Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL KARYA ILMIAH

LUNTURNYA PERMAINAN TRADISIONAL GALASIN


Diajukan untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia

Disusun Oleh:
1. Dilla Apriliiya
2. Fathur Rahman
3. Irlan Maulana
4. Muhammad Riyan Wildani
5. Silvana Mumtahinah
6. Sindi Fatikasari

Guru: Ibu Indah Khoerunnisa S.Pd

SMA NEGERI 1 CARINGIN


Jl. Mayjen H.E Sukma No. km 16, Caringin, Bogor, Jawa Barat 16730, Indonesia
Telp: (0251) 8242246
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan proposal karya ilmiah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan proposal karya ilmiah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan proposal karya ilmiah sebagai tugas Bahasa Indonesia dengan
judul “Lunturnya Permainan Tradisional Galasin”.
Penulis mengharapkan saran dari pembaca untuk proposal karya ilmiah ini, supaya
proposal karya ilmiah ini nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Demikian, dan apabila
terdapat banyak kesalahan pada proposal karya ilmiah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru
Bahasa Indonesia kami Ibu Indah Khoerunnisa S.Pd yang telah membimbing kami dalam
menulis proposal karya ilmiah ini. Demikian, semoga proposal karya ilmiah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

Bogor, 31 Januari 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia kaya akan budaya, tradisi, bahkan berbagai macam permainan
tradisional anak-anak. Dibeberapa daerah, bahkan ada jenis permainan yang sama, meskipun
namanya berbeda. Permainan tradisional adalah warisan kekayaan yang perlu dilestarikan.
Terlebih lagi aneka permainan tradisional mengandung nilai-nilai positif bagi kehidupan
anak.
Berbagai macam permainan tradisional berkembang di provinsi Jawa Barat,
khususnya daerah Caringin Bogor. Seperti sondah, petak umpet, egrang, congklak,
bentengan, lompat tali, ular naga, balap karung, galasin dan masih banyak lagi bermacam-
macam permainan tradisional lainya. Seiring dengan perkembangan teknologi, sebagian besar
anak-anak di jaman sekarang jarang, bahkan tidak lagi mengenal permainan tradisional
tersebut, karena mereka lebih cenderung bermain game menggunakan alat-alat elektronik,
misalnya Handphone, Ipad, Laptop, Komputer, dan Tablet. Selain itu mereka juga lebih
menyukai untuk bermain PlayStation hingga berjam-jam. Perkembangan teknologi dewasa
ini mampu menghasilkan permainan modern seperti Point Blank, Heroes of 3 Kingdom, War
2, Angry Bird dan permainan modern lainnya yang menyebabkan anak-anak Indonesia
terutama anak-anak yang hidup di kota-kota besar mulai melupakan permainan tradisional
warisan Indonesia.
Banyak pihak yang cenderung berargumen bahwa permainan tradisional sudah
ketinggalan jaman. Padahal dalam permainan tradisional terdapat banyak manfaat di
dalamnya. Salah satu contoh adalah permainan “galasin”. Permainan galasin adalah salah
satu permainan tradisional yang mulai di tinggalkan, padahal permainan ini termasuk
permainan yang mudah dan murah (permainan yang tidak perlu mengeluarkan uang).
Berdasarkan persoalan di atas maka muncul masalah dimana permainan galasin mulai
menghilang. dan anak bangsa Indonesia lebih menggemari permainan modern dengan
menyebut dirinya sebagai anak gaul, sedangkan permainan tradisional dianggap permainan
yang jadul.
Penulis tertarik untuk mengkaji tentang bagaimana cara menghidupkan kembali
permainan gobag sodor dan membuktikan bahwa permainan gobag sodor bukan permainan
yang usang dan ketinggalan jaman

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan permainan galasin?
2. Mengapa permainan tradisioal seperti galasin harus dilestarikan?
3. Apa dampak permainan galasin bagi anak-anak?
4. Apa kelebihan dari permainan galasin?
5. Bagaimana cara menghidupkan kembali permainan galasin?
6. Bagaimana minat anak-anak di zaman ini terhadap permainan tradisional?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui permainan tradisional galasin
2. Untuk mengetahui seberapa penting permainan tradisional
3. Untuk mengetahui dampak permainan galasin
4. Untuk mengetahui kelebihan dari permainan galasin
5. Untuk mengetahui cara melestarikan dan menghidupkan kembali permainan
tradisional seperti galasin
6. Untuk mengetahui minat anak-anak pada permainan tradisional

D. Manfaat
1. Bagi penulis
Manfaat dari penelitian yang penulis lakukan adalah untuk melestarikan
permainan seperti galasin dan juga untuk mengetahui manfaat permainan galasin
2. Bagi siswa
Mengajarkan rasa nasionalisme, cinta tanah air, keterampilan dan strategi,
interaksi sosial, sportifitas dan kejujuran dan mengembangkan permainan galasin
sebagai permainan tradisional yang patut ditumbuhkan kembali karena
mengandung proses pembelajaran yang bermanfaat bagi perkembangan anak.

E. Definisi Operasional
Untuk mendapatkan pemahaman yang sesuai, perlu adanya penyamaan pandangan
tentang berbagai definisi operasional yang terkait dengan penelitian ini, yaitu:
Galah asin, galasin, atau gobak sodor adalah sejenis permainan daerah dari Indonesia.
Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-
masing tim terdiri dari 3 - 5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak
bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan
seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area
lapangan yang telah ditentukan.
Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan garis-garis
yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segiempat dengan ukuran 9 x 4 m
yang dibagi menjadi 6 bagian. Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan
kapur.j Anggota grup yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu
anggota grup yang menjaga garis batas horisontal dan garis batas vertikal. Bagi anggota grup
yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas horisontal, maka mereka akan berusaha
untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang sudah
ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk
menjaga garis batas vertikal (umumnya hanya satu orang), maka orang ini mempunyai akses
untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan. Permainan ini sangat
mengasyikkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus selalu berjaga dan berlari
secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan.
Permainan tradisional galasin telah lahir sejak ribuan tahun yang lalu, hasil dari
proses kebudayaan manusia zaman dahulu yang masih kental dengan nilai-nilai kearifan
lokal. Meskipun sudah sangat tua, ternyata permainan tradisional gobag sodor memiliki
peran edukasi yang sangat manusiawi bagi proses belajar seorang individu, terutama anak-
anak.
Dikatakan demikian, karena secara alamiah permainan tradisional gobag sodor
mampu menstimulasi berbagai aspek-aspek perkembangan anak yaitu: motorik, kognitif,
emosi, bahasa, sosial, spiritual, ekologis, dan nilai- nilai/moral (Misbach, 2006). Dengan kata
lain, permainan tradisional gobag sodor dapat digunakan sebagai media pembelajaran.
Satu lagi langkah untuk memperkenalkan permainan tradisional adalah dengan
memasukkan permainan tradisional sebagai satu aktifitas kurikulum di peringkat sekolah atau
institusi pengajian tinggi. Kelak permainan tradisional hendaknya ditumbuhkan dan kelak
permainan tradisional yang digemari oleh mereka. Tambahan pula, pertandingan permainan
tradisional antara sekolah-sekolah akan menyemarakkan lagi semangat murid untuk
memahirkan diri dengan permainan-permainan tradisional tertentu. Langkah ini sudah tentu
dapat menghidupkan kembali kegemilangan permainan tradisional dalam kalangan generasi
muda di negara kita
Kesimpulannya, permainan tradisional memang wajar dikembalikan
kegemilangannya dalam kalangan generasi muda. Semua pihak hendaklah berganding bahu
untuk mempopularkan kembali warisan bangsa yang tidak ternilai harganya ini. Bak kata
pepatah, bulat air kerana pembetung, bulat manusia kerana muafakat. Jika tidak permainan
tradisional warisan berzaman ini hanya tinggal nama sahaja pada suatu masa nanti.
Kerjasama dan iltizam semua pihak akan dapat mempopularkan kembali warisan bangsa kita
sampai bila-bila. (Dr. Ghazali Lateh:2010)
Peran Permainan Tradisional(Anonim : 2013)
Permainan tradisional yang ada di berbagai Nusantara ini dapat menstimulasi berbagai aspek
perkembangan anak, seperti :
Aspek Motorik Melatih daya tahan, daya lentur,
sensorimotorik, motorik kasar, motorik
halus.
Aspek Kognitif Mengembangkan imaginasi kreatifitas,
strategi, antisipatif, pemahaman konstektual.
Aspek Bahasa Pemahaman konsep-konsep nilai.
Aspek Emosi Katarsis emosional, mengasah empati,
pengenalan diri.
Aspek Sosial Menjalin relasi, kerjasama, melatih
kematangan social dengan teman dan
melekatkan untuk melatih keterampilan
sosialisasi.
Aspek Spiritual Menyadari keterhubungan dengan sesuatu
yang bersifat agung (transcendental).
Aspek Ekologis Mmemahami pemanfaatan elemen-elemen
alam sekitar secara bijaksana.
Aspek Nilai-nilai Moral Menghayati nilai-nilai moral yang
diwariskan dari generasi terdahulu kepsa
generasi selanjutnya.
Bermain tidak lepas dari gerak sehingga gerak adalah kehidupan dan apabila gerak tersebut
berhenti maka kehidupannya pun akan berakhir. Dijelaskan dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi (2004:6) sebagai berikut:
1) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri
dan demokratis melalui akivitas jasmani.
2) Mengembangkan kemampuan gerak dan ketrampilan berbagai macam permainan dan
olahraga.
3) Mengembangkan ketrampilan pengelolaan diri dalam upaya mengembangkan dan
pemeliharaan
Cara Bermain:

1) Membuat garis-garis penjagaan dengan kapur seperti lapangan bulu tangkis, bedanya tidak ada
garis yang rangkap.

2) Membagi pemain menjadi dua tim, satu tim terdiri dari 3 – 5 atau dapat disesuaikan dengan
jumlah peserta. Satu tim akan menjadi tim “jaga” dan tim yang lain akan menjadi tim “lawan”.

3) Anggota tim yang mendapat giliran “jaga” akan menjaga lapangan , caranya yang dijaga adalah
garis horisontal dan ada juga yang menjaga garis batas vertikal. Untuk penjaga garis horisontal
tugasnya adalah berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati
garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi seorang yang mendapatkan tugas
untuk menjaga garis batas vertikal maka tugasnya adalah menjaga keseluruhan garis batas vertikal
yang terletak di tengah lapangan.

4) Tim yang menjadi “lawan”, harus berusaha melewati baris ke baris hingga baris paling belakang,
kemudian kembali lagi melewati penjagaan lawan hingga sampai ke baris awal.

Peraturan dalam permainan:

1) Pemain terbagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 3 – 5 orang (disesuaikan).

2) Jika 1 kelompok terdiri dari 5 orang maka lapangan dibagi menjadi 4 kotak persegi panjang, yang
berukuran 5m x 3m (disesuaikan).

3) Tim “jaga” bertugas menjaga agar tim “lawan” tidak bisa menuju garis finish.

4) Tim “lawan” berusaha menuju garis finish dengan syarat tidak tersentuh tim “jaga” dan dapat
memasuki garis finish dengan syarat tidak ada anggota tim “lawan” yang masih berada di wilayah
start.

5) Tim “lawan” dikatakan menang apabila salah satu anggota tim berhasil kembali ke garis start
dengan selamat (tidak tersentuh tim lawan).
6) Tim “lawan” dikatakan kalah jika salah satu anggotanya tersentuh oleh tim “jaga” atau keluar
melewati garis batas lapangan yang telah ditentukan. Jika hal tersebut terjadi, maka akan dilakukan
pergantian posisi yaitu tim “lawan” akan menjadi tim “jaga”, dan sebaliknya

BAB II
TEORITIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Permainan
● Menurut Hall
Permainan merupakan sisa-sisa periode perkembangan manusia waktu dulu tetapi
yang sekarang perlu sebagai stadium transisi dalam perkembangan individu.
● Menurut Schaller
Permainan memberikan kelonggaran sesudah orang melakukan tugasnya dan sekaligus
mempunyai sifat membersihkan. Permainan adalah sebaliknya dari bekerja.
● Menurut seorang ahli psikologi Rusia Ljublinkaja (1961) Permainan sebagai
pencerminan realitas, sebagai bentuk awal memperoleh pengetahuan. (Monks, 1982)
Dapat disimpulkan bahwa permainan merupakan perbuatan untuk menghibur hati
baik yang mempergunakan alat ataupun tidak menggunakan alat.

2. Pengertian Tradisional
Tradisi (Bahasa Latin: traditio, “diteruskan”) atau kebiasaan, dalam pengertian yang
paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari
kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya pada satu negara, kebudayaan, waktu
tertentu atau penganut agama.
● Menurut Imtima:2007
Tradisional adalah rumusan, cara atau konsep yang pertama kali lahir yang
dipergunakan oleh banyak orang di masanya.
● Menurut M Abed Al Kabir:2000
Tradisional adalah segala sesuatu yang diwarisi manusia dari orang tuanya baik itu
jabatan, harga pusaka, maupun keningratan.
● Menurut Atik Soepandi:1985-1986
Tradisional ialah segala apa yang diturunkan atau diwariskan secara turun temurun
dari orang tua atau nenek moyang.
● Menurut ahli lainnya
Permainan Tradisional merupakan kekayaan budaya bangsa yang mempunyai nilai-
nilai luhur untuk dapat diwariskan kepada anak-anak sebagai generasi penerus. Permainan
anak tradisional merupakan permainan yang mengandung wisdom (Suseno, 1999),
memberikan manfaat untuk perkembangan anak (Iswinarti, 2005), merupakan kekayaan
budaya bangsa (Sedyawati, 1999), dan refleksi budaya dan tumbuh kembang anak
(Krisdyatmiko, 1999). Hasil kajian yang dilakukan oleh peneliti (Iswinarti, Simposium
Nasional, 2005) bahwa permainan anak tradisional mempunyai hubungan yang erat dengan
perkembangan intelektual, sosial, emosi, dan kepribadian anak.
Jadi tradisional dapat diartikan segala sesuatu baik yang menggunakan alat atau tidak,
yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang. Dengan kata lain bisa disebut
dengan warisan yang harus dilestarikan keberadaannya.
3. Pengertian Permainan Galasin
Permainan tradisional galasin telah lahir sejak ribuan tahun yang lalu, hasil dari
proses kebudayaan manusia zaman dahulu yang masih kental dengan nilai-nilai kearifan
lokal. Meskipun sudah sangat tua, ternyata permainan tradisional galasin memiliki peran
edukasi yang sangat manusiawi bagi proses belajar seorang individu, terutama anak-anak.
Dikatakan demikian, karena secara alamiah permainan tradisional gobag sodor mampu
menstimulasi berbagai aspek-aspek perkembangan anak yaitu: motorik, kognitif, emosi,
bahasa, sosial, spiritual, ekologis, dan nilai- nilai/moral (Misbach, 2006). Dengan kata lain,
permainan tradisional gobag sodor dapat digunakan sebagai media pembelajaran.
Satu lagi langkah untuk memperkenalkan permainan tradisional adalah dengan
memasukkan permainan tradisional sebagai satu aktifitas kurikulum di peringkat sekolah atau
institusi pengajian tinggi. Kelak permainan tradisional hendaknya ditumbuhkan dan kelak
permainan tradisional yang digemari oleh mereka. Tambahan pula, pertandingan permainan
tradisional antara sekolah-sekolah akan menyemarakkan lagi semangat murid untuk
memahirkan diri dengan permainan-permainan tradisional tertentu. Langkah ini sudah tentu
dapat menghidupkan kembali kegemilangan permainan tradisional dalam kalangan generasi
muda di negara kita
Kesimpulannya, permainan tradisional memang wajar dikembalikan kegemilangannya
dalam kalangan generasi muda. Semua pihak hendaklah berganding bahu untuk
mempopularkan kembali warisan bangsa yang tidak ternilai harganya ini. Bak kata pepatah,
bulat air kerana pembetung, bulat manusia kerana muafakat. Jika tidak permainan tradisional
warisan berzaman ini hanya tinggal nama sahaja pada suatu masa nanti. Kerjasama dan
iltizam semua pihak akan dapat mempopularkan kembali warisan bangsa kita sampai bila-
bila. (Dr. Ghazali Lateh:2010)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Penelitian ini dilaksanakan pada 31 Januari 2019 di SMA Negeri 1 Caringin sampai
dengan selesai.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian itu merupakan cara ilmiah agar bisa memperoleh dan bisa
mengumpulkan data-data dengan fungsi dan tujuan tertentu. Metode yang digunakan dalam
penulisan proposal karya ilmiah ini adalah metode deskriptif dan metode kualitatif.
1. Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk
menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk
eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan
jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit
yang diteliti antara fenomena yang diuji. Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki
definisi jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan who dalam
menggali informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah
menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan
mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam
bentuk verbal atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan,
menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian,
menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi
bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.

2. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis . Proses dan makna (perspektif subjek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu
agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori ini
juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan
sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara
peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam
penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada
penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam
penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai
bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.

C. Sumber Data
Sumber data kami selaku peneliti adalah para siswa SD Negeri 2 Caringin dan anak-
anak di sekitar Kecamatan Caringin, yang kira-kira kami ambil sampel adalah 5 orang, dan
mencari beberapa informasi di berbagai situs internet.
No. Kelompok Narasumbe Mengetahui atau Sering Memilih
Narasumbe r tidak memainkann permainan
r ya atau tidak tradisional atau
modern
Mengetah Tida Serin Tida Tradision Moder
ui k g k al n
1 Siswa 5 4 1 1 4 1 4

D. Pengumpulan Data
Sebelum peneliti melakukan analisis dan observasi, peneliti melakukan persiapan,
yaitu:
1. Data responden yang akan dijadikan narasumber
2. Menyiapkan alat bahan saat akan melakukan observasi
3. Menyiapkan pertanyaan yang akan diajukan
4. Membagi tugas untuk setiap anggota
5. Mendatangi narasumber yang akan diwawancara
6. Merekam jawaban dari narasumber
7. Menelaah ulang hasil observasi, dan
8. Menyusun hasil observasi

E. Teknik Penelitian
1. Wawancara
Teknik wawancara adalah suatu teknik dalam mencari suatu informasi yang
biasanya dilakukan oleh seorang wartawan. Wawancara dalam berita merupakan
suatu bagian yang penting dalam sebuah proses pencarian suatu berita.
2. Observasi
Teknik observasi merupakan metode mengumpulkan data dengan mengamati
langsung di lapangan. Proses ini berlangsung dengan pengamatan yang meliputi
melihat, merekam, menghitung, mengukur, dan mencatat kejadian. Observasi bisa
dikatakan merupakan kegiatan yang meliputi pencatatan secara sistematik
kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang
diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah kegiatan untuk menghimpun informasi yang relevan
dengan topik atau masalah yang menjadi obyek penelitian. Informasi tersebut
dapat diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, tesis, disertasi, ensiklopedia,
internet, dan sumber-sumber lain. Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti
dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan
dengan penelitiannya.
BAB IV
HASIL ANALISIS DATA
A. Deskripsi Data
Pada penelitian ini data diperoleh dengan melakukan wawancara langsung yang
berupa mengajukan kepada narasumber yang berada di sekitar Kecamatan Caringin.
Narasumber tersebut meliputi anak-anak yang masih bersekolah di sekolah dasar. Pertanyaan
yang telah diajukan kepada narasumber selanjutnya ditanggapi dengan memberikan jawaban
dari setiap pertanyaan, penulis juga memberikan pertanyaan kembali saat narasumber telah
menjawab pertanyaan sebelumnya guna memperoleh data untuk kemudian dikelola oleh
peneliti.
B. Temuan Data
Penulis menemukan data sebagai berikut.
Tabel

No. Kelompok Narasumbe Mengetahui atau Sering Memilih


Narasumbe r tidak memainkann permainan
r ya atau tidak tradisional atau
modern
Mengetah Tida Serin Tida Tradision Moder
ui k g k al n
1 Siswa 5 4 1 1 4 1 4

»Grafik

Anda mungkin juga menyukai