PENDAHULUAN
kewajibannya sebagai pasien. Terkait dengan masalah ini adalah pasienpun tidak
aktif untuk berkomunikasi dan bertanya sehingga masalah menjadi semakin parah.
Keawaman pasien seringkali membuat komunikasi interpersonal antara
paramedis dan pasien terhambat atau bahkan menemui jalan buntu. Prof. Iwan
Darmansjah, SpFK memberi contoh bagaimana sulitnya paramedis menentukan
diagnosa karena pasien tidak bisa mengungkapkan dengan jelas penyakit yang
dideritanya. Seharusnya pasien berani bertanya kepada paramedis dan tugas
paramedis adalah untuk membantu pasien memahami seluk-beluk penyakitnya
sehingga paramedis dapat memutuskan apa yang harus dilakukan dalam
pengobatan.
Hubungan antara paramedis dan penerima layanan kesehatan adalah
hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Jika pasien terus pasrah dan
menyerah, ini membuat paramedis semakin tidak peduli dan bersikap arogan.
Namun, bila pasien menunjukan komunikasi yang baik dan aktif antara paramedis
dan pasien maka paramedis akan lebih menunjukan kepeduliannya.
Namun dalam kondisi sakit biasanya pasien tidak terlalu aktif dalam
berkomunikasi dengan paramedis, biasanya pasien akan menyampaikan keluhan
kondisinya kepada keluarga, dan keluarga menyampaikan ke paramedis.
Sebaliknya paramedis akan menyampaikan informasi perkembangan kondisi
pasien kepada keluarga.
Keluarga adalah bagian terdekat dari pasien. Maka komunikasi antar
paramedis dan keluarga memiliki peran penting untuk mendukung dan menangani
pasien selama di rumah sakit. Dengan adanya keluarga dapat mengurangi resiko
kecemasan, ketakutan dan mendapatkan dukungan support dari orang-orang
tercinta. Bagi seorang pasien berada di rumah sakit tidaklah nyaman apa lagi
diharuskan untuk menginap hal ini pasti tidaklah menyenangkan, mereka harus
berada di dalam lingkungan yang asing jauh dari kehidupan sosial biasanya.
Keluarga merupakan perawat utama bagi pasien. Keberhasilan paramedis
di rumah sakit akan sia-sia jika tidak ada keluarga yang menjaga dan merawat
pasien, karena keluarga adalah bagian tim pengobatan dan perawatan. Apa lagi di
Indonesia dengan kultur sosialnya yang tinggi di tambah keterbatasan jumlah
perawat di rumah sakit sehingga tugas merawat pasien umumnya dilakukan oleh
perawat, bahkan dilakukan oleh keluarga yang menjaga.
Maka peran keluarga sangat penting untuk memantau perkembangan
kebutuhan pasien. Keluarga lebih aktif berkomunikasi dengan paramedis,
biasanya paramedis memberikan informasi laporan kepada pihak keluarga pasien.
Namun tidak seperti yang di bayangkan, ternyata berkomunikasi dengan keluarga
memiliki hambatan.
Faktor hambatan yang terjadi yaitu kontak yang terbatas dengan paramedis
dan akses informasi yang terbatas. Biasanya paramedis mengalami kesulitan
dalam menerangkan dan memberikan informasi kepada pihak keluarga karena
kurangnya pengetahuan dalam bidang kesehatan. Untuk itu informasi yang di
berikan harus di saring dan menggunakan bahasa yang mudah di mengerti dan di
pahami.
Komunikasi antara paramedis dan pihak keluarga memiliki peran penting
untuk berkolaborasi dan bekerja sama satu sama lain untuk kesehatan pasien.
Tetapi karena berbeda bidang pekerjaan, maka akan terdapat perbedaan dalam
kemampuan dan pengalaman yang menyebabkan kesulitan berkomunikasi. Untuk
itu, harus terdapat sikap saling menghormati.
Komunikasi antara paramedis dan pasien disebut juga dengan konseling,
konseling adalah suatu komunikasi tatap muka atas dasar pemahaman yang
lengkap tentang dirinya serta masalah kesehatan yang sedang dihadapi. Konseling
dilakukan dalam bentuk wawancara untuk membantu orang lain memperoleh
pengertian yang lebih baik mengenai dirinya dalam usahanya untuk memahami
dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi (Azwar, 1995: 114).
Komunikasi pada konseling tidak sekedar menyampaikan pesan-pesan
yang diperlukan oleh pasien saja, sekaligus dalam rangka membantu pasien untuk
mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya sendiri. Percakapan pada
konseling adalah dalam rangka membantu pasien memahami diri sendiri serta
penyakit yang sedang diderita (Azwar, 1995: 115).
Untuk dapat membina keberhasilan pelayanan konseling perlulah
diciptakan suasana konseling yang baik sehingga dapat membantu munculnya
kepercayaan dan keterbukaan pasien, juga dapat membuat pasien terbuka untuk
menjelaskan tentang masalah kesehatannya terhadap paramedis.
Dalam konseling yang juga diterapkan dalam komunikasi paramedis-pasien
yang baik dan benar dikenal dengan GATHER, singkatan dari Greet-Ask-Tell-
Help-Explain-Return dengan pengertian sebagai berikut (Azwar, 1995: 118) :
1. Greet (memberi salam)
Memberi salam kepada pasien di awal pertemuan akan menciptakan
hubungan yang baik. Berilah salam dengan ramah kepada setiap pasien pada
saat dia datang.
2. Ask (bertanya)
Langkah berikutnya adalah bertanya, melalui pertanyaan tersebut paramedis
dapat membuat pasien untuk menyatakan keinginan dan kebutuhannya serta
mengekspresikan perasaannya.
3. Tell (memberi informasi)
Setelah pasien selesai menyatakan keluhan dan kebutuhannya, berikanlah
informasi secara jelas sehingga dapat dimengerti oleh pasien yang kemudian
dapat membantu pasien untuk mengambil keputusan.
4. Help (memberi bantuan)
Bantuan diberikan ketika pasien yang mengalami kesulitan dalam
mengambil keputusan atau dalam menentukan sikap. Dalam hal ini
paramedis memberikan bantuan agar pasien dapat memecahkan
permasalahannya dengan mudah.
5. Explain (memberi penjelasan)
Paramedis memberikan penjelasan kepada pasien tentang keputusan yang
telah dipilihnya.
6. Return (kembali)
Kontrol kembali bila dirasa perlu, berikan kesempatan pada pasien untuk
datang kembali.
Jika hubungan komunikasi interpersonal dokter dan pasien saat konseling
berjalan dalam suasana tertekan, marah-marah atau tidak sungguh-sungguh
dengan menunjukkan raut wajah yang tegang dan tidak menunjukan senyuman
akan berdampak negatif bagi pasien. Pasien akan tidak nyaman bahkan stress ini
bukanlah pelayanan konseling yang baik. Kondisi seperti ini tentunya akan sangat
berpengaruh terhadap proses penyembuhan pasien.
bukan hanya komunikasi antara dokter dan pasien yang penting, tetapi
perawat juga menjadi unsur terpenting dalam memberikan pelayanan, dalam hal
ini perawat berperan sebagai individu yang mewakili dokter, yang senantiasa
berada di sekeliling pasien untuk memberikan dukungan moril dan merasakan apa
yang dirasakan oleh pasien melalui komunikasi antarpribadi yang efektif.
Ternyata komunikasi keperawatan juga buruk. Hal ini terjadi karena beberapa
sebab diantaranya adalah :
1. Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat
melakukan interaksi dengan klien.
2. Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua
arah secara terapeutik.
3. Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan (kinerja) individual yang
berdampak terhadap lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.
Seharusnya perawat dan pasien lebih dekat untuk membuat nyaman
pasien agar pasien memberikan informasi tentang perasaan, penyakit dan masalah
pasien kepada perawat. karena perawat lebih fokus menekankan pada perawatan
selama pasien sakit, sedangkan dokter yang mempunyai kemampuan lebih dalam
bidang antomi dan fisiologi akan lebih fokus pada gejala, diagnosa dan
pengobatan yang akan dijalani.
Pola hubungan paramedis dan pasien telah mengalami pergeseran zaman
ke zaman. Terdapat suatu pergeseran paradigma, di mana paramedis bukan lagi di
anggap sebagai dewa atau orang suci tetapi telah menjadi figur manusia biasa.
Lebih buruk lagi, banyaknya berita negatif yang beredar di masyarakat seputar
dunia kesehatan membuat pasien dibanjiri dengan informasi yang salah.
Perubahan hubungan antara paramedis dan pasien yang dulunya menganut pola
paternalistik berubah menjadi hubungan yang bersifat kontraktual.
Pola paternalistik disini kedudukan antara dokter sebagai pemberi jasa
pelayanan kesehatan tidak sederajat dengan pasien sebagai penerima jasa
pelayanan kesehatan. Sedangkan kontraktual disini kedudukan antara dokter
sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan sederat dengan pasien penerima jasa
pelayanan kesehatan.
Tinjauan yang dilakukan oleh Levinson menyimpulkan, bahwa sebenarnya
tuntutan-tuntutan malapraktik tersebut dapat dicegah dengan komunikasi
paramedis dengan konsumen yang terjalin dengan dekat. Maraknya tuntutan
malapraktik di masyarakat adalah cermin suatu kondisi komunikasi yang kurang
baik antara masyarakat dengan paramedis.
Paramedis diharapkan memiliiki sifat profesionalisme yang melekat pada
dirinya yakni kejujuran, integritas, kepedulian terhadap pasien serta ramah dan
sopan kepada pasien. Karena itulah saat ini Konsil Kedokteran Indonesia telah
memasukkan komunikasi sebagai salah satu kompetensi yang harus dikuasi dokter
di Indonesia. Pengabaian komunikasi sebagai kompetensi profesional yang harus
dimiliki paramedis berakibat pada rendahnya tingkat kepuasan pelayanan yang
dirasakan oleh pasien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Keputusan untuk
meneruskan pelayanan kesehatan yang dilakukan atau memindahkan pelayanan
kesehatan yang ingin didapat seorang pasien sangat tergantung pada kepuasan
pasien dalam menerima layanan kesehatan yang diharapkan.
Yang diharapkan semakin baik keterampilan komunikasi interpersonal
paramedis akan meningkatkan kepuasan keluarga pasien pengguna kartu Asuransi
Kesehatan (AsKes) yang sejak Januari 2014 berubah menjadi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Sesuai mandat UU Badan
Penyedia Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan No. 24/2011, PT. Askes bakal
berubah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mulai 1
Januari 2014 (http://health.liputan6.com).
Kepedulian terhadap pasien menjadi fokus utama dalam kinerja paramedis,
pasien sebagai konsumen eksternal tidak hanya menginginkan kesembuhan dari
sakit yang diderita tetapi juga merasakan dan menilai bagaimana ia diperlakukan
dalam proses kinerja paramedis. Yang harus diperhatikan adalah kebutuhan
(needs), harapan (expectation) pelanggan dan penilaian manfaaat (value) oleh
konsumen sebagai persyaratan yang diajukan oleh konsumen.
Harapan (expectation) dari konsumen tidak hanya diartikan seperti apa yang
diinginkan atau diharapkan akan didapatkan oleh konsumen, tetapi juga apa yang
Pertama, pembiayaan secara tunai, dalam artian setiap kali pasien datang berobat
diharuskan membayar biaya secara tunai langsung di tempat. Kedua, pembiayaan
melalui program asuransi kesehatan, dalam artian setiap kali pasien datang
berobat tidak perlu membayar secara tunai, karena pembayaran tersebut telah
ditanggung oleh pihak ketiga (Azwar, 1995: 159).
Asuransi kesehatan adalah suatu program jaminan pemeliharaan kesehatan
kepada masyarakat yang biayanya di pikul bersama oleh masyarakat melalui suatu
sistem kontrIbusi yang dilakukan secara pra-upaya (Azwar, 1995: 161).
Negara juga memberikan ansuransi atau jaminan kesehatan kepada
masyarakat. Penyelenggara program jaminan kesehatan merupakan salah satu
tanggung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial
ekonomi kepada masyarakat.
BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan)
merupakan badan usaha milik negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah
untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat
Indonesia. BPJS kesehatan bersama BPJS ketenagakerjaan yang dulunya bernama
Jamsostek, merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan
Nasional (JNK) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember2013. Untuk BPJS
kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS
ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2014.
BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Ansuransi Kesehatan), yang
di kelola oleh PT.Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU No.24 Tahun 2011
tentang BPJS, PT. Askes Indonesia berubah menjai BPJS Kesehatan sejak
tanggal 1 Januari 2014.
Setiap warga Negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di
Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Ini sesuai
pasal 14 UU BPJS. Setiap perusahaan wajib mendafarkan pekerjaanya sebagai
anggota BPJS, sedangkan orang atau keluarga yang tidak bekerja padaperusahaan
wajib mendaftarkan diri dan anggota keluarganya pada BPJS. Setiap peserta BPJS
akan ditarik iuran yang besarnya ditentukan. Sedangkan bagi warga miskin, iuran
BPJS ditanggung pemerintah melalui program bantuan iuran.