Mbob
Mbob
BAB I
PENDAHULUAN
Noureldin, dkk telah melakukan penelitian ini dan menyatakan bahwa sistem
skoring STONE lebih memberikan hasil yang lebih akurat dalam menentukan angka
bebas batu dibandingkan sistem skoring yang lain.4
1.2. Rumusan Masalah
Apakah skoring STONE dapat digunakan untuk memprediksi kejadian bebas batu
paska tindakan nefrolitotomi perkutan (PCNL)?
Hipotesis Penelitian:
Skoring STONE dapat digunakan untuk memprediksi kejadian bebas batu paska
tindakan nefrolitotomi perkutan (PCNL)
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk menilai Skoring STONE dalam memprediksi kejadian bebas batu paska
tindakan nefrolitotomi perkutan (PCNL).
1.4 Manfaat Penelitian
1. Kepentingan Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ilmiah tentang peranan
nilai skoring STONE dalam memprediksi bebas batu paska tindakan nefrolitotomi
perkutan (PCNL) sehingga tindakan yang adekuat sebelum prosedur dapat
dioptimalkan.
2. Kepentingan Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan angka bebas batu
paska tindakan nefrolitotomi perkutan (PCNL)
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nefrolitiasis
2.1.1. Definisi
Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan suatu keadaan dimana terdapat satu atau
lebih batu di dalam pelvis atau kaliks dari ginjal.
2.1.2. Etiologi
Secara garis besar pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh faktor intrinsik
dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan,
sedangkan faktor ekstrinsik yaitu kondisi geografis, iklim, kebiasaan makan, zat
yang terkandung dalam urin, pekerjaan, dan sebagainya. 4
2.1.3. Faktror Risiko
Faktor risiko nefrolitiasis (batu ginjal) umumnya biasanya karena adanya
riwayat batu di usia muda, riwayat batu pada keluarga, ada penyakit asam urat,
kondisi medis lokal dan sistemik, predisposisi genetik, dan komposisi urin itu
sendiri. Komposisi urin menentukan pembentukan batu berdasarkan tiga faktor,
berlebihnya komponen pembentukan batu, jumlah komponen penghambat
pembentukan batu (seperti sitrat, glikosaminoglikan) atau pemicu (seperti
natrium, urat). Anatomis traktus anatomis juga turut menentukan kecendrungan
pembentukan batu.5.6
2.1.4. Klasifikasi
Nefrolitiasis berdasarkan komposisinya terbagi menjadi batu kalsium, batu
struvit, batu asam urat, batu sistin, batu xanthine, batu triamteren, dan batu
silikat.
2.1.5. Patogenesis
Pembentukan batu pada ginjal umumnya membutuhkan keadaan supersaturasi.
Namun pada urin normal, ditemukan adanya zat inhibitor pembentuk batu. Pada
kondisi-kondisi tertentu, terdapat zat reaktan yang dapat menginduksi
4
b. Hiperoksaluri
Merupakan eksresi oksalat urin yang melebihi 45 gram perhari.
c. Hiperurikosuria
Kadar asam urat di dalam urin yang melebihi 850mg/24 jam.
d. Hipositraturia
Sitrat yang berfungsi untuk menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau
fosfat sedikit.
e. Hipomagnesuria
Magnesium yang bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium
kadarnya sedikit dalam tubuh. Penyebab tersering hipomagnesuria adalah
penyakit inflamasi usus yang diikuti dengan gangguan malabsorbsi.
2. Batu Struvit
Batu yang terbentuk akibat adanya infeksi saluran kemih.
3. Batu Asam Urat
Biasanya diderita pada pasien-pasien penyakit gout, penyakit mieloproliferatif,
pasien yang mendapatkan terapi anti kanker, dan yang banyak menggunakan
obat urikosurik seperti sulfinpirazon, thiazid, dan salisilat.
4. Batu Jenis Lain
Batu sistin, batu xanthine, batu triamteran, dan batu silikat sangat jarang
dijumpai.5
jarang di jumpai pada penderita. Dapat juga muncul adanya gross atau
mikrohematuria.5
Selain dari keluhan khas yang didapatkan pada penderita nefrolitiasis, ada
beberapa hal yang harus dievaluasi untuk menegakkan diagnosis, yaitu:
1. Evaluasi skrining yang terdiri dari sejarah rinci medis dan makanan, kimia darah,
dan urin pada pasien.
3. Foto Rontgen Abdomen yang digunakan untuk melihat adanya kemungkinan batu
radio-opak.
4. Pielografi Intra Vena yang bertujuan melihat keadaan anatomi dan fungsi ginjal.
Pemeriksaan ini dapat terlihat batu yang bersifat radiolusen.
5. Ultrasonografi (USG) dapat melihat semua jenis batu.
6. CT Urografi tanpa kontras adalah standar baku untuk melihat adanya batu di
traktus urinarius.5,7
2.1.7. Tatalaksana
Tujuan utama tatalaksana pada pasien nefrolitiasis adalah mengatasi nyeri,
menghilangkan batu yang sudah ada, dan mencegah terjadinya pembentukan
batu yang berulang.
2.1.8 Komplikasi
Batu mungkin dapat memenuhi seluruh pelvis renalis sehingga dapat
menyebabkan obstruksi total pada ginjal, pasien yang berada pada tahap ini
dapat mengalami retensi urin sehingga pada fase lanjut ini dapat menyebabkan
hidronefrosis dan akhirnya jika terus berlanjut maka dapat menyebabkan gagal
ginjal yang akan menunjukkan gejala-gejala gagal ginjal seperti sesak,
hipertensi, dan anemia.6 Selain itu stagnansi batu pada saluran kemih juga dapat
menyebabkan infeksi ginjal yang akan berlanjut menjadi urosepsis dan
merupakan kedaruratan urologi, keseimbangan asam basa, bahkan
mempengaruhi beban kerja jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh.7
tindakan PCNL antara lain riwayat operasi sebelumnya dapat menjadi predictor
durasi PCNL, lamanya rawatan, dan Clavien skor. Adanya infeksi saluran
kemih hanya dapat memprediksi lamanya rawatan. PCNL aman dilakukan pada
pasien dengan ASA skor resiko tinggi.
Terdapat beberapa sistem skoring yang tersedia dalam memprediksi kejadian
paska PCNL antara lain skoring CROES, Guys, dan S-ReSC. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Vernez didapatkan bahwa masing masingskoring memiliki
kelemahan dan kelebihan tersendiri. Misalnya, Skoring S-ReSC yang lebih
mudah yaitu dengan lokasi batu saja namun ternyata sangat dipengaruhi oleh
BMI dan ras. Skoring CROES menggunakan normogram dan dapat juga
memprediksi lama rawatan, namun skoring ini dibuat dengan tingkat
konfirmatif radiologis yang lemah dari kelainan pelvikalises dan penggunaan
normogram sendiri akan menghabiskan waktu lebih banyak. Skoring Guys juga
adalah system yang mudah namun dengan kelemahan yang sama dengan
CROES. Skoring STONE dapat menjadi pilihan karena melibatkan CT Scan
sehingga hasilnya lebih detail dan dapat diaplikasikan pada semua populasi
dengan risiko rendah sampai tinggi walaupun studi STONE sendiri masih
banyak yang dilakukan dalam populasi kecil sehingga cut off masih bervariasi.
Skoring ini dapat dibagi menjadi skor 1-2 untuk risiko rendah, 3-4 untuk risiko
sedang, dan diatas 5 untuk risiko tinggi yakni untuk mengalami kegagalan
prosedur PCNL dan komplikasi.4
Kemajuan dalam teknologi telah menjadikan tindakan PCNL menjadi tindakan
operasi yang lebih unggul dibanding operasi terbuka. Pelaporan hasil PCNL
yang berbeda-beda mendorong kebutuhan akan adanya alat prognostik untuk
memprediksi angka keberhasilan operasi dalam bentuk sistem skoring. Sistem
skoring STONE pertama kali diusulkan oleh Okhunov dkk tahun 2013 dan
didasarkan pada 5 variabel yang didapat dari Non Contrast Computed
Tomography (NCCT) pra-operasi. Kelima variabel tersebut disingkat menjadi
suatu akronim “STONE” yang terdiri dari: Size = ukuran batu (mm2), Track
Length = jarak batu ke kulit (mm), Obstruction = ada atau tidaknya obstruksi,
10
Variabel Score
1 2 3 4
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain
Penelitian ini merupakan kohort prospektif yang menguji skoring STONE
sebagai alat yang dapat memprediksi kejadian angka bebas batu pada kasus batu saluran
kemih paska tindakan PCNL. Terdapat lima variable yang dinilai dalam system skoring
STONE ini yakni ukuran batu (mm2), jarak batu ke kulit (mm), ada tidaknya obstruksi,
dan jumlah kaliks yang terlibat, serta densitas batu yang menggambarkan kepadatan batu
(HU).
Tindakan PCNL
sedangkan untuk data kategorik diuji menggunakan Chi Square atau Fisher test. Variabel
yang bermakna pada uji analisis univariat lalu dilanjutkan ke analisa multivariat. Uji
korelasi menggunakan Spearman (untuk data distribusi normal) atau Pearson (data
distribusi tidak normal). Analisa kurva receiving operator characteristic (ROC) akan
dilakukan untuk menunjukkan kemampuan sensitivitas dan spesifisitas dari skoring
STONE Pengolahan dan analisa data statistik menggunakan software statistik SPSS,
nilai p <0,05 dikatakan bermakna secara statistik.