diberikan oleh perusahaan leasing kepada pemohon


(lessee) akan dikenakan berbagai macam biaya. Biaya - biaya ini besarnya
akan ditentukan oleh masing - masing perusahaan leasing. Artinya antara
perusahaan leasing biaya yang dibebankan kepada lessee tidak sama. Besar
kecilnya biaya yang dikenakan terhadap nasabahnya akan mempengaruhi
keuntungan yang diterima oleh perusahaan leasing. Adapun biaya - biaya
yang dibebankan kepada lessee biasanya terdiri dari :

1. Biaya Administrasi.
2. Biaya materai untuk perjanjian/apraisal.
3. Biaya Bunga terhadap barang yang dileasekan.
4. Premi Asuransi yang disetor kepada pihak asuransi.

Di antara biaya - biaya diatas, perolehan biaya bunga merupakan perolehan


terbesar sehingga keuntungan yang diperoleh pun terbesar dari bunga yang
dibebankan kepada para lessee tersebut.

2.7 Sangsi-sangsi yang Diberikan Dari Sewa Guna Usaha

Seperti jenis pinjaman lainnya bahwa tidak semua pinjaman berjalan mulus
atau berjalan sesuai prosedur yang ada, sekalipun sudah melalui prosedur
yang benar. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Begitu pula dengan
perusahaan leasing jelas tidak semua barang modal yang dibiayai akan

12
terlunasi sesuai dengan rencama, oleh karena itu perlu ada tindakan lebih
lanjut bagi lessee yang lalai berupa sangsi-sangsi yang telah disepakati.
Sangsi - sangsi yang diberikan pihak lessor kepada pihak lessee apabila
lessee ingkar janji atau tidak memenuhi kewajibannya kepada pihak lessor
sesuai perjanjian yang telah disepakati adalah sebagai berikut :

1. Berupa teguran lisan supaya segera melunasi.


2. Jika teguran lisan tidak digubris, maka akan diberikan teguran tertulis.
3. Dikenakan denda sesuai perjanjian.
4. Penyitaan barang yang dipegang oleh lessee.

2.8 Mekanisme Dari Sewa Guna Usaha

Leasing pada prinsipnya merupakan suatu industri multidisiplin yang meliputi


antara lainbidang perpajakan, keuangan, dan konsep akuntansi. Penerapan
dasar dari konsep leasing ini adalah terjadi transaksi antara lessor yang
memberikan barang modal dan lesseeyang membayar uang sewa dari barang
modal tersebut.

Pada prakteknya, leasing memiliki beberapa unsur – unsur yang ada pada
perjanjian seperti pembiayaan perusahaan, penyediaan barang – barang
modal, jangka waktu leasing, pembayaran secara berkala, adanya hak pilih
(opsi) atau tidak dan adakah nilaisisa yang disetujui. Dimana dalam
perjanjian leasing akan memuat informasi pribadi mengenai lessee,
bagaimana cara pembayaran, barang yang dinginkan lessee, syarat
kepemilikannya, jangka waktu leasing, serta kewajiban – kewajiban yang
harus dijalani oleh lessor dan lessee. Perjanjian tersebut disebut dengan lease
agreement. Untuk mencapai persetujuan itu, lessee harus melakukan prosedur
permohonan fasilitas sebagai berikut :

- Lessee menghubungi supplier untuk pemilihan dan penentuan jenis


barang,spesifikasi, harga, jangka waktu pengiriman, jaminan purnajual
atas barang yang akan di-lease
- Lessee melakukan negosiasi denagn lessor mengenai kebutuhan
pembiayaan barang modal. Pada tahap awal ini, lessee dapat meminta

13
lease quotation ini dimuat mengenai syarat-syarat pokok pembiayaan
leasing antara lain : keterangan barang, cash security deposit, residual
value, asuransi, biaya, administrasi, jaminan uang sewa dan persyaratan-
persyaratan lainnya.
- Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lessee
yang berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai
barang modal yang dibutuhkan lessee. Apabila lessee menyetujui semua
ketentuan dan persayaratan dalam letter of offer, kemudian lessee
menandatangani dan mengembalikannya kepada lessor.
- Penandatanganan kontrak leasing setelah semua persyaratan
dipenuhi lessee. Kontrak leasing tersebut sekurang-kurangnya mencakup
hal-hal antara lain : pihak-pihak yang terlibat, hak milik, jangka waktu,
jasa leasing, opsi bagi lessee, penutupan asuransi, tanggung jawab atas
objek leasing, perpajakan, jadwal pembayaran angsuran sewa dan
sebagainya.
- Pengiriman order beli kepada supplier disertai instruksi pengiriman
barang kepada lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang
telah disetujui.
- Pengriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan.
Selanjutnya lessee menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar
dan diserahkankepada supplier.
- Penyerahan dokumen oleh supplier kepada lessor termasuk faktur dan
bukti-bukti kepemilikan barang lainnya.
- Pembayaran oleh lessor kepada supplier.
- Pembayaran angsuran (lease payment) secara berkala
oleh lessee kepada lessorselama masa sewa guna usaha yang seluruhnya
mencakup pengembalian jumlah yang dibiayai serta bungannya atau jika
tidak menggunakan opsi makan tidak perlu menggunakan bunga.

2.9 Perkembangan Leasing di Indonesia

Usaha leasing (sewa guna usaha) sebenarnya sudah ada sejak tahun 2000 SM
yang dilakukan oleh orang-orang sumeria. Dokumen-dokumen yang

14
ditemukan dari kebudayaan sumeria menunjukan bahwa transaksi leasing
meliputi leasing peralatan, penggunaan tanah, dan binatang piaraan. Dalam
perkembangan berikutnya, banyak system hukum mencantumkan leasing
sebagai salah satu metode pembiayaan. Perkembangan usaha di bidang
industry pertanian, manufaktur, dan transportasi membawa banyak jenis
peralatan yang memungkinkan untuk dibiayai dengan cara leasing. Kegiatan
usaha leasing baru diperkenalkan pada tahun 1974 dengan surat keputusan
bersama Menteri keuangan, Menteri perindustrian, dan Menteri Perdagangan
Nomor Kep.122/MK/IVi2/1974, Nomor 32/M/SK/2/1974, dan Nomor 301
Kpb/II74 tertanggal 7 januari 1974 tentang perizinan usaha Leasing.
Selanjutnya, Menteri Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan
no.6491MKIIV/5/1974 tertanggal 6 Mei 1974 yang mengatur mengenai
ketentuan tata cara perizinan dan kegiatan usaha leasing di Indonesia. Untuk
mendukung perkembangannya, Menteri keuangan mengeluarkan surat
keputusan Nomor 650/MK/IV/511974 tertanggal 6 Mei 1974 tentang
penegasan ketentuan Pajak Penjualan dan besarnya Bea Materai terhadap
Usaha Leasing. Dengan dikeluarkannya kebijaksanaan deregulasi 20
Desember 1988 atau disebut Pakdes 20 1998 kegiatan usaha Leasing
termasuk dalam perusahaan pembiayaan. Di samping itu, Keppres Nomor 61
tahun1988 dan keputusan menteri keuangan Nomor
1251/KMK.013/1988tanggal 20 Desember 1988 merupakan bagian dari
Pakdes 88 dimana lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang
modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.
Ketentuan minimum modal disetor untuk pendirian suatu perusahaan
pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha leasing diatur dalam Pakdes 20
tahun 1988 dengan keputusan dengan keputusan Menteri Keuangan Nomor
1251/KMK.013/1988tanggal 20 Desember 1988, dimana jumlah modal
disetor atau simpanan wajib dan pokok ditetapkan sebagai berikut :

- Perusahaan swasta nasional sebesar Rp 3 miliar


- Perusahaan patungan Indonesia asing sebesar Rp 10 miliar

15
- Koperasi sebesar Rp 3 miliar

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 Tanggal 21


November 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (leasing).

Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediian barang modal


baik secara leasing dengan hak opsi (finance lease) maupun leasing tanpa hak
opsi atau sewa guna usaha biasa (operating lease) untuk digunakan oleh
lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Yang dimaksud dengan finance lessee adalah kegiatan leasing dimana lessee
pada akhir kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing
berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sedangkan yang dimaksud dengan
operating lease adalah kegiatan leasing dimana lessee pada akhir kontrak
tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek leasing.

Contoh Perusahaan Leasing

Perusahaan leasing yang berdiri sendiri atau independent dari supplier/


produsen. Perusahaan dapat memperoleh barang dari berbagai
supplier/produsen.

Contoh :

Adira, WOM, SOF (Summit Oto Finance), FIF (Federal International


Finance- Honda) CAPTIVE LESSOR Perusahaan leasing yang didirikan
sendiri oleh produsen untuk membiayai penjualan produk-produknya.

Perusahaan leasing yang mempertemukan calon lessee dengan pihak lessor


yang membutuhkan barang dengan cara leasing. Perusahaan ini juga dapat
memberikan jasa-jasa yang dibutuhkan dalam leasing seperti pendanaan dan
barang, tetap dalam fungsinyasebagai penghubung, seperti : Era, Mentari,
Ray White, Columbia, Columbus.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan semakin berkembangya dunia bisnis, maka semakin banyak


perusahaan yang terjun ke dunia bisnis. Dengan semakin
banyaknyaperusahaan yang terjun ke dunia bisnis, maka semakin banyak
kebutuhandana dan modal yang harus dipenuhi oleh berbagai perusahaan.
Haltersebut mendorong industry bisnis yang bergerak dalam
bidangpembiayaan yang disebut lembaga pembiayaan.

Leasing termasuk ke dalam salah satu bentuk lembaga pembiayaan


karenayang dikatakan dengan lembaga pembiayaan adalah suatu badan
usahayang di dalam melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaandana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara
langsung dari masyarakat. Sedangkan leasing adalah setiap kegiatan
pembiayaanperusahaan dalam bentuk penyediaan barang – barang modal
untuk digunakan oleh suatu perusahaan, untuk jangka waktu tertentu,
berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie)
bagiperusahaan tersebut untuk membeli barang -barang modal yang
bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilaisisa
yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu, leasing termasuk salahsatu
jenis lembaga pembiayaan karena leasing membiayai perusahaan dalam
bentuk penyediaan barang modal.

Peerjanjian sewa guna usaha yang lahir pada prosedur mekanisme leasing
terdiri dari ketentuan-ketentuan yang salah satunya adalah ketentuan
mengenai tanggung jawab para pihak terhadap obyek leasing. pemabagian
dan pengaturan mengenai tanggung jawab para pihak terhadap obyek leasing
tersebut pada umumnya dipengaruhi dan ditentukan oleh jenis pembiayaan
yang terdapat dalam perjanjian leasing itu sendiri, namun secara khusus
pembagian dan pengaturan tersebut pada dasranya harus didasarkan pada

17
kesepakatan para pihak dalam perjanjian. sedangkan untuk pelaksanaannya
harus dilakukan berdasarkan undang-undang.

3.2 Saran

Dengan mengenal perusahaan leasing dengan baik diharapkan untuk pembaca


bisa terhindar dari penipuan yang berlandaskan perusahaan leasing.

18
DAFTAR PUSTAKA

Subagyo, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Ke-2, (Yogyakarta:


Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 2002)

Dr. Faried Wijaya M., M.A. Lembaga-Lembaga Keuangan Dan Keuangan, Edisi
Ke-2. Yogyakarta: BPFE, 1991.

Drs. Herman Darmawi . Pasar Finansial Dan Lembaga-Lembaga Finansial,


(Jakarta: Pt. Bumi Aksara,2006)

Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Ke-6, Jakarta: Pt Raja
Grafindo Persada, 2002

Totok Budisantoso, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Ke-2, (Jakarta:
Salemba Empat, 2006),

Sri Susilo Dkk, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba Empat,
2000).

Thomas Suyatno, KelembagaanPerbankan, (Jakarta: PT Grafindo Pustaka Utama,


1999)

https://miswarymyusuf.blogspot.com/2017/01/makalah-sewa-guna-usaha-
leasing.html

19

Anda mungkin juga menyukai