Anda di halaman 1dari 10

BAB 2

KONSEP TEORI

2.1 Pengertian

Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan


membantu tenaga kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu
memperoleh informasi terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat
keputusan klinis yang efektif dan efisien sehingga dapat memberikan
perawatan terbaik kepada pasien (Macnee, 2011).

Sedangkan menurut (Bostwick, 2013) evidence based practice adalah


strategi untuk memperolah pengetahuan dan skill untuk bisa meningkatkan
tingkah laku yang positif sehingga bisa menerapkan EBP didalam praktik.

Dari kedua pengertian EBP tersebut dapat dipahami bahwa evidence


based practice merupakan suatu strategi untuk mendapatkan knowledge atau
pengetahuan terbaru berdasarkan evidence atau bukti yang jelas dan relevan
untuk membuat keputusan klinis yang efektif dan meningkatkan skill dalam
praktik klinis guna meningkatkan kualitas kesehatan pasien.

2.2 Tujuan

Tujuan utama di implementasikannya evidence based practice di dalam


praktek keperawatan adalah untuk meningkatkan kualitas perawatan dan
memberikan hasil yang terbaik dari asuhan keperawatan yang diberikan.
Selain itu juga, dengan dimaksimalkannya kualitas perawatan tingkat
kesembuhan pasien bisa lebih cepat dan lama perawatan bisa lebih pendek
serta biaya perawatan bisa ditekan (Madarshahian et al, 2012). Dalam
rutinitas sehari-hari para tenaga kesehatan profesional tidak hanya perawat
namun juga ahli farmasi, dokter, dan tenaga kesehatan profesional lainnya
sering kali mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul ketika
memilih atau membandingkan treatment terbaik yang akan diberikan kepada
pasien/klien, misalnya saja pada pasien post operasi bedah akan muncul
pertanyaan apakah teknik pernafasan relaksasi itu lebih baik untuk
menurunkan kecemasan dibandingkan dengan cognitive behaviour therapy,
apakah teknik relaksasi lebih efektif jika dibandingkan dengan teknik
distraksi untuk mengurangi nyeri pasien ibu partum kala I (Mooney, 2012).

Pendekatan yang dilakukan berdasarkan pada evidence based bertujuan


untuk menemukan bukti-bukti terbaik sebagai jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan klinis yang muncul dan kemudian mengaplikasikan
bukti tersebut ke dalam praktek keperawatan guna meningkatkan kualitas
perawatan pasien tanpa menggunakan bukti-bukti terbaik, praktek
keperawatan akan sangat terntinggal dan seringkali berdampak kerugian
untuk pasien. Contohnya saja education kepada ibu untuk menempatkan
bayinya pada saat tidur dengan posisi pronasi dengan asumsi posisi tersebut
merupakan posisi terbaik untuk mencegah aspirasi pada bayi ketika tidur.
Namun berdasarkan evidance based menyatakan bahwa posisi pronasi pada
bayi akan dapat mengakibatkan resiko kematian bayi secara tiba-tiba SIDS
(Melnyk & Fineout, 2011)

Oleh karena itu, pengintegrasian evidence based practice kedalam


kurikulum pendidikan keperawatan sangatlah penting. Tujuan utama
mengajarkan EBP dalam pendidikan keperawatan pada level undergraduate
student adalah menyiapkan perawat profesional yang mempunyai
kemampuan dalam memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas
berdasarkan evidence vased (Ashktorab, 2015). Pentingnya pelaksanaan EBP
pada institusi pendidikan yang merupakan cikal bakal atau pondasi utama
dibentuknya perawat profesional membutuhkan banyak strategi untuk bisa
meningkatkan knowledge dan skill serta pemahaman terhadap kasus real
dilapangan. Diantaranya adalah penggunaan virtual based patients scenario
dalam kegiatan problem based learning tutorial yang akan bisa memberikan
gambran real terhadap kondisi pasien dengan teknologi virtual guna
meningkatkan knowledge dan critical thinking mahasiswa.
Namun demikian untuk mengintegrasikan dan mengimplentasikan
evidence based kedalam praktik ada banyak hal yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan oleh seorang tenaga kesehatan yang profesional yaitu
apakah evidence terbaru mempunyai konsep yang relevan dengan kondisi
dilapangan dan apakah faktor yang mungkin menjadi hambatan dalam
pelaksanaan evidence based tersebut dan berapa biaya yang mungkin perlu
disiapkan seperti misalnya kebijakan pimpinan, pendidikan perawat dan
sumberdaya yang ahli dalam menerapkan dan mengajarkan EBP, sehingga
tidak semua evidence bisa diterapkan dalam membuat keputusan atau
mengubah praktek (Salminen et al, 2014)

2.3 Manfaat

Menurut (Trinder, 2012), manfaat EBP terdiri dari :

1. Menjadi jembatan antara penelitian dan praktik


2. Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk
3. Mencegah terjadinya informasi yang overload terkait hasil penelitian
4. Mengeleminasi budaya

2.4 Langkah-langkah

Berdasarkan (Melnyk et al., 2014) ada beberapa tahapan atau langkah


dalam proses EBP. Tujuh langkah dalam evidence based practice (EBP)
dimulai dengan semangat untuk melakukan penyelidikan atau pencarian
(inquiry) personal. Budaya EBP dan lingkungan merupakan faktor yang sangat
penting untuk tetap mempertahankan timbulnya pertanyaan-pertanyaan klinis
yang kritis dalam praktek keseharian. Langkah-langkah dalam proses evidance
based practice adalah sebagai berikut:

1) Menumbuhkan semangat penyelidikan (inquiry)

2) Mengajukan pertanyaan PICO(T) question

3) Mencari bukti-bukti terbaik


4) Melakukan penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan

5) Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk


membuat keputusan klinis terbaik

6) Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP

7) Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome)

2.5 Hambatan-hambatan

1. Berkaitan dengan penggunaan waktu

2. Keterampilan untuk mencari

3. Keterampilan dalam melakukan kritik riset

4. Akses terhadap jurnal dan artikel

2.6 Hasil Telaah 2 Jurnal Terbaru

Menurut Elysabeth dkk (2015), dengan judul Hubungan Tingkat


Pendidikan Perawat Dengan Kompetensi Aplikasi Evidence-Based Practice,
di Siloam hospitals Kebun Jeruk merupakan salah satu rumah sakit swasta
yang sedang berkembang dan concern akan pelaksanaan EBP. Hal ini tampak
dari inovasi-inovasi dan kegiatan yang diarahkan untuk mendukung EBP
seperti seminar-seminar yang mengangkat issue terkait EBP.

EBP merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam praktik


keperawatan kesehatan, yang berdasarkan evidence atau fakta. Jurnal
Introduction to Evidencebased nursing Dicenso; Bostrom, Suter, Luker,
Kenrick (2011), mengatakan proses menggabungkan temuan kualitas
penelitian yang baik dalam praktik keperawatan adalah tidak mudah. Selama
ini seringkali ditemui praktik-praktik atau intervensi yang berdasarkan
“biasanya juga begitu” sebagai contoh, sewaktu di pendidikan, cairan yang
digunakan dalam perawatan luka adalah Povidone-iodine 10%. Praktik ini
dipakai “over and over” meskipun yang bersangkutan menjelang pensiun bila
diberi masukan, kadangkadang jawaban yang ucapkan adalah “biasanya juga
begitu, pasien juga sembuh kok, kok repot... “ padahal menurut penelitian
baru air matang juga bisa di gunakan untuk perawatan luka (EvidenceBased
Nursing, 2008).

Berdasarkan studi awal pada 10 perawat Siloam Hospitals Kebun jeruk


didapatkan 40% perawat mengetahui EBP, 15 % tidak mengetahui EBP dan
45% perawat pernah mendengar EBP. Data diatas cukup menarik, dimana
proporsi perawat yang mengetahui EBP jumlahnya kurang dari 50%.
Sehingga fenomena ini mendorong perlunya adanya pengkajian lanjut,
faktorfaktor apa saja yang berhubungan dengan hal tersebut. Demikian halnya
dengan pendidikan, pendidikan merupakan salah satu karakteristik seorang
individu. Hal yang sama juga pada perawat, dimana pendidikan keperawatan
yang masih bervariasi. Pengetahuan seorang perawat dapat dipengaruhi oleh
pendidikan yang ditempuh oleh perawat tersebut. Kompetensi yang
ditetapkan pada setiap jenjang pendidikan pun berbeda.

Adapun karakteristik jenjang pendidikan perawat di SHKJ bervariasi


mulai dari SPK, D3 Keperawatan, dan S1 Keperawatan (Divisi Keperawatan
SHKJ, 2012). Jenjang pendidikan yang bervariasi ini dapat menyebabkan
perbedaan cara pandang dalam menilai dan perbedaan kemampuan dalam
menghadapi sesuatu.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Eizenberg (2010),


tentang Implementation of Evidence-Based Nursing Practice didapatkan
hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan praktik keperawatan.
Bila ditelusuri lebih lanjut mengenai karakteristik pendidikan perawat,
kategori tertinggi dalam aplikasi EBP didominasi oleh perawat yang memiliki
latar belakang pendidikan S1 Keperawatan, sementara perawat dengan latar
belakang pendidikan D-3 Keperawatan dan SPK mayoritas memiliki
kompetensi sedang.
Menurut Ligita (2012) dengan judul Pengetahuan, Sikap dan Kesiapan
Perawat Klinisi Dalam Implementasi Evidence-Base Practice, pengetahuan
perawat masih cukup rendah akan konsep Evidencebased Practice sehingga
membuat perawat saat ini belum cukup siap dalam mengimplementasikan
Evidence-based Practice. Akan tetapi sikap mereka cukup positif terhadap
langkah yang mesti dilakukan untuk mengimplementasikan Evidence-based
Practice. Adapun hal yang sangat mendukung pemahaman, sikap dan
kesiapan perawat dalam implementasi Evidence-based Practice ini adalah
tingkat pendidikan yang adekuat dan disertai dengan penguasaan komputer
dan keterampilan mencari literatur. Sedangkan faktor penghambatnya dapat
berupa minimnya penguasaan bahasa asing, waktu yang terbatas serta
pengetahuan yang belum cukup dalam memahami konsep Evidence-based
Practice. Penelitian lanjutan yang dilakukan dapat berupa identifikasi
manfaat penggunaan hasil riset pada perawatan pasien dengan melibatkan
responden yang terdiri dari pasien dan perawat.

Demikian juga halnya pada institusi– institusi pendidikan keperawatan


sebagai wahana pembelajaran calon perawat juga diharapkan dapat
mempersiapkan mahasiswa perawat dalam hal penguasaan akan EBP.
BAB 3

PEMBAHASAN

Evidence-based pratice adalah proses pengambilan keputusan klinis dengan


mengintegrasikan bukti penelitian terbaik dengan keahlian klinis dan penilaian
pasien. Evidence-based practice dapat menjadi kerangka kerja yang menguji,
mengevaluasi, dan menerapkan temuan-temuan penelitian dengan tujuan untuk
memperbaiki pelayanan keperawatan kepada pasien (Carlson, 2010). Sehingga,
sebelum membuat keputusan klinis yang terbaik bagi pasiennya, tenaga kesehatan
harus mempertimbangkan dan mengacu pada hasil-hasil penelitian yang terkini
dan terbaik.

Sejak dua dekade yang lalu, perawat dituntut agar dapat memberikan asuhan
keperawatan berdasarkan evidence-based practice (Hart, et al. dalam Setyawati,
2017). Evidence based practice merupakan kerangka kerja praktik klinik yang
dilakukan berdasarkan bukti ilmiah terbaik yang didapat melalui penelitian,
pengalaman klinik perawat serta pilihan pasien dalam menentukan keputusan
klinik dalam pelayanan kesehatan (Carlson dalam Setyawati, 2017). Dimana
tujuan dari penerapan evidence-based practice ini adalah untuk memberikan
pelayanan yang terbaik bagi pasien.

Grinspun dkk dalam Hapsari (2011) menyatakan tujuan EBP memberikan


data pada perawat praktisi berdasarkan bukti ilmiah agar dapat memberikan
perawatan secara efektif dengan menggunakan hasil penelitian yang terbaik,
menyelesaikan masalah yang ada di tempat pemberian pelayanan terhadap pasien,
mencapai kesempurnaan dalam pemberian asuhan keperawatan dan jaminan
standar kualitas dan memicu inovasi.

Dalam konsep pendidikan keperawatan di Indonesia, sejak menempuh


jenjang pendidikan keperawatan, perawat dan bidan sudah dituntut untuk berperan
serta dalam kegiatan penelitian dalam bidang keperawatan dan menggunakan hasil
penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan atau asuhan keperawatan
(Simamora dalam Setyawati, 2017). Akan tetapi, kondisi lingkungan kerja yang
tidak menerapkan evidence-based practice dalam pemberian asuhan keperawatan,
dapat menyebabkan perawat dan tenaga kesehatan lainnya lupa dengan
kompetensi penerapan evidence-based practice

Kompetensi EBP (Evidence Based Practice) meliputi pengambilan keputusan


klinis, pemikiran kritis, identifikasi masalah, dan pengukuran hasil. Mahasiswa
pada jenjang sarjana diperkenalkan pada konsep EBP untuk membangun
pemahaman dan kompetensi dalam menerapkan EBP. Tahapan EBP dimulai
dengan mengidentifikasi pertanyaan klinis terkait masalah yang muncul pada saat
praktik keperawatan. Dengan menggunakan proses EBP untuk mengatasi masalah
praktik, mahasiswa dipandu melalui tahapan dan langkah langkah untuk meninjau
penelitian dan mengembangkan rencana implementasi EBP (Hande, Williams,
Robbins, Kennedy, & Christenbery, 2017). Kemudian mahasiswa mencari
literatur ilmiah untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan masalah
tersebut, dan menilai secara kritis informasi untuk menentukan intervensi terbaik.

Evidence-based practice merupakan prioritas utama bagi pemimpin


keperawatan di organisasi pelayanan kesehatan di negara maju (Hart et al. dalam
Setyawati, 2017). Perawat dalam tatanan klinis harus menggunakan
evidence-based practice dan penelitian untuk mempertajam keterampilan klinis
mereka, mengembangkan dan menerapkan standar operasional prosedur,
melaksanakan intervensi keperawatan yang efektif, dan mengembangkan rencana
perawatan untuk mengoptimalkan keberhasilan perawatan pada pasien. Oleh
karena itu, dalam penerapan evidence-based practice dalam pemberian asuhan
keperawatan diperlukan perawat yang profesional dan kompeten.

Dalam konsep pendidikan keperawatan di Indonesia, sejak menempuh


jenjang pendidikan keperawatan, perawat dan bidan sudah dituntut untuk berperan
serta dalam kegiatan penelitian dalam bidang keperawatan dan menggunakan hasil
penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan atau asuhan keperawatan
(Simamora dalam Setyawati, 2017). Akan tetapi, kondisi lingkungan kerja yang
tidak menerapkan evidence-based practice dalam pemberian asuhan keperawatan,
dapat menyebabkan perawat dan tenaga kesehatan lainnya lupa dengan
kompetensi penerapan evidence-based practice.

Cook dalam AIPNI (dalam Elysabeth, 2014), mengatakan perawat dalam


penggunaan EBP dapat menilai Evidence dan merumuskan solusi berdasarkan
bukti-bukti terbaik yang tersedia, untuk itu perawat perlu diperkenalkan
kurikulum pendidikan seperti pelatihan-pelatihan yang membangun kompetensi
perawat untuk mempersiapkan mereka untuk memiliki pemahaman yang lebih
besar dan pengendalian peristiwa yang mungkin terjadi selama situasi. Majid et al
(dalam Elysabeth, 2014) mengatakan bahwa EBP adalah salah satu teknik yang
cepat untuk perkembangan keperawatan karena EBP efektif dalam penanganan
masalah-masalah klinis dan memberikan perawatan-perawatan
DAFTAR PUSTAKA

Elysabeth, Dame dkk. (2015). Hubungan Tingkat Pendidikan Perawat Dengan


Kompetensi Aplikasi Evidence-Based Practice. Jurnal SKOLASTIK
KEPERAWATAN Vol. 1, No.1 Januari – Juni 2015

Carlson, E. A. (2010). Evidence-Based Practice for Nurses: Appraisal and


Application of Research. Orthopaedic Nursing, 29(4), 283–284.

Hapsari, E. D. (2011). Evidence based practice science: Unique, diversity, and


innovation. Diakses Tanggal 8 agustus 2012 dari Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada. Indonesia.

Eizenberg., M., M. ( 2010). Implementation of Evidence – based nursing practice:


nurses’ personal and professional factors. Diakses Tanggal 8 agustus 2012 dari
Department of Health System Management Yezreel Valley College, Israel.

Setyawati, dkk. (2017). Peningkatan Pengetahuan Perawat dan Bidan Tentang


Evidence Based Practice Melalui Pelatihan Penerapan Evidence Based Practice.
Jurnal Aplikasi Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat. Vol. 6, No. 1

Elysabeth, dkk. (2014). Hubungan Tingkat Pendidikan Perawat dengan


Kompetensi Perawat dalam Melakukan Evidence Based Practice. Jurnal
Keperawatan ‘Aisyiyah. Vol. 1, No.2

Anda mungkin juga menyukai