Anda di halaman 1dari 12

PEROKOK PASIF BENCANA YANG TERLIJPAKAN

Julianty Pradono', Ch. M. ~ristanti'

PASSIVE SMOKERS UNAWARENESS PROBLEM

Abstract. Acc~ortlingto National Socio-econonzica Survey (SUSENAS) ,7001, u t o t ~ of ~ l 54% of


the I~lcionesiunza1e.s were snzokers; anzorlg thenz 52 % hud heen snlokirzg nzore than 30 years;
uncl 49 % snzoke 11-20 cigurettes per clay. It is well krzowrl that achieve smoking has u
~legtltive itnpuct towurds other house hold members (wonzen and children) us passive
~ ~ n u k e r 111
s . the exterlcled unulysis of'SUSENAS 2001, it was ,found that the prevalence qf
pus~ivesnzokers was 49 % or estinzuted to be 97,560,002 men and wonzen out qf ull the
popzllutior~ in Irltlorlesia, i.e. 32 % Llrnorzg nzales urzcl 66 ?4 arnorlg ,fknzules. The highest
pretnlence c?f passive smokers was chilclren under 5 yeurs and 5- 14 j9rar.\ of' age. An e,stinzate
of 48,594 .fenlalev' pussive snzokers hurl potencjl to get re.\pirator~s trLic2tczzrv*inomtr,which
~rlightcost 8,712,000 rupiahs per case per year for nzetlicul treutmellt urlrl the tutu1 rnetiical
co.\t fi)r passive snzokers will be 42,335,000,000rupiu11sper year.

angka perokok pada perempuan masih cu-


kup rendah dibanding pada laki-laki, se-
Rokok bukan hanya masalah perokok dangkan orang yang ada- di sekelilingnya
aktif tetapi juga perokok pasif. Karena umumnya adalah perempuan dan anak-
asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, anak. Dengan demikian perokok pasif me-
200 di antaranya merupakan racun antara rupakan masalah perempuan dan anak
lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic karena dampak negatif dari asap rokok
Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain- (Environnzental Tobacco SnzokelETS) ter-
lain, serta partikulat pemicu kanker seperti hadap kesehatan mereka 4 . Pada perem-
tar, benzo pyrenes, vinyl chlorida, nitro- puan hamil, keterpaparan terhadap asap ro-
sonor nicotine I . Nikotin dapat menim- kok dapat mengganggu perkembangan fet-
bulkan ketagihan baik pada perokok aktif us 2 . Untuk anak efek keterpaparan terha-
maupun perokok pasif 2 . dap ETS bervariasi dari masa bayi, anak
Berbagai penelitian membuktikan, dan remaja. Masa bayi dan anak meru-
perokok pasif mempunyai risiko yang sa- pakan periode rawan karena organ-organ
ma besar dengan perokok aktif untuk ter- tubuh seperti paru sedang tumbuh. Anak
yang dilahirkan oleh ibu perokok atau ibu
kena penyakit jantung koroner, stroke, em-
physema, kanker paru, penyakit paru kro- perokok pasif akan mempunyai tabiat yang
nis yang semuanya itu merupakan sebab kasar dibandingkan dengan anak dari ibu
utama kematian !Di negara berkembang bukan perokok atau tidak terpapar asap

' Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes


Bul. Penel. Kesehatan. Vol. 3 1 , No. 4, 2003: 21 1-222

rokok. Hal ini disebabkan karena tergang- paparan terhadap asap rokok". Indonesia
gunya pertumbuhan susunan saraf pusat merupakan satu dari 40 negara yang telah
anak tersebut dalam kandungan 5 . menandatangani perjanjian untuk berparti-
sipasi secara penuh dalam mengembang-
~lizabeth' melaporkan risiko terkena
kan program pengendalian rokok tingkat
kanker paru pada perempuan yang sudah
nasional untuk menekan kematian dan pe-
terpapar dalam lingkungan ETS sejak masa
nyakit-penyakit yang berhubungan dengan
anak-anak adalah 3,25 kali (95% CI, 2,42-
penggunaan rokok.
7,46) dibandingkan dengan yang tidak ter-
papar ETS. Juga disimpulkan adanya ke- Hasil analisa lanjut Susenas 2001
cendrungan peningkatan RR dari kanker menunjukkan prevalensi perokok aktif di
saluran napas sejalan dengan peningkatan Indonesia pada laki-laki umur 10 tahun ke
lamanya paparan ETS dengan nilai ber- atas adalah 54,5%, sedangkan perokok ak-
makna sebesar 0,03. tif perempuan 1,2%1°. Sebesar 68,9% pe-
rokok mulai merokok pada umur kurang
Saat ini perusahaan tembakau kaliber
dari 20 tahun. Umur mulai merokok pada
dunia telah membuat strategi untuk mem-
usia muda (< 20 tahun) meningkat sebesar
perluas pemasaran tembakau kepada pe-
12,5%11dalam kurun waktu 5 tahun. Lebih
rempuan dan anak-anak, terutama di nega-
dari separuh (52,1%) laki-laki umur 40 ta-
ra berkembang yang padat penduduknya7.
hun ke atas merokok selama 30 tahun atau
Industri tembakau memanfaatkan proses
lebih dan 40% dari mereka merokok sela-
globalisasi untuk menimba keuntungan de-
ma 21-30 tahun. Lebih dari separuh pero-
ngan mempromosikan tembakau yang di-
kok mengkonsumsi 10 batang rokok atau
kaitkan dengan citra sehat seorang pe-
lebih per hari. Umur dini nlulai merokok
rempuan, kelangsingan. gaya hidup mo-
yang terus meningkat, disertai lama me-
dern dan bebas. Dengan perkataan lain,
rokok dan dosis rokok yang cukup tinggi
bencana sedang menimpa negara berkem-
pada sebagian besar perokok laki-laki. Pe-
bang melalui perluasan jangkauan industri
rokok aktif yang mengaku merokok dalam
tersebut ke negara berpenghasilan rendah
rumah ketika bersama dengan anggota
yang rawan dalam ha1 kesehatan dan peng-
keluarga lainnya sebesar 9 1,8%1°, ha1 ini
hasilan8.
meliputi 64% rumah tangga sampel dalam
Penggunaan tembakau melalui rokok modul Susenas 200 1 1 2 . Dengan demikian
memberi kontribusi terhadap ketidakseta- jumlah sampel perokok aktif yang me-
raan gender dan telah merusak hak perem- rokok dalam rumah 7 1.189 penduduk dan
puan dan anak untuk sehat, sebagai hak jumlah perokok pasif meliputi 133.694
manusia yang paling mendasar. Konferensi penduduk. Sesudah diinflat jumlah pe-
Internasional "Kontrol Tembakau" pada rokok aktif menjadi 55.3 l 1.513 penduduk
bulan Mei 2003 mengadopsi Framework dan jumlah perokok pasif 97.560.002 pen-
Convention on Tobacco Control (FCTC) duduk.
yang bertujuan melindungi generasi seka-
Dari dua ha1 tersebut di atas nampak
rang dan masa depan dari dampak merusak
betapa besar jumlah perokok pasif yang
terhadap kesehatan, sosial, lingkungan dan
merupakan penduduk yang tinggal seru-
ekonomi akibat penggunaan tembakau dan
mah dengan perokok aktif yang merokok
Perokok Pasif Bencana.. ..... . .........(Pradono et.al)

dalam rumah. Dan kalau perokok aktif pasif perempuan menderita kanker saluran
berisiko, maka risiko yang hams ditang- napas akibat asap rokok.
gung oleh perokok pasif lebih luas lagi.
Perhitungan dengan menggunakan
Kepada penduduk yang terpapar asap rumus:
rokok dari lingkungan atau perokok pasif
Prevalensi kanker saluran napas pada
perlu kajian lebih lanjut untuk mengetahui
perempuan adalah hasil penjumlahan dari
seberapa besar pem~asalahanperokok pasif
jumlah prevalensi perokok pasif perem-
di Indonesia, penduduk niana yang lebih
puan dikali jumlah seluruh perokok pasif
banyak terkena, kelompok umur mana dan
perempuan ditambah dengan hasil per-
berbagai karakteristik lainnya yang terkait.
kalian jumlah prevalensi non perokok
Juga perlu dilakukan kajian perkiraan
perempuan dengan jumlah seluruh non pe-
jumlah populasi perempuan perokok pasif
rokok perempuan dibagi dengan populasi
yang berisiko terkena kanker saluran per-
perempuan.
napasan dan jumlah biaya yang harus di-
tanggung setiap tahun sebagai akibatnya. Di mana,
nilai Risk Ratio 3,25 yang menunjuk-
BAHAN DAN METODA kan bahwa perempuan yang terpapar
dalam lingkungan ETS sejak masa
Kajian ini nierupakan analisis lanjut anak-anak berisiko 3,25 kali terkena
dari data modul Susenas 2001. Dalam ana- kanker saluran napas dibanding dengan
lisis yang dirnaksud dengan perokok pasif yang tidak terpapar ETS ".
adalah penduduk bukan perokok yang ting- Prevalensi kanker saluran napas pada
gal serumah dengan perokok aktif, yang perempuan 0,026% 1 3 .
nierokok dalani rumah. Perokok aktif ada-
lah penduduk yang dalam satu bulan ter- HASIL
akhir merokok, baik di dalam maupun di
luar rumah. Perokok Pasif Laki-laki dan Perempuan
Analisis deskriptif dilakukan untuk Secara keseluruhan prevalensi pe-
melihat prevalensi perokok pasif pada laki- rokok pasif pada semua umur di Indonesia
laki dan perempuan menurut berbagai ka- adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002 pen-
rakteristik seperti umur, status kawin, dae- duduk. Prevalensi perokok pasif pada laki-
rah perkotaanlpedesaan, provinsi, dan ka- laki 3 1,8% atau 3 1.879.188 penduduk dan
wasan yang dibedakan atas Jawa Bali, Su- pada perempuan 66% atau 65.680.814 pen-
matera dan Kawasan Timur Indonesia1 duduk.
Katimin. Analisis data dilakukan dengan Prevalensi perokok aktif pada laki-
menggunakan program SPSS win versi laki umur 10 tahun ke atas adalah sebesar
10.0. Juga dilakukan perhitungan jumlah 54,5%, pada perempuan 1,2%. (Tabel I )
populasi perempuan perokok pasif yang
berisiko terkena kanker saluran pernapa- Perokok Pasif Menurut Provinsi
san, dan jumlah perkiraan biaya yang hams
ditanggung setiap tahun apabila perokok Pada perempuan di setiap provinsi
prevalensi perokok pasif selalu lebih tinggi
Bul. Penel. Kcsellatan. Vol. 3 1. No. 4, 2003: 21 1-222

daripada laki-laki dengan angka berkisar valensi perokok pasif jauh lebih rendah
antara 46,3%-76,9%. Prevalensi tertinggi yaitu 23,4% dan pada kelompok umur 25
di Bengkulu dan Lampung dan prevalensi sampai dengan 50 tahun ke atas prevalensi
terendah di Bali. perokok pasif sangat rendah yaitu berkisar
antara 9,6-5,3%.
Provinsi dengan prevalensi perokok
pasif cukup tinggi yaitu antara 71,296- Pada perempuan prevalensi tertinggi
75,2% adalah Riau, Sumatra Barat, Sumat- juga pada uinur muda 0-15 tahun, pada
ra Selatan, dan Gorontalo, sedangkan pro- kelompok umur 0-4 tahun sebesar 69,596,
vinsi dengan prevalensi perokok pasif kelompok umur 5-9 tahun 70,6%), umur
tinggi yaitu antara 52,4%-58,9% adalah 10-14 tahun 70,4%. Pada kelompok umur
D.I. Yogyakarta, DKI Jakarta, Kalimantan 15-19 tahun mash cukup tinggi yaitu
Selatan, Kalimantan Timur, dan Irian Jaya. 67,6%. Pada kelompok umur 20-34 tahun
prevalensi perokok pasif pada perempuan
Pada laki-laki di setiap provinsi pre-
masih berkisar antara 65,6-64,8% kemu-
valensi perokok pasif berkisar antara
dian pada kelompok umur 35-49 tahun te-
22,6%-38,5%. Prevalensi tinggi di Suma-
tap berkisar antara 67,4-68,8%). Pada ke-
tra Utara (38,5%), Bengkulu (37,6%) dan
lompok umur 50 tahun ke atas prevalensi
Sumatra Barat (36,9%). Prevalensi rendah
perokok pasif pada perempuan masih se-
adalah di D.I.Yogyakarta (22,6%), Bali
besar 56,3%. (Tabel 3)
(23,4%), DKI ~ak&ta(27,0%), Jawa Timur
Perokok Pasif Menurut Status Kawin
Perokok Pasif Menurut Kelompok Pada perempuan prevalensi perokok
Umur pasif cukup tinggi, yang berstatus kawin
Pada laki-laki prevalensi perokok yaitu 70,4%, kemudian juga yang berstatus
belum kawin sebesar 66,9%), sedangkan
pasif tertinggi adalah pada kelompok umur
yang berstatus cerai sebesar 40,6%. Pada
muda 0-14 tahun, pada kelompok umur 0-4
tahun sebesar 69,5%, kelompok umur 5-9 laki-laki prevalensi perokok pasif tertinggi
yang berstatus belum kawin yaitu 57,296,
tahun sebesar 70,60/;),pada 10-14 tahun se-
sedangkan yang berstatus kawin dan cerai
besar 70,7%. Pada kelompok umur 15- 19
tahun sebesar 5 1,1%, dan pada kelompok sangat rendah yaitu masing-masing 3,4%
umur selanjutnya yaitu 20-24 tahun pre- dan 9,7%. (Tabel 3)

Tabel 1. Prevalensi Perokok Pasif dan Perokok Aktif pada Laki-Laki


dan Perempuan, Susenas 2001
-

Laki-laki Perempuan Total


Perokok pasif * 3 1,8 66,O 48,9
Perokok aktif ** 543 ---- 1,2 27,7
* : semua golongan ulnur
**:golongan umur I0 tahun ke atas
Perokok Pasif Bencana.. ...............( Pradono et.al)

Tabel 2. Prevalensi Perokok Pasif Semua Golongan Umur pada Laki


dan Perempuan Menurut Provinsi, Susenas 2001

Provinsi Prevalensi Perokok pasif (%)


Laki dan Perem~uan N
1. Sumatera Utara 54,4 6.298.724
2. Sumatera Barat 54,9 2.334.423
3. Riau 53.5 2.613.743
4. Jambi 5 1,2 1.247.573
5. Sumatera Selatan 53,8 3.729.991
6. Bengkulu 56,6 807.089

8. Bangka Bilitung 50,2 483.384


9. DKI Jakarta 41.3 3.164.643
10. Jawa barat 5 1.4 18.552.912
1 1. Jawa Tengali 48,3 15..013.043
12. D.I. Yogyakarta 37,8 1.180.816
13. Jawa Timur 44,9 15.586.707
14. Banten 52.3 4.31 8.893
15. Bali 34,8 1099.248
16. NTB
17. NTT
18. Kalimantan Barat 49,l 1.859.273
19. Kalimantan Tengah 48,4 890.958
20. Kalimantan Selatan 42,2 1.268.594
2 1. Kalitnantan Timur 43,9 1.094.302
22. Sulawesi Utara 473 949.404
23. Sulawesi Tengah 50,O 1.050.681
24. Sulawesi Selatan 49,4 3.876.994
25. Sulawesi Tenggara 49,2 893.270
26. Gorontalo 54,4 464.409
27. Irian Jaya 44.8 966.663
Total 48,9 97.560.002
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 31. No. 4. 2003: 21 1-222

Perokok Pasif Menurut Kawasan Sebesar 32,8% perempuan tidak me-


rokok dan tidak tinggal dengan perokok
Prevalensi perokok pasif perempuan
aktif, sedangkan jumlah perempuan tidak
di ketiga kawasan yaitu Jawa Bali, Suma-
merokok secara keseluruhan baik yang
tra, dan Kawasan Timur Indonesia (Kati-
tinggal bersama keluarga yang merokok
min) menunjukkan angka yang lebih tinggi
maupun yang tinggal dengan keluarga
dibanding pada laki-laki. Di Jawa Bali pre-
yang tidak merokok adalah 99.453.147.
valensi perokok pasif perempuan 64,9%
Dengan demikian jumlah populasi perem-
dan pada laki-laki sebesar 30,1%. Di Su-
puan yang tidak merokok dan tidak tinggal
matra prevalensi perokok pasif perempuan
dengan perokok aktif adalah 32,8% x
72,2% dan pada laki-laki sebesar 36,9%.
99.453.147 = 32.661.130.
Di Katimin prevalensi perokok pasif pe-
rempuan 63,596 dan pada laki-laki sebesar Perhitungan dengan menggunakan
3 1,8%. (Tabel 3) rumus didapatkan:
Prevalensi non perokok perempuan terkena
Perokok Pasif Menurut Daerah kanker saluran napas = 0,000329
Di perkotaan maupun di pedesaan, Prevalensi perokok pasif prmp ter-
prevalensi perokok pasif perempuan lebih kena kanker saluran napas= 3,25 x 0,0329
tinggi dari pada laki-laki. Di perkotaan = 0,OO 1069
prevalensi perokok pasif pada perempuan Dengan demikian akibat rokok ada
60,2% dan pada laki-laki 29,6%. Di pede- kenaikan prevalensi kanker saluran napas
saan prevalensi perokok pasif pada pe- pada perempuan yang terpapar sejak masa
rerrnpuan 70,6% dan pada laki-laki 33,4%. anak-anak sebesar 0,001069 - 0,000329 =
(Tabel 3) 0,00074 Jadi jumlah populasi perokok
pasif perempuan yang berisiko terkena
Perhitungan Prevalensi Kanker Saluran kanker saluran napas sebesar 4.859 pen-
Napas pada Perokok Pasif Perempuan duduk.
yang Terpapar Sejak Masa Anak-anak
Hasil Studi Morbiditas 2001 me- Kehilangan Biaya Akibat Terkena
nunjukkan prevalensi kanker saluran napas Kanker Saluran Napas
pada perempuan secara umum menurut Dari perhitungan ekonomi level pen-
ICD- 10-C30-C39 sebesar 26 per 100.000 duduk/keluarga, kehilangan biaya dapat di-
penduduk'3. Temuan Susenas 200 1 me- bagi 2 yaitu kehilangan biaya secara lang-
nunjukan sebesar 70% perokok pasif pe- sung, termasuk biaya membeli rokok, dan
rempuan di Indonesia terpapar sejak masa biaya pengobatan; dan kehilangan biaya
anak-anak; jumlah perokok pasif perem- tidak langsung termasuk kehilangan penda-
puan semua umur sebesar 65.680.814 pen- patan yang disebabkan karena sakit dan
duduk berarti jumlah perokok pasif pe- atau kecacatan, kehilangan pendapatan ka-
rempuan yang terpapar sejak masa anak- rena kematian dini dan kehilangan penda-
anak adalah 70% x 65.680.814 = patan dari anggota keluarga lainnya yang
45.976.570. disebabkan merawat anggota keluarga
yang sakit 14..
Perokok Pasif Bencana.. ...............(Pradono et.al)

Tabel 3. Prevalensi Perokok Pasif Laki-Laki dan Perempuan Menurut


Karakteristik, Susenas 2001

Prevalensi perokok pasif (%)


Karakteristik Laki-laki Perem~uan
Yo N
Golongan Umur (th)
0-4 69,5 6.886.930
5-9 70,6 7.779.456
10-14 70,7 7.614.680
15-19 51.1 5.286.944
20-24 23,4 1.913.093
25-29 9-6 796.228
30-34 4,3 332.484
35-39 2,1 158.668
40-44 2-5 166.891
45-49 33 189.761
50+ 5.3 754.053

Status Kawin
- Belum kawin 57,2 30.120.647
- Kawin 3,4 1.563.687
- cerai 9,7 194.854

Kawasan
- Jawa Bali 30,l 18.751.787
- Sumatra 36,9 7.358.700
- Katimin 32,l 5.768.701
Daerah
- perkotaan 29,6 12.809.881
- pedesaan 33,4 19.069.307

Total 31,8 31.879.188 66,O 65.680.814

''
Yusuf memperhitungkan perkiraan pendapatan per pasien selama 23 hari x
US$ 5.00,- = US$ 115.00,-. Kehilangan
kehilangan biaya pada penderita kanker
paru sebagai berikut: pendapatan anggota keluarga dalam rangka
merawat pasien diverkirakan US$ 1 15.00.-
Rata-rata biaya pengobatan: US$ 738.00,-. Bila ke 3 faktor tersebut dijumlahkan, ma-
Rata-rata jumlah hari absen pertahun ter- ka total biaya yang hams dikeluarkan tiap
masuk berobat ke rumah sakit selama 23 penderita kanker paru setiap tahunnya se-
hari. Dengan perkataan lain kehilangan
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 3 1, No. 4,2003: 21 1-222

besar US$ 968.00,- setara dengan Rp. dengan menurunnya imunitas tubuh terha-
8.712.000,OO. (kurs 1 US$ = Rp. 9.000,OO). dap iizha1e.s ugents menyebabkan mudah-
Apabila pada tahun 200 1 diperkirakan nya terjadi infeksi pada saluran napas se-
sebesar 48.594 penduduk terkena kanker perti bronchitis kronis (COPD), empisema
saluran napas, maka biaya yang hilang paru dan lain-lain sampai terjadinya kanker
adalah sebesar Rp.42.335.000.000,00 se- terutama kanker paru. Pada perempuan
tiap tahun. COPD lebih sering terjadi dibandingkan
laki-laki, ha1 ini disebabkan karena diame-
Perhitungan ini belum termasuk kehi-
ter saluran pernapasan pada perempuan le-
langan pendapatan yang disebabkan keca-
bih sempit dibandingkan dengan laki-laki
catan, kehilangan pendapatan karena ke- 16
matian dini perokok pasif tersebut.
Colley melaporkan, insiden pneumo-
PEMBAHASAN nia dan bronkhitis pada anak kelompok
umur kurang dari lima tahun mempunyai
Perokok Pasif Umur Muda
hubungan bermakna dengan kedua orang
Prevalensi perokok pasif tertinggi tuanya yang mempunyai kebiasaan me-
adalah pada anak Balita dan anak 5-14 rokok17, insiden ini sangat rendah pada
tahun laki-laki maupun perempuan. Preva- anak yang kedua orang tuanya tidak me-
lensi perokok pasif pada anak Balita adalah rokok.
69,5%, pada kelomi>ok umur 5-9 tahun se-
Penelitian Cameron pada 7027 ke-
besar 70,6% dan kelompok umur muda 10-
luarga menunjukkan anak dari perokok
14 tahun sebesar 70,5%. Tingginya pre-
aktif yang merokok dalam rumah akan
valensi perokok pasif pada Balita dan umur
menderita sakit infeksi pernapasan lebih
muda disebabkan karena mereka masih
sering dibandingkan dengan anak dari ke-
tinggal serumah dengan orang dewasa pe-
luarga bukan perokok'8.
rokok yang mungkin adalah orang tua
ataupun saudaranya yang merokok dalam FCTC mensyaratkan untuk melaku-
rumah. kan implementasi produk hukum dan per-
undangan yang melindungi bukan perokok
Asap rokok dapat merangsang silia
dari asap rokok di tempat-tempat umum,
yaitu bulu-bulu halus yang terdapat pada
kendaraan umum dan ruang kerja tertutup
permukaan saluran napas, sehingga sekret 7
. Indonesia telah mengeluarkan Peraturan
mukus meningkat menjadi 30-50% '. Hal
Pemerintah No. 19 tahun 2003 yang mela-
ini mengakibatkan silia tersebut akan me-
rang merokok di tempat ibadah, sarana ke-
ngalami kerusakan dan mengakibatkan
sehatan dan pendidikan, tempat anak-anak
menurunnya fungsi ventilasi paru.
beraktivitas dan kendaraan umum. Namun
Sherman melaporkan, asap rokok dapat
belum sepenuhnya dapat dilaksanakan.
mengakibatkan menurunnya imum respon
pada penduduk terhadap bahan-bahan yang Pada perempuan secara keseluruhan
dihisap dari luar. Hal ini memperjelas bah- prevalensi perokok pasif sebesar 66%. Pe-
wa risiko terkena penyakit akan menjadi rokok pasif tertinggi pada perempuan
sama antara perokok aktif dan perokok adalah anak Balita dan anak 5-14 tahun.
pasif. Kerusakan dari saluran napas disertai Prevalensi perokok pasif pada anak Balita
Perokok Pasif Bencana.. ...............(Pradono er.al)

adalah 69,5%, pada kelompok umur 5-9 tembakau pada perempuan dan anak-anak.
tahun sebesar 70,6% dan kelompok umur Deklarasi Kobe menyatakan bahwa pe-
muda 10-14 tahun sebesar 70,4%. Pada rempuan perokok telah mencapai 200 juta,
perempuan golongan umur 15-49 tahun dan perusahaan tembakau telah melakukan
prevalensi perokok pasif cukup tinggi yaitu kampanye besar-besaran dengan mempe-
berkisar antara 65-69%. Pada kelompok kerjakan perempuan dan remaja perem-
umur 50 tahun ke atas prevalensi perokok puan di seluruh dunia. Pada tahun 2025,
pasif pada perempuan masih tetap tinggi jumlah perokok perempuan diperkirakan
yaitu 56,3% namun lebih rendah dibanding meningkat 3 kali. Dengan demikian ha1 ini
dengan umur sebelumnya. Hal ini kemung- sangat penting untuk menemukan solusi
kinan karena pasangannya sudah berhenti yang komprehensif terhadap bahaya peng-
merokok. Jadi prevalensi perokok perem- gunaan tembakau dan utamanya mengacu
puan konstan tinggi pada semua umur. Pre- pada epidemi pada perempuan dan gadis
valensi perokok aktif perempuan sendiri remaja 19.
sangat rendah yaitu 1,2%. Tingginya pe-
Pada perokok pasif laki-laki terdapat
rokok pasif pada perempuan disebabkan
perbedaan yang mencolok antara preva-
karena tingginya penduduk yang merokok lensi perokok pasif laki-laki kelompok
dalam rumah yaitu meliputi 64% rumah
umur 15 tahun ke atas dan perempuan ke-
tangga sampel atau sejumlah 7 1.189 pen-
lompok umur yang sama, di mana pada
duduk. Pada perempuan berstatus kawin
laki-laki sangat rendah dibanding pada
prevalensi perokok pasif cukup tinggi yaitu
perempuan, demikian juga antara laki-laki
70,4'%, juga pada yang berstatus belum
dan perempuan berstatus kawin terdapat
kawin sebesar 66.9%. Di tiga kawasan pre-
perbedaan prevalensi perokok pasif yang
valensi perokok pasif perempuan berkisar
mencolok, pada laki-laki 3,4% dari pada
antara 63-72%, di dua daerah yaitu per-
perempuan 70,496. Hal. ini kemungkinan
kotaan dan pedesaan berkisar antara 60-
disebabkan karena laki-laki yang status ka-
70%, dan di setiap provinsi prevalensi pe-
win atau cerai tersebut sudah menjadi pe-
rokok pasif pada perempuan konstan ting-
rokok aktif. Susenas 200 l melaporkan pre-
gi.
valensi perokok aktif pada laki-laki di
Terpapamya perempuan dan anak O- Indonesia adalah 54,3%1°. Dibanding Su-
14 tahun oleh asap rokok oleh perokok da- senas 1995 prevalensi perokok laki-laki
lam rumah, memberi kontribusi terhadap mengalami peningkatan sekitar 3,2% ter-
ketidaksetaraan gender dan telah merusak utama pada umur muda . ''
hak perempuan dan anak untuk sehat, se-
Sarjadi melaporkan populasi kota
bagai hak manusia yang paling mendasar.
Semarang pada tahun 200 1, insiden kanker
Fokus dari Konferensi Intemasional WHO
paru menduduki peringkat pertama pada
di ~ o b e ~' ~
o ~ e m b e1999
r adalah men-
laki-laki dan peringkat kelima pada perem-
cegah epidemi tembakau pada perempuan
puan *('. Data tahun 1985-989, menunjuk-
dan anak. Pada konferensi ini, ilmuwan,
kan peningkatan sebesar 2 kali pada laki-
wakil-wakil dari pemerintah dan LSM
laki dan 5 kali pada perempuan. Terdapat
mencanangkan usaha global untuk mence-
perbedaan yang mencolok pada perem-
gah meningkatnya epidemi penggunaan
puan, yaitu pada tahun 1985-1989 tidak
Bul. Penel. Keseliatan. Vol. 3 1 , No. 4, 2003: 21 1-222

menduduki sepuluh besar, kemudian me- SIMPULAN


ningkat ke peringkat lima pada tahun
Lebih dari dua per tiga penduduk In-
1990-1999. Keadaan ini perlu dipelajari
donesia sudah terpapar asap rokok sejak
lebih lanjut apakah perubahan pola ini aki-
lahir baik pada laki-laki maupun perem-
bat adanya peningkatan perokok pada ke-
puan. Prevalensi perokok pasif tertinggi
lompok perempuan yang disertai pula pe-
adalah pada anak Balita, golongan umur 5-
ningkatan perokok laki-laki dengan akibat
19 tahun dan pada perempuan umur rep-
terjadinya peningkatan perokok pasif. Apa-
roduksi 15-49 tahun.
bila faktor-faktor yang dianggap sebagai
faktor risiko tetap tidak mengalami peru- Prevalensi perokok pasif pada perem-
bahan, maka dalam jangka waktu yang puan kawin lebih tinggi dibanding yang
tidak lama lagi, insidennya akan terus me- belum kawin. Hal ini menunjukkan belum
ningkat. Penelitian di Jepang menunjuk- ada kesetaraan gender di mana prevalensi
kan risiko terkena empisema, asma dan perokok perempuan hanya kecil dibanding-
kanker paru tampak tinggi pada perempuan kan laki-laki namun sebagian besar hidup
dari pasangan yang perokok. Hasil ini dalam lingkungan ETS yang mempunyai
mengindikasikan prevalensi kanker paru risiko yang sama terkena penyakit akibat
pada perempuan meningkat sedangkan me- rokok. Apabila perokok aktif dan pasif di-
reka tidak m e r ~ k o k . ~ ' perhitungkan di dalamnya maka dapat di-
perkirakan berapa biaya yang harus di-
Besarnya populasj perokok pasif di
keluarkan karena penyakit akibat rokok,
Indonesia dan besarnya risiko yang mung-
sedangkan cukai yang diterima negara
kin timbul pada perokok pasif bila tidak
tidak sebanyak biaya yang hams dike-
segera ditanggulangi dengan baik, akan luarkan untuk pengobatan penyakit yang
merupakan bencana yang luar biasa. Hal
diakibatkan oleh rokok tersebut.
ini diperhitungkan dengan perkiraan jum-
lah biaya yang hilang karena populasi pe- Dengan menurunkan penggunaan
rokok pasif perempuan mendcrita kanker tembakau, yang berarti juga menurunkan
saluran napas adalah sebesar Rp. perokok pasif, ha1 ini merupakan langkah
42.335.000.000,00 setiap tahun. Perhitu- terpenting di antara usaha-usaha pencega-
ngan ini belum termasuk kehilangan pen- han lainnya selama rokok merupakan salah
dapatan yang disebabkan kecacatan, ke- satu penyebab utama penyakit kronis.
hilangan pendapatan karena kematian dini Indonesia merupakan salah satu negara
perokok pasif tersebut. peserta FCTC telah mengeluarkan per-
aturan pemerintah no. 19 tahun 2003 ten-
Di Indonesia prevalensi perokok aktif
tang pengendalian rokok, namun belum
dan pasif pada laki-laki sebesar 86,8%, sepenuhnya dapat dilaksanakan dan pene-
sedangkan pada perempuan 67,2%. Dapat
gakan hukum dalam pengendalian rokok
diperhitungkan berapa besar biaya yang
masih lemah, sehingga perlu segera dikem-
akan dikeluarkan apabila ha1 ini tidak di-
bangkan strategi pengendalian rokok yang
tangani secara serius. Sedangkan cukai
berperspektif gender dan anak sebagai pe-
yang diterima negara tahun 199912000~'
rioritas utama dalam agenda kesehatan na-
sebesar Rp. 10.399.000.000.000,00
sional.
Perokok Pasif Bencana.. ...............(Pradono et.al)

UCAPAN TERIMA KASIH 8. World Health Organization. Press Release


WH0169, 15 Nov 1999.
Kami mengucapkan banyak terima 9. WHO Framework Convention on Tobacco
kasih kepada Soeharsono Soemantri, PhD. Control. 56" World Health Assembly, Genewa,
yang telah memberikan kesempatan, du- 2 1 May 2003.
kungan serta pengarahan dalam penulisan
ini. Kepada dr. Soewarta Kosen, PhD. dan 10. Anna M.Sirait, Julianty Pradono, Ida L.Toruan.
dr. Ratna L.Budiarso MSc. yang telah ba- Perilaku Merokok. Laporan Akhir Surkesnas
nyak membimbing dalam penulisan ini. Workshop on Evidence for Decision Making.
Juga tim data Surkesnas yang membantu 28 Januari-28 Maret 2002. Hal. 291-340
dalam pengambilan data untuk memudah- I I. Suhardi. Perilaku Merokok di Indonesia,
kan dalam pengolahan. Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995. Seri
Suwei Kesehatan Rumah Tangga No. 6.
Jakarta: Litbangkes.
DAFTAR RUJUKAN
12. Badan Pusat Statistik. Statistik Kesehatan
I. Kompas cyber media. Polusi Udara Picu 2001. Jakarta: BPS
Kanker Paru. 25 Maret 2002.
13. Tin? Surkesnas. Laporan Morbiditas dan
2. Martha Morrou. Epidemiology of tobacco use: Disabii~tasSKRT 3001. 2003
Health cffcct of smoking on Women. Course
14. K0sen.S.. Analysis of C~~rrentEconomic
readings in 'short coursc in Tobacco Control
Impact (Government and Community
and Gender. Key Centre for Women's Health
Perspective) of Smoking in Indonesia, A report
in Society University of Melbourne, Nov.
submitted to WHO Indonesia. July 1998.
2000. p.93- 12 1 .
15. Yusuf, A.et al, The Cost of Medical care for
3. World Health Organization. Tobacco or health:
Lung Cancer in Persahabatan Hospital, Jakarta,
A Global status report. Geneva: WHO. 1997.
1995).
4. Emster Virginia et all. Women and tobacco:
16. Hirayama, T. (1981). "Non-smoking wives of
moving from policy to action Bulletin of the
heavy smokers have a higher risk of lung
World Health Organization, 2000, 78(7).
cancer: a study from Japan." British Medical
5. Wakschlag L., et al. American Journal of Journal (Clinical Research Ed.) 282(6259):
Public Health, June 2002. 183-5.
6. Elizabeth T.H.. et al., Environmental Tobacco 17. Colley J.R.T., Influence of Passive Smoking
Smoke and Lung Cancer in Nonsmoking and Parental Phlegm on Pneumonia and
Women, JAMA. June 8. 1994 - vol. 271. no. Bronchitis in Early Childhood, The Lancet,
22,p. 1752-59. November 2, 1974. p. 1031-34.
7. World Health Organization. Guidelines for 18. Cameron P.,et al., The Health of Smokers' and
Controlling and Monitoring the tobacco Nonsmokers' children, Journal of Allergy,
Epidemic. Geneva: WHO. 1998. June, 1969, vo1.43, no.6. page:336-341).
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 3 1 , No. 4,2003: 2 1 1-222

19. Kobe Declaration 18 November 1999. Course Nasional Pengembangan Jaringan Kerja
readings in short course in Tobacco Control Surveilans Pen yakit Tidak Menular. Bogor 22-
and Gender. Key Centre for Women's Health 26 Oktober 2001.
in Society University of Melbourne, Nov.
21. lndikator Ekonomi. Buletin Statistik Bulanan
2000.
April 2002.
20. Sarjadi, Registrasi Kanker Populasi di Kota
Semarang, dipresentasikan pada Temukarya

Anda mungkin juga menyukai