By :
PURWOKERTO
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai “Sewa Guna Usaha (Leasing)”.
Makalah ini telah dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun makalah kami. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1
3
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk menjalankan suatu usaha maka kita memerlukan modal yang tidak
sedikit. Apalagi kita juga membutuhkan barang-barang modal untuk
menjalankan suatu usaha tersebut, agar kita dapat menjalankan suatu usaha
dengan lancar maka kita membutuhkan suatu lembaga untuk memperoleh
suatu dana usaha, lembaga ini dinamakan leasing.
4
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi sewa guna usaha (leasing)
2. Memahami apa saja jenis-jenis dari sewa guna usaha (leasing)
3. Mengetahui kegiatan sewa guna usaha (leasing)
4. Mengetahui siapa saja yang terlibat dalam sewa guna usaha (leasing)
5. Mengetahui mekanisme dari sewa guna usaha (leasing)
6. Mengetahui isi perjanjian dari sewa guna usaha (Leasing)
7. Mengetahui apa saja biaya yang dikeluarkan oleh pemohon (Lessee)
8. Mengetahui apa saja sangsi-sangsi yang diberikan oleh sewa guna usaha
(leasing)
9. Mengetahui perkembangan leasing di Indonesia
5
BAB II
PEMBAHASAN
Leasing berasal dari bahasa Inggris “to lease” yang berarti menyewakan.
Namun leasingmempunyai persyaratan tertentu, sehingga tidak bisa
disamakan dengan sewa-menyewa biasa. Leasing atau yang lebih sering
disebut dengan sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan
perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk digunakan oleh
suatu perusahaan selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-
pembayaran secara berkala disertai hak pilih (opsi) bagi perusahaan tersebut
untuk membeli barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka
waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.
6
dimaksud dengan operating lease adalah kegitan leasing dengan lesse pada
akhir kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek leasing.
Definisi
Defenisi leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan dalam
pembiyaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan
oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut
untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang
jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati
bersama.
Istilah
Ada beberapa istilah yang dikenal dalam leasing (sewa guna usaha) yaitu :
- Lease: suatu kontrak sewa atas penggunaan harta untuk suatu periode
tertentu dengan sewa trtentu.
- Lessee: pemakaian aktiva yang akan di lease. Perusahaan atau perorangan
yang menggunakan barang modal dengan pembiyaan dari pihak
perusahaan leasing.
- Lessor:copemilik dari aktiva yang akan dilease
- Laese term: jangka waktu lease yang di tetap dan tidak dapat dibatalkan.
- Residual Value: nilai leased asset yang diperkirakan dapat direalisasi pada
akhir periode sewa.
- Security Deposit (SD): Jaminan kas yang diminta lessoruntuk menjamin
pembayaran sewa atau kewajiban sewa lainnya.
1. Capital Lease
Perusahaan leasing pada jenis ini berlaku sebagai suatu lembaga keuangan.
Lessee yang akan membutuhkan suatu barang modal menentukan sendiri
7
jenis serta spesifikasi dari barang yang dibutuhkan. Lessee juga
mengadakan negoisasi langsung dengan supplier mengenai harga, syarat-
syarat perawatan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan
pengoperasian barang tersebut.
Jumlah rental ini secara keseluruhan akan meliputi harga barang yang
dibayar oleh lessor ditambah faktor bunga serta keuntungan pihak lessor.
Selanjutnya capital atau finance lease masih bisa dibedakan menjadi dua
yaitu:
8
2. Operating Lease
4. Leverage Lease
Pada leasing ini dilibatkan pihak ketiga yang disebut credit provider.
Lessor tidak membiayai objek leasing hingga sebesar 100% dari harga
barang melainkan hanya antara 20% hingga 40%. Kemudian sisa dari
harga barang tersebut akan dibiayai oleh credit provider.
Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan
dengan melewati batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan
lessee terletak pada dua negara yang berbeda.
9
Dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991
Tanggal 21 November 1991, kegiatan leasing dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu financial leasing dan operational leasing.
- Melakukan sewa guna usaha dengan hak opsi bagi lesse (Financial
leasing)
- Melakukan sewa guna usaha dengan hak tanpa opsi bagi lesse (Operating
leasing).
Dalam teknik operating lease, Lessee tidak memiliki opsi untuk memiliki
barang modal yang diberikan lessor. Pihak pemilik objek leasing atau
lessor membeli barang modal dan disewagunausahakan kepada lesee.
Pembayaran periodik yang dilakukan oleh lessee tidak mencangkup
biaya yang dikeluarkan oleh lessor untuk mendapatkan barang modal
tersebut dan bunganya. Penggunaan barang modal pada teknik ini
biasanya dalam jangka waktu yang pendek dan juga lessee dapat
membatalkan perjanjian leasing kapanpun serta mengembalikan barang
modal tersebut kepada lessor.
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pihak – pihak yang terlibat pada
kegiatan leasing. Pihak–pihak ini memiliki peran tersendiri untuk membantu
10
proses kegiatan leasingagar tidak terjadi keasalahan atau penyimpangan
perjanjian. Berikut adalah pihak-pihak yang terlibat:
- Lessor.
Merupakan perusahaan leasing yang membiayai keinginan nasabahnya
untuk memperoleh barang-barang modal. Lessor dalam financial lease
bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk
membiayai barang modal dengan mendapatkan keuntungan.
- Lessee.
Adalah nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor
untuk memperoleh barang modal yang diinginkan.
- Supplier.
Yaitu pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasing sesuai
perjanjian antara lessors dengan lessee dan dalam hal ini suplier juga dapat
bertindak sebagai lessor. Dalam mekanisme financial lease, suplier
langsung menyerahkan barang kepada lease tanpa melalui pihak lessor
sebagai pihak yang memberikan pembiayaan.
- Bank dan kreditur
Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditur lain
tidak terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank
memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor.
Perjanjian yang dibuat antara lessor dengan lessee disebut “lease agreement”
dimana di dalam perjanjian tersebut memuat kontrak kerja bersyarat antara
kedua belah pihak, lessor dan lessee. Isi kontrak yang dibuat secara umum
memuat antara lain :
11
6. Biaya-biaya yang dikenakan.
7. Sangsi-sangsi apabila lessee ingkar janji.
8. Dan lain-lainnya.
1. Biaya Administrasi.
2. Biaya materai untuk perjanjian/apraisal.
3. Biaya Bunga terhadap barang yang dileasekan.
4. Premi Asuransi yang disetor kepada pihak asuransi.
Seperti jenis pinjaman lainnya bahwa tidak semua pinjaman berjalan mulus
atau berjalan sesuai prosedur yang ada, sekalipun sudah melalui prosedur
yang benar. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Begitu pula dengan
perusahaan leasing jelas tidak semua barang modal yang dibiayai akan
12
terlunasi sesuai dengan rencama, oleh karena itu perlu ada tindakan lebih
lanjut bagi lessee yang lalai berupa sangsi-sangsi yang telah disepakati.
Sangsi - sangsi yang diberikan pihak lessor kepada pihak lessee apabila
lessee ingkar janji atau tidak memenuhi kewajibannya kepada pihak lessor
sesuai perjanjian yang telah disepakati adalah sebagai berikut :
Pada prakteknya, leasing memiliki beberapa unsur – unsur yang ada pada
perjanjian seperti pembiayaan perusahaan, penyediaan barang – barang
modal, jangka waktu leasing, pembayaran secara berkala, adanya hak pilih
(opsi) atau tidak dan adakah nilaisisa yang disetujui. Dimana dalam
perjanjian leasing akan memuat informasi pribadi mengenai lessee,
bagaimana cara pembayaran, barang yang dinginkan lessee, syarat
kepemilikannya, jangka waktu leasing, serta kewajiban – kewajiban yang
harus dijalani oleh lessor dan lessee. Perjanjian tersebut disebut dengan lease
agreement. Untuk mencapai persetujuan itu, lessee harus melakukan prosedur
permohonan fasilitas sebagai berikut :
13
lease quotation ini dimuat mengenai syarat-syarat pokok pembiayaan
leasing antara lain : keterangan barang, cash security deposit, residual
value, asuransi, biaya, administrasi, jaminan uang sewa dan persyaratan-
persyaratan lainnya.
- Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lessee
yang berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai
barang modal yang dibutuhkan lessee. Apabila lessee menyetujui semua
ketentuan dan persayaratan dalam letter of offer, kemudian lessee
menandatangani dan mengembalikannya kepada lessor.
- Penandatanganan kontrak leasing setelah semua persyaratan
dipenuhi lessee. Kontrak leasing tersebut sekurang-kurangnya mencakup
hal-hal antara lain : pihak-pihak yang terlibat, hak milik, jangka waktu,
jasa leasing, opsi bagi lessee, penutupan asuransi, tanggung jawab atas
objek leasing, perpajakan, jadwal pembayaran angsuran sewa dan
sebagainya.
- Pengiriman order beli kepada supplier disertai instruksi pengiriman
barang kepada lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang
telah disetujui.
- Pengriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan.
Selanjutnya lessee menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar
dan diserahkankepada supplier.
- Penyerahan dokumen oleh supplier kepada lessor termasuk faktur dan
bukti-bukti kepemilikan barang lainnya.
- Pembayaran oleh lessor kepada supplier.
- Pembayaran angsuran (lease payment) secara berkala
oleh lessee kepada lessorselama masa sewa guna usaha yang seluruhnya
mencakup pengembalian jumlah yang dibiayai serta bungannya atau jika
tidak menggunakan opsi makan tidak perlu menggunakan bunga.
Usaha leasing (sewa guna usaha) sebenarnya sudah ada sejak tahun 2000 SM
yang dilakukan oleh orang-orang sumeria. Dokumen-dokumen yang
14
ditemukan dari kebudayaan sumeria menunjukan bahwa transaksi leasing
meliputi leasing peralatan, penggunaan tanah, dan binatang piaraan. Dalam
perkembangan berikutnya, banyak system hukum mencantumkan leasing
sebagai salah satu metode pembiayaan. Perkembangan usaha di bidang
industry pertanian, manufaktur, dan transportasi membawa banyak jenis
peralatan yang memungkinkan untuk dibiayai dengan cara leasing. Kegiatan
usaha leasing baru diperkenalkan pada tahun 1974 dengan surat keputusan
bersama Menteri keuangan, Menteri perindustrian, dan Menteri Perdagangan
Nomor Kep.122/MK/IVi2/1974, Nomor 32/M/SK/2/1974, dan Nomor 301
Kpb/II74 tertanggal 7 januari 1974 tentang perizinan usaha Leasing.
Selanjutnya, Menteri Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan
no.6491MKIIV/5/1974 tertanggal 6 Mei 1974 yang mengatur mengenai
ketentuan tata cara perizinan dan kegiatan usaha leasing di Indonesia. Untuk
mendukung perkembangannya, Menteri keuangan mengeluarkan surat
keputusan Nomor 650/MK/IV/511974 tertanggal 6 Mei 1974 tentang
penegasan ketentuan Pajak Penjualan dan besarnya Bea Materai terhadap
Usaha Leasing. Dengan dikeluarkannya kebijaksanaan deregulasi 20
Desember 1988 atau disebut Pakdes 20 1998 kegiatan usaha Leasing
termasuk dalam perusahaan pembiayaan. Di samping itu, Keppres Nomor 61
tahun1988 dan keputusan menteri keuangan Nomor
1251/KMK.013/1988tanggal 20 Desember 1988 merupakan bagian dari
Pakdes 88 dimana lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang
modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.
Ketentuan minimum modal disetor untuk pendirian suatu perusahaan
pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha leasing diatur dalam Pakdes 20
tahun 1988 dengan keputusan dengan keputusan Menteri Keuangan Nomor
1251/KMK.013/1988tanggal 20 Desember 1988, dimana jumlah modal
disetor atau simpanan wajib dan pokok ditetapkan sebagai berikut :
15
- Koperasi sebesar Rp 3 miliar
Contoh :
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peerjanjian sewa guna usaha yang lahir pada prosedur mekanisme leasing
terdiri dari ketentuan-ketentuan yang salah satunya adalah ketentuan
mengenai tanggung jawab para pihak terhadap obyek leasing. pemabagian
dan pengaturan mengenai tanggung jawab para pihak terhadap obyek leasing
tersebut pada umumnya dipengaruhi dan ditentukan oleh jenis pembiayaan
yang terdapat dalam perjanjian leasing itu sendiri, namun secara khusus
pembagian dan pengaturan tersebut pada dasranya harus didasarkan pada
17
kesepakatan para pihak dalam perjanjian. sedangkan untuk pelaksanaannya
harus dilakukan berdasarkan undang-undang.
3.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Faried Wijaya M., M.A. Lembaga-Lembaga Keuangan Dan Keuangan, Edisi
Ke-2. Yogyakarta: BPFE, 1991.
Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Ke-6, Jakarta: Pt Raja
Grafindo Persada, 2002
Totok Budisantoso, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Ke-2, (Jakarta:
Salemba Empat, 2006),
Sri Susilo Dkk, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba Empat,
2000).
https://miswarymyusuf.blogspot.com/2017/01/makalah-sewa-guna-usaha-
leasing.html
19