Disusun Oleh :
Pembimbing :
dr. Lanny Pratiwi, Sp.KJ
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan YME karena segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap kesulitan hamba-
Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul Gangguan
Cemas YTT (F41.9). Tugas ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari yang diharapkan
oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis akan senang menerima kritik dan
saran demi perbaikan dan kesempurnaan tugas ini. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis secara khusus.
3
LAPORAN KASUS PSIKIATRI
A. IDENTITAS PASIEN
NAMA : Tn. NB
UMUR : 29 tahun
JENIS KELAMIN : Laki-laki
STATUS PERKAWINAN : Sudah Menikah
AGAMA : Islam
WARGA NEGARA : Indonesia
SUKU BANGSA : Bugis
PENDIDIKAN : SMA
PEKERJAAN : Wiraswasta
ALAMAT : Bontorita
B. RIWAYAT PSIKIATRI
1. Keluhan Utama
Susah Tidur
4
pasien akan hilang jika pasien melakukan aktivitas dan timbul saat
tidak beraktivitas. Hal yang di cemasi pasien bermacam-macam,
seperti takut mati dan hal-hal apapun di kehidupan pasien. Saat timbul
cemas pasien sulit tidur, keringat dingin, jantung berdebar, dan gelisah.
Keluhan cemas pasien tidak berhubungan dengan tempat dan keadaan
tertentu. Pasien tidak mempunyai ketakutan pada suatu objek atau
situasi tertentu. Pasien juga mengeluhkan susah tidur dan sulit dalam
memulai waktu tidur. Namun ketidak-puasan terhadap kuantitas dan
kualitas tidur pasien tidak menyebabkan penderitaan yang berat dan
tidak mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan pasien. Pasien
jugat tidak ada riwayat trauma/kejadian yang membuat stres. Serta
pasien tidak punya pikiran dan dorongan yang berulang-ulang dalam
memikirkan & melakukan sesuatu yang disadarai. Tidak ada riwayat
keluhan yang sama dalam keluarga.
b. Hendaya/Disfungsi
Hendaya sosial (-)
Hendaya pekerjaan (-)
Hendaya waktu senggang (-)
5
5. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Tidak ada informasi
6
(8) Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien merasa kehidupannya seperti anak pada usianya dan
bahagia.
C. STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Seorang laki-laki memakai baju kemeja, jaket warna abu-abu, celana
panjang berwarna biru gelap, dan tas selempang kecil berwarna coklat.
Wajah sesuai umur. Perawatan diri baik.
b. Kesadaran
Kualitas : baik
Kuantitas : GCS 15 yaitu E4M6V5
2. Keadaan Afektif
a. Mood : Eutimia
b. Afek : Apropriate
c. Keserasian : Serasi
d. Empati : Dapat dirabarasakan
c. Daya Ingat
(1) Jangka panjang : baik
(2) Jangka sedang : baik
(3) Jangka segera : baik
7
f. Bakat Kreatif : Mendesign
4. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi : tidak ada
b. Ilusi : tidak ada
c. Depersonalisasi : tidak ada
d. Derealisasi : tidak ada
5. Pikiran
a. Bentuk Pikiran : realistik
b. Arus Pikiran : relevant
c. Isi Pikiran
(1) Preokupasi : tidak ada
(2) Gangguan Pikiran : waham tidak ada
6. Pengendalian Impuls
Baik
Pemeriksaan Fisik
- Kepala : Konjungtiva anemis (-/-)
- Thorax : Bunyi pernapasan vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)
- Cor :Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), HR 84 x/
menit (palpitasi)
8
- Abdomen : Inspeksi normal, Organomegali (-), Nyeri tekan (-)
Peristaltik (+) normal
2. Status Neurologis
9
trauma/kejadian yang mebuat stres. Serta pasien tidak punya pikiran dan
dorongan yang berulang-ulang dalam memikirkan & melakukan sesuatu yang
disadarai. Tidak ada riwayat keluhan yang sama dalam keluarga.
Seorang laki-laki memakai baju kemeja, jaket warna abu-abu, celana
panjang berwarna biru gelap, dan tas selempang kecil berwarna coklat. Wajah
sesuai umur 29 tahun. Perawatan diri baik. Pasien tampak tenang dan
kooperatif saat autoanamnesis. Tidak ada hendaya/disfungsi social, pekerjaan,
dan penggunaan waktu senggang.
Keadaan afektif pasien dalam hal ini mood eutimia, afek apropriate,
keserasian serasi, empati dapat dirabarasakan. Gaya bicara spontan dan logis.
Fungsi intelektual baik.
Gangguan persepsi pasien tidak ada. Bentuk pikir realistik, Arus pikir
relevan. Gangguan Isi pikir tidak ada. Norma sosial, uji daya nilai dan
penilaian realitas baik. Pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya
disertai motivasi untuk mencapai perbaikan. Taraf dapat dipercaya.
Status internus dan status neurologis pasien tampak normal.
10
Cemas tidak berhubungan dengan suatu keadaan atau objek tertentu,
sehingga gangguan anxietas fobik dapat disingkirkan. Gejala cemas tidak
disertai perilaku obsesif - kompulsif yang tidak menyenangkan.
Tidak ada peristiwa traumatik sebelumnya yang terjadi dan pasien tidak
pernah merasakan kilas balik (flashback) akan suatu kejadian tertentu yang
mencetuskan cemas, sehingga Gangguan Stress Pasca Trauma dapat
disingkirkan.
Pada kasus ini, cemas dialami tidak sepanjang hari, dan tidak terbatas
pada situasi tertentu (free floating), disertai oleh khawatir akan nasib buruk,
overaktivitas otonom dimana jantung berdebar, sakit kepala, gemetaran,
keringat dingin. Selain itu terdapat keluhan somatik, yaitu nyeri perut kiri atas
dan sakit kepala jika cemas datang dan hilang ketika cemas juga menghilang.
Unsur cemas ada dan riwayat penggunaan obat-obat terlarang ada, sehingga
berdasarkan PPDGJ – III, didiagnosis sebagai Gangguan Metal Dan
Perilaku Akibat Penggunaan Stimulansia Lain Termasuk Kafein Dengan
Keadaan Putus Zat Tanpa Komplikasi (F15.30)
Aksis II
Tidak terdapat ganggguan kepribadian dan ciri kepribadian tidak khas.
Tidak ada diagnosis pada aksis II (Z 03.2).
Aksis III
Tidak ada diagnosis
Aksis IV
Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Aksis V
GAF Scale 80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam
sosial
G. PROGNOSIS
Factor Pendukung
1. Tidak adanya kelainan organik dan neurologik
2. Keluarga mendukung kesembuhan pasien
3. Pasien sudah rajin kontrol dan minum obat
4. Pasien menyadari dirinya sakit dan memiliki keinginan yang penuh
untuk berobat.
11
Faktor Penghambat
1. Tidak ada.
H. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka
R/ Benzodiazepin
R/ Non Benzodiazepin
2. Psikoterapi
12
pola penggunaan berulang yang menghasilkan konsekuensi yang merusak.
Konsekuensi yang merusak bisa termasuk kegagalan untuk memenuhi
tanggung jawab utama seseorang (misalnya: sebagai pelajar, sebagai pekerja,
atau sebagai orang tua), menempatkan diri dalam situasi di mana penggunaan
zat secara fisik berbahaya (contoh mencampur minuman dan penggunaan
obat), berhadapan dengan masalah hukum berulang kali yang meningkat
karena penggunaan obat. Memiliki masalah sosial atau interpersonal yang
kerap muncul karena penggunaan zat (contoh: berkelahi karena mabuk.
13
Benzodiazepin dimulai dari dosis terendah dan terus ditingkatkan
sampai mencapai respon terapi dengan lama pengobatan 2 – 6 minggu
dilanjutkan tappering off 1-2 minggu. Buspirone menimbulkan efek klinis
setelah 2-3 minggu. Oleh karena itu, umumnya digunakan benzodiazepine dan
buspiron secara bersamaan, kemudian dilakukan tappering off benzodiazepine
setelah 2-3 minggu.
J. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit, serta melihat
efektifitas obat yang diberikan dan kemungkinan efek samping yang terjadi.
14
AUTOANAMNESIS TANGGAL 18 Juli 2017
Dokter Muda (DM), Pasien (P)
DM : Assalamu alaikum pak, Perkenalkan saya Gede dokter muda yang bertugas
di sini
DM : Nama bapak siapa ?
P : Nur Bahrun, dok.
DM : Usianya berapa pak ?
P : 29 Tahun dok.
DM : Pekerjaannya dan alamatnya dimana pak ?
P : Pekerjaannya wiraswasta, alamatnya di bontorita dok.
DM : Boleh pak Bahrun ceritakan, apa yang membuat bapak datang ke poli ini ?
P : Saya susah tidur dok.
DM : Sudah berapa lama bapak mengalami gangguan ini ?
P : Sejak tahun 2013 dok.
DM : Bisa bapak ceritakan awal mulanya bagaimana kita rasakan pak ?
P : Begini dok, awalnya itu tahun 2013 saya susah tidur dan di rawatkan di RS
Pelamonia karena saya merasa jantungku berdebar-debar, pusing kepala, sakit
perutku (lambung), susahka berjalan, sesak napas, serasa tifuska, dan merasa
kaya mau mati saya rasa dok. Terus dilakukan pemeriksaan, hasilnya normal
dok. Sebenarnya saya bekas pemakaika juga dok. Setelah berhentika, timbulki
gejala itu. Terus di konsulma ke jiwa (awalnya interna) dan di berikanma obat.
Saya minummi obatnya dan setelah beberapa bulan saya minum enakmi saya
rasa. Bisama tidur, nda cemasma, nda takutma, tidak timbumi gejalaku.
DM : Terus kenapaki bisa ke sini pak (RS Syekh Yusuf) pak ?
P : Nah, setelah baikmi saya rasa, berhentima minum obat dan kontrol ke dokter.
Awalnya biasa-biasaji tapi setelah beberapa tahun, awal akhir 2016 atau awal
2017 saya rasa timbul lagi gejala-gejala seperti yang lalu-lalu. Saya kenal ki
ini gejalaku mirip dengan gejala tahun lalu tapi tidak seberat tahun lalu. Tapi
kubiarkan dulu. Setelah itu, datangma ke rumah sakit (RS Syekh Yusuf) untuk
15
berobat dan syukur baikan ma sekarang. Tapi tidak mauma berhenti minum
obat.
DM : Sejak kapanki menjadi pengguna pak ?
P : Sejak tahun 2013, awal tahunlah dok.
DM : Siapa kasikanki ?
P : Temanku, awalnya dia kasikanka barang dan saya cobami.
DM : Kenapaki mau coba ?
P : Karena di kasihka, terus kebetulan banyak masalah dan pikiranku waktu itu.
Saya cobami. Lama-lama ketagihanma dok.
DM : Terus kenapaki bisa terputus gunakan obat itu pak ?
P : Anu dok, tidak cukup uangku. Jadinya sedikit ku beli. Tapi setelah itu tidak
belima juga karena karena nda cukup uang.
DM : Ada kita rasa cemas juga pak ?
P : Ada dok.
DM : Bagaimana cemasta itu kita rasakan ?
P : Cemaska kayak takutka di ambil nyawaku.
DM : Selain takutki diambil nyawata, apa lagi kita pikir ?
P : Macam-macam dok, apa saja tentang orang-orang di dekatku, pekerjaan.
DM : Sewaktu cemaski timbul apa yang kita rasakan ?
P : Kalau cemasma itu dok kakiku tanganku keringat dingin, sesakka, sakit
kepalaku, gelisah.
DM : Berdebarki juga kita rasa ?
P : Ia dok, berdebarka juga.
DM : Cemasta setiap hari kita rasakan ?
P : Hampir setiap hari dok.
DM : Tidak ada hari yang merasaki tidak cemas ?
P : Kalu bekerjaka dok, tidak adami cemas saya rasa. Tapi kalau nda
beraktivitaska timbul cemasku.
DM : Berarti kalau teralihkanmi pikiranta, kita nda merasa cemasmi lagi ?
P : Iye dok.
16
DM : Ada kita dengar bisikan-bisikan pak ?
P : Tidak ada dok
DM : Merasaki punya kekuatan atau merasa ada yang ikutiki bahkan sampai mau
celakakanki ?
P : Tidak ada dok.
DM : Tidurta ia pak, bagaiama kita rasakan terganggunya ?
P : Terganggu tidurku dok, biasa beberapa hari susahka tidur dok.
DM : Tidak tergangguji aktivitasta pagi hari ?
P : Tidakji dok tapi biasa kalau siang tidurka.
DM : Tapi sekarang bagaimana kita rasa cemas sama susah tidurta ?
P : Baikmi dok, tidak timbulmi lagi keluhanku.
DM : Tidak ada betulmi timbul cemasta atau susah tidurta lagi ? atau sekali-sekaliji
?
P : kalau tidur, tidakmi dok. Kalau cemas masih ada sedikit tapi nda
menggagguji dok.
DM : Di tauji sama keluargata ini keluhanta ?
P : Iya, dia tauji.
DM : Pernah tidak bapak berpikir pesimis terhadap hidup bapak bahkan sampai
pernah terpikir untuk mengakhiri hidup ?
P : Pernah dok, tapi waktu tahun lalu yang 2013 dok. Tapi sekarang tidakmi.
DM : Ada benda-benda atau object yang kita takuti pak yang bisa buatki cemas ?
P : Tidak ada dok.
DM : Sebelumnya pernahki ada riwayat kejadian yang buatki ketakutan sekali ?
P : Tidak pernahji ada dok kejadian-kejadian yang menakutkan yang pernah
terjadi.
DM : Kalau pikiran-pikiran yang mauki melakukan sesuatu yang berulang-ulang
karena takutki hal-hal lain dapat terjadi. Seperti cek pintu apakah sudah
terkunci atau tidak, yang kita lakukan berulang-ulang ?
P : Oh, kalau begitu tidak pernahji dok.
17
DM : Iya pak, kalau begitu terima kasih banyak atas waktunya. Semoga bapak
cepat sembuh.
P : Iye dok.
18