Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN Juli 2017


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

GANGGUAN METAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN


STIMULANSIA LAIN TERMASUK KAFEIN DENGAN KEADAAN PUTUS
ZAT TANPA KOMPLIKASI (F15.30)

Disusun Oleh :

Gede Padmawijaya, S.Ked.


10542 0485 13

Pembimbing :
dr. Lanny Pratiwi, Sp.KJ

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada


Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Gede Padmawijaya, S.Ked.

Stambuk : 10542 0485 13

Judul Laporan kasus : Gangguan Metal Dan Perilaku Akibat Penggunaan


Stimulansia Lain Termasuk Kafein Dengan Keadaan
Putus Zat Tanpa Komplikasi (F15.30)

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Juli 2017


Pembimbing

dr. Lanny Pratiwi, Sp.KJ

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan YME karena segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap kesulitan hamba-
Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul Gangguan
Cemas YTT (F41.9). Tugas ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa.

Berbagai hambatan dialami dalam penyusunan tugas Laporan Kasus. Namun


berkat bantuan saran, kritikan, dan motivasi dari pembimbing serta teman-teman
sehingga tugas ini dapat terselesaikan.

Penulis sampaikan terima kasih banyak kepada, dr. Lanny Pratiwi,Sp.KJ ,


selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar
dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses penyusunan
tugas ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari yang diharapkan
oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis akan senang menerima kritik dan
saran demi perbaikan dan kesempurnaan tugas ini. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis secara khusus.

Makassar, Juli 2017

Gede Padmawijaya, S.Ked

3
LAPORAN KASUS PSIKIATRI

SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)

A. IDENTITAS PASIEN
NAMA : Tn. NB
UMUR : 29 tahun
JENIS KELAMIN : Laki-laki
STATUS PERKAWINAN : Sudah Menikah
AGAMA : Islam
WARGA NEGARA : Indonesia
SUKU BANGSA : Bugis
PENDIDIKAN : SMA
PEKERJAAN : Wiraswasta
ALAMAT : Bontorita

B. RIWAYAT PSIKIATRI
1. Keluhan Utama
Susah Tidur

2. Riwayat Gangguan Sekarang


a. Keluhan dan Gejala
Pasien laki-laki datang ke Poli Jiwa RS Syekh Yusuh dengan keluhan
susah tidur sejak tahun 2013. Awalnya mulanya, setelah pasien
berhenti menggunakan obat terlarang (shabu), pasien berobat di Poli
Interna RS Pelamonia dengan keluhan sulit tidur, jantung berdebar-
debar, sulit berjalan, sesak napas, dan merasa ketakutan akan mau
mati. Saat dilakukan pemeriksaan, pasien dalam kondisi normal dan
tidak ada hasil pemeriksaan yang abnormal mengarah ke keluhan
pasien. Pasien lalu di bawa ke Poli Jiwa RS Pelamonia untuk di
periksa dan diberikan pengobatan. Setelah rajin minum obat dan
kontrol di RS Pelamonia, pasien merasa baikan dan tidak melakukan
kontrol/melanjutkan pengobatan. Beberapa tahun kemudian pasien
pasien mengalami gejala yang sama namun lebih ringan daripada
sebelumnya. Pasien datang ke Poli Jiwa RS Syekh Yusuf untuk
melakukan pengobatan pada tahun 2017 dengan keluhan susah tidur
dan juga merasa cemas. Pasien merasa cemas tidak setiap hari. Cemas

4
pasien akan hilang jika pasien melakukan aktivitas dan timbul saat
tidak beraktivitas. Hal yang di cemasi pasien bermacam-macam,
seperti takut mati dan hal-hal apapun di kehidupan pasien. Saat timbul
cemas pasien sulit tidur, keringat dingin, jantung berdebar, dan gelisah.
Keluhan cemas pasien tidak berhubungan dengan tempat dan keadaan
tertentu. Pasien tidak mempunyai ketakutan pada suatu objek atau
situasi tertentu. Pasien juga mengeluhkan susah tidur dan sulit dalam
memulai waktu tidur. Namun ketidak-puasan terhadap kuantitas dan
kualitas tidur pasien tidak menyebabkan penderitaan yang berat dan
tidak mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan pasien. Pasien
jugat tidak ada riwayat trauma/kejadian yang membuat stres. Serta
pasien tidak punya pikiran dan dorongan yang berulang-ulang dalam
memikirkan & melakukan sesuatu yang disadarai. Tidak ada riwayat
keluhan yang sama dalam keluarga.

b. Hendaya/Disfungsi
Hendaya sosial (-)
Hendaya pekerjaan (-)
Hendaya waktu senggang (-)

c. Faktor Stressor Psikososial


Faktor stressor tidak ada, tetapi pasien ada riwayat penggunaan obat
terlarang sebelumnya.
3. Riwayat Gangguan Sebelumnya
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Trauma (-)
Infeksi (-)
Kejang (-)
NAPZA (+)

4. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya


Pasien rutin berobat di poli jiwa RS Pelamonia beberapa bulan setelah
putus minus obat terlarang, tetapi setelah itu berhenti minum obat dari
dokter dan tidak kontrol lagi karena menganggap dirinya sudah sembuh
dengan diagnosis anxiety. Beberapa tahun kemudian kecemasan pasien
kambuh lagi dan berobat di RS Syekh Yusuf.

5
5. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Tidak ada informasi

b. Riwayat Masa Kanak Awal-Pertengahan


(1) Usia 1 -3 Tahun
Pasien tumbuh dan berkembang baik. Pasien bisa bermain dengan
teman sebayanya.
(2) Usia 3 - 5 Tahun
Pertumbuhan dan perkembangan pasien baik seperti teman
seusianya.
(3) Usia 6 - 11 Tahun
Pertumbuhan dan perkembangan pasien baik seperti teman
seusianya.

c. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja


Pertumbuhan dan perkembangan normal seperti teman seusianya.
Pasien memiliki banyak teman dan memiliki hubungan pertemanan
yang sangat baik.

d. Riwayat Masa Dewasa


(1) Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan terakhir di SMA.
(2) Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai wiraswasta
(3) Riwayat Pernikahan
Pasien Sudah menikah dan memiliki 2 orang anak perempuan.
(4) Riwayat Keluarga
Pasien anak ke-4 dari 4 bersaudara (Lk, Lk, Lk, Lk)
(5) Riwayat Kehidupan Sosial
Pasien merupakan pribadi yang mudah bergaul dan mempunyai
pertemanan yang luas. Pasien sangat akrab dengan teman-
temannya dan sering membantu.
(6) Riwayat Agama
Pasien beragama Islam walaupun tidak rutin melaksanakan ibadah
keagamaannya.
(7) Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal bersama istri dan kedua anaknya.

6
(8) Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien merasa kehidupannya seperti anak pada usianya dan
bahagia.

C. STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum

a. Penampilan
Seorang laki-laki memakai baju kemeja, jaket warna abu-abu, celana
panjang berwarna biru gelap, dan tas selempang kecil berwarna coklat.
Wajah sesuai umur. Perawatan diri baik.

b. Kesadaran
Kualitas : baik
Kuantitas : GCS 15 yaitu E4M6V5

c. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor


Saat wawancara keadaan pasien tenang.

d. Sikap Terhadap Pemeriksa


Kooperatif.

2. Keadaan Afektif
a. Mood : Eutimia
b. Afek : Apropriate
c. Keserasian : Serasi
d. Empati : Dapat dirabarasakan

3. Fungsi Intelektual (Kognitif)


a. Taraf Pendidikan, Pengetahuan Umum dan Kesadaran : Sesuai.
b. Orientasi
(1) Waktu : baik
(2) Tempat : baik
(3) Orang : baik

c. Daya Ingat
(1) Jangka panjang : baik
(2) Jangka sedang : baik
(3) Jangka segera : baik

d. Konsentrasi dan Perhatian : baik

e. Pikiran Abstrak : baik

7
f. Bakat Kreatif : Mendesign

g. Kemampuan Menolong Diri Sendiri: baik

4. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi : tidak ada
b. Ilusi : tidak ada
c. Depersonalisasi : tidak ada
d. Derealisasi : tidak ada
5. Pikiran
a. Bentuk Pikiran : realistik
b. Arus Pikiran : relevant
c. Isi Pikiran
(1) Preokupasi : tidak ada
(2) Gangguan Pikiran : waham tidak ada

6. Pengendalian Impuls
Baik

7. Daya Nilai dan Tilikan (Insight)


a. Norma Sosial : Baik
b. Uji Daya Nilai : Baik
c. Penilaian Realitas : Baik
 Tilikan : Tilikan 6, yaitu Pasien menyadari sepenuhnya
tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk
mencapai perbaikan.

8. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya

D. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS


1. Status Internus
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 97 x/menit
Pernafasan : 19 x/ menit
Suhu : 36,4 °C

Pemeriksaan Fisik
- Kepala : Konjungtiva anemis (-/-)
- Thorax : Bunyi pernapasan vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)
- Cor :Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), HR 84 x/
menit (palpitasi)

8
- Abdomen : Inspeksi normal, Organomegali (-), Nyeri tekan (-)
Peristaltik (+) normal

2. Status Neurologis

GCS E4M6V5(Compos mentis), pupil isokor, Refleks Patologis (-) pada


keempat ekstremitas, sensorik dan motorik dalam batas normal.

E. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien laki-laki datang ke Poli Jiwa RS Syekh Yusuh dengan keluhan
susah tidur sejak tahun 2013. Awalnya setelah pasien berhenti menggunakan
obat terlarang (shabu), pasien berobat di Pelamonia dengan keluhan jantung
berdebar-debar, sulit tidur, sulit berjalan, sesak napas, dan merasa ketakutan
akan mau mati. Saat dilakukan pemeriksaan, pasien dalam kondisi normal dan
tidak ada hasil pemeriksaan yang mengarah ke keluhan pasien. Pasien lalu di
bawa ke Poli Jiwa Pelamonia untuk di berikan penanganan. Setelah rajin
minum obat dan kontrol di RS Pelamonia, pasien merasa baikan dan tidak
melakukan kontrol/melanjutkan pengobatan. Beberapa tahun kemudian pasien
pasien mengalami gejala yang sama namun lebih ringan daripada sebelumnya.
Pasien datang ke Poli Jiwa RS Syekh Yusuf untuk melakukan pengobatan
pada tahun 2017 dengan keluhan susah tidur dan juga merasa cemas. Pasien
merasa cemas tidak setiap hari. Cemas pasien akan hilang jika pasien
melakukan aktivitas dan timbul saat tidak beraktivitas. Hal yang di cemasi
pasien bermacam-macam, seperti takut mati dan hal-hal apapun di kehidupan
pasien. Saat timbul cemas pasien keringat dingin, jantung berdebar, perasaan
yang tidak enak. Keluhan cemas pasien tidak berhubungan dengan tempat dan
keadaan tertentu. Pasien tidak mempunyai ketakutan pada suatu objek atau
situasi tertentu. Pasien juga mengeluhkan susah tidur dan sulit dalam memulai
waktu tidur. Namun ketidak-puasan terhadap kuantitas dan kualitas tidur
pasien tidak menyebabkan penderitaan yang berat dan tidak mempengaruhi
fungsi dalam sosial dan pekerjaan pasien. Pasien jugat tidak ada riwayat

9
trauma/kejadian yang mebuat stres. Serta pasien tidak punya pikiran dan
dorongan yang berulang-ulang dalam memikirkan & melakukan sesuatu yang
disadarai. Tidak ada riwayat keluhan yang sama dalam keluarga.
Seorang laki-laki memakai baju kemeja, jaket warna abu-abu, celana
panjang berwarna biru gelap, dan tas selempang kecil berwarna coklat. Wajah
sesuai umur 29 tahun. Perawatan diri baik. Pasien tampak tenang dan
kooperatif saat autoanamnesis. Tidak ada hendaya/disfungsi social, pekerjaan,
dan penggunaan waktu senggang.
Keadaan afektif pasien dalam hal ini mood eutimia, afek apropriate,
keserasian serasi, empati dapat dirabarasakan. Gaya bicara spontan dan logis.
Fungsi intelektual baik.
Gangguan persepsi pasien tidak ada. Bentuk pikir realistik, Arus pikir
relevan. Gangguan Isi pikir tidak ada. Norma sosial, uji daya nilai dan
penilaian realitas baik. Pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya
disertai motivasi untuk mencapai perbaikan. Taraf dapat dipercaya.
Status internus dan status neurologis pasien tampak normal.

F. DIAGNOSA MULTIAKSIAL (BERDASARKAN PPDGJ III)


Aksis I :
Berdasarkan autoanamnesis dan penilaian status mental didapatkan gejala
klinis yaitu usah tidur. Sulit tidur disertai berkeribgat dingin, sesak napas
sehingga menimbulkan penderitaan (distress) dan hendaya (disability) bagi
pasien sehingga dikategorikan sebagai gangguan jiwa. Dari pemeriksaan
status mental tidak didapatkan adanya hendaya berat seperti halusinasi dan
waham sehingga di kategorikan sebagai gangguan jiwa non psikotik. Dari
status internus dan neurologis tidak ditemukan kelainan sehingga kelainan
mental organik dapat disingkarkan. Cemas didahului oleh adanya suatu
penggunaan zat sehingga Gangguan cemas akibat penggunaan zat tidak dapat
disingkirkan. Cemas dialami tidak sepanjang hari karena cemasnya
menghilang kalau lagi beraktivitas/bekerja dan tidak ada serangan cemas yang
datang–datangan sampai menyebabkan pasien merasa sesak, nyeri dada atau
seperti mau mati, sehingga gangguan panik dapat disingkirkan.

10
Cemas tidak berhubungan dengan suatu keadaan atau objek tertentu,
sehingga gangguan anxietas fobik dapat disingkirkan. Gejala cemas tidak
disertai perilaku obsesif - kompulsif yang tidak menyenangkan.
Tidak ada peristiwa traumatik sebelumnya yang terjadi dan pasien tidak
pernah merasakan kilas balik (flashback) akan suatu kejadian tertentu yang
mencetuskan cemas, sehingga Gangguan Stress Pasca Trauma dapat
disingkirkan.
Pada kasus ini, cemas dialami tidak sepanjang hari, dan tidak terbatas
pada situasi tertentu (free floating), disertai oleh khawatir akan nasib buruk,
overaktivitas otonom dimana jantung berdebar, sakit kepala, gemetaran,
keringat dingin. Selain itu terdapat keluhan somatik, yaitu nyeri perut kiri atas
dan sakit kepala jika cemas datang dan hilang ketika cemas juga menghilang.
Unsur cemas ada dan riwayat penggunaan obat-obat terlarang ada, sehingga
berdasarkan PPDGJ – III, didiagnosis sebagai Gangguan Metal Dan
Perilaku Akibat Penggunaan Stimulansia Lain Termasuk Kafein Dengan
Keadaan Putus Zat Tanpa Komplikasi (F15.30)
Aksis II
Tidak terdapat ganggguan kepribadian dan ciri kepribadian tidak khas.
Tidak ada diagnosis pada aksis II (Z 03.2).

Aksis III
Tidak ada diagnosis

Aksis IV
Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial

Aksis V
GAF Scale 80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam
sosial

G. PROGNOSIS
Factor Pendukung
1. Tidak adanya kelainan organik dan neurologik
2. Keluarga mendukung kesembuhan pasien
3. Pasien sudah rajin kontrol dan minum obat
4. Pasien menyadari dirinya sakit dan memiliki keinginan yang penuh
untuk berobat.

11
Faktor Penghambat
1. Tidak ada.

H. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka
R/ Benzodiazepin
R/ Non Benzodiazepin

2. Psikoterapi

 Ventilasi: memberikan kesempatan kepada pasien untuk


mengungkapkan perasaan dan keluhannya sehingga pasien merasa
lega.
 Terapi Kognitif – Perilaku
Jenis psikoterapi yang dilakukan untuk memperbaiki perilaku pasien
dengan cara mengubah pikiran kognitif irasional yang menyebabkan
respons perilaku maladaptive
 Konseling
Memberikan masukan dan penjelasan kepada keluarga pasien dan
orang-orang terdekat pasien serta lingkungannya tentang keadaan
yang dialami pasien, sehingga tercipta dukungan sosial dalam
lingkungan yang kondusif sehingga membantu proses penyembuhan
pasien serta melakukan kunjungan berkala.
 Rehabilitasi
Dimana pasien di bimbing mengatasi craving dalam jangka waktu
yang cukup lama, sehingga siap secara psikologis, sosial, dan
spiritual memulai kehidupan tanpa menggunakan zat.

I. DISKUSI DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil anamnesa serta pemeriksaan status mental, dan
merujuk pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam kasus ini
dapat didiagnosa sebagai gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan stimulantia lain termasuk kafein (F15.30).
Penyalahgunaan zat adalah suatu perilaku mengonsumsi atau
menggunakan zat-zat tertentu yang dapat mengakibatkan bahaya pada diri
sendiri maupun orang lain. Menurut DSM, penyalahgunaan zat melibatkan

12
pola penggunaan berulang yang menghasilkan konsekuensi yang merusak.
Konsekuensi yang merusak bisa termasuk kegagalan untuk memenuhi
tanggung jawab utama seseorang (misalnya: sebagai pelajar, sebagai pekerja,
atau sebagai orang tua), menempatkan diri dalam situasi di mana penggunaan
zat secara fisik berbahaya (contoh mencampur minuman dan penggunaan
obat), berhadapan dengan masalah hukum berulang kali yang meningkat
karena penggunaan obat. Memiliki masalah sosial atau interpersonal yang
kerap muncul karena penggunaan zat (contoh: berkelahi karena mabuk.

Kriteria DSM-IV TR dan PPDSGJ III yang terpenuhi untuk menegakkan


diagnosis ketergantungan adalah:
1. Adanya toleransi (dari 20 butir menjadi per pemakaian)
2. Adanya gejala withdrawal/ putus zat (depresi, merasa tidak bersemangat,
tidak enak badan) yang menghilang setelah penggunaan zat dilanjutkan.
3. Adanya keinginan kuat menggunakan zat walaupun Os sadar dampaknya
bagi kesehatan.

Pada kasus ini dapat diberikan obat anti-anxietas. Sindrom anxietas


disebabkan oleh hiperaktivitas dari sistem limbik SSP yang terdiri dari
“dopaminergic, noradrenergic, serotonergic neurons” yang dikendalikan oleh
GABA-ergic neuron (Gamma Amino Butiric Acid, suatu inhibitory
neurotransmitter). Obat Anti-anxietas benzodiazepine yang berinteraksi
dengan reseptornya akan memperkuat efek inhibisi dari GABA-ergic neuron
sehingga hiperaktivitas tersebut mereda. Sedangkan golongan non
benzodiazepine mempunyai cara kerja dengan mempengaruhi pelepasan
neurotransmitter serotonin dan norepinefrin pada neuron terminal.
Penggolongan anti-anxietas adalah :
 Benzodiazepine :Diazepam, Chlorprodiazepoxide, Lorazepam,
Clobazam, Bromazepam, Alprazolam
 Non - Benzodiazpine : Buspirone, Sulpiride, Hydroxyzine

13
Benzodiazepin dimulai dari dosis terendah dan terus ditingkatkan
sampai mencapai respon terapi dengan lama pengobatan 2 – 6 minggu
dilanjutkan tappering off 1-2 minggu. Buspirone menimbulkan efek klinis
setelah 2-3 minggu. Oleh karena itu, umumnya digunakan benzodiazepine dan
buspiron secara bersamaan, kemudian dilakukan tappering off benzodiazepine
setelah 2-3 minggu.

Berdasarkan Kepmenkes RI No 420 tentang Pedoman Layanan Terapi


dan Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan NAPZA berbasis
rumah sakit, tindakan penanganan pada pasien dengan penyalahgunaan zat
meliputi Gawat darurat NAPZA – Detoksifikasi – Rehabilitasi – Rawat
jalan/rumatan.

Pada fase gawat darurat NAPZA , hal yang umumnya dilakukan


adalah penanganan intoksikasi opiod, benzodiazepin, dan amfetamin.
Terkadang pasien datang dengan gejala intoksikasi alkohol dan halusinogen.
Pada fase ini diberikan terapi suportif pada pasien hingga keadaannya stabil.
Untuk intoksikasi NAPZA lain seperti dekstrometrofan, fase gawat darurat
NAPZA bertujuan untuk menangani kondisi akut termasuk gaduh gelisah.

Pada fase rehabilitasi dilakukan penyesuaian perilaku pasien agar tidak


kembali menggunakan NAPZA. Fase rehabilitasi diawali dengan program
jangka pendek (1-3 bulan) dengan fokus penanganan masalah medis,
psokologis dan perubahan perilaku. Apabila program ini sukses, fase
rehabilitasi dilanjutkan dengan aftercare dengan terapi berbasis komunitas

J. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit, serta melihat
efektifitas obat yang diberikan dan kemungkinan efek samping yang terjadi.

14
AUTOANAMNESIS TANGGAL 18 Juli 2017
Dokter Muda (DM), Pasien (P)

DM : Assalamu alaikum pak, Perkenalkan saya Gede dokter muda yang bertugas
di sini
DM : Nama bapak siapa ?
P : Nur Bahrun, dok.
DM : Usianya berapa pak ?
P : 29 Tahun dok.
DM : Pekerjaannya dan alamatnya dimana pak ?
P : Pekerjaannya wiraswasta, alamatnya di bontorita dok.
DM : Boleh pak Bahrun ceritakan, apa yang membuat bapak datang ke poli ini ?
P : Saya susah tidur dok.
DM : Sudah berapa lama bapak mengalami gangguan ini ?
P : Sejak tahun 2013 dok.
DM : Bisa bapak ceritakan awal mulanya bagaimana kita rasakan pak ?
P : Begini dok, awalnya itu tahun 2013 saya susah tidur dan di rawatkan di RS
Pelamonia karena saya merasa jantungku berdebar-debar, pusing kepala, sakit
perutku (lambung), susahka berjalan, sesak napas, serasa tifuska, dan merasa
kaya mau mati saya rasa dok. Terus dilakukan pemeriksaan, hasilnya normal
dok. Sebenarnya saya bekas pemakaika juga dok. Setelah berhentika, timbulki
gejala itu. Terus di konsulma ke jiwa (awalnya interna) dan di berikanma obat.
Saya minummi obatnya dan setelah beberapa bulan saya minum enakmi saya
rasa. Bisama tidur, nda cemasma, nda takutma, tidak timbumi gejalaku.
DM : Terus kenapaki bisa ke sini pak (RS Syekh Yusuf) pak ?
P : Nah, setelah baikmi saya rasa, berhentima minum obat dan kontrol ke dokter.
Awalnya biasa-biasaji tapi setelah beberapa tahun, awal akhir 2016 atau awal
2017 saya rasa timbul lagi gejala-gejala seperti yang lalu-lalu. Saya kenal ki
ini gejalaku mirip dengan gejala tahun lalu tapi tidak seberat tahun lalu. Tapi
kubiarkan dulu. Setelah itu, datangma ke rumah sakit (RS Syekh Yusuf) untuk

15
berobat dan syukur baikan ma sekarang. Tapi tidak mauma berhenti minum
obat.
DM : Sejak kapanki menjadi pengguna pak ?
P : Sejak tahun 2013, awal tahunlah dok.
DM : Siapa kasikanki ?
P : Temanku, awalnya dia kasikanka barang dan saya cobami.
DM : Kenapaki mau coba ?
P : Karena di kasihka, terus kebetulan banyak masalah dan pikiranku waktu itu.
Saya cobami. Lama-lama ketagihanma dok.
DM : Terus kenapaki bisa terputus gunakan obat itu pak ?
P : Anu dok, tidak cukup uangku. Jadinya sedikit ku beli. Tapi setelah itu tidak
belima juga karena karena nda cukup uang.
DM : Ada kita rasa cemas juga pak ?
P : Ada dok.
DM : Bagaimana cemasta itu kita rasakan ?
P : Cemaska kayak takutka di ambil nyawaku.
DM : Selain takutki diambil nyawata, apa lagi kita pikir ?
P : Macam-macam dok, apa saja tentang orang-orang di dekatku, pekerjaan.
DM : Sewaktu cemaski timbul apa yang kita rasakan ?
P : Kalau cemasma itu dok kakiku tanganku keringat dingin, sesakka, sakit
kepalaku, gelisah.
DM : Berdebarki juga kita rasa ?
P : Ia dok, berdebarka juga.
DM : Cemasta setiap hari kita rasakan ?
P : Hampir setiap hari dok.
DM : Tidak ada hari yang merasaki tidak cemas ?
P : Kalu bekerjaka dok, tidak adami cemas saya rasa. Tapi kalau nda
beraktivitaska timbul cemasku.
DM : Berarti kalau teralihkanmi pikiranta, kita nda merasa cemasmi lagi ?
P : Iye dok.

16
DM : Ada kita dengar bisikan-bisikan pak ?
P : Tidak ada dok
DM : Merasaki punya kekuatan atau merasa ada yang ikutiki bahkan sampai mau
celakakanki ?
P : Tidak ada dok.
DM : Tidurta ia pak, bagaiama kita rasakan terganggunya ?
P : Terganggu tidurku dok, biasa beberapa hari susahka tidur dok.
DM : Tidak tergangguji aktivitasta pagi hari ?
P : Tidakji dok tapi biasa kalau siang tidurka.
DM : Tapi sekarang bagaimana kita rasa cemas sama susah tidurta ?
P : Baikmi dok, tidak timbulmi lagi keluhanku.
DM : Tidak ada betulmi timbul cemasta atau susah tidurta lagi ? atau sekali-sekaliji
?
P : kalau tidur, tidakmi dok. Kalau cemas masih ada sedikit tapi nda
menggagguji dok.
DM : Di tauji sama keluargata ini keluhanta ?
P : Iya, dia tauji.
DM : Pernah tidak bapak berpikir pesimis terhadap hidup bapak bahkan sampai
pernah terpikir untuk mengakhiri hidup ?
P : Pernah dok, tapi waktu tahun lalu yang 2013 dok. Tapi sekarang tidakmi.
DM : Ada benda-benda atau object yang kita takuti pak yang bisa buatki cemas ?
P : Tidak ada dok.
DM : Sebelumnya pernahki ada riwayat kejadian yang buatki ketakutan sekali ?
P : Tidak pernahji ada dok kejadian-kejadian yang menakutkan yang pernah
terjadi.
DM : Kalau pikiran-pikiran yang mauki melakukan sesuatu yang berulang-ulang
karena takutki hal-hal lain dapat terjadi. Seperti cek pintu apakah sudah
terkunci atau tidak, yang kita lakukan berulang-ulang ?
P : Oh, kalau begitu tidak pernahji dok.

17
DM : Iya pak, kalau begitu terima kasih banyak atas waktunya. Semoga bapak
cepat sembuh.
P : Iye dok.

18

Anda mungkin juga menyukai